Anda di halaman 1dari 10

KELOMPOK 3

HUKUM & ETIKA BISNIS

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Masih banyak masyarakat Indonesia ragu dan merasa tidak mudah untuk mendirikan
suatu usaha baru atau untuk berperan aktif atau berpartisipasi di bidang bisnis. Salah satu
masalah paling besar yang melatar belakangi hal tersebut adalah rasa takut dalam bersaing
dengan pelaku usaha lainnya di dalam pasar. Padahal banyaknya pelaku usaha bidang bisnis
di suatu negara berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi nasional sehingga menentukan
pertumbuhan ekonomi negara tersebut karena tingginya jumlah pelaku usaha akan
menyebababkan bertambahnya tingkat kesejahteraan rakyat.
Pada kenyataannya, peluang-peluang usaha akan selalu tercipta mengingat hukum
ekonomi yang menyatakan bahwa keinginan dan permintaan manusia akan suatu barang dan
atau jasa tiada habisnya. Persaingan tidak sehat dalam melakukan usaha bisnis dan
penguasaan tunggal dari suatu pihak adalah penyebab masyarakat ragu untuk berpartisipasi
atau melakukan suatu usaha bisnis. Penyebab tersebut akan semakin memperburuk keadaan.
Di Indonesia sendiri, sudah terdapat undang-undang yang mengatur tentang larangan
praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat yaitu Undang-undang Nomor 5 Tahun
1999. Undang-undang ini berfungsi untuk menegakkan aturan hukum dan memberikan
perlindungan bagi setiap pelaku usaha di dalam upaya untuk menciptakan persaingan usaha
yang sehat. Undang-undang ini memberikan jaminan kepastian hukum untuk lebih
mendorong percepatan pembangunan ekonomi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
umum, serta sebagai implementasi dari semangat dan jiwa Undang-Undang Dasar 1945.
Namun implementasi atas eksistensi undang-undang ini masih perlu diperdalam.

I.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, dikemukakan beberapa masalah:
1. Apakah garis besar dari isi undang-undang nomor 5 tahun 1999?
2. Apakah peranan Komisi Pengawas persaingan Usaha?
3. Bagaimana eksistensi undang-undang nomor 5 tahun 1999 dalam menumbuhkan
kesempatan berbisnis di Indonesia?
1

KELOMPOK 3

HUKUM & ETIKA BISNIS

I.3. Tujuan
Berkaitan dengan permasalahan yang akan dikaji, berikut dikemukakan tujuan dari
makalah ini:
1. Untuk mengetahui garis besar dari isi undang-undang nomor 5 tahun 1999.
2. Untuk mengetahui Apakah peranan Komisi Pengawas persaingan Usaha.
3. Untuk mengetahui eksistensi undang-undang nomor 5 tahun 1999 dalam
menumbuhkan kesempatan berbisnis di Indonesia.

KELOMPOK 3

HUKUM & ETIKA BISNIS

BAB II
PEMBAHASAN

II.1. Pengertian Pelaku Usaha


Pelaku usaha adalah setiap orang atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum
atau bukan badan hukum yang mendirikan, berpartisipasi atau melakukan kegiatan dalam
wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui
perjanjian, menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi.
Bentuk atau wujud dari pelaku usaha:
1. Orang perorangan, yakni setiap individu yang melakukan kegiatan usahanya secara
seorang diri.
2. Badan usaha, yakni kumpulan individu yang secara bersama-sama melakukan kegiatan
usaha. Badan usaha selanjutnya dapat dikelompokkan kedalam dua kategori, yakni:
a. Badan hukum. Menurut hukum, badan usaha yang dapat dikelompokkan ke dalam
kategori badan hukum adalah yayasan, perseroan terbatas dan koperasi.
b. Bukan badan hukum. Jenis badan usaha selain ketiga bentuk badan usaha diatas
dapat dikategorikan sebagai badan usahan bukan badan hukum, seperti firma, CV
dan persekutuan.

II.2. Pengertian Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat


Monopoli adalah penguasaan atas produksi, pemasaran barang dan penggunaan jasa
tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha sehingga menimbulkan
persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan masyarakat banyak. Praktek monopoli
adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan
dikuasainya produksi, pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan
persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum.
Secara langsung, monopoli menimbulkan keadaan di mana pelaku monopoli tidak
mempunyai pesaing di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan pangsa pasar yang dikuasai
atau pelaku monopoli juga mempunyai posisi tertinggi di antara para pelaku usaha lainnya di
pasar bersangkutan dalam kaitan dengan kemampuan keuangan, kemampuan akses pada
pasokan atau penjualan, serta kemampuan untuk menyesuaikan pasokan atau permintaan
barang atau jasa tertentu.
3

KELOMPOK 3

HUKUM & ETIKA BISNIS

Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan
kegiatan produksi, pemasaran barang dan jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau
melawan hukum dan menghambat persaingan pelaku usaha lainnya.

