Anda di halaman 1dari 9

“PERSAINGAN TIDAK SEHAT

DAN ANTI MONOPOLI”


KELOMPOK IV

ERWIN SAPUTRA
MARITA LETE
MARLIN DJONNY
SHINTIA UTAMI PUTRI
A.LARANGAN PRAKTEK
MONOPOLI
 Dalam usia empat tahun berlakunya UU, Antimonopoli tersebut, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) ingin
mendapatkan masukan dari stakeholdernya, seperti dari pelaku usaha, ahli hukum persaingan, praktisi hukum, pemerintah,
DPR dan lain-lain. Sebagai pelaku usaha saya diminta juga memberikan suatu tinjauan terhadap pelaksanaan UU
Antimonopoli tersebut. Untuk itu saya memberi judul makalah saya “Peranan UU No. 5/1999 Dalam Dunia Bisnis di
Indonesia”. Dalam paper ini akan ditinjau dampak UU Antimonopoli terhadap dunia bisnisIndonesia.
Untuk mengetahui dampak UU Antimonopoli terhadap dunia bisnis, maka perlulah dilihat tujuan dari UU Antimonopoli.
Berhasil tidaknya pelaksanaan UU Antimonopoli tersebut dapat diukur, jika tujuan UU Antimonopoli tersebut dapat dicapai.
Dari kacamata pelaku usaha tujuan UU Antimonopoli yang ditetapkan di dalam pasal 3 tersebut adalah menjadi harapan para
pelaku usaha,yaitu:

 1. terwujudnya iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha yang sehat sehingga menjamin adanya
kepastian kesempatan berusaha, bagi pelaku usaha besar,menengah dan pelaku usaha kecil
2. mencegah praktek monopoli dan atau persaingan usaha yang tidak sehat;
3. terciptanya efektifitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha; dan yang terakhir sebagai akibat dari tiga tujuan sebelumnya
adalah
4. untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dari keempat tujuan tersebut dapat dirumuskan secara sederhana menjadi tiga tujuan yang pertama memberi
kesempatan yang sama bagi setiap orang/pelaku usaha untuk melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia, yang kedua
menciptakan (terselenggararanya) persaingan usaha yang sehat, dan yang ketiga meningkatkan kesejahteraan masyarakat .
Semangat Undang-Undang Nomor 5
Secara umum Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 lahir dalam rangka mendorong persaingan yang sehat sehingga
iklim berusaha lebih fair, dan kondusif untuk menjamin industri yang kompetitif bisa tumbuh dan
berkembang serta kesejahteraan masyarakat lebih terjamin
 Ada beberapa argumentasi yang dapat ditelusuri atas pengecualian yang diberikan kepada usaha kecil dan
koperasi yang melayani anggotanya sebagai berikut:
1. Pengecualian bagi Usaha Kecil
Pengecualian bagi usaha kecil dari larangan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun
1999 dapat diterima karena beberapa alasan sebagai berikut:

a . Dampak ekonomis. Manakala usaha kecil secara individu melakukan praktek sebagaimana yang
dilarang dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, maka diperkirakan tidak memiliki dampak
ekonomis yang
membahayakan bagi masyarakat luas.

b. Skala usaha. Batasan skala usaha yang ditetapkan dalam undangundang dapat digunakan sebagai batas
kapan sebuah perusahaan boleh melakukan praktek yang dilarang. Seandainya usaha kecil melakukan
praktek yang di l a r ang untuk membe s a rkannya menj adi usaha menengah, maka begitu dia menduduki
kategori sebagai usaha menengah saat itu pula dia terlarang dari praktek sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.

