Anda di halaman 1dari 8

Lex et Societatis, Vol. V/No.

5/Jul/2017

PERJANJIAN YANG DILARANG DALAM Soeharto pada waktu itu menjadi bahan
PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT MENURUT perhatian dalam penyusunan Undang-Undang
UU NO. 5 TAHUN 19991 No. 5 Tahun 1999. Hal itu tampak pada
Oleh: Jonathan W. S. Van Rate2 Penjelasan Umumnya yang antara lainnya
menjelaskan bahwa, para pengusaha yang
ABSTRAK dekat dengan elit kekuasaan mendapatkan
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk kemudahan-kemudahan yang berlebihan
mengetahui bagaimana pengaturan perjanjian sehingga berdampak kepada kesenjangan
yang dilarang menurut Undang-Undang No. 5 sosial.
Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli Memperhatikan situasi dan kondisi tersebut,
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Pasal 3) dan menuntut kita untuk mencermati dan menata
bagaimana penegakan hukum terhadap kembali kegiatan usaha di Indonesia, agar dunia
pelanggaran perjanjian yang dilarang. Dengan usaha dapat tumbuh serta berkembang secara
menggunakan metode penelitian yuridis sehat dan benar, sehingga tercipta iklim
normatif, disimpulkan: 1. Pengaturan Undang- persaingan usaha yang sehat serta terhindarnya
Undang No. 5 Tahun 1999 tidak semata-mata pemusatan kekuatan ekonomi pada
mengatur perilaku para pelaku usaha, perseorangan atau kelompok tertentu.
melainkan pada giliran akhirnya akan Konsep persaingan usaha (fair competition)
memberikan perlindungan hukum terhadap dengan sendirinya berlawanan dengan konsep
konsumen. Berbagai produk barang dan/atau persaingan usaha tidak sehat unfair
jasa yang dihasilkan dan/atau competition, namun dalam kenyataannya di
didistribusikan/dijual oleh para pelaku usaha Indonesia masih ditemukan praktik bisnis yang
pada akhirnya membutuhkan konsumen, hingga sekarang belum tersentuh oleh aparat
sehingga perlindungan konsumen menjadi penegak hukum, apakah dapat dikualifikasi
bagian penting yang dicapai oleh undang- melanggar ketentuan Undang-Undang No. 5
undang tersebut. 2. Penegakan hukum Tahun 1999, antara lainnya ialah pelaku bisnis
terhadap pelanggaran perjanjian-perjanjian pertelevisian di Indonesia misalnya perusahaan
yang dilarang, dapat berupa sanksi yaitu sanksi dengan nama RCTI, Global, MNC, ITV dan
administratif yang merupakan domain KPPU, lainnya yang dimiliki oleh ketua umum Partai
sedangkan penegakan hukum berupa pidana Persatuan Indonesia (Perindo).
pokok maupun pidana tambahan merupakan Salah satu bagian yang termasuk perjanjian
domain pengadilan. yang dilarang ialah kartel, yang dalam
Kata kunci: Perjanjian, dilarang, persaingan praktiknya sering disebut-sebut terjadi kartel
usaha tidak sehat. ketika sejumlah barang atau komoditi hilang
atau langka di pasaran, misalnya bawang putih,
PENDAHULUAN garam, gula, kedele, dan lain-lainnya yang
A. Latar Belakang Masalah sering terjadi pada waktu kegiatan keagamaan
Persaingan usaha pada hakikatnya adalah dan hari-hari raya seperti natal, tahun baru,
persaingan bisnis (business competition) yang puasa, lembaran. Hilang atau langkanya
dalam sejarahnya berlangsung ketat dan keras. sejumlah komoditi tersebut sering disebut oleh
Pelaku usaha yang satu saling bersaing bahkan praktik kartel yang dilakukan oleh sejumlah
mematikan pelaku usaha lainnya agar perusahaan sehingga harganya melonjok
menikmati hasil dari kemenangannya bersaing drastis.3
tersebut, bahkan dengan menggunakan segala Kartel itu sendiri adalah bagian dari
cara yang penting mampu tampil sebagai perjanjian yang dilarang, yang menurut Pasal 11
pemenang dalam persaingan tersebut. Praktik Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 disebutkan
pemberian hak monopoli berdasarkan Kepres- bahwa “Pelaku usaha dilarang membuat
Kepres tersebut oleh putra-putri Presiden perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya
yang bermaksud untuk mempengaruhi harga
1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Dr. Ralfie Pinasang,
dengan mengatur produksi dan atau
SH, MH; Dr. Elisabeth Winokan, SH, M.Si
2 3
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. Rachmadi Usman, Hukum Persaingan Usaha di
13071101497 Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2013, hlm. 68.

