Anda di halaman 1dari 15

PERTANGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI DALAM

UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN


ANTI MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

MUDRIKA/D 101 09 094

PEMBIMBING
1. Ahcmad Allang, SH., MH
2. Kamal, SH., MH

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tindak pidana yang dilakukan
korporasi dapat dipertangungjawabkan menurut undang-undang Nomor 5 Tahun
1999tentang larangan anti monopoli dan persaingan usaha tidak sehat dan
kelemahan peraturan sanksi terhadap korporasi dalam undang-undang tindak pidana
persaingan usaha tidak sehat. Penelitian ini dilaksanakan di Palu Sulawesi Tengah
dengan memilih instansi yang relevan dengan masalah dlam skripsi iniyakni bahan
kepustakaan sebagai bahan utama. Setelah semua data terkumpul, maka data
tersebut diolah dan dianalisa secara kualitatif. Hasil yang diperoleh dari penelitian
adalah bahwa :
(1). Bentuk pertangungjawaban korporasi dalam bentuk tindak pidana persaingan
usaha tidak sehat adalah tindakan administrative hanya dapat dijatuhkan oleh
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dan tidak diintegrasikan ke dalam
sistem pertangungjawaban pidana sebagai pelaku tindak pidana. (2). Kelemahan
kebijakan sanksi terhadap korporasi dalam undang-undang tindak pidana
persaingan usaha tidak sehat yaitu pertangungjawaban korporasi dalam tindak
pidana persaingan usaha tidak sehat adalah tindakan administratif hanya dapat
dijatuhkan oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), sehingga tidak ada
ketentuan pertangungjawaban pidana erhadap korporasi dalam undang-undang
tersebut sanksi itu tidak merupakan salah satu jenis sanksi pidana yang dapat
dijatuhkan oleh hakim/pengadilan apabila korporasi diajukan sebagai pelaku tindak
pidana.
Kata Kunci : Petangungjawaban, Pidana, Korporasi, Monopoli, dan Persaingan
Usaha

I. PENDAHULUAN telah disalahgunakan oleh sebagian


A. Latar Belakang orang yang beritikad tidak baik,
Perkembangan ilmu pengetahuan melalui cara-cara yang tidak terpuji
dan teknologi membawa hasil positif yang sepintas lalu tampaknya tidak
bagi pembangunan, namun disisi lain terjangkau oleh peraturan perundang-

1
undangan. Kejahatan korporasi yang persaingan usaha dimaksudkan agar
pada dekade terakhir ini marak persaingan usaha di Indonesia dapat
dibicarakan dan melanda hampir berjalan dengan baik dan wajar yang
seluruh negara di dunia, merupakan dijalankan oleh para pelaku usaha
akibat dari perkembangannya ilmu serta menciptakan suatu
pengetahuan dan teknologi yang kesimbangan dan persaingan usaha
pada akhirnya menimbulkan perilaku yang kondusif bagi para pelaku
menyimpang yang dilakukan oleh usaha. Dalam perkembangannya,
orang-orang dengan kekuasaan dan hukum persaingan usaha sangat
kadar keilmuan yang cukup tinggi berkaitan erat dengan prinsip-prinsip
sehingga kerugian yang ditimbulkan dasar ekonomi.
tidak saja kerugian materil tetapi Hukum persaingan usaha di
mencakup pula kerugian kesehatan Indonesia diatur dalam undang-
dan keselamatan jiwa yang jauh lebih undang Nomor 5 tahun 1999 tentang
besar bila dibandingkan dengan larangan praktek monopoli dan
kejahatan konvensional atau persaingan usaha tidak sehat. Dalam
tradisional. undang-undang tersebut diatur hal-
Modus operandi kejahatan hal apa saja yang boleh dan tidak
tersebut dilakukan secara diperbolehkan pelaku usaha dalam
terselubung, terorganisir dan menjalankan kegiatan usahanya di
berdasarkan suatu keahlianyang Indonesia dengan memperhatikan
dimiliki oleh sesorang. Oleh keseimbangan antara kepentingan
karenanya kadang-kadang sulit untuk pelaku usaha dan kepentingan
menentukan siapa yang menjadi umum.
korban, siapa yang menjadi pelaku Terjadinya persaingan usaha
kejahatan dan bagaimana tidak sehat dan perbuatan monopoli
membuktikan hubungan kausal beberapa pihak saja. Konsentrasi
secara langsung antara perbuatan pemusatan kekuatan ekonomi oleh
dengan timbulnya korban. Hukum beberapa pelaku usaha memberikan