II.3. Hukum Persaingan Usaha


Kebijakan mengenai hukum persaingan usaha bukanlah hal yang baru diakui oleh
negara-negara di dunia. Di Amerika serikat sudah lama sekali berlaku undang-undang yang
melarang praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Sebelum berlakunya undangundang itu, putusan-putusan pengadilan Amerika Serikat telah memberikan putusan-putusan
mengenai larangan praktik-praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat sejak tahun
1889, Kanada sudah mengundangkan Canada Combines Act, yang di dalamnya memuat
ketentuan mengenai larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.
Kebutuhan untuk mengatur larangan mengenai praktik monopoli dan persaingan usaha
tidak sehat berkaitan erat dengan atau seringpula dikatakan berazaskan konsepsi mengenai
ekonomi pasar bebas (free market economy) yang diperkenalkan oleh Adam Smith lewat
bukunya ,The Wealth Of Nation. Konsepsi mengenai ekonomi pasar bebas tadi dilahirkan
oleh Smith sebagai resistensinya terhadap kondisi perekonomian di Inggris yang lebih
mengedepankan customary economy ketimbang market economy. Pada waktu itu pasar
dikendalikan oleh raja-raja, ratu-ratu, dan anggota parlemen, serta bangsawan-bangsawan
yang mendapatkan hak istimewa berdasarkan garis keturunan maupun tradisi. Hal tersebut
berdampak pada maraknya praktik monopoli yang memiliki ekses terhadap diskriminasidiskriminasi di bidang ekonomi, terutama yang amat dirasakan oleh pedagang kecil dan
menengah.
Teori ekonomi pasar bebas yang dikembangkan saat itu antara lain beranggapan
bahwa hukum tidak boleh mencampuri kebebasan berusaha sekalipun apabila mereka
bersama-sama menaikkan harga-harga. Menurut teori tersebut, sepanjang perjanjian di antara
mereka dibuat secara sukarela tanpa tekanan, pasar akan dengan sendirinya mampu
memperbaiki distorsi yang terjadi.
Teori ekonomi pasar bebas yang diperkenalkan oleh Adam Smith tadi berkaitan erat
dengan kondisi pasar yang kompetitif atau biasa dikenal sebagai pasar persaingan sempurna.
Dalam pasar persaingan sempurna, terdapat banyak perusahaan yang beroperasi untuk
4

KELOMPOK 3

HUKUM & ETIKA BISNIS

menjual barang dengan karakteristik yang serupa. Kemampuan mereka untuk mengatur harga
pasar hampir tidak ada karena mekanisme penawaran (supply) dan permintaan (demand)
sendirilah yang akan menentukan harga terbaik yang bisa dicapai oleh pasar (price
equilibrium), dalam artian ketika mereka menaikkan harga maka kemungkinan mereka akan
kehilangan sejumlah pembeli yang mencari perusahaan atau penjual yang menjual dengan
harga lebih murah. Selain itu, karakteristik lain dari kondisi pasar yang bersaing secara
sempurna adalah informasi dengan luas tersedia kepada penjual maupun pembeli, mudah
masuk dan keluar dari pasar, infrastruktur di dalam pasar layak, dan kontrak yang dibuat
antara penjual dan pembeli dapat dengan mudah dilaksanakan. Ketika karakteristikkarakteristik ini terpenuhi, maka sebuah pasar akan bekerja secara efisien dan akan tercapai
maksimalisasi keuntungan baik dari sisi penjual maupun pembeli.

II.4. Garis Besar Dari Isi Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999


Hal-hal yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dapat
dikelompokkan ke dalam 11 Bab dan dituangkan ke dalam 53 Pasal dan 26 Bagian, yang
cakupan materi dan sistematikanya sebagai berikut:
NO
.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

BAB
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
1X
X
XI

PERIHAL/ISI/TENTANG/MATE
RI
Ketentuan dan Umum
Asas dan Tujuan
Perjanjian yang Dilarang
Kegiatan yang Dilarang
Posisi Dominan
Komisi Pengawas Persaingan Usaha
Tata Cara Penanganan Perkara
Sanksi
Ketentuan Lain
Ketentuan Peralihan
Ketentuan Penutup
Jumlah

PASAL

JUMLAH

1
2 s.d. 3
4 s.d. 16
17 s.d. 24
25 s.d. 29
30 s.d. 37
38 s.d. 46
47 s.d. 49
50 s.d. 51
52
53
53