127
Lex et Societatis, Vol. V/No. 5/Jul/2017

pemasaran suatu barang atau suatu jasa, yang Undang-Undang No. 5 Tahun 1999
dapat mengakibatkan terjadinya praktik memberikan rumusan tentang perjanjian pada
monopoli dan atau persaingan usaha tidak Pasal 1 angka 7, bahwa “Perjanjian adalah
sehat.”4 suatu perbuatan satu atau lebih pelaku usaha
Beberapa importir daging sapi misalnya, untuk mengikatkan diri terhadap satu atau
yang memahami bahwa menjelang dan ketika lebih pelaku usaha lain dengan nama apapun,
berlangsungnya hari keagamaan atau hari raya, baik tertulis maupun tidak tertulis.”6
masyarakat sangat membutuhkan daging sapi, C.F.G. Sunaryati Hartono, mengkritisi redaksi
kemudian para importir berkomitment Pasal 1 angka 7 tentang Perjanjian tersebut
menahan pasokan daging sapi ke pasaran, bahwa, dengan adanya definisi tentang
sehingga harganya melonjak tajam, adalah perjanjian di dalam Pasal 1 angka 7 itu
contoh dari praktik kartel dan merupakan menimbulkan kesan seakan-akan ‘perjanjian’
bagian perjanjian yang dilarang dilakukan oleh oleh Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 ini
pelaku usaha menurut ketentuan Pasal 11 berbeda dengan arti istilah hukum yang lazim
Undang-Undang No. 5 Tahun 1999. digunakan di kalangan hukum, karena di situ
Peran dan fungsi Komisi Pengawas dikatakan bahwa apabila terjadi suatu
Persaingan Usaha (KPPU) dalam menjalankan perbuatan dengan nama apa saja yang
tugas dan fungsinya guna menegakkan hukum dilakukan oleh satu atau lebih pelaku usaha
dan ketentuan Undang-Undang No. 5 Tahun untuk mengikatkan diri terhadap satu atau
1999 menjadi bagian penting dalam penelitian lebih pelaku usaha lain, maka terjadilah suatu
ini, oleh karena KPPU adalah lembaga yang perjanjian.7
secara khusus memiliki tugas (Pasal 35) dan Lebih lanjut dijelaskan bahwa, dengan
wewenang (Pasal 36) yang diberi dan definisi itu maka arti istilah perjanjian tidak
diamanatkan oleh Undang-Undang No. 5 Tahun menjadi lebih jelas, tetapi justru lebih kabur.
1999. Menurut penulis, redaksi Pasal 1 angka 7
tentang perjanjian, baik tertulis maupun tidak
B. Rumusan Masalah tertulis, juga mengaburkan rumusan perjanjian
1. Bagaimana pengaturan perjanjian yang menurut sistem hukum perjanjian di Indonesia.
dilarang menurut Undang-Undang No. 5 Mengenai perjanjian yang dilarang dalam
Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Undang-Undang No. 5 Tahun 1999, jelaslah
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak sebagai pengaturan sejumlah perjanjian yang
Sehat (Pasal 3).? tidak boleh dibuat dan dilakukan oleh para
2. Bagaimana penegakan hukum terhadap pelaku usaha. Menurut Ahmadi Miru,8 sejumlah
pelanggaran perjanjian yang dilarang? perjanjian sebagai perjanjian yang diatur secara
khusus yang mendampingi perjanjian menurut
C. Metodologi Penelitian KUHPerdata yang mengatur ruang lingkupnya
Penelitian ini adalah penelitian hukum secara khusus, antara lain adalah:
normatif. Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, a. Perjanjian antara pelaku usaha dan pelaku
mengemukakan, pada penelitian hukum usaha secara khusus yang diatur dalam
normatif, bahan pustaka merupakan data dasar Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang
yang dalam ilmu penelitian digolongkan sebagai Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan
data sekunder.5 Usaha Tidak Sehat.
b. Perjanjian antara pelaku usaha dan
PEMBAHASAN konsumen, yang diatur di dalam Undang-
A. Pengaturan Perjanjian Yang Dilarang
Menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1999
6
Lihat Undang-Undang No. 5 Tahun 1999, (Pasal 1 angka
7).
7
C.F.G. Sunaryati Hartono, Pembangunan Hukum Ekonomi
4
Lihat UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Indonesia Dalam Rangka Mewujudkan Perilaku Bisnis dan
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Pasal 11). Persaingan Usaha Yang Sehat, (dalam A.F. Elly Erawaty
5
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum (ed.), Seminar Membenahi Perilaku Bisnis Melalui UU No.
Normatif. Suatu Tinjauan Singkat, RajaGrafindo Persada, 5 Tahun 1999, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, hlm. 9.
8
Jakarta, 2013, hlm. 24. Ahmadi Miru, Op Cit, hlm. 10-11