2
pengaruh buruk pada kepentingan pelaku usaha dan kepentingan
1
umum dan masyarakat. Adanya umum.
jaminan kepastian hukum Pentingnya pertangungjawaban
berdasarkan undang-undang tersebut korporasi dalam hukum pidana
diharapkan dapat mencegah praktik- terjadi seiring banyaknya tindak
praktik monopoli dan persaingan pidana yang dapat dilakukan
usaha tidak sehat, sehingga tercipta korporasi khususnya dalam bentuk-
efektifitas dan efesiensi dalam bentuk tindak pidana persaingan
kegiatan kegiatan usaha untuk usaha tidak sehat sehingga
meningkatkan perekonomian pengaturan hukum yang tegas
nasional sebagai salah satu cara terhadap kejahatan korporasi memicu
meningkatkan kesejahteraan rakyat. suatu ketentuan tegas untuk
Hukum antimonopoly di Indonesia menjamin adanya kepastian hukum
diatur UU No. 5 Tahun 1999 tentang bila suatu korporasi melakukan
larangan praktek monopoli dan tindak pidana
persaingan usaha tidak sehat. Dalam B. Rumusan Masalah
perundang-undangan tersebut diatur Berdasarkan uarian diatas, maka
hal-hal apa saja yang boleh dan tidak dapat dirumuskan beberapa rumusan
diperbolehkan pelaku usaha dalam masalah yaitu :
menjalankan kegiatan usahanya di 1. Apakah tindak pidana yang
Indonesia. Hal tersebut tercermin dilakukan korporasi dapat
dalam pasal 3 UU No. 5 Tahun1999 dipertangungjawabkan menurut
\DLWX ³SHODNX XVDKD GL ,QGRQHVLD undang-undang Nomor 5 Tahun
dalam menjalankan kegiatan 1999 tentang larangan anti
usahanya berazaskan demokrasi monopoli dan persaingan usaha
ekonomi dengan memperhatikan tidak sehat ?
keseimbangan antara kepentingan

1
Ningrum Natasya Sirait, Hukum Persaingan Di
Indonesia, Medan, Juli 2004. hlm 5.

3
2. Apakah kelemahan pengaturan penggunaan hukum pidana dalam
sanksi terhadap korporasi dalam kejahatan korporasi tidak perna
undang-undang tindak pidana digunakan.
persaingan usaha tidak sehat ? Hambatan yuridis lain sulitnya
meminta pertangungjawaban
korporasi, yaitu keberadaan undang-
II. PEMBAHASAN undang anti monopoli yang ada
A. Pertangungjawaban Pidana sekarang ini belum mengatur secara
Korporasi dalam Persaingan jelas dan tepat mengenai persaingan
Usaha Tidak Sehat usaha karena masih samarnya aturan
Penanggulangan perilaku ilegal yang ada di undang-undang anti
korporasi selama ini yang hanya monopoli itu, banyak pengusaha
menggunakan sarana hukum perdata memanfaatkan celah hukum tersebut.
dan hukum administrasi ternyata Berbagai kasus dalam industri
dipandang tidak cukup. telekomunikasi seluler merupakan
Penanggulangan kejahatan korporasi bukti bahwa undang-undang anti
melalui fungsionalisasi hukum monopoli yang ada belum mengatur
pidana dipandang sangat urgen. secara jelas, tegas dan tepat
Secara hipotetis teoretis tanpa mengenai persaingan usaha. Karena
mengabaikan asas subsidiaritas, itu perlu dilakukan revisi terhadap
maka penggunaan hukum pidana undang-undang anti monopoli,
dalam kejahatan korporasi sangat dimana amandemen tersebut harus
dimungkinkan. Peluang didasarkan pada aspirasi dari rakyat
menggunakan hukum pidana dalam Indonesia.
kejahatan koprorasi sebenarnya telah Menurut Sri Redjeki Hartono,
dimungkinkan sejak dikeluarkannya kegiatan ekonomi yang terjadi dalam
undang-undang darurat Nomor 7 masyarakat membutuhkan campur
Tahun 1995 tentang tindak pidana tangan negara, mengingat tujuan
ekonomi, namun demikian, peluang dasar kegiatan ekonomi itu sendiri