c . Ketebatasan kapasitas. Usaha berskala kecil diyakini tidak memiliki kapasitas yang memadai untuk
menguasai pasar, dengan demikian tidak ada dorongan dan insentif untuk melakukan praktek monopolisasi
dalam rangka menguasai pasar, mengingat sebahagian praktek yang dilarang hanya mungkin dilakukan
dengan biaya yang besar. Terutama berkaitan dengan strategi untuk mematikan usaha lainnya. Sebagai
ilustrasi tidaklah mungkin bagi usaha berskala kecil untuk dapat melakukan predatory pricing, karena
boleh jadi hal itu justru mematikan usaha itu sendiri karena kehabisan dana untuk melakukan perang
harga.
d. Jumlah pelaku. Jumlah pelaku usaha berskala kecil relatif sangat bayak, sehingga sangat sulit bagi
mereka untuk melakukan upaya penyatuan kekuatan seperti kartel menjadi kekuatan yang memonopoli.
B.CIRI-CIRI PERSAINGAN TIDAK SEHAT
Secara garis besar jenis persaingan usaha yang tidak sehat yang terdapat dalam suatu perekonomian pada
dasarnya adalah : (1) Kartel (hambatan horizontal), (2) Perjanjian tertutup (hambatan vertikal), (3) Merger,
dan (4) Monopoli.
Persaingan usaha tidak sehat pertama yakni kartel atau hambatan horizontal adalah suatu perjanjian tertulis
ataupun tidak tertulis antara beberapa pelaku usaha untuk mengendalikan produksi, atau pemasaran barang
atau jasa sehingga diperoleh harga tinggi. Kartel pada gilirannya berupaya untuk memaksimalkan
keuntungan pelaku usaha yang mana kartel merupakan suatu hambatan persaingan yang paling banyak
merugikan masyarakat, sehingga di antara Undang-Undang Monopoli di banyak negara kartel dilarang sama
sekali. Hal ini karena kartel dapat merubah struktur pasar menjadi monopolistik. Kartel juga dapat berupa
pembagian wilayah pemasaran maupun pembatasan (quota) barang atau jasa. Dalam keadaan perekonomian
yang sedang baik kartel dengan mudah terbentuk, sedangkan kartel akan terpecah kalau keadaan ekonomi
sedang mengalami resesi. Selain kartel juga akan mudah terbentuk apabila barang yang diperdagangkan
adalah barang massal yang sifatnya homogen sehingga dengan mudah dapat disubstitusikan dengan barang
sejenis dengan struktur pasar tetap dipertahankan. Persaingan usaha tidak sehat yang kedua adalah
perjanjian tertutup (exclusive dealing) adalah suatu hambatan vertikal berupa suatu perjanjian antara
produsen atau importir dengan pedagang pengecer yang menyatakan bahwa pedagang pengecer hanya
diperkenankan untuk menjual merek barang tertentu sebagai contoh sering kita temui bahwa khusus untuk
merek minyak wangi tertentu hanya boleh dijual di tempat yang eksklusif. Dalam kasus ini pedagang
pengecer dilarang menjual merek barang lain kecuali yang terlah ditetapkan oleh produsen atau importir
tertentu dalam pasar yang bersangkutan (relevant market). Suatu perjanjian tertutup dapat merugikan
masyarakat dan akan mengarah ke struktur pasar monopoli.
 Jenis persaingan usaha yang ketiga adalah merger. Secara umum merger dapat didefinisikan sebagai penggabungan dua atau
lebih pelaku usaha menjadi satu pelaku usaha. Suatu kegiatan merger dapat menjadi suatu pengambilalihan ( acquisition)
apabila penggabungan tersebut tidak diinginkan oleh pelaku usaha yang digabung. Dua atau beberapa pelaku usaha sejenis
yang bergabung akan menciptakan integrasi horizontal sedangkan apabila dua pelaku usaha yang menjadi pemasok pelaku
usaha lain maka akan membentuk integrasi vertikal. Meskipun merger atau pengambilalihan dapat meningkatkan
produktivitas pelaku usaha baru, namun suatu merger atau pengambilalihan perlu mendapat pengawasan dan pengendalian,
karena pengambilalihan dan merger dapat menciptakan konsentrasi kekuatan yang dapat mempengaruhi struktur pasar
sehingga dapat mengarah ke pasar monopolistik.
 Persaingan usaha yang tidak sehat akan melahirkan monopoli. Bagi para ekonom defenisi monopoli adalah suatu struktur
pasar dimana hanya terdapat satu produsen atau penjual. Sedangkan pengertian monopoli bagi masyarakat adalah adanya satu
produsen atau penjual yang mempunyai kekuatan monopoli apabila produsen atau penjual tersebut mempunyai kemampuan
untuk menguasai pasar bagi barang atau jasa yang diperdagangkannya, jadi pada dasarnya yang dimaksud dengan monopoli
adalah suatu keadaan yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) hanya ada satu produsen atau penjual, (2) tidak ada produsen
lain menghasilkan produk yang dapat mengganti secara baik produk yang dihasilkan pelaku usaha monopoli, (3) adanya suatu
hambatan baik secara alamiah, teknis atau hukum.
 Kalau kita melihat hal tersebut di atas maka ada beberapa faktor yang dapat mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat di
antaranya adalah (1) kebijaksanaan perdagangan, (2) pemberian hak monopoli oleh pemerintah, (3) kebijaksanaan investasi,
(4) kebijaksanaan pajak, (5) dan pengaturan harga oleh pemerintah.
 Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang pengaturan monopoli terdapat 2 (dua) kelompok karakteristik yaitu:
 kelompok pasal yang memiliki karakteristik rule of reason dan
 kelompok pasal yang memiliki karakteristik perse illegal
 Rule of reason dapat diartikan bahwa dalam melakukan praktik bisnisnya pelaku usaha (baik dalam melakukan perjanjian,
kegiatan, dan posisi dominan) tidak secara otomatis dilarang. Akan tetapi pelanggaran terhadap pasal yang mengandung
aturan rule of reason masih membutuhkan suatu pembuktian, dan pembuktian ini harus dilakukan oleh suatu majelis yang
menangani kasus ini yang dibentuk oleh KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) , kelompok pasal ini dapat dengan
mudah dilihat dari teks pasalnya yang dalam kalimatnya selalu dikatakan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya praktek
monopoli atau persaingan usaha tidak sehat.
 Sedangkan yang dimaksud dengan perse illegal (atau violation atau offense) adalah suatu praktik bisnis pelaku usaha yang
secara tegas dan mutlak dilarang, sehingga tidak tersedia ruang untuk melakukan pembenaran atas praktik bisnis tersebut.
C.CONTOH KASUS PERSAINGAN TIDAK
SEHAT DAN HUKUM ANTI MONOPOLI
PERSAINGAN TIDAK SEHAT

