Anda di halaman 1dari 14

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998 membuat perekonomian


Indonesia terpuruk. Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, banyak terjadi
praktek persaingan usaha yang tidak sehat. Dunia usaha pada masa itu dikuasai
oleh beberapa pihak tertentu yang memiliki keterkaitan dengan pemerintah
sehingga menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat. Sebagai contoh
banyak kasus terjadi, seperti monopoli perdagangan tepung terigu oleh PT
Bogasari Flour Mills, kasus kartel para produsen semen, kasus kartel industri
kayu lapis oleh Asosiasi Panel Kayu Indonesia (APKINDO), dan masih banyak
lagi (Mustafa Kamal Rokan, 2012:22-23). Pada masa Orde Baru dimana kondisi
ekonomi mengalami krisis, pemerintah mengambil kebijakan untuk menanggung
beban utang bank swasta nasional dengan menggunakan dana talangan yang
berasal dari International Monetery Fund (IMF) dengan syarat Indonesia harus
melakukan reformasi sistem ekonomi dan hukum ekonomi yang dapat
memberikan kesempatan yang sama bagi para pelaku usaha untuk dapat bersaing
dalam dunia usaha secara sehat (Ayudha D.Prayoga, 2000: 15).

Latar belakang dari penyusunan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999


tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat adalah
perjanjian yang dilakukan antara Dana Moneter Internasional (IMF) dengan
pemerintah Republik Indonesia, pada tanggal 15 Januari 1998. Dalam perjanjian
tersebut, IMF menyetujui pemberian bantuan keuangan kepada Negara Republik
Indonesia sebesar US$ 43 Miliar yang bertujuan untuk mengatasai krisis ekonomi,
akan tetapi dengan syarat Indonesia melaksanakan reformasi ekonomi dan hukum
ekonomi tertentu (Andi Fahmi Lubis,dkk, 2009: 12). Menurut Novi Nurviani
dalam buku terbitan Komisi Pengawas Persaingan Usaha yang berjudul “Negara
commit to user
dan Pasar Dalam Bingkai Kebijakan Persaingan”, kebutuhan akan pentingnya

1
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id

Hukum Persaingan Usaha di Indonesia merupakan salah satu prasyarat akan


berjalannya sistem ekonomi demokrasi yang berdasarkan Pancasila. Pembentukan
UU No. 5 Tahun 1999 tidak lepas dari pertimbangan akan harapan meningkatnya
pertumbuhan ekonomi nasional. Secara filosofis, Undang-Undang ini juga
merefleksikan kondisi perekonomian Indonesia. Salah satu tujuan dari lahirnya
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 ialah untuk mewujudkan iklim usaha yang
kondusif melalui pengaturan persaingan usaha yang sehat sehingga menjamin
adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku
usaha menengah, dan pelaku usaha kecil. Selain itu, Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 juga bertujuan untuk menciptakan efektivitas dan efisiensi dalam
kegiatan usaha. Ketika tujuan tersebut terpenuhi, stabilitas perekonomian dan
kepastian hukum menjadi lebih terjamin (Ahmad Kaylani, 2011: 23). Lahirnya
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat merupakan udara segar dalam mengatur persaingan
usaha di Indonesia. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat juga merupakan bentuk
kesungguhan Indonesia dalam memenuhi prasyarat IMF untuk melaksanakan
reformasi sistem ekonomi dan hukum ekonomi di Indonesia.

Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek


Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat terdapat klasifikasi mengenai
perjanjian yang dilarang. Pada Bab III mengenai perjanjian yang dilarang tersebut
salah satunya mengatur mengenai Kartel, dimana dalam Pasal 11 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat menyuratkan bahwa pelaku usaha dilarang membuat perjanjian,
dengan pelaku usaha pesaingnya, yang bermaksud untuk mempengaruhi harga
dengan mengatur produksi dan atau pemasaran suatu barang dan atau jasa, yang
dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha
tidak sehat. Adapun yang mendorong pendirian kartel adalah persaingan ketat di
pasar sejenis. Untuk menghindari persaingan fatal ini, anggota kartel setuju
menentukan harga bersama, mengatur
commit toproduksi,
user bahkan menentukan secara
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id

bersama potongan harga, promosi, dan syarat-syarat penjualan lain. Biasanya


harga yang dipasang kartel lebih tinggi dari harga yang terjadi kalau tidak ada
kartel. Adanya kartel juga bisa melindungi perusahaan yang tidak efisien, yang
bisa hancur bila tidak masuk kartel. Dengan demikian, ada beberapa persyaratan
untuk mendirikan kartel. Pertama, semua produsen besar dalam satu industri
masuk menjadi anggota. Ini supaya terdapat kepastian bahwa kartel benar-benar
kuat. Kedua, semua anggota taat melakukan apa yang diputuskan bersama.
Ketiga, jumlah permintaan terhadap produk mereka terus meningkat. Kalau
permintaan turun, kartel kurang efektif, karena makin sulit mempertahankan
tingkat harga yang berlaku. Keempat, sulit bagi pendatang baru untuk masuk
(A.M. Tri Anggraini, 2010: 32).

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek


Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yang berlaku sejak tahun 1999 dapat
dikatakan relatif baru dalam penegakan hukum persaingan usaha. Di Amerika
Serikat, Undang-Undang serupa telah dikenal sejak berlakunya Sherman Act
tahun 1890. Atas inisiatif senator John Sherman dari partai Republik, Kongres
Amerika Serikat mengesahkan Undang-Undang dengan judul “Act to Protect
Trade and Commerce Againts Unlawful Restraints and Monopolies”, yang lebih
dikenal dengan Sherman Act disesuaikan dengan nama penggagasnya. Akan
tetapi, dikemudian hari muncul serangkaian aturan perundang-undangan sebagai
perubahan atau tambahan untuk memperkuat aturan hukum sebelumnya.
Kelompok aturan perundang-undangan tersebut diberi nama “Antitrust Law”,
karena pada awalnya aturan hukum tersebut ditujukan untuk mencegah
pengelompokan kekuatan industri-industri yang membentuk “trust” (sejenis kartel
atau penggabungan) untuk memonopoli komoditi-komoditi strategis dan
menyingkirkan para pesaing lain yang tidak tergabung dalam trust tersebut.
Antitrust Law terbukti dapat mencegah pemusatan kekuatan ekonomi pada
sekelompok perusahaan sehingga perekonomian lebih tersebar, membuka
kesempatan usaha bagi para pendatang baru, serta memberikan perlindungan
hukum bagi terselenggaranya commit
proses topersaingan
user yang berorientasi pada
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id

mekanisme pasar (Andi Fahmi Lubis,dkk, 2009: 22). Undang-Undang yang


dibentuk sebagai sarana penegakan hukum persaingan usaha di Amerika Serikat
lahir berdasarkan pada jamaknya kasus kartel yang terjadi. Dalam Antitrust Law
terdapat Sherman Act yang mengatur mengenai larangan kartel. Diundangkannya
Sherman Act ini ditujukan untuk mengatasi makin meluasnya kartelisasi dan
monopolisasi dalam ekonomi Amerika Serikat (Hermansyah, 2008: 139).

Kartel dalam arti sempit merupakan sekelompok pengusaha yang


bergabung untuk menetapkan harga bersama dan mengatur penjualan di pasar
dengan syarat-syarat yang telah disepakati dalam perjanjian. Tujuan dari para
pengusaha tersebut adalah untuk menghambat pesaing-pesaing baru yang ingin
masuk pasar. Perjanjian kartel dalam hukum persaingan usaha dipandang sebagai
pelanggaran yang paling serius, bahkan beberapa negara mengelompokkan kartel
sebagai tindakan kriminal (A.M. Tri Anggraini, Error! Hyperlink reference not
valid.).

Lahirnya Antitrust Law di Amerika Serikat berdasar pada doktrin dari


tradisi Common Law yang merupakan presedent dari putusan hakim. Tradisi
Common Law inilah yang melahirkan doktrin restraint of trade yang juga diterima
oleh Sherman Act dimana hukum persaingan usaha di Amerika Serikat dibentuk
dalam rangka memberikan hak untuk melakukan persaingan (the right to compete)
disebut dengan Antitrust Law (Mustafa Kamal Rokan, 2012: 6).

Trust di Amerika Serikat dapat diartikan sebagai kartel di Indonesia,


karena keduanya memiliki unsur-unsur yang serupa. Diundangkannya Antitrust
Law di Amerika Serikat karena maraknya kasus Trust atau Kartel. Para pengusaha
pada masa itu membentuk kartel untuk menghambat lahirnya pesaing baru dalam
dunia usaha. Salah satu contoh kasus kartel di Amerika Serikat yang sudah
memperoleh putusan yakni kasus graphite elektrode, dimana pada masa
konspirasi harga meningkat hingga 60% (enam puluh persen) (James M. Griffin,
2001, http://www.justice.gov/atr/public/speeches/8063.pdf). Kenaikan harga
tersebut telah disepakati dalam perjanjian kartel. Sama halnya di Amerika Serikat,
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id

di Indonesia kartel juga jamak terjadi. Salah satu kasus kartel yang telah
diputuskan yakni kasus kartel antara operator penyelenggara jasa telekomunikasi,
diantaranya PT Excelkomindo, PT Indosat, PT Bakrie Telekom dan enam
penyelenggara jasa operator lainnya yang terbukti menetapkan harga SMS (Short
Message Service) off-net dan merugikan konsumennya (Komisi Pengawas
Persaingan Usaha, 2009: 74).

Indonesia menggunakan pendekatan rule of reason dalam mengungkap


kasus kartel. Kartel di Indonesia tidak diundangkan tersendiri melainkan
dimasukkan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Sebenarnya jamak sekali
terjadi kasus kartel di Indonesia, namun dalam penegakannya sulit dilakukan
mengingat kartel sulit diungkap. Biasanya tindakan kartel dilakukan secara
tertutup dan bersifat rahasia, sehingga deteksi terhadap kartel bukanlah pekerjaan
yang mudah. Dalam hal ini, terdapat beberapa metode untuk mendeteksi
penemuan atas tindakan kartel. Namun tampaknya tergantung juga dari
pengalaman masing-masing negara, dimana terdapat tidak hanya satu pendekatan
yang dapat digunakan untuk menangani kartel dengan kondisi yang variatif.
Artinya, bahwa otoritas persaingan dapat menggunakan berbagai cara yang efektif
dalam melakukan investigasi untuk mendeteksi kartel, yang tidak hanya
tergantung pada satu metode pendekatan saja (A.M. Tri Anggraini, 2010: 34).
Pelaku usaha di Indonesia rata-rata melakukan kartel secara tersembunyi. Kartel
biasanya tidak dicantumkan dalam sebuah perjanjian tertulis. Para pelaku usaha
melakukan perjanjian kartel tanpa disertai perjanjian tertulis, melainkan hanya
perjanjian yang disepakati tertutup antara mereka. Hal ini dilakukan agar tidak
terdapat bukti dalam melakukan kartel.

Perjanjian yang dilakukan secara tertutup ini menjadi salah satu alasan
yang menyebabkan kartel sulit diungkap di Indonesia. Dari sekian banyak kasus
kartel di Indonesia, hanya sedikit yang dapat diungkap oleh Komisi Pengawas
Persaingan Usaha. Komisi Pengawas Persaingan Usaha sukar untuk menemukan
bukti otentik bahwa terjadi kasus commit to user
kartel. Sifat kerahasiaan dari sebuah perusahaan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

yang tidak memperkenankan Komisi Pengawas Persaingan Usaha masuk ke


dalamnya menambah sulitnya mengungkap kasus kartel di Indonesia. Para pelaku
usaha juga tidak mau bekerja sama dengan negara karena dianggap kartel dapat
menguntungkan mereka. Hal tersebut tentunya harus diteliti lebih lanjut, mengapa
para pelaku usaha Indonesia masih melakukan perjanjian kartel sedangkan di
negara-negara maju kartel mulai ditinggalkan untuk menciptakan persaingan yang
sehat antara pelaku usaha.

Mencermati permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji


dengan melakukan komparasi hukum pengaturan kartel antara Indonesia dengan
Amerika Serikat. Negara Amerika Serikat dipilih sebagai perbandingan
mengingat Amerika Serikat telah digunakan sebagai acuan negara-negara di dunia
dalam meningkatkan perkembangan ekonomi dan memiliki perkembangan usaha
yang sangat pesat. Hal tersebut dapat digunakan sebagai acuan bagi Indonesia
untuk meningkatkan iklim usaha khususnya untuk mencegah terjadinya praktek-
praktek kartel di Indonesia. Oleh karena itu maka penulis tertarik untuk membuat
penulisan hukum dalam bentuk skripsi yang berjudul : “STUDI KOMPARATIF
HUKUM PENGATURAN KARTEL DI INDONESIA MENURUT
UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN
PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT
DENGAN DI AMERIKA SERIKAT MENURUT ANTITRUST LAW”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah


sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perbandingan pengaturan kartel di Indonesia menurut


Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dengan di Amerika Serikat menurut
Antitrust Law? commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

2. Apakah kelemahan pengaturan kartel di Indonesia dibandingkan dengan di


Amerika Serikat?

C. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian memiliki tujuan yang hendak dicapai. Dalam penelitian


ini penulis menyajikan bahan-bahan hukum dan fakta-fakta hukum guna
menjawab suatu permasalahan hukum. Tujuan penelitian dibagi menjadi dua
macam, yaitu tujuan obyektif dan tujuan subyektif, adapun kedua macam tujuan
yang hendak dicapai penulis adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Obyektif
a. Untuk mengetahui perbandingan hukum pengaturan kartel di Indonesia
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dengan di Amerika Serikat
menurut Antitrust Law.
b. Untuk mengetahui kelemahan pengaturan kartel di Indonesia
dibandingkan dengan di Amerika Serikat.
2. Tujuan Subyektif
a. Untuk menerapkan ilmu dan teori-teori hukum yang telah diperoleh
penulis sehingga memberi manfaat bagi penulis sendiri serta memberikan
manfaat lebih bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang
hukum perdata;
b. Untuk memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh gelar S1
dalam bidang Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun


pihak-pihak lain yang membutuhkannya. Adapun manfaat yang dapat diperoleh
dari penulisan hukum ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang
ilmu hukum pada umumnya dan Hukum Perdata pada khususnya;
b. Memberikan tambahan referensi dan literatur kepustakaan Hukum
Perdata mengenai Hukum Persaingan Usaha khususnya mengenai
pengaturan Kartel di Indonesia.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan jawaban atas permasalahan hukum yang diteliti;
b. Memberikan informasi tentang pengaturan kartel di Indonesia dan di
Amerika Serikat sekaligus mengetahui kemampuan penulis dalam
menerapkan ilmu hukum yang telah diperoleh.

E. Metode Penelitian

Hukum merupakan objek penyelidikan dan penelitian berbagai disiplin


keilmuan sehingga dikatakan bahwa hukum adalah ilmu bersama (rechts is mede
wetenschap). Masing-masing disiplin keilmuan memiliki metode, berdasarkan
sudut pandang, optik, dan paradigmanya. Pada akhirnya penjelasan ilmiah para
ilmuan berbagai disiplin ilmu tersebut akan memberikan pencerahan dan
kontribusi bagi pemecahan dan jalan keluar terhadap berbagai persoalan hukum
yang dihadapi masyarakat (Johnny Ibrahim, 2006:34). Berdasarkan hal tersebut,
maka penulis menggunakan metode penulisan antara lain sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam pelaksanaan penulisan


hukum ini menggunakan penelitian hukum normatif. Metode penelitian
hukum normatif adalah suatu prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan
kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya. Logika
commit to user
keilmuan yang ajeg, dalam penelitian hukum normatif dibangun berdasarkan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

disiplin ilmiah dan cara-cara kerja ilmu hukum normatif, yaitu ilmu hukum
yang objeknya hukum itu sendiri (Johnny Ibrahim, 2006: 57).

2. Sifat Penelitian

Ilmu hukum mempunyai karakteristik sebagai ilmu yang bersifat


preskriptif dan terapan. Dalam pelaksanaan penelitian hukum ini, penulis
menggunakan penelitian hukum yang bersifat preskriptif. Penelitian hukum
yang bersifat preskriptif mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai keadilan,
validitas aturan hukum, konsep-konsep hukum, dan norma-norma hukum
(Peter Mahmud Marzuki, 2010:22). Penelitian hukum adalah suatu proses
untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-
doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi. Hal ini sesuai
dengan karakter preskriptif ilmu hukum (Peter Mahmud Marzuki, 2010: 35).
Dalam pelaksanaan penelitian hukum ini khususnya, penulis akan
menggunakan sifat preskriptif untuk menjawab isu hukum mengenai kartel
dengan melakukan perbandingan pengaturan kartel antara Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat dari Indonesia dengan Antitrust Law dari Amerika Serikat.

3. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan perundang-


undangan (statute approach) dan pendekatan perbandingan (comparative
approach). Suatu penelitian normatif tentu harus menggunakan pendekatan
perundang-undangan, karena yang akan diteliti adalah berbagai aturan hukum
yang menjadi fokus sekaligus tema sentral suatu penelitian (Johnny Ibrahim,
2006:302). Sedangkan pendekatan perbandingan dipilih penulis karena
penulis membandingkan antara undang-undang di Indonesia dengan undang-
undang di Amerika Serikat. Pendekatan perbandingan merupakan salah satu
cara yang digunakan dalam penelitian normatif untuk membandingkan salah
satu lembaga hukum (legal institutions) dari sistem hukum yang satu dengan
lembaga hukum (yang kurang lebih sama dari sistem hukum) yang lain. Dari
commit to user
perbandingan tersebut dapat ditemukan unsur-unsur persamaan dan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

perbedaan kedua sistem hukum itu. Persamaan-persamaan akan menunjukan


inti dari lembaga hukum yang diselidiki, sedangkan perbedaan-perbedaan
disebabkan oleh adanya perbedaan iklim, suasana, dan sejarah masing-masing
bangsa yang bersangkutan dengan sistem hukum yang berbeda (Johnny
Ibrahim, 2006:313).
Penulis membandingkan hal yang sama yaitu kartel, dimana dua
undang-undang dari negara yang berbeda Indonesia dan Amerika Serikat
dipilih. Pengaturan kartel di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat dibandingkan dengan pengaturan kartel di Amerika Serikat
dalam Antitrust Law. Kedua undang-undang tersebut dipilih penulis untuk
memperoleh jawaban dari rumusan masalah yang ditulis. Penulis melakukan
penelitian mengenai filosofi-filosofi yang mendasari lahirnya kedua undang-
undang tersebut sehingga dapat diperoleh gambaran mengenai eksistensi
undang-undang yang mengatur kartel di Indonesia maupun di Amerika
Serikat.

4. Jenis dan Sumber Bahan Hukum

Ada tiga jenis bahan hukum dalam penelitian hukum, yakni bahan
hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Bahan
hukum primer, yakni bahan hukum yang terdiri atas peraturan perundang-
undangan yang diurut berdasarkan hierarki Undang-Undang Dasar 1945,
Undang-Undang (UU)/Peraturan Pengganti Undang-Undang (Perpu),
Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Presiden (Perpres), Peraturan Daerah
(Perda), sedangkan bahan hukum sekunder, adalah bahan-bahan yang terdiri
atas buku-buku teks (textbooks) yang ditulis para ahli hukum yang
berpengaruh (de herseende leer), jurnal-jurnal hukum, pendapat para sarjana,
kasus-kasus hukum, yurisprudensi, dan hasil-hasil simposium mutakhir yang
berkaitan dengan topik-topik penelitian, dan bahan hukum tersier adalah
bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum,


encyclopedia, dan lain-lain (Johnny Ibrahim, 2006:295-296).
Bahan hukum primer yang digunakan penulis dalam penelitian hukum
ini adalah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Sedangkan bahan hukum
sekunder yang digunakan penulis meliputi buku-buku, jurnal-jurnal hukum,
artikel internet, dan kasus-kasus hukum. Kemudian untuk melengkapi
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder,
digunakan bahan hukum tersier seperti kamus hukum dan Black’s Law
Dictionary.

5. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Teknik pengumpulan bahan hukum yang digunakan penulis yakni


dengan cara pengumpulan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder,
bahan hukum tersier yang diinventarisasi dan diklasifikasi dengan
menyesuaikan dengan masalah yang dibahas. Bahan hukum yang
berhubungan dengan masalah yang dibahas dipaparkan, disistematisasi
kemudian dianalisis untuk menginterpretasikan hukum yang berlaku (Johnny
Ibrahim, 2006: 296).

6. Teknik Analisis Bahan Hukum

Bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum


tersier yang telah diperoleh kemudian penulis uraikan dan hubungkan
sedemikian rupa sehingga dapat disajikan penulisan hukum yang sistematis
dalam menjawab permasalahan yang penulis rumuskan. Teknik analisis
dilakukan secara deduktif yakni menarik kesimpulan dari suatu permasalahan
yang bersifat umum terhadap permasalahan konkrit yang dihadapi (Johnny
Ibrahim, 2006:393). Dalam penelitian hukum ini, penulis membahas
mengenai pengaturan kartel antara dua negara yakni Indonesia dan Amerika
Serikat kemudian melakukan perbandingan kedua pengaturan hukum tersebut
untuk memperoleh kelebihan dan kelemahan masing-masing. Dari hasil
commit to user
tersebut kemudian dapat ditarik simpulan untuk menjawab rumusan masalah.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

F. Sistematika Penulisan Hukum

Sistematika penulisan hukum (skripsi) terdiri dari empat bab, yakni


pendahuluan, tinjauan pustaka, pembahasan, dan penutup, serta daftar pustaka dan
lampiran. Adapun sistematika penulisan hukum (skripsi) ini adalah sebagai
berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini, penulis akan menguraikan mengenai latar


belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan hukum.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini penulis menguraikan landasan teori yang diperoleh dari
pendapat pakar-pakar hukum maupun berbagai berbagai bahan hukum
yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti penulis. Dalam
penelitian hukum (skripsi) ini, penulis menguraikan tinjauan umum
tentang kartel, tinjauan umum tentang studi komparatif, tinjauan umum
tentang Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat di Indonesia, dan tinjauan
umum tentang Antitrust Law di Amerika Serikat.

BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis menguraikan hasil penelitian dan pembahasan dari
permasalahan yang telah penulis rumuskan. Pada perumusan masalah,
penulis merumuskan dua permasalahan pokok yang akan diteliti yakni
perbandingan pengaturan kartel di Indonesia menurut Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidakcommit
Sehattodengan
user di Amerika Serikat menurut
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

Antitrust Law. Kemudian setelah ditemukan perbandingan antara dua


undang-undang maka penulis akan membahas mengenai kelemahan
pengaturan kartel di Indonesia dibandingkan dengan di Amerika Serikat.

BAB IV. PENUTUP

Pada bab ini penulis menguraikan mengenai simpulan yang menjawab


perumusan masalah yang diajukan. Simpulan diperoleh dari hasil
penelitian dan pembahasan. Dari simpulan tersebut, kemudian penulis
memberikan saran-saran yang berkaitan dengan permasalahan hukum
yang diteliti agar dapat ditarik manfaat bagi pihak-pihak yang
membutuhkan.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

commit to user

Anda mungkin juga menyukai