4
adalah untuk mencapai keuntungan. berlaku, yang dalam hal ini antara
Sasaran tersebut mendorong lain adalah undang-undang No 5
terjadinya penyimpangan bahkan Tahun 1999 tentang laramgan
kecurangan yang dapat merugikan praktik monopoli dan persaingan
pihak-pihak tertentu, bahkan semua usaha tidak sehat. Berkaitan dengan
pihak. Beliau menegaskan bahwa hal ini dapat dikatakan bahwa tugas
campur tangan negara terhadap sistem hukum adalah mengontrol
kegiatan ekonomi secara umum jalannya perekonomian yaitu dengan
dalam rangka hubungan hukum mendayagunakan hukum secara
terjadi tetap dalam batas-batas efektif agar dapat mengoperasikan
keseimbangan kepentingan umum sistem pasar, persaingan bebas dan
semua pihak. Campur tangan negara sebagainya. 3
dalam hal ini adalah dalam rangka Pembangunan ekonomi
menjaga keseimbangan kepentingan Indonesia ditujukan untuk
semua pihak dalam masyarakat, menigkatkan kehidupan masyarakat
melindungi kepentingan produsen yang adil dan makmur serta
dan konsumen sekaligus melindungi sejahtera. Hal ini sesuai dengan cita-
kepentingan negara dan kepentingan cita dan amanat Pancasila dan
umum terhadap kepentingan Undang-Undang Dasar 1945, oleh
perusahaan atau pribadi. 2 karena itu pelaku usaha di Indonesia
Persaingan bebas dalam ekonomi dalam menjalankan usahanya
pasar yang dikembangkan di berasaskan demokrasi ekonomi
Indonesia perlu diingat bahwa berdasrkan pasal 33 Undang-Undang
bukanlah dalam arti bebas sebebas- Dasar 1945.4
bebasnya, melainkan bebas tetapi
terikat dengan peraturan 3
Hermansyah, Pokok-Pokok Hukum Persaingan
perundangan-undangan yang Usaha Di Indonesia, Kencana, Jakarta,
2008.hlm 119
4
Biro Hubungan Masyarakat Departemen
2
Ningrum Natasya Sirait, Hukum Persaingan Di Perindustrian dan Perdagangan. 1999. Buku
Indonesia, Medan, Juli 2004. Hlm 7 Pedoman Undang-Undang Nomor 5 Tahun

5
Kebijakan atas pembangunan jasa dalam iklim usaha yang sehat,
yang mengutamakan pertumbuhan efektif dan efisien sehingga dapat
ekonomi telah menghasilkan mendorong pertumbuhan ekonomi
korporasi-korporasi raksasa yang dan terciptanya ekonomi pasar yang
menguasai dan memonopoli ekonomi wajar. 6
Indonesia. Kekuasaan yang luar Tujuan pemidanaan korporasi
biasa pada korporasi teahp (dalam tindak pidana ekonomi)
berikutnya sangat mempengaruhi sering dikaitkan dengan tujuan
dalam berbagai aspek kehidupan finansial, namun sebenarnya
masyarakat dan sangat merugikan mengandung tujuan yang lebih jauh.
kepentingan pelaku ekonomi Tujuan pemidanaan korporasi tidak
lainnya. 5 sebatas finansial karena dalam
Tujuan utama undang-undang menjatuhkan pidana pada sebuah
larangan praktik monopoli dan korporasi harus dipertimbangkan
persaingan usaha tidak sehat adalah dengan teliti dan hati-hati terhadap
memberikan kontribusi terhadap dampaknya. Misalnya, penutupan
upaya-upaya meningkatkan efisiensi seluruh atau sebagian usaha
ekonomi nasional. Pelaku usaha korporasi karena yang menderita
dalam menjalankan usaha harus tidak hanya korporasi tetapi juga
berasaskan demokrasi ekonomi. pegawainya. 7
Demokrasi ekonomi menghendaki Pelanggaran terhadap ketentuan
adanya kesempatan yang sama bagi pasal 5 sampa dengan pasal 8, pasal
setiap warga negara untuk
6
berparsitipasi didalam proses Biro Hubungan Masyarakat Departemen
Perindustrian dan Perdagangan. 1999. Buku
produksi dan pemasaran barang atau Pedoman Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
tentang Larangan Praktik Monopoli dan
1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.Jakarta. hlm 2.
7
Persaingan Usaha Tidak Sehat. Jakarta.hlm 3. Muladi dan Dwidja Priyatno,
5
Muladi dan Dwidja Priyatno, Pertangungjawaban Korporasi dalam Hukum
Pertangungjawaban Korporasi dalam Hukum Pidana, Cetakan Pertama Bagian Penerbitan
Pidana, Cetakan Pertama Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Hukum Bandung, 1992. hlm
Sekolah Tinggi Hukum Bandung, 1992. hlm 3. 143.

6
15, pasal 20 sampai pasal 24 dan Guna mengatasi hal diatas, ada
pasal 26 undang-undang ini diancam banyak upaya yang dilakukan salah
pidana denda serendah-rendahnya satunya adalah dengan menjatuhkan
Rp.1.000.000.000,00 (satu milyar suatu hukuman yang berupa pidana
rupiah) dan setinggi-tingginya denda kepada badan hukum atau
Rp.5.000.000.000,00 (lima milyar yang pihak lain yang melakukan
rupiah) atau pidana kurungan tindak pidana. Diharapkan dengan
penganti denda selama-lamanya 5 penjatuhan denda tersebut, pelaku
(tiga) bulan (Ayat 2 pasal 48). tindak pidana akan berhenti dan tidak
Selanjutnya pelanggaran mengulangi lagi perbuatannya dan
terhadap ketentuan pasal 41 undang- masyarakat merasa terpuasakan
undang ini diancam pidana serendah- dengan penjatuhan pidana denda
rendahnya Rp.1.000.000.000,00 (satu tersebut.
milyar rupiah) dan setinggi-tingginya Undang-undang No 5 Tahun
Rp.5.000.000.000,00 (lima milyar 1999 tentang larangan praktik
rupiah) atau pidana kurungan monopoli dan persaingan usaha tidak
pengganti denda selama 3 (tiga) sehat, memang telah diberikan
bulan (Ayat 3 pasal 48). rambu-rambu bagi penjatuhan pidana
Masyarakat yang secara langsung denda terhadap pelaku tindak
mengalami kerugian akibat tindak monopoli dan persaingan usaha tidak
pidana yang dilakukan oleh badan sehat yang berupa badan hukum,
hukum atau yang lain, tentunya perseroan, perserikatan dan yayasan
sangat dirugikan akibat tindak pidana atau organisasi lain yang jumlahnya
tersebut. Begitu juga dengan neara diperberat dengan sepertiga dari
yang mempunyai kewajiban untuk jumlah denda yang dijatuhkan jika
memberikan kemakmuran kepada pelaku tindak pidana adalah
setiap warganya yang akan perorangan. Sehingga apabila
mengalami kerugian. ditambah dengan seprtiga dari
jumlah tersebut maka jumlah

7
nominal denda paling banyak yang kesulitan untuk memperkirakan
dijatuhkan kepada pelaku tindak jumlah keuntungan yang diperoleh
pidana yang berbentuk badan hukum, korporasi dari hasil kejahatan yang
perseroan, perserikatan dan yayasan dilakukan, mengingat persoalan yang
atau organisasi lain adalah berkaitan dengan kejahatan oleh
Rp.100.000.000.000,00 (seratus korporasi.
milyar rupiah). Sanksi tindakan berupa
Penerapan sanksi tindakan ³SHUDPSDVDQ NHXQWXQJDQ´ SDGD
perampasan keuntungan yang hakikatmya dapat dikelompokkan ke
diperoleh dari tindak pidana dalam dalam pidana tambahan. Perapasan
bentuk pembayaran sejumlah uamh keuntungan merupakan perluasan
atas taksiran keuntungan yang GDUL ³SHUDPRDVDQ EDUDQJ´ \DQJ
diperoleh dari tindak pidana suatu merupakan salah satu pidana
korporasi akan berfikir dua kali tambahan menurut KUHP. Namun
untuk mengulangi tindak pidana GHPLNLDQ DQWDUD ³SHUDPSDVDQ
yang perna dilakukannya, sebab hal EDUDQJ´ GDQ ³SHUDPSDVDQ
itu akan menjadikan ia tidak NHXQWXQJDQ´ NDODX GLNDML OHELK
menikmati sama sekali keuntungan mendalam keduanya merupakan
yang diperolehnya dari tindak bentuk dari sanksi tindakan. Karena
pidana. Namun demikian, bukan kedua bentuk sanksi tersebut pada
berarti pengenaan sanksi tindakan hakikatnya bersifat mendidik bukan
terhadap korporasi yang melakukan mencela. Sifat mendidik inilah yang
tindak pidana dibidang monopoli dan merupakan ciri pokok dari sanksi
persaingan usaha tidak sehat, tidak tindakan dan yang membedakan
ada kelemahan, yakni sulitnya dengan sanksi pidana.8
memperkirakan secara tepat jumlah
8
keuntungan yang sebenarnya Barda Nawawi Arief, Kebijakan Laegistatif
dalam Penaggulangan Kejahatan dengan
diperoleh dan kelambatan penaganan Pdana Penjara, Cetakan Ketiga, Badan
Penerbit, Universitas Diponegoro, Semarang,
perkara. Hakim akan mengalami 2000. hlm 23.