1 pasal
2 pasal
13 pasal
8 pasal
5 pasal
8 pasal
9 pasal
3 pasal
2 pasal
1 pasal
1 pasal
53 pasal

Di samping itu, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dilengkapi pula dengan:


1. Penjelasan Umum dan
2. Penjelasan Pasal Demi Pasal.

KELOMPOK 3

HUKUM & ETIKA BISNIS

Dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dinyatakan bahwa


secara umum, materi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 mengandung 6 bagian
pengaturan yang terdiri atas:
1. Perjanjian yang Dilarang
2. Kegiatan yang Dilarang
3. Posisi Dominan
4. Komisi Pengawas Persaingan Usaha
5. Penegakan Hukum
6. Ketentuan Lain-lain.
Didalam UU No. 5 Tahun 1999 juga tertera bahwa setiap pelaku bisnis tidak boleh
melalukan suatu perjanjian yang membuat persediaan barang-barang yang ada dipasar
dikuasai oleh mereka. Bekerja sama dalam hal tersebut merupakan tindakan memonopoli
barang-barang yang beredar d pasar tersebut. Dampak yang terjadi pelaku usaha lain dalam
pasar tersebut kekurang persediaan barang untuk mereka jual dan mengakibatkan mereka
kehilangan kepercayaan terhadap para pelanggannya. Semua kebijakan yang dibuat pelaku
bisnis menentukan tingkat persaingan yang terjadi dalam sebuah pasar. (Pasal 28)
Robert Meiner (Siswanto; 2001) membedakan dua jenis persekongkolan apabila
melihat pihak-pihak yang terlibat yaitu persekongkolan yang bersifat dan persekongkolan
yang bersifat vertical. Persekongkolan horizontal adalah persekongkolan yang diadakan oleh
pihak-pihak yang saling merupakan pesaing, sedangkan persekongkolan vertikal adalah
persekongkolan yang dibuat oleh pihak-pihak yang berada dalam hubungan penjual dengan
pembeli.
Dalam Pasal 9 mengatakan bahwa Perjanjian dapat bersifat vertikal atau horizontal.
Perjanjian ini dilarang karena pelaku usaha meniadakan atau mengurangi persaingan dengan
cara membagi wilayah pasar atau alokasi pasar. Wilayah pemasaran dapat berarti wilayah
negara Republik Indonesia atau bagian wilayah negara Republik Indonesia misalnya
kabupaten, propinsi, atau wilayah regional lainnya. Membagi wilayah pemasaran atau alokasi
pasar berarti membagi wilayah untuk memperoleh atau memasok barang, jasa, atau barang
dan jasa, menetapkan dari siapa saja dapat memperoleh atau memasok barang, jasa, atau
barang dan jasa.

KELOMPOK 3

HUKUM & ETIKA BISNIS

Tidak hanya persaingan pasar yang diatur, dalam hal jabatan juga diatur. Pada waktu
yang bersamaan dilarang merangkap menjadi direksi atau komisaris pada perusahaan lain,
apabila perusahaan-perusahaan tersebut:
a) Berada dalam pasar bersangkutan yang sama atau
b) Memiliki keterkaitan yang erat dalam bidang dan atau jenis usaha atau
c) Secara bersama dapat menguasai pangsa pasar barang dan atau jasa tertentu, yang
dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat.

II.5. Peranan Komisi Pengawas Persaingan Usaha


Dalam undang-undang nomohr 5 tahun 1999 bab IV, KPPU (Komisi Pengawas
Persaingan Usaha) merupakan salah satu pihak yang terkait dan memiliki tugas untuk
mengawasi pelaksanaan undang-undang ini. Komisi adalah suatu lembaga independen yang
terlepas dari pengaruh dan kekuasaan Pemerintah serta pihak lain yang langsung bertanggung
jawab kepada presiden. Berikut adalah tugas KPPU secara rinci menurut undang-undang
nomor 5 tahun 1999 pasal 35:
1. Melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat mengakibatkan terjadinya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak.
2. Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku usaha yang
dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat.
3. Melakukan penilaian terhadap ada atau tidak adanya penyalahgunaan posisi dominan
yang dapat mengaki.batkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha
tidak sehat
4. Mengambil tindakan sesuai dengan wewenang Komisi.
5. Memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan Pemerintah yang berkaitan
dengan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
6. Menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan Undang-undang ini.
7. Memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja Komisi kepada Presiden dan
Dewan Perwakilan Rakyat.
Undang-undang ini mengatur seluruh masyarakat Indonesia yang ingin atau sudah
melakukan suatu usaha.