           Internet sudah merupakan bagian dari kehidupan yang menghubungkan setiap
bagian dari kehidupan kita. Internet merupakan bagian dari mekanisme telekomunikasi
yang bersifat global yang fungsinya menjadi jembatan bebas hambatan informasi.
Perkembangan dunia maya tersebut ternyata membuat dan menciptakan berbagai
kemudahan dalam hal menjalankan transaksi, dunia pendidikan, perdagangan,
perbankan serta menciptakan jutaan kesempatan untuk menggali keuntungan ekonomis.
Peperangan antara Microsoft dengan departemen Antitrust, dimana perusahaan milik
Bill Gates dianggap melanggar ketentuan tentang hukum antimonopoli, sehubungan
dengan program terbaru Microsoft tahun 1998, dituduh dapat merugikan pihak lain
karena program “browser” yang dapat digunakan untuk menjelajah dunia maya itu
melekat didalamnya Perkembangan teknologi informasi (TI) yang demikian cepat tidak
hanya menciptakan berbagai kemudahan bagi pengguna, tapi juga membuka sarana
baru berbagai modus kejahatan. Ironisnya, dari hari ke hari, cybercrime kian
meningkat, baik kuantitas maupun kualitasnya.
Meski penetrasi TI masih rendah, nama Indonesia ternyata begitu populer dalam kejahatan di
dunia maya ini. Berdasarkan data Clear Commerce, tahun 2002 lalu Indonesia berada di
urutan kedua setelah Ukraina sebagai negara asal carder (pembobol kartu kredit) terbesar di
dunia. Contoh Kasus Anti Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Microsoft dikenal
sebagai penyedia software-software proprietary, yang artinya, perusahaan akan menutup
rapat kode programnya dan mengelolanya secara rahasia. Di lain pihak, Red Hat adalah
distributor Linux yang merupakan software open source. Software jenis ini bisa dilihat kode
programnya, pengguna juga bebas memodifikasi dan mendistribusikannya kembali ke orang
lain. Red Hat Enterprise Linux, menurut Manager Produk Red Hat, dinilai sebagai contoh
proyek open source yang paling sukses yang pernah dijual secara komersil.
Microsoft belum menunjukkan tanda-tanda akan meredupkan semangatnya untuk
berkompetisi. Tapi, sudah menunjukkan kemauan bekerjasama dengan rivalnya. Salah satu
contoh yang bisa dibilang penting adalah kerjasama dengan Sun Micrsystems pada bulan
April 2004. Contoh Kasus Anti Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Kerjasama
tersebut menelurkan kesepakatan anti-monopoli antara Microsoft dengan Sun, dan keduanya
sepakat untuk berbagi hak paten dan menjamin bahwa produk-produk dari kedua perusahaan
tersebut bisa berinteroprasi.
Microsoft juga telah menyelesaikan kasus anti-monopoli dengan perusahaan pembuat
software seperti Burst.com, Novell dan America Online milik Time Warner.Contoh Kasus Anti
Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Lanjutan...
Contoh Kasus Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat Menimpa PT IBU
Contoh kasus selanjutnya dialami oleh PT Indo Beras Unggul yang merupakan anak perusahaan
PT Tiga Pilar Sejahtera Food. Kasus ini menyita perhatian publik yang termasuk Ketua Tim Ahli
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Sutrisno Iwantono.
Ketua Tim Ahli Apindo mengutarakan beberapa pendapat atas tuduhan yang diberikan kepada PT
Tiga Pilar meliputi:
Tuduhan Ketugian Masyarakat atas Praktek Oligopoli
Iwan menuturkan jika oligopoli merupakan suatu kondisi pasar yang memang terjadi dalam
industri tertentu. Ini bukanlah sebuah pelanggaran atau kejahatan.
Tuduhan Kartel Membeli Harga Beras di atas HPP (Harga Pembelian Pemerintah)
Kartel dapat didefinisikan sebagai persekongkolan dari beberapa pelaku usaha dalam mengatur
harga atau sebuah produksi dengan orientasi mendapatkan keuntungan.
PT IBU membeli beras di atas HPP sehingga disebut kartel yang melakukan kejahatan. Seharusnya
jika ada pihak yang mampu membeli di atas HPP seharusnya pemerintah menikmati keuntungan.
Tuduhan Monopoli di Sektor Beras
Dalam kondisi pasar bisnis, sebuah keadaan mayoritas tidak dapat dikatakan pelanggaran. Dapat
dikatakan melanggar jika ada penyalahgunaan posisi sebagai pemegang posisi mayoritas.
PT IBU disebut melakukan monopoli karena ditemukan 1.161 ton beras sehingga ada kerugian
negara. Nilainya dihitung dari harga jual Rp 20 ribu dikurangi Rp 7300 dikalikan 40 juta ton. Ini
hasilnya menjadi triliunan rupiah. Perhitungan ini sangat tidak jelas.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai