Anda di halaman 1dari 6

NAMA : FRENDY MONIKA

NIM : 042524911
JURUSAN : ILMU HUKUM
UPBJJ-UT : BANDAR LAMPUNG
MATA KULIAH : HUKUM PERSAINGAN USAHA

SOAL
Berikanlah jawaban dan analisis anda atas beberapa pertanyaan berikut:
1. Jelaskanlah Pemahaman anda tentang Sejarah lahirnya Undang-undang No. 5 Tahun
1999? Dan apakah Undang-undang tersebut masih relevan dengan kondisi saat ini?
2. Berikanlah pemahaman anda tentang monopoly by nature! Bagaimana menentukan
bahwa tidak ada praktik persaiangan usaha tidak sehat yang dilakukan?
3. Berikan analisis anda dalam kasus apa sajakah KPPU melakukan Pendekatan Per se
illegal dan Rule of Reason untuk menemukan praktik kecurangan yang dilakukan oleh
pelaku usaha terhadap UU No. 5 Tahun 1999!

JAWABAN
1. Sejarah Lahirnya Hukum Undang-undang No. 5 Tahun 1999
Persaingan Usaha di Indonesia Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU 5/1999) lahir sebagai kelengkapan hukum
yang diperlukan dalam suatu perekonomian yang menganut mekanisme pasar. Di satu pihak,
undang-undang ini diperlukan untuk menjamin agar bersaing dalam perekonomian dapat
berlangsung tanpa hambatan. Namun di lain pihak, undang-undang ini berfungsi sebagai
rambu-rambu untuk memagari agar tidak terjadinya praktik yang tidak sehat maupun tidak
wajar dalam dunia bisnis di Indonesia.
Keberadaan undang-undang ini disusun berasaskan kepada demokrasi ekonomi dengan
memperhatikan keseimbangan antara pelaku usaha dan kepentingan masyarakat. Sehingga
tujuan dari undang-undang ini sebagaimana ditegaskan dalam ketentuan Pasal 3 yang
dirumuskan sebagai berikut:
a. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional sebagai salah
satu upaya untuk
b. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha yang sehat
sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku usaha
besar, pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha kecil;
c. Mencegah praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang ditimbulkan
oleh pelaku usaha; dan;
d. Terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.
Sebagaimana kita ketahui, bahwa undang-undang ini juga dilahirkan di tengah kemelut krisis
moneter yang kemudian berkembang menjadi krisis ekonomi dan krisis kepercayaan terhadap
pemerintah yang berkuasa saat itu. Pihak IMF (International Monetary Fund) sebagai pemberi
bantuan keuangan maupun finance advice dalam rangka pemulihan perekonomian Indonesia
menilai bahwa salah satu instrument yang dapat memperbaiki keadaan perekonomian
Indonesia adalah adanya pengaturan tentang persaingan sehat (fair competition).
Pihak Pemerintah Indonesia juga melalui pihak terkait yang menangani perihal persaingan
usaha tidak sehat seharusnya dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU 5/1999) bertindak aktif
dalam mengawasi berbagai tindakan perilaku pelaku usaha yang dapat merugikan maupun
memberikan dampak yang luas bagi kesehatan persaingan bagi para pelaku usaha di Wilayah
hukum Indonesia. Indonesia dari sisi perwilayahan juga merupakan salah satu negara yang
memiliki wilayah luas termasuk wilayah laut maupun datar. Tidak menutup kemungkinan juga
memiliki banyak lapangan usaha serta berbagai elemen terkait mata rantai maupun roda
ekonomi yang bergerak secara cepat dan dinamis didalamnya.
Saat ini Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 yang dinilai sudah tidak relevan dengan
perkembangan zaman saat ini. Karena kurang optimalnya publikasi putusan. Maka dari itu perlu
publikasi putusan KPPU lebih dioptimalkan guna memberikan efek jera bagi pelaku usaha yang
terbukti melakukan praktek monopoli atau persaingan usaha tidak sehat. Penting karena KPPU
merupakan institusi yang melakukan penegakan hukum dalam hukum administrasi negara, dan
oleh karenanya tugas serta wewenang KPPU berada dalam wilayah hukum administrasi.
Sebagai lembaga negara bantu utama dalam ranah eksekusi, secara konsep penegakan hukum
satu atap sebagaimana yang dilakukan KPPU adalah hal yang lumrah dalam hukum administrasi.
Lebih lanjut dibahas mengenai materi-materi yang akan dimuat dalam Undang-Undang baru
tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, salah satunya
mengenai leniency program atau program pengampunan bagi pelaku usaha yang
mengungkapkan terjadinya kartel. Leniency sudah terbukti efektif diterapkan oleh otoritas
persaingan usaha di berbagai negara dalam mengungkap kartel yang sulit dibuktikan.
Sumber :
Wafiya. 2014. Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Larangan Praktek Monopoli Dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat. Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum, (4): 657-680.

2. Monopoly by nature. Yaitu monopoli yang lahir dan tumbuh secara alamiah karena didukung
oleh iklim dan lingkungan yang cocok. Kita dapat melihat bentuk monopoli seperti ini yaitu
tumbuhnya perusahaan-perusahaan yang karena memiliki keunggulan dan kekuatan tertentu
dapat menjadi raksasa bisnis yang menguasai seluruh pangsa pasar yang ada. Mereka menjadi
besar karena memiliki sifat-sifat yang cocok dengan tempat dimana mereka tumbuh. Selain itu
karena berasal dan didukung bibit yang unggul serta memiliki faktor-faktor yang dominan.
Untuk menentukan bahwa tidak adanya persaingan usaha tidak sehat tentu dicipatakanya
Hukum persaingan usaha yaitu hukum yang mengatur tentang interaksi atau hubungan
perusahaan atau pelaku usaha di pasar, sementara tingkah laku perusahaan ketika berinteraksi
dilandasi atas motif-motif ekonomi.
Pasal 33 ayat (4) yang menyatakan : Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas
demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian serta dengan menjaga keseimbangan, kemajuan dan
kesatuan ekonomi nasional. Dari Pasal tersebut tersirat bahwa tujuan pembangunan ekonomi
yang hendak dicapai haruslah berdasarkan kepada demokrasi yang bersifat kerakyatan yaitu
adanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Hukum persaingan usaha diciptakan dalam rangka mendukung terbentuknya sistem ekonomi
pasar agar persaingan antar pelaku usaha dapat tetap hidup dan berlangsung secara sehat,
sehingga masyarakat.
Hukum persaingan usaha sifatnya mencegah terjadinya praktek monopoli dan/atau mencegah
terjadinya persaingan usaha yang tidak sehat. Dengan ditegakkannya hukum persaingan
usaha diharapkan efisiensi ekonomi tercapai, sehingga dapat menciptakan kesejahteraan
masyarakat secara umum.
Kegiatan-kegiatan tertentu yang dilarang dan berdampak tidak baik untuk persaingan pasar
terdiri dari monopoli, monopsoni, penguasaan pasar (predatory pricing, price war and price
competition, penetapan biaya produksi dengan curang), dan persekongkolan (conspiracy).
Dengan begitu kita dapat memntukan tidak adanya pesaingan usaha tidak sehat dengan ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Jumlah pembeli banyak dan jumlah penjual pun banyak.
2. Barang yang diperjual belikan homogen dalam anggapan konsumen
3. Ada kebebasan mendirikan atau membubarkan perusahaan
4. Sumber produksi bebas bergerak kemana pun
5. Pembeli dan penjual mengetahui satu sama lain dan mengetahui barang-barang yang
diperjual belikan.
Sumber:
https://fahum.umsu.ac.id/wajib-ketahui-hukum-persaingan-usaha/
Agustina, Enno Selya dkk. 2023. Analisis Upaya Penegakan Hukum Terhadap Tindakan
Kemitraan Dalam Perspektif Persaingan Usaha Tidak Sehat. Jurnal Studia Legalia : Jurnal Ilmu
Hukum, Vol. 4(1): 13-20.

3. KPPU memiliki beberapa fungsi. Yakni, melakukan pencegahan dan pengawasan terjadinya
praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat. Kemudian, melakukan penegakan
hukum berupa larangan praktik monopoli dan/atau persaingan usaha. KPPU sebagaimana
dirumuskan dalam Pasal 36 UU Nomor 5 tahun 1999, mempunyai kewenangan melakukan
penegakan hukum perkara kartel baik berdasarkan atas inisiatif KPPU sendiri atau atas dasar
laporan dari masyarakat.

KPPU mengenal 2 (dua) macam pendekatan dalam menentukan hambatan dalam suatu pasar
yaitu dengan pendekatan yang disebut dengan Per se Illegal (per se violations atau per se rule)
dan pendekatan Rule of Reason.

Pendekatan Rule Of Reason Dan Pendekatan Per Se Illegal Ada dua pendekatan yang digunakan
Komisi Pengawas Pesaingan Usaha (KPPU) dalam menilai suatu tidakan persaingan usaha, yakni
pendekatan rule of reason dan per se illegal. 4 Secara sederhana, pendekatan rule of reason
menggunakan pendekatan kasus (case approach). Dalam pendekatan ini KPPU bertolak dari
tindakan-tindakan bisnis yang sudah dilakukan pelaku bisnis dan memberikan penilaian apakah
terkandung unsur persaingan usaha tidak sehat atau tidak. Sementara, pendekatan per se
illegal merupakan pendekatan yang berpatok pada undang-undang, tanpa harus membuktikan
dampak dari tindakan bisnis tersebut terhadap perekonomian. Umumnya, kegiatan yang
dianggap per se illegal mencakup penetapan harga secara kolutif atas sebuah produk, serta
pengaturan harga jual kembali.

Pendekatan Rule of Reason


Pendekatan rule of reason adalah suatu pendekatan penyelesaian kasus yang digunakan oleh
otoritas lembaga persaingan usaha untuk mengevaluasi suatu tindakan bisnis dan menilai
apakah tindakan itu melanggar persaingan yang sehat atau tidak. Rumusan undang-undang
yang biasa dipakai dalam pendekatan ini biasanya terkandung pernyataan “yang dapat
mengakibatkan”, dan atau “patut diduga”. Kata-kata tersebut menyiratkan diperlukannya
penelitian secara lebih mendalam tindakan pelaku bisnis tertentu. Dalam pendekatan rule of
reason, pencari fakta harus mempertimbangkan dan menentukan apakah perbuatan tersebut
menghambat persaingan dengan menunjukkan akibatnya terhadap pelaku bisnis lain atau
terhadap perekonomian umum.
Penerapan pendekatan rule of reason harus melalui prosedur pembuktian yang diawali dengan
menentukan definisi relevant market. Penilaian dan keputusan tentang implikasi persaingan
akibat tindakan bisnis, tergantung pada ukuran (pangsa) pasar dan bentuk pasar terkait (the
relevant market). Misalnya, dalam suatu kasus yang menyangkut penyalahgunaan posisi
dominan, jika pasar yang didefinisikan adalah kecil dan perusahaan yang berada dalam
pengawasan memiliki pangsa (pasar) yang lebih besar pada pasar tersebut, maka perusahaan
tersebut dianggap sebagai dominan.
Penerapan rule of reason merupakan pilihan yang tepat dalam melakukan suatu tindakan
penyelidikan demi terwujudnya kesejahteraan umum. Analisis ekonomi diperlukan untuk
menentukan praktek tertentu yang menghambat atau mendorong persaingan. Dalam proses
penyelidikan itu, otoritas yang berwewenang semestinya mengambil langkah yang akibatnya
paling menguntungkan (efisien) bagi perekonomian masyarakat luas.