8
Berkaitan dengan pencabutan bentuk sanksi ini didalamnya
izin usaha atau penutupan suluruh terdapat unsure control eksternal dan
atau sebagian korporasi metupakan akses korporasi tertentu dimata
salah satu bentuk sanksi tindakan publik. kontrol dan anggapan publik
dalam undang-undang No. 5 tahun terhadap sebuah korporasi
1999 tentang larangan praktik dampaknya jauh lebih bersar dari
monopoli dan persaingan usaha tidak penghukuman pidana. Keduanya
sehat. Tindakan penutupan korporasi mengandung dimensi sarana penal
dilakukan disebabkan oleh tindakan dan non-penal yakni pengawasan dan
korporasi yang melakukan tindak pengenaan rasa malu.
pidana telah menimbulkan korban Suatu korporasi yang dijatuhi
dalam masyarakat yang sangat luas hukuman berupa penutupan
yang terlibat dalam dunia usaha baik korporasi sebagian apalagi seluruhya
pelaku usaha maupun konsumen. akan merasa malukarena dengan
.DWD ³NRUEDQ´ GLVLQL WLGDN KDQ\D tindakan tersebut korporasi itu sudah
diartikan sebagai manusia yang dianggap berpredikat buruk.
secara kasat mata dirugikan secara Sehingga pada akhirnya masyarakat
langsung oleh adanya monopoli dan akan selalu mengawasi setiap
persaingan usaha tidak sehat tetapi aktivitas korporasi tersebut.
harus diartikan dalam pengertian Tindakan pengawasan ini akan
yang lebih luas, yang meliputi jga membuat pelaku monopoli dan
masyarakat dan dunia usaha serta persaingan usaha tidak sehat merasa
terlebih lagi pemerintah. ³HQJJDQ´ XQWXN PHQJXODQJL ODJL
Penutupan korporasi ini perbuatan tersebut.
merupakan salah satu bentuk sanksi Penutupan suatu korporasi
tindakan sangat ampuh untuk dilakukan setelah
menaggulangi kejahatan korporasi mempertimbangkan banyak hal yang
dibidang monopoli dan persaingan meliputi sifat dari tindak pidana,
usaha tidak sehat. Hal ini karena korban dan akibat yang ditimbulkan

9
oleh tindak pidana pidana itu sendiri. Kecenderungan penjatuhan
Disamping itu, hal yang tidak kalah sanksi pidana denda dalam bentuk
pentingnya adalah hakim juga sanksi pidana yang dapat dijatuhkan
mempertimbangkan nasib para kepada korporasi diatas memang
buruh/karyawan yang bekerja disuatu jauh dari kata efisien dan tidak
korporasi yang dnyatakan melakukan proposional. Mengingat tidak adanya
tindak pidana. Jangan sampai langka konkrit untuk menghentikan
penutupan suatu korporasi akan persaingan usaha tidak sehat tersebut
menimbulkan akses yang lebih parah serta tidak adanya efek jera yang
sehingga tepat kiranya pendapat diterima korporasi menyebabkan
Muladi yang mengatakan bahwa maraknya unfair competition
dampak pemberian sanksi terhadap diantara korporasi.
korporasi dapat menimpa pada
orang-orang yang tidak berdosa B. Kelemahan Pengaturan Sanksi
seperti buruh ataupun karyawan. terhadap Koporasi dalam Undang-
Oleh karenanya, harus hati-hati dan Undang Tindak Pidana Persaingan
selektif dengan mempertimbangkan Usaha Tidak Sehat
banyak faktor diatas didalam Menurut Gery A. Ferguson, ada
menjatuhkan sanksi tindakan dua kelompok pemikiran mengenai
tindakan berupa penutupan suatu karakteristik korporasi dan motovasi-
korporasi, terlebih apabila korporasi motivasi yang mendasari tindakan-
tersebut akan ditutup seluruhnya. tindakan para pejabat korporasi :
Dari sinilah kearifan dan kejelian pertama, pandangan law and
hakim diuji didalam memutuskan economic yang menyatakan bahwa
suatu kasus yang dihadapkan perusahaan didirikan untuk
padanya, khsusnya tindak pindana mengahasilkan keuntungan bagi para
oleh korporasi dibidang lingkungan pemiliknya dan pejabat perusahaan
hidup. termotivasi hampir semata-mata oleh
keinginan untuk meningkatkan

10
keuntungan bagi perusahaan. Sebuah dianggap sebagai tindak pidana).
perusahaan melakukan aktivitas Selain itu, karena perusahaan dan
kriminal hanya ketika para pejabat perusahaan termotivasi oleh
pejabatnya menyimpulkan bahwa keuntungan finansial, bentuk sanksi
aktivitas ini lebih mungkin yang paling efektif adalah
menghasilkan keuntungan daripada pemidanaan yang bersifat finansial
tidak melakukan pelanggaran. 9 biasanya denda moneter.10
Menurut pandangan ini, hukum Keuntugan finansial bukan satu-
melarang perbuatan tertentu karena satunya motivasi dari unit
ia menimbulkan kerugian atau perusahaan atau para pejabat
kesalahan kepada masyarakat yang menyebabkan hukum moneter bisa
setidaknya dapat dihitung dari sudut tidak mempengaruhi kepentingan
uang sebagai cost (biaya), dan yang mendasari tindak kriminal
biasanya sosial cost ini akan (pidana) dan tidak selalu menjadi
melebihi keuntungan berapa pun bentuk sanksi yang paling efektif.
yang dicapai oleh perusahaan. Pencegahan yang paling efektif
Menurut pandangan ini, cara yang menghendaki agar struktur
paling efektif untuk menghalangi pemidanaan terdiri dri berbagai
kejahatan perusahaan adalah pilihan termasuk sanksi-sanksi non-
memastikan bahwa seluru social cost finansial.
mengalir dari perbuatan pelanggaran Kesimpulan dari penjelasan
ditanggung oleh perusahaan yang Ferguson dapat ditegaskan kembali
melakukan pelanggaran (ini juga bahwa persoalan sanksi dalam upaya
berrti bahwa dimana keuntungan menanggulangi kejahatan korporasi
perusahaan melebihi social cost, tidak hanya dengan memberatkan
masyarakat mendapat keuntungan jenis sanksi pidananya, akan tetapi
fisik dan aktivitas itu tudak akan jenis sanksi tindakan yang bersifat

9 10
Ibid. hlm 151 Ibid, hlm 152

11
administrative-ekonomis, semisal pelaku tindak pidana. (Muladi
³SHQHPSDWDQ SHUXVDKDDQ GLEDZDK dan Dwidja Priyatno, 2010 : 166)
SHQJDPSXDQ´ GDSDW GLMDGLNDQ Tindak pidana dibidang ekonomi
VHEDJDL ³SULXPXP UHPHGLXP´ 11 seperti diketahui bukan saja sulit
Kelemahan undang-undang anti dijerat hukum tetapi juga para
monopoli dalam mengatur tentang pelakunya (korporasi) telah
sanksi korporasi yaitu : memperhitungkan untung rugi dari
1. Tidak ada ketentuan apa yang dia lakukan. Semakin kecil
pertanggungjawaban pidana kemungkinan ditangkap dan
terhadap korporasi. Tindakan dihukum terhadap pelaku, semakin
administratif hanya dapat besar peluang pelaku melakukan
dijatuhkan olej Komis Pengawas tindak pidana, begitu pun sebaliknya.
Persaingan Usaha (KPPU) dan Itulah sanksi pidana yang berupa
tidak diintegrasikan dalam sistem penjara, denda dan gantu rugi sangat
pertanggungjawaban pidana. tidak memadai untuk menaggulangi
(Barda Nawawi Arief, 2010 : 24- tindak pidana dibidang ekonomi. 12
25) 0HQXUXW 6KROHKXGGLQ ³VLVWHP
2. Tindakan administratif tersebut VDQNVL GDODP KXNXP SLGDQD´ EHQWXN-
diatas seharusnya dapat bentuk sanski dalam sanksi pidana
diterapkan pada korporasi, akan tambahan cenderung tumpang tindih
tetapi dalam undang-undang dengan bentuk-bentuk sansksi
tersebut sanksi itu tidak tindakan. Barda Nawawi selanjutnay
merupakan salah satu jenis sanksi menegaskan, untuk menghadapi
pidana yang dapat dijatuhkan perkembangan delik-delik seperti
oleh hakim/pengadilan apabila tindak pidana dibidang
korporasi diajukan sebagai perekonomian, perlu dipikirkan
alternatif pidana lain yang sesuai

11 12
Ibid. hlm 153 Ibid. hlm 157

12
hakikat permasalahannya. persaingan usaha tidak sehat
Sholehuddin sependapat bila yaitu pertanggungjawaban
alternatif sanksinya berupa jenis korporasi dalam tindak
sanksi tindakan, karena bentuk- persaingan usaha tidak sehat
bentuk sanksi tindakan cukup adalah tindakan administratif
bervariatif, lebih bersifat open system hanya dapat dijatuhkan oleh
dan lebih sesuai dengan hakikat Komisi Pengawas Persaingan
permasalahan yang muncul dari Usaha (KPPU), sehingga tidak
13
tindak pidana dibidang ekonomi. ada ketentuan
III. PENUTUP pertanggungjawabanpidana
A. Kesimpulan terhadap korporasi dalam
Berdasarkan yang telah undang-undang tersebut sanksi
dipaparkan sebelumnya, maka dapat itu tidak merupakan salah satu
ditarik kesimpulan sebagai berikut : jenis sanksi pidana yang dapat
1. Bentuk pertangunggjawaban dijatuhkan oleh
korporasi dalam tindak pidana hakim/pengadilan apabila
usaha tidak sehat adalah tindakan korporasi diajukan sebagai
administratif hanya dapat pelaku tindak pidana hanya
dijatuhkan oleh Komisi PHQJHQDO ³SLGDQD SRNRN GHQGD
Pengawas Persaingan Usaha SLGDQD WDPEDKDQ´ $GDQ\D
(KPPU) dan tidak diintegrasikan SLGDQD PLQLPXP NKXVXV ³WHWDSL
kedalam sistem tidak ada aturan/pedoman
pertanggungjawaban pidana SHQHUDSDQ JDQWL UXJL´ WLGDN
sebagai pelaku tindak pidana. dimasukkan sebagai pidana
2. Kelemahan kebijakan sanksi tambahan tetapi sebagai tindakan
terhadap korporasi dalam administratif.
undang-undang tindak pidana B. Saran
1. Perlunya undang-undang No 5
13
Ibid. hlm 156-157 tahun 1999 tentang larangan

13
praktik monopoli dan persaingan sanksi pidana kurungan dan
usaha tidak sehat direvisi denda saja.
sehingga dimasukkan 2. Pelunya pelanggaran tindak
pertanggungjawaban korporasi pidana monopoli diadili di
dalam bentuk tindak pidana pengadilan umu bukan pada
persaingan usaha tidak sehat Komisi Pengawas Persaingan
berupa sanksi pidana pokok, Usaha (KPPU), kecuali
tidak lagi hanya terbatas pada pelanggaran administratif dan
perdata saja

14
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-Buku

Barda Nawawi, Kebijakan Legislatif dalam Penaggulangan Kejahatan dengan


Pidana Penjara, Cetakan Ketiga, Badan Penerbit, Universitas Diponegoro,
Semarang,2000.

Biro Hubungan Masyarakat Departemen Perindustrian dan Perdangangan. 1999.


Buku Pedoman Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan
Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Jakarta.

Ningrum Natasya Sirait, Hukum Persaingan Di Indonesia, Medan, Juli, 2004.

Hermansyah, Pokok-Pokok Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, Kencana,


Jakarta.2008.

Muladi dan Dwidja Priyatno, Pertanggungjawaban Korporasi dalam Hukum


Pidana, Cetakan Pertama , Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Hukum
Bandung, Bandung, 1992.

Sholehuddin. M, Sistem dalam Hukum Pidana ; Ide Dasar Double Track System
dan Implementasinya, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003

B. Undang-Undang

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) 1945

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan


Persaiangan Usaha Tidak Sehat

15

Anda mungkin juga menyukai