KELOMPOK 3

HUKUM & ETIKA BISNIS

II.6. Eksistensi Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 Dalam Menumbuhkan


Kesempatan Berbisnis di Indonesia
Dalam penyusunannya undang-undang ini, pemerintah berupaya untuk menghapuskan
tindakan monopoli dan persaingan usaha yang tidak sehat sehingga menggapai tujuan yaitu
memberi kesempatan yang sama bagi setiap orang atau pelaku usaha untuk melakukan
kegiatan ekonomi di Indonesia, menciptakan terselenggararanya persaingan usaha yang sehat
dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Adanya monopoli dan persaingan tidak sehat tentu dapat menghilangkan kesempatan
berbisnis para pelaku usaha. Hal ini dapat diartikan suatu penindasan terhadap perilaku pasar,
sebab keuntungan yang akan diperoleh dari persaingan yang tidak sehat itu adalah keuntungan
yang berlebih-lebihan dan sebagai wujud dampak negatifnya adalah kerugian yang diderita
oleh pihak lain atas diperolehkannya keuntungan yang berlebih-lebihan itu. Tetapi dalam
pelaksanaan tugasnya setelah 5 tahun Undang-undang No. 5 Tahun 1999 tentang larangan
praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, ternyata baru disadari UU memiliki
banyak kelemahan-kelemahan yang secara substansi atau isi, sehingga disadari atau tidak hal
itu akhirnya akan mempengaruhi proses penegakkan hukum terhadap Undang-Undang itu
sendiri.
Permasalahan disekitar penegakan hukum ini mengemukakan dikarenakan Undangundang itu sendiri kurang memberikan gambaran yang jelas mengenai proses lanjutan
penanganan perkara persaingan keberatan terhadap keputusan KPPU. Dunia telah
membuktikan persaingan usaha yang sehat dalam perekonomian suatu negara dapat
memberikan manfaat kesejahteraan bagi masyarakatnya. Hal inilah yang didambakan
bersama. Namun disadari bahwa tanpa dukungan luas dari publik, upaya membangun
persaingan sehat melalui penegakkan setiap sisi dari UU No. 5 Tahun 1999 akan menjadi siasia.

BAB III
PENUTUP
8

KELOMPOK 3

HUKUM & ETIKA BISNIS

III.1. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan adanya undangundang nomor 5 tahun 1999, perbuatan monopoli dan persaingan tidak sehat akan dapat
diantisipasi keberadaannya sehingga akan menumbuhkan kesempatan yang lebih besar bagi
semua masyarakat Indonesia dalam melakukan kegiatan berbisnis. Setiap orang tidak akan
menjadi takut atau ragu dalam melakukan kegiatan berbisnis karena pemusatan oleh satu
pelaku bisnis yang dapat menghambat atau memberhentikan kegiatan bisnisnya.
Dalam pelaksanaan Undang-undang No.5 Tahun 1999, pihak yang berwenang dalam
melaksanakan dan memproses sanksi hukum jika ada pelanggaraan harus dapat bekerja
seprofesional dan seadil mungkin agar eksistensi undang-undang dasar ini semakin menguat
dalam meyakinkan masyarakat untuk memberikan kesempatan bisnis. Sehingga dengan
adanya undang-undang ini, tingkat perekonomian dan kesejahteraan akan meningkat sekarang
dan seterusnya.

KELOMPOK 3

HUKUM & ETIKA BISNIS

DAFTAR PUSTAKA

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 yang disahkan pada tanggal 5 Maret 1999 oleh
Presiden Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie.
Krisanto, Yakub Adi. 2006. Analisis Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 dan Karakteristik
Putusan

KPPU

Tentang

Persekongkolan

Tender.

http://yakubadikrisanto.wordpress.com/2008/06/20/analisis-pasal-22-uu-no-5-tahun-1999dan-karakteristik-putusan-kppu-tentang-persekongkolan-tender/
Sahida

Utami,

dkk.

2013.

Hukum

Persaingan

Usaha.

http://dunia-

angie.blogspot.com/2013/10/hukum-persainganusaha-di-susun-guna.html.
Masrul. Eksistensi Undang-undang No.5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek
Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Dalam Perspekif Hukum Islam.
http://www.researchgate.net/publication/50382043_EKSISTENSI_UNDANGUNDANG_NO.5_TAHUN_1999_TENTANG_LARANGAN_PRAKTEK_MONOPOLI_DA
N_PERSAINGAN_USAHA_TIDAK_SEHAT_DALAM_PERSPEKTIF_HUKUM_ISLAM
Tandjung, Togar. 2011. Sebuah Coretan Kecil Tentang Hukum Persaingan Usaha.
http://lawmark.wordpress.com/

10

Anda mungkin juga menyukai