Pendekatan Per Se Illegal


Selain pendekatan rule of reason, pilihan lain yang digunakan KPPU adalah pendekatan per se
illegal. Pendekatan per se illegal dapat dikategorikan sebagai pendekatan posivistik. Suatu
tindakan bisnis dinilai berdasarkan peraturan perundangundangan; untuk menyatakan sebagai
melanggar UU persaingan usaha atau tidak. Dalam pendekatan ini, akibat yang ditimbulkan dari
tindakan bisnis pelaku bisnis tidak harus dibuktikan sebagai dasar dalam penilaian. Suatu
tindakan bisnis dinilai berdasarkan kesesuainnya dengan peraturan perundang-undangan.
Dalam per se illegal, kata-kata yang dipakai adalah “dilarang”, “… yang dapat mengakibatkan
…”…

Kelebihan dalam pendekatan per se illegal adalah kemudahan dan kejelasan proses
administrasi. Di samping itu, pendekatan ini memiliki kekuatan mengikat yang lebih tegas dan
luas daripada yang tergantung pada evaluasi mengenai pengaruh kondisi pasar yang kompleks.
Penggunaan pendekatan ini memperpendek proses pelaksanaan suatu undang-undang. Per se
illegal dianggap mudah karena hanya mengikuti identifikasi pelaku yang tidak sah dan
pembuktian atas perbuatan illegal tersebut. Artinya tidak diperlukan lagi penyelidkan di pasar
usaha.
Ada dua syarat dalam melakukan pendekatan per se illegal. Pertama, lebih terarah kepada
pelaku bisnis daripada situsi pasar. Metode pendekatan ini mempertimbangkan sengaja atau
tidaknya tindakan pelaku bisnis. Kedua, adanya identifiikasi yang tepat atas jenis praktek atau
batasan prilaku yang terlarang. Penilaian atas tindakan dari pelaku usaha baik di pasar maupun
di pengadilan harus dapat ditentukan secara mudah.

Penyelidikaan terhadap ketentuan hukum persaingan melalui pendekatan per se illegal lebih
memberikan kepastian hukum. Jenis-jenis persaingan usaha tidak sehat dirumuskan secara
tegas dalam undang-undang, sehingga memberikan kepastian bagi para pelaku usaha untuk
mengetahui keabsahan suatu tindakan bisnis. Hal ini memungkinkan pelaku usaha dapat
memprediksi sebuah tindakan bisnis agar dengannya terhindar dari gugatan para penegak
hukum yang dapat mengakibatkan kerugian yang banyak. Dalam arti kepastian bisnis,
pendekatan per se illegal sangat dibutuhkan.

Penggunaan dua pendekatan di atas merupakan alternatif dalam penyelesaian kasus


persaingan usaha tidak sehat. KPPU menilai semua perjanjian maupun indakan pelaku usaha
yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik usaha tidak sehat. Dalam menjalankan tugas
tersebut, KPPU memilik kewenangan menggunakan secara alternatif salah satu dari kedua cara
tersebut atau kedua-duanya dipakai untuk saling melengkapi. Secara sederhana rule of reason
membedah substansi persaingan usaha yang tidak sehat. Sementara, per se illegal, suatu
pendekatan yuridis dalam mana tindakan atau perjanjian tersebut sudah dianggap melanggar
persaingan usaha yang sehat.

Untuk menentukan pendekatan mana yang dipakai dalam menyelesaikan perkara persaingan
usaha, ada beberapa petunjuk yang dapat dipakai. Pertama, apakah suatu perjanjian
melibatkan para pesaing? Jika demikian, maka analisis per se illegal lebih tepat digunakan.
Namun jika tidak, maka akan digunakan pendekatan rule of reason. Kedua, apakah rencana
tesebut melibatkan suatu jaringan industri. Jika demikian maka akan digunakan pendekatan
rule of reason. Ketiga, apakah tindakan tersebut berpengaruh terhadap harga dan produk. Jika
demkian, dan melibatkan para pesaing lain, maka akan menerapakan akan digunakan analisi
per se illegal. Namun, jika tindakan pelaku usaha yang dimaksud tidak secara langsung
berpengaruh terhadap harga, maka digunakan pendekatan rule of reason. Pedoman keempat,
apakah perjanjian yang berpengaruh terhadap harga tersebut berdampak langsung terhadap
persaingan. Jika demikian, maka digunakan analisi per se illegal.

Sumber:
Wihelmus Jemarut. 2020. Pendekatan Rule Of Reason Dan Per Se Illegal Dalam Perkara Persaingan
Usaha. Widya Yuridika: Jurnal Hukum, Vol. 3(2): 377-384.

Anda mungkin juga menyukai