128
Lex et Societatis, Vol. V/No. 5/Jul/2017

Undang No. 8 Tahun 1999 tentang (tiga) pelaku usaha atau kelompok pelaku
Perlindungan Konsumen. usaha menguasai lebih dari 75% (tujuh
c. Perjanjian antara nonprofessional dan puluh lima persen) pangsa pasar satu jenis
nonprofessional lainnya yang diatur dalam barang atau jasa tertentu.
peraturan perundangan tersendiri. Perjanjian yang dilarang berikutnya menurut
Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 ialah trust.
perjanjian yang dilarang pada Bab III, yang Menurut Kamus Hukum,11 Trust diartikan
terdiri atas: sebagai suatu kerjasama antara pelaku usaha
1. Oligopoli; dengan tujuan untuk menakut-nakuti orang
2. Penetapan harga; banyak dan si penjahat sendiri dengan
3. Pembagian wilayah; memberikan sanksi yang berat, sehingga
4. Pemblokiran; dengan penerapan sanksi yang berat itu baik
5. Kartel; pelaku maupun orang lain akan jera melakukan
6. Trust; perbuatan yang dimaksud.
7. Integrasi vertikal; Menurut Galuh Puspaningrum,12 trust
8. Perjanjian tertutup; dan merupakan perjanjian kerjasama beberapa
9. Perjanjian dengan pihak luar negeri. perusahaan berafiliasi menjadi perusahaan
Tentang oligopoli (bahasa Inggris, oligopoly), yang besar dengan tetap menjaga dan
menurut Steven H. Gifis, diartikannya sebagai mempertahankan kelangsungan hidup masing-
“An Industry in Which a few large sellers of masing perusahaan yang bertujuan untuk
substantially identical products dominate the mengontrol produksi dan/atau pemasaran atas
market.”9 barang dan/atau jasa.
Menurut Kamus Hukum,10 oligopoli diartikan Berbeda dengan kartel yang hanya diikat
sebagai bentuk persaingan dalam industri yang oleh kesepakatan saja, namun perjanjian trust
dikuasai oleh beberapa penjual yang lebih bersifat integratif, artinya, anggota trust
tindakannya saling mempengaruhi. tidak hanya diikat oleh perjanjian juga
Berdasarkan pada beberapa rumusan tentang perusahaan gabungan yang lebih besar.13
oligopoli, di dalamnya terkandung beberapa
unsur, yakni: B. Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran
1. Oligopoli adalah bentuk persaingan usaha; Perjanjian Yang Dilarang
2. Oligopoli disebabkan penguasaan industri Undang-Undang No. 5 Tahun 1999
oleh segelintir pelaku usaha; mengatur ketentuan tentang Sanksi pada Bab
3. Oligopoli menyebabkan pangsa pasar VIII, yang terdiri atas tindakan administratif,
dikuasai oleh segelintir pelaku usaha. pidana pokok, dan pidana tambahan.
Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 Sanksi administratif adalah kewenangan dari
mengatur tentang oligopoli dalam Pasal 4 ayat- komisi pengawas persaingan usaha (KPPU),
ayatnya, sebagai berikut: sedangkan sanksi pidana pokok dan pidana
1) Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian tambahan adalah domain pengadilan negeri
dengan pelaku usaha lain untuk bersama- dalam memeriksa, mengadili dan memutus
sama melakukan penguasaan produksi dan perkaranya.
atau pemasaran barang dan atau jasa yang KPPU itu sendiri menurut Pasal 1 angka 18,
dapat mengakibatkan terjadinya praktik dirumuskan bahwa “Komisi Pengawas
monopoli dan atau persaingan usaha tidak Persaingan Usaha adalah komisi yang dibentuk
sehat. untuk mengawasi pelaku usaha dalam
2) Pelaku usaha patut diduga atau dianggap menjalankan kegiatan usahanya agar tidak
secara bersama-sama melakukan melakukan praktik monopoli dan atau
penguasaan produksi dan atau pemasaran persaingan usaha tidak sehat”.
barang dan atau jasa, sebagaimana Pasal 35 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999
dimaksud ayat (1) apabila 2 (dua) atau 3 menyatakan, “Tugas Komisi meliputi:

9 11
Steven H. Gifis, Law Dictionary, Barrons Educational M. Marwan dan Jimmy. P., Op Cit, hlm. 617.
12
Series, New York, 1984, p. 324. Galuh Puspaningrum, Op Cit, hlm. 39.
10 13
M. Marwan dan Jimmy.P, Op Cit, hlm. 464. Rachmadi Usman, Op Cit, hlm. 91.

129
Lex et Societatis, Vol. V/No. 5/Jul/2017

a. Melakukan penilaian terhadap perjanjian c. Melakukan penyelidikan dan/atau


yang dapat mengakibatkan terjadinya pemeriksaan terhadap kasus dugaan
praktik monopoli dan/atau persaingan praktik monopoli dan/atau persaingan
usaha tidak sehat sebagaimana diatur usaha tidak sehat yang dilaporkan oleh
dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 16; masyarakat atau oleh pelaku usaha atau
b. Melakukan penilaian terhadap kegiatan yang ditemukan oleh Komisi sebagai hasil
usaha dan/atau tindakan pelaku usaha yang penelitiannya;
dapat mengakibatkan terjadinya praktik d. Menyimpulkan hasil penyelidikan dan/atau
monopoli dan/atau persaingan usaha tidak pemeriksaan tentang ada atau tidak adanya
sehat sebagaimana diatur dalam Pasal 17 praktik monopoli dan/atau persaingan
sampai dengan Pasal 24; usaha tidak sehat;
c. Melakukan penilaian terhadap ada atau e. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah
tidak adanya penyalahgunaan posisi melakukan pelanggaran terhadap
dominan yang dapat mengakibatkan ketentuan undang-undang ini;
terjadinya praktik monopoli dan/atau f. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi
persaingan usaha tidak sehat sebagaimana ahli, dan setiap orang yang dianggap
diatur dalam Pasal 25 sampai dengan Pasal mengetahui pelanggaran terhadap
28; ketentuan ini;
d. Mengambil tindakan sesuai dengan g. Meminta bantuan penyidik untuk
wewenang komisi sebagaimana diatur menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi
dalam Pasal 36; ahli, atau setiap orang sebagaimana
e. Memberikan saran dan pertimbangan dimaksud huruf e dan huruf f yang tidak
terhadap kebijakan pemerintah yang bersedia memenuhi panggilan komisi;
berkaitan dengan praktik monopoli h. Meminta keterangan dari instansi
dan/atau persaingan usaha tidak sehat; pemerintah dalam kaitannya dengan
f. Menyusun pedoman dan/atau publikasi penyelidikan dan/atau pemeriksaan
yang berkaitan dengan undang-undang ini; terhadap pelaku usaha yang melanggar
dan ketentuan undang-undang ini;
g. Memberikan laporan secara berkala atas i. Mendapatkan, meneliti dan/atau menilai
hasil kerja komisi kepada presiden dan surat, dokumen, atau alat bukti lain guna
dewan perwakilan rakyat. penyelidikan dan/atau pemeriksaan;
Berdasarkan pada tugas KPPU tersebut, j. Memutuskan dan menetapkan ada atau
jelaskan bahwa tugas melakukan penilaian tidak adanya kerugian di pihak pelaku
terhadap perjanjian yang dapat mengakibatkan usaha lain atau masyarakat;
terjadinya praktik monopoli dan/atau k. Memberitahukan putusan komisi kepada
persaingan usaha tidak sehat sebagaimana pelaku usaha yang diduga melakukan
diatur dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 16 praktik monopoli dan/atau persaingan
Undang-Undang No. 5 Tahun 1999, merupakan usaha tidak sehat;
tugas KPPU yang utama dan pertama. l. Menjatuhkan sanksi berupa tindakan
Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 juga administratif kepada pelaku usaha yang
mengatur wewenang KPPU, dalam Pasal 36 melanggar ketentuan undang-undang ini.
bahwa wewenang komisi meliputi: Berdasarkan tugas dan wewenang KPPU
a. Menerima laporan dari masyarakat tersebut, menurut penulis, domain sanksi yang
dan/atau dari pelaku usaha tentang dugaan dijatuhkan oleh KPPU dalam hal terjadinya
terjadinya praktik monopoli dan/atau pelanggaran terhadap perjanjian-perjanjian
persaingan usaha tidak sehat; yang dilarang hanya sebatas sanksi
b. Melakukan penelitian tentang dugaan administratif.
adanya kegiatan usaha dan/atau tindakan Sanksi itu sendiri menurut Kamus Hukum,14
pelaku usaha yang dapat mengakibatkan diartikan sebagai ancaman hukuman; suatu alat
terjadinya praktik monopoli dan/atau pemaksa guna ditaatinya suatu kaidah, undang-
persaingan usaha tidak sehat;
14
M. Marwan dan Jimmy. P., Op Cit, hlm. 552.

130
Lex et Societatis, Vol. V/No. 5/Jul/2017

undang, norma-norma hukum; akibat sesuatu cara melalui mediasi atau arbitrase atau
perbuatan atau suatu reaksi dari pihak lain atas konsiliasi;
sesuatu perbuatan. Sanksi administratif adalah b. Memberikan konsultasi perlindungan
satu sanksi yang bersifat administratif belaka konsumen;
yang menurut Pasal 47 ayat-ayatnya dari c. Melakukan pengawasan terhadap
Undang-Undang No. 5 Tahun 1999, disebutkan pencantuman klausula baku;
tindakan administratif oleh KPPU, ialah sebagai d. Melaporkan kepada penyidik umum apabila
berikut: terjadi pelanggaran ketentuan undang-
(1) Komisi berwenang menjatuhkan sanksi undang ini;
berupa tindakan administratif terhadap e. Menerima pengaduan, baik tertulis
pelaku usaha yang melanggar ketentuan maupun tidak tertulis dari konsumen
undang-undang ini. tentang terjadinya pelanggaran terhadap
(2) Tindakan administratif sebagaimana perlindungan konsumen;
dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa: f. Melakukan penelitian dan pemeriksaan
a. Penetapan pembatalan perjanjian sengketa perlindungan konsumen;
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 g. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah
sampai dengan Pasal 13, Pasal 15 dan melakukan pelanggaran terhadap
Pasal 16, dan/atau perlindungan konsumen;
b. Perintah kepada pelaku usaha untuk h. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi
menghentikan integrasi sebagaimana ahli, dan/atau setiap orang yang dianggap
dimaksud dalam Pasal 14; dan/atau mengetahui pelanggaran terhadap undang-
c. Perintah kepada pelaku usaha untuk undang ini;
menghentikan kegiatan yang terbukti i. Meminta bantuan penyidik untuk
menimbulkan praktik monopoli menghadirkan pelaku usaha saksi, saksi
dan/atau persaingan usaha tidak sehat ahli, atau setiap orang sebagaimana
dan/atau merugikan masyarakat dimaksud pada huruf g dan huruf h, yang
dan/atau tidak bersedia memenuhi panggilan badan
d. Perintah kepada pelaku usaha untuk penyelesaian sengketa konsumen;
menghentikan penyalahgunaan posisi j. Mendapatkan, meneliti dan/atau menilai
domain; dan/atau surat, dokumen, atau alat bukti lain guna
e. Penetapan pembatalan atas penyelidikan dan/atau pemeriksaan;
penggabungan atau peleburan badan k. Memutuskan dan menetapkan ada atau
usaha dan pengambilalihan saham tidak adanya kerugian di pihak konsumen;
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28; l. Memberitahukan putusan kepada pelaku
dan/atau usaha yang melakukan pelanggaran
f. Penetapan pembayaran ganti rugi; terhadap perlindungan konsumen;
dan/atau m. Menjatuhkan saksi administratif kepada
g. Pengenaan denda serendah-rendahnya pelaku usaha yang melanggar ketentuan
Rp. 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) undang-undang ini.
dan setinggi-tingginya Rp. Penegakan hukum dalam hal terjadinya
25.000.000.000,- (dua puluh lima miliar pelanggaran terhadap perjanjian-perjanjian
rupiah). yang dilarang menurut Undang-Undang No. 5
Menurut penulis, kehadiran KPPU dalam Tahun 1999, selain dilakukan berdasarkan
Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 mempunyai tindakan administratif, juga berdasarkan
kemiripan dengan kehadiran Badan ketentuan pidana pokok dan pidana tambahan
Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) yang yang merupakan domain pengadilan.
diatur dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Menurut Pasal 48 ayat-ayatnya dari Undang-
tentang Perlindungan Konsumen, yang tugas Undang No. 5 Tahun 1999, disebutkan bahwa:
dan wewenang BPSK oleh Pasal 52, meliputi: (1) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 4,
a. Melaksanakan penanganan dan Pasal 9 sampai dengan Pasal 14, Pasal 16
penyelesaian sengketa konsumen, dengan sampai dengan Pasal 19, Pasal 25, Pasal 27,
Pasal 28 diancam pidana denda serendah-

131
Lex et Societatis, Vol. V/No. 5/Jul/2017

rendahnya Rp. 25.000.000.000,- (dua puluh Apabila dicermati secara mendalam,


lima miliar rupiah) dan setinggi-tingginya sebenarnya sanksi berupa pencabutan izin
Rp. 100.000.000,- (seratus miliar rupiah), usaha tidak seharusnya ditempatkan sebagai
atau pidana kurungan pengganti denda pidana tambahan, melainkan sebagai sanksi
selama-lamanya 6 (enam) bulan. berupa tindakan administratif, oleh karena di
(2) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 5 dalamnya terkait aspek yang bersifat
sampai dengan Pasal 8, Pasal 15, Pasal 20 administratif berupa pencabutan izin usaha.
sampai dengan Pasal 24, dan Pasal 26 Konsep pencabutan izin usaha sebenarnya tidak
undang-undang ini diancam pidana denda termasuk ke dalam pencabutan hak menurut
serendah-rendahnya Rp. 5.000.000.000,- Pasal 10 bahwa pidana tambahan, berupa
(lima miliar rupiah) dan setinggi-tingginya pencabutan hak-hak tertentu yang dalam Pasal
Rp. 25.000.000.000,- (dua puluh lima miliar 35 KUHP, tidak termasuk di dalamnya ialah
rupiah), atau pidana kurungan pengganti pencabutan izin usaha.
denda selama-lamanya 5 (lima) bulan. Atas dasar itulah, penempatan pidana
(3) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 41 tambahan berupa pencabutan izin usaha dalam
undang-undang ini diancam pidana denda Pasal 49 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999
serendah-rendahnya Rp. 1.000.000.000,- menurut penulis, seyogianya ditempatkan
(satu miliar rupiah) dan setinggi-tingginya sebagai bagian dari tindakan administratif.
Rp. 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah), Penegakan hukum terhadap pelanggaran
atau pidana kurungan pengganti denda Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 dihadapkan
selama-lamanya 3 (tiga) bulan. pada tantangan berat, oleh karena eksistensi
Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 juga KPPU dipertaruhkan. KPPU yang semakin
mengatur pidana tambahan sebagai bagian dari agresif di dalam menjalankan tugas dan
sanksi dalam Pasal 49, bahwa “Dengan kewenangannya apabila tidak profesional dan
menunjuk ketentuan Pasal 10 Kitab Undang- juga tidak profesional, hanya mengancam iklim
Undang Hukum Pidana, terhadap pidana dunia usaha yang penting sekali dalam
sebagaimana diatur dalam Pasal 48 dapat memelihara, menjaga dan mengembangkan
dijatuhkan pidana tambahan berupa: kegiatan usaha di Indonesia.
a. Pencabutan izin usaha; atau Persaingan usaha tidak sehat pada dasarnya
b. Larangan kepada pelaku usaha yang telah patut diwaspadai, namun substansinya lebih
terbukti melakukan pelanggaran terhadap tertuju pada perilaku di antara para pelaku
undang-undang ini untuk menduduki usaha itu sendiri agar dalam menjalankan
jabatan direksi atau komisaris sekurang- kegiatan usahanya tidak melakukan atau
kurangnya 2 (dua) tahun dan selama- membuat perjanjian-perjanjian yang dilarang.
lamanya 5 (lima) tahun; atau Menurut penulis, ruang lingkup tugas dan
c. Penghentian kegiatan atau tindakan kewenangan KPPU masih belum mandiri, oleh
tertentu yang menyebabkan timbulnya karena tidak dilengkapi dengan tugas dan
kerugian pada pihak lain. kewenangan memaksa seperti menghadirkan
Menurut penulis, penegakan hukum pelaku usaha, menghadirkan saksi dan lain-
terhadap pelanggaran Undang-Undang No. 5 lainnya, yang jika pelaku usaha itu misalnya
Tahun 1999 hanya berupa pelanggaran, bukan tidak bersedia memenuhi panggilan dan
kejahatan. Hal itu tampak dari sejumlah redaksi pemeriksaan oleh KPPU, maka KPPU itu sendiri
ketentuannya yang menyebutkan tidak memiliki kewenangan sendiri (otonom)
‘pelanggaran’, dan sama sekali tidak sebagaimana kewenangan yang ada pada
menyebutkan sebagai suatu ‘kejahatan’. penyidik sebagaimana diatur dalam KUHAP.
Demikian pula dilihat dari adanya pidana
kurungan yang rendah, menunjukkan indikasi PENUTUP
bahwa pembentuk undang-undang A. Kesimpulan
menempatkan sanksi terhadap Undang-Undang 1. Pengaturan Undang-Undang No. 5 Tahun
No. 5 Tahun 1999 adalah sanksi pidana 1999 tidak semata-mata mengatur perilaku
kurungan, hanya sebagai pengganti denda. para pelaku usaha, melainkan pada giliran
akhirnya akan memberikan perlindungan

132
Lex et Societatis, Vol. V/No. 5/Jul/2017

hukum terhadap konsumen. Berbagai Gifis Steven H., Law Dictionary, Barrons
produk barang dan/atau jasa yang Educational Series, New York, 1984.
dihasilkan dan/atau didistribusikan/dijual Hartono C.F.G. Sunaryati, Pembangunan
oleh para pelaku usaha pada akhirnya Hukum Ekonomi Indonesia Dalam
membutuhkan konsumen, sehingga Rangka Mewujudkan Perilaku Bisnis
perlindungan konsumen menjadi bagian dan Persaingan Usaha Yang Sehat,
penting yang dicapai oleh undang-undang (dalam A.F. Elly Erawaty (ed.), Seminar
tersebut. Membenahi Perilaku Bisnis Melalui UU
2. Penegakan hukum terhadap pelanggaran No. 5 Tahun 1999, Citra Aditya Bakti,
perjanjian-perjanjian yang dilarang, dapat Bandung, 1999.
berupa sanksi yaitu sanksi administratif Ilmar Aminuddin, Privatisasi BUMN di
yang merupakan domain KPPU, sedangkan Indonesia, Hasanuddin University Press,
penegakan hukum berupa pidana pokok Makassar, 2004.
maupun pidana tambahan merupakan Is Muhamad Sadi, Hukum Persaingan Usaha di
domain pengadilan. Indonesia, Setara Press, Malang, 2016.
Lubis Andi Fahmi, et al, Hukum Persaingan
B. Saran Usaha: Antara Teks dan Konteks, KPPU-
1. Dalam rangka pembaruan Undang-Undang Deutsche Gesselschaft fur Technische
No. 5 Tahun 1999, perlu diperkuat dan Zusammenarbeit (GTZ), Jakarta, 2009.
dipertegas apa yang menjadi tugas dan Manan Bagir, Pertumbuhan dan Perkembangan
kewenangan KPPU secara otonom, Konstitusi Suatu Negara (Dalam
sehingga tanpa bantuan pihak penyidik Mashudi dan Kuntana Magnar (ed.),
menurut KUHAP, KPPU dapat dengan Mandar Maju, Bandung, 1995.
sendirinya melakukan tindakan Marwan M. dan Jimmy P., Kamus Hukum,
penyelidikan dan/atau penyidikan. Reality Publisher, Surabaya, 2009.
2. Perlu dipertegas lembaga KPPU tidak Mertokusumo Sudikno, Mengenal Hukum.
sampai menimbulkan iklim berusaha yang Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta,
tidak kondusif karena terlalu gencar dan 2005.
agresif melakukan tugas dan Miru Ahmadi, Hukum Kontrak dan Perancangan
kewenangannya pada para pelaku usaha. Kontrak, RajaGrafindo Persada, Jakarta,
2014.
DAFTAR PUSTAKA Moeljatno, Kitab Undang-Undang Hukum
Buku Pidana (KUHP), Bumi Aksara, Jakarta,
Adolf Huala, Hukum Perdagangan 2001.
Internasional, RajaGrafindo Persada, Puspaningrum Galuh, Hukum Perjanjian Yang
Jakarta, 2013. Dilarang Dalam Persaingan Usaha,
Badrulzaman Darus Mariam, Aneka Hukum Aswaja Pressindo, Yogyakarta, 2015.
Bisnis, Alumni, Bandung, 1994. Setiawan I Ketut Oka., Hukum Perikatan, Sinar
Basyaib Hamid, dkk (ed)., Mencuri Uang Grafika, Jakarta, 2016.
Rakyat. 16 Kajian Korupsi di Indonesia, Sidabalok Janus, Hukum Perlindungan
Buku 1, Yayasan Aksara Untuk Konsumen di Indonesia, Citra Aditya
Kemitraan Bagi Pembaruan Tata Bakti, Bandung, 2014.
Pemerintahan, Jakarta, 2002. Soekanto Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian
Erawaty A.F. Elly (ed.), Aspek Hukum dari Hukum Normatif. Suatu Tinjauan
Perdagangan Bebas, Citra Aditya Bakti, Singkat, RajaGrafindo Persada, Jakarta,
Bandung, 2003. 2013.
Fauzan, Kaidah Penemuan Hukum Yurisprudensi Subekti R. dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-
Bidang Hukum Perdata, Kencana, Undang Hukum Perdata, Pradnya
Jakarta, 2014. Paramita, Jakarta, 2002.
Fuady Munir, Konsep Hukum Perdata, Usman Rachmadi, Hukum Persaingan Usaha di
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2015. Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2013.

133
Lex et Societatis, Vol. V/No. 5/Jul/2017

Wijatno Serian dan Ariawan Gunadi,


Perdagangan Bebas dalam Perspektif
Hukum Perdagangan Internasional,
Grasindo, Jakarta, 2014.

Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 33, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3817)
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 42, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
3821)

Sumber Lain
Bahan Kuliah Hukum Perdata
Bahan Kuliah Hukum Persaingan Usaha.

134

Anda mungkin juga menyukai