SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam
Oleh:
Siti Nur Aini
NIM : 21111030
v
PERSEMBAHAN
vi
PERSEMBAHAN
vii
ABSTRAK
Siti Nur Aini. 211 11 030. PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI
NGLANGKAHI DALAM PERNIKAHAN DI DESA SUMBER TLASEH
KECAMATAN DANDER KABUPATEN BOJONEGORO. Skripsi. Fakultas
Syariah. Jurusan Ahwal Al-Syakhshiyyah. Intitut Agama Islam Negeri. Dosen
Pembimbing. Drs. Badwan M.Ag
Kata Kunci : Hukum Islam Dalam Memandang Tradisi Nglangkahi Manten
Peneliti ini bertujuan untuk mengetahui; (1) Apa yang di maksud dengan
tradisi nglangkahi?(2) Bagaimana masyarakat menyakini tradisi nglangkahi? (3)
Bagaimana pandangan hukum Islam tentang tradisi nglangkahi?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan metodelogi penelitian kualitatif. Metedo pengumpulan datanya
penyusun menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Peneliti
juga menggunakan pendekatan historis untuk memperoleh data yang akurat
(benar dan jelas).
Data yang diperoleh peneliti dari beberapa informan di desa Sumber
Tlaseh Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro ini adalah tradisi “nglangkahi”
tidak wajib dilaksanakan, tetapi dianjurkan untuk melaksanakan tradisi tersebut,
karena untuk menghindarkan kakak yang dilangkahi tesebut dari bahaya susah
atau yang tidak baik untuk kedepannya.
Dalam kaidah fiqh yaitu al-adatul muhakkamah yang artinya adat bisa
dijadikan sebagai salah satu sumber hukum islam. Kaidah ini bisa dijadikan
pijakan untuk mencetuskan hukum ketika tidak da dalil dari syari’ tetapi tidak
semua adat bisa dijadikan pijakan hukum. Tradisi nglangkahi di lihat dari sudut
pandang hukum islam tidak mengenal istilah nglangkahi, di dalam islam hanya
memerintahkan kepada mereka yang telah siap atau mampu menikah agar
menyegerakan tanpa melihat dia nglangkahi ataupun tidak.
Tradisi “nglangkahi” ini termasuk Urf shahih yakni urf
yang baik dan dapat diterima karena tidak bertentangan dengan syara’. Atau
kebiasaan yang berlaku di tengah-tengah masyarakat yang tidak bertentangan
dengan nash (ayat Al-Qur’an atau hadits), tidak menghilangkan kemaslahatan
mereka, dan tidak pula membawa mudharat kepada mereka
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LOGO................................................................................................ i
PENGESAHAN ................................................................................ ii
MOTTO............................................................................................... v
PERSEMBAHAN............................................................................... vi
ABSTRAK............................................................................................ ix
DAFTAR ISI......................................................................................... x
BAB 1: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian.................................................................... 6
D. Kegunaan Penelitian............................................................... 6
E. Penegasan Istilah..................................................................... 7
F. Metode Penelitian.................................................................... 7
2. Kehadiran Peneliti............................................................... 8
3. Lokasi Penelitian................................................................. 8
4. Sumber Data..................................................................... 8
ix
5. Prosedur Pengumpulan Data............................................ 9
6. Analisis Data..................................................................... 10
G. Sistematika Penulisan............................................................. 11
A. Pengertian pernikahan.................................................................. 13
Bojonegoro.................................................................................. 39
1. Letak Daerah......................................................................... 39
2. Keadaan Tanah...................................................................... 40
3. Demografi Desa..................................................................... 40
x
C. Analisis Tradisi Nglangkahi di Desa Sumber Tlaseh Kecamatan
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 71
B. Saran ............................................................................................ 74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
jiwa menjadi sebuah keluarga melalui akad perjanjian yang diatur oleh
agama. Oleh karena itu, perkawinan menjadi agung, luhur dan sakral.
ًﺣﻔَﺪَة
َ وَاﻟﻠﱠﮫُ ﺟَﻌَﻞَ ﻟَﻜُﻢْ ﻣِﻦْ أَﻧْﻔُﺴِﻜُﻢْ أَزْوَاﺟًﺎ وَﺟَﻌَﻞَ ﻟَﻜُﻢْ ﻣِﻦْ أَزْوَاﺟِﻜُﻢْ َﺑﻨِﯿﻦَ َو
(72) َوَرَزَﻗَﻜُﻢْ ﻣِﻦَ اﻟﻄﱠﯿﱢﺒَﺎتِ أَﻓَﺒِﺎﻟْﺒَﺎﻃِﻞِ ﯾُﺆْﻣِﻨُﻮنَ وَﺑِﻨِﻌْﻤَﺔِ اﻟﻠﱠﮫِ ھُﻢْ ﯾَﻜْﻔُﺮُون
Artinya:
Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan
menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu, dan
memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka
beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah.
An-nahl (16: 72)
12
kebahagiaan hidup keluarga, yang diliputi rasa ketentraman serta kasih
sayang dengan cara yang diridhoi Allah (Basyir, 1996: 11). Dengan
antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai istri dengan tujuan
akan terikat dengan ketentuan atau tatanan sosial budaya yang berlaku.
realitas tata tertib adat Perkawinan antara masyarakat adat yang satu dengan
yang lain, antara suku satu dengan yang lain, antara beragama Islam satu
dengan yang lain, begitu juga terdapat perbedaan adat Perkawinan kota dan
desa. Adat istiadat yang sudah menjadi sutau hukum adat akan lebih sulit dan
Seperti yang terjadi di dalam masyarakat atau beberapa adat bahwa seorang
13
adik dilarang mendahului kakaknya menikah, meskipun adik telah siap lahir
bathin untuk melakukan pernikahan. Hal ini tidak diperbolehkan, karena jika
hal demikian terjadi menurut kepercayaan yang berlaku dan diyakini akan
timbul bencana terhadap rumah tangga yang akan dibina maupun keluarga
Keyakinan itu muncul dan disepakati menjadi sebuah adat dan apabila
nikah tidak tertimpa sial maka harus ditempuh beberapa jalan diantaranya:
menggunakan busana jawa, kemudian masuklah sang adik yang akan nikah
menyebutkan kata-kata seperti berikut : “kang mas, saya akan kawin dahulu,
untuk itu saya minta izin mendahului kang mas, serta mohon doa restu agar
rumah tangga yang saya bangun selamat dan bahagia selamanya. Saya juga
mendoakan agar kang mas dapat segera mendapat jodoh yang diinginkan”.
Jawaban dari kakaknya : “ iya adikku, saya izinkan engkau kawin lebih dulu,
14
semoga rumah tanggamu tentram, bahagia, sejahtera. Terimakasih atas
yang telah diikat dengan lima benang lawe kemudian lidi tersebut disabetkan
melambangkan hari-hari biasa dan benang lawe lima helai hari-hari (pasaran)
jawa.
Ketaan dan keharusan tersebut ditinjau dari segi tujuan dalam perkawinan
undangan negara. Jika terjadi pelanggaran maka yang akan mengadili ialah
beragama islam bahkan tergolong taat, mereka tetep yakin dan percaya
sehingga mereka mengikuti tradisi yang sudah turun temurun, dan juga
15
Di dalam Islam tidak diatur atau tidak dibahas secara jelas karena ini
hanya tradisi suatu daerah. Islam sendiri hanya mengatur tentang hukum
Bojonegoro.
B. Rumusan Masalah
Kabupaten Bojonegoro?
16
3. Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap Tradisi “nglangkahi“
Kabupaten Bojonegoro?
C. Tujuan Penelitian
menyakininya.
tersebut.
D. Kegunaan penelitian
1. Secara Teoritis
Islam dan juga menambah bahan pustaka bagi Institut Agama Islam
17
2. Secara Praktis
ada di masyarakat.
hukum islam.
c. Sebagai bahan kajian penelitian lebih lanjut bagi siapa saja yang
E. Penegasan Istilah
menikah (calon pengantin yang masih muda memohon izin dan do’a restu
F. Metode Penelitian
18
dibahas (Muhktar, 2007: 79), sehingga data diperoleh dengan akurat dan
prosedur analisis statistik atau cara kuantitatif lainya (Moleong, 2008: 6).
2. Kehadiran Peneliti
penyusun adalah alat perekam, alat tulis, serta alat dokumentasi, Peneliti
3. Lokasi Penelitian
percaya akan tradisi “nglangkahi”. Dan sampai saat ini pun mereka masih
4. Sumber Data
a. Data Primer
19
b. Data Sekunder
a. Observasi
b. Wawancara
dan pengantinya.
20
c. Dokumentasi
dan data dari pemuka adat. Metode ini digunakan sebagai salah satu
6. Analisa Data
a. Deduktif
Yaitu analisa yang bertitik tolak dari suatu kaidah yang umum
b. Kualitatif
sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai
21
pembanding terhadap data tersebut, dan teknik trianggulasi yang paling
G. Sistematika Penulisan
pembahasanya dibagi menjadi lima bab, yang berisi hal-hal pokok yang dapat
Penulisan.
22
Tentang Tradisi “nglangkahi” Menurut Hukum Adat, Dasar Hukum
BAB Ketiga Paparan Data dan Temuan Penelitian berisi tentang diskripsi
Bojonegoro.
Kabupaten Bojonegoro.
23
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Pernikahan
ﺣﻞﱠ
ِ ع اﻟﺮﱠﺟُﻞِ ﺑﺎﻟْﻤَﺮأَةِ و
ِ اﻟﺰﱠوَاجُ ﺷﺮْﻋﺎً ھُﻮَ ﻋَﻘْﺪُ وَﺿَﻌَﮫُ اﻟﺸﱠﺎرِعُ ﻟِﯿُﻔِﯿْﺪَ ﻣِﻠْﻚَ اﺳْﺘِﻤْﺘﺎ
.ِاﺳْﺘِﻤْﺘَﺎعِ اﻟْﻤَﺮْأةِ ﺑِﺎﻟﺮﱠﺟُﻞ
Artinya:
perkawinan menuut syara’ yaitu akad yang ditetapkan syara’ untuk
membolehkan bersenang-snang antara laki-laki dengan perempuan dan
menghalalkan bersenang-senangnya perempuan dengan laki-laki.
24
Abu Yahya Zakaria Al-Anshary mendefenisikan :
.اﻟﻨﱢﻜﺎَحُ ﺷﺮْﻋﺎً ھُﻮَ ﻋَﻘْﺪُ ﯾَﺘَﻀَﻤﱠﻦُ اﺑﺎَﺣَﺔَ وﻃْﺊٍ ﺑِﻠﻔْﻆِ اِﻧْﻜَﺎحٍ اَوْ َﻧﺤْﻮِ ِه
Artinya :
Pengertian-pengertian diatas dibuat hanya melihat dari satu segi saja, yaitu
kebolehan hukum dalam hubungan antara seorang laki-laki dan perempuan yang
perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga (Rumah Tangga)
25
Dalam Kompilasi Hukum Islam bab II dasar-dasar perkawinan pasal 2 pengertian
Perkawinan yaitu:
Pernikahan yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalidzhan untuk
10).
Pernikahan menurut Hukum Adat ialah salah satu peristiwa yang sangat
menyangkut kedua mempelai, tetapi juga menyangkut kedua belah pihak orang
adat perkawinan bukan hanya merupakan peristiwa penting bagi mereka yang
masih hidup saja, tetapi perkawinan juga merupakan peristiwa yang sangat berarti
serta yang sepenuhnya mendapat perhatian dan diikuti oleh arwah-arwah para
atau somah (keluarga) dan bukan merupakan suatu hubungan perikatan atas dasar
26
Menikah lebih dulu dari Kakaknya) dalam pernikahan itu (Martha, 2010: 24).
B. Macam-Macam Al-Urf
yaitu al-urf al-shahih (kebiasaan yang dianggap sah) dan al-urf al fasid
1. Al-urf al-shahih
kepada pihak wanita dan hadiah ini tidak dianggap sebagai mas awin.
2. Al-urf al-fasid
kaidah dasar yang ada dalam syara’. Misalnya kebiasaan yang berlaku
sepuluh juta rupiah dalam tempo satu bulan harus dibayar sebanyak
10%. Akan tetapi praktek seperti ini bukanlah kebisaan yang bersifat
27
yang sejenis menurut syara’ tidak boleh saling melebihi. Selain itu
muncul dari utang piutang). Oleh sebab itu kebiasaan seperti ini
Artinya :
Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan
menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu anak-anak dan cucu-
cucu.
Allah mengatur Manusia dalam hidup berjodoh-jodohan itu melalui
28
Segologan fuqoha’, yakni jumhur ulama berpendapat bahwa nikah itu
Para ulama Malikiyyah mutaakhirin berpendapat bahwa nikah itu wajib untuk
sebagian orang, sunnat untuk sebagian lainya dan mubah untuk segolongan yang
apakah bentuk kalimat perintah dalam ayat dan hadist-hadist yang berkenaan
dengan masalah ini, harus diartikan wajib, sunnat, ataukah mungkin mubah.
29
Diantara hadist yang berkenaan dengan nikah adalah:
Artinya :
lima, adakalanya wajib, haram, makruh, sunnatullah dan adakalanya Mubah (Al-
di samping ada yang sunnat, wajib, haram dan yang makruh. (Al-Jaziry jilid ke-7:
6).
melakukan Perkawinan ialah Mubah. Hal ini banyak dipengaruhi pendapat Ulama
Syafi’iyyah.
mampu untuk melangsungkn perkawinan. Namun demikian kalau dilihat dari segi
kondisi orang yang melakukan Perkawinan itu dapat dikenakan hukum wajib,
1. Wajib
30
tidak kawin maka hukum melakukan perkawinan bagi orang tersebut
adalah wajib. Hal ini didasarkan pada pemikiran hukum bahwa setiap
muslim wajib menjaga diri untuk tidak berbuat yang terlarang. Jika
diri itu wajib, maka hukum melakukan perkawinan itupun wajib sesuai
dengan Kaidah :
sarana sama dengan hukum pokok yakni menjaga diri dari perbuatan maksiat.
2. Sunnat
berada pada posisi seperti ini lebih utama baginya melakukan perkawinan
3. Haram
31
kemampuan serta tanggung jawab untuk melaksanakan kewajiban-
Baqarah ayat 195 melarang orang melakukan hal yang akan mendatangkan
kerusakan :
Artinya :
maksud untuk menelantarkan orang lain, masalah wanita yang dikawini itu
tidak diurus hanya agar wanita itu tidak dapat kawin dengan orang lain
32
4. Makruh
melakukan Perkawinan dan cukup untuk bisa menahan diri sehingga tidak
Hanya saja orang tersebut tidak mempunyai keinginan yang kuat untuk
dapat memenuhi kewajiban Suami Istri dengan baik (Ghazaly, 2006: 21).
5. Mubah
Rukun yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah dan
33
takbirotul ikhram untuk shalat (Hakim, 1976: 9) atau adanya calon
Syarat yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah dan
syarat.
2. Rukun Perkawinan.
perkawinan.
Nabi SAW.
(اﯾُﻤَﺎ اﻣْﺮَأةٍ ﻧِﻜَﺤَﺖْ ﺑِﻐَﯿْﺮِ اِذْنِ وَﻟِﯿّﮭَﺎ ﻓَﻨِﻜَﺎﺣُﮭَﺎ ﺑَﺎﻃِﻞٌ )اﺧﺮﺟﮫ اﻻ رﺑﻌﺔ اﻻ ﻟﻠﻨﺴﺎئ
Artinya :
34
Artinya :
d. Shigat akad nikah, yaitu Ijab kabul yang diucapkan oleh wali
pengantin laki-laki.
Pendapat:
b) Mahar,
35
b) Calon pengantin perempuan,
c) Wali,
Dan menurut Ulama Hanafiyah, rukun nikah itu hanya ijab dan
Qabul saja (yaitu akad yang dilakukan oleh pihak wali perempuan
1989: 36).
Rukun Perkawinan:
b) Adaya wali
36
Syarat-syarat perkawian merupakan dasar bagi sahnya
c) Baligh
d) Berakal
e) Jelas orangnya
a) Beragama Islam
b) Perempuan
c) Jelas orangnya
37
d) Halal bagi calon suami
e) Wanita itu tidak dalam ikatan perkawinan dan tidak masih dalam ‘iddah
f) Tidak dipaksa
g) Tidak dalam keadaan ihram haji atau umrah (Daradjat, 1989: 41).
a) Baligh
b) Berakal
c) Laki-laki
d) Seorang muslim
Syarat-syarat saksi :
a) Baligh
b) Berakal
d) Islam
f) Ingatanya baik
Dapat disimpulkan bahwa saksi adalah orang yang memberikan keterangan dan
mempertanggung jawabkan atas apa adanya, seperti firman Allah Surat An-Nisa’
ayat 135
ﻦ
ِ ْﯾَﺄﯾﱡﮭَﺎاﻟّﺬِﯾْﻦَءاَﻣَﻨُﻮْا ﻛُﻮْﻧُﻮْاﻗَﻮﱠﻣِﯿْﻦَ ﺑِﺎﻟْﻘِﺴْﻂِ ﺷُﮭَﺪَاءَﷲِ وَﻟَﻮْﻋَﻠَﻰ اﻧْﻔُﺴَﻜُﻢْ اَوِاﻟﻮَاﻟِ َﺪﯾ
38
ْ ﻓَﻠَﺎ ﺗَﺘﱠﺒِﻌُﻮْا اﻟﮭﻮَى َان,ﺎ اَوْ ﻓَﻘِﯿْﺮًا ﻓَﺎ ﷲ اَوْﻟَﻰ ﺑِﮭِﻤَﺎ انْ ﯾَﻜُﻦْ ﻏَﻨِﯿ,َواﻻَﻗْﺮَﺑِﯿْﻦ
Artinya :
sebagai berikut :
39
Dalam pasal 6
mempelai
c) Dalam hal salah seorang dari kedua orang telah meninggal dunia
izin dimaksud ayat (2) pasal ini cukup diperoleh dari orang tua
yang masih hidup atau dari orang tua yang mampu menyatakan
kehendaknya
d) Dalam hal kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam hal
disebut dalam pasal (2), (3), (4) pasal ini, atau salah seorang atau
40
pihak pria berumur 19 thun dan pihak wanita berusia 16 tahun .
a) Calon Suami
b) Calon Istri
c) Wali Nikah
Selanjutnya dalam KHI BAB II pasal 5 dan pasal 6 yang berisikan tentang
Pasal 5
41
Pasal 6
mendapat izin sebagaimana dalam pasal 6 ayat (2), (3), (4) dan (5)
Wali nikah dalam pernikahan merupakan rukun yang harus dipenuhi bagi
dikatakan:
42
a) Wali Nasab
1989: 21).
b) Wali Hakim
Urusan Agama atau wali yang diangkat oleh calon suami dan
calon istri selama itu sudah disetujui oleh kedua belah pihak
c) Wali Mujbir
1. Tujuan Pernikahan
43
timbullah kebahagiaan, yakni kasih sayang antara anggota keluarga
kerusakan
2. Hikmah Perkawinan
44
karena suatu perbuatan yang harus dikerjakan Bersama-sama akan
Allah berfirman :
45
Artinya :
bersabda :
ِﻣَﻦْ ﺗَﺰَوٌجَ ﻓَﻘَﺪْ اَﺣْﺮَزَ ﺷَﻄْﺮَ دِﯾْﻨِﮫِ ﻓَﻠْﯿَﺘﱠﻖِ اﷲَ ﻓِﻰ اﻟﺸﱠﻄّﺮاﻷﺧَﺮ
Artinya :
46
g) Berbuat baik yang banyak lebih baik daripada berbuat baik sedikit.
Artinya :
yang masih tertinggal meskipun dia telah mati (Ghazaly, 2006: 69)
اِذَا ﻣَﺎتَ اﺑْﻦُ اَدَم اﻧْﻘَﻄَﻊَ ﻋَﻤَﻠُﮫُ أﻻّ ﻣِﻦْ ﺛَﻼَثٍ ﺻَﺪَﻗَﺔٍ ﺟَﺎرِﯾَ ٍﺔ
أوْﻋِﻠْﻢٍ ﯾَﻨْﺘَﻔَﻊُ ﺑِﮫِ اَوْ وَﻟَﺪَ ﺻَﺎﻟِﺢِ ﯾَﺪْﻋُﻮْﻟَﮫُ )رواه ﻣﺴﻠﻢ ﻋﻦ اﺑﻰ
(ھﺮﯾﺮه
Artinya :
47
Kajian tentang adat kebiasaan dalam budaya Indonesia mengenai
perkawinan yang dilarang pernikahan adu pojok, adu pojok yaitu tempat
tinggal calon pegantin wanita dan pria dalam suatu pedusunan berada di
48
Skripsi yang berjudul RESPON MASYARAKAT KELURAHAN
skripsi yang penulis tulis, didalam skripsi yang penulis teliti adalah
dalam pernikahan. Yang menarik di skripsi ini ialah tentang tradisi “medot
uang pelangkah, beda tempat yang jauh dan hanya membahas tentang
49
BAB III
GAMBARAN DESA
Bojonegoro
1. Letak Daerah
50
2. Keadaan Tanah
Menurut data yang diperoleh dari kantor desa keadaan tanahnya subur
dan produktif untuk pertanian. Yang mana tanah didesa ini terbagi dalam
3. Demografi Desa
Bojonegoro ini adalah berjumlah 6.336 Jiwa yang terdiri dari 3.187 laki-
laki dan 3.149 perempuan. Secara struktural wilayah Desa Sumber Tlaseh
8 (delapan) rukun warga (RW) dan 29(dua puluh sembilan) rukun tetangga
(RT).
TABEL I
LAKI
51
1 0–4 360 351 711
berusia 0-4 tahun dan 5-9 tahun, pada umumnya di Desa Sumber Tlaseh
18 tahun.
pendidikan yang dimiliki oleh warga, dirasa penulis juga perlu menyajikan
TABEL II
52
No Tingkat Pendidikan Laki-laki Wanita Jumlah
1 Belum sekolah - - -
5 Tidak Sekolah - - -
pada warga sini tidak ada yang melanjutkan ke perguruan tinggi kebanyakan
warga sini tamat SLTA langsung kerja ada juga yang menikah.
53
TABEL III
JUMLAH 14 Buah
Sumber : Dokumen Desa Sumber Tlaseh
Qur’an.
Tlaseh berdasar kelompok pekerjaan diatas usia 15 tahun, penulis juga perlu untuk
54
TABEL IV
JUMLAH 3.315
SUMBER : Desa Sumber Tlaseh
Kabupaten Bojonegoro nilai yang tertinggi yaitu lain-lain yang mempunyai arti
pemeluk agama penulis sajikan seperti yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
55
TABEL V
NO AGAMA JUMLAH
1 Islam 6. 332
2 Kristen 4
3 Katholik _
4 Hindu _
5 Budha _
JUMLAH 6. 336
Sumber : dokumen desa Sumber Tlaseh
Bojonegoro hampir semuanya beragama Islam hanya sedikit yang beragama non
TABEL VI
56
JUMLAH 30 Buah
Sumber : Desa Sumber Tlaseh
beragama Islam maka peribadatan agama islamlah yang lebih besar nilai
angkanya.
perangkat desa tidak hanya sekedar nama, namun mereka memahami dengan
terkait. Dan yag lebih diutamakan dalam melaksanakan tugas tidak lupa selalu
saling menghormati antara posisi jabatan yang berada diatas dengan posisi
bawahanya.
57
STRUKTUR ORGANISASI DESA SUMBER TLASEH
Kepala Desa
LMD
Kadus I Kadus II
Kepala Dusun
Keterangan :
58
KU. Mum : Kepala Urusan Umum
KP : Kepala
masnig-masing :
59
Biodata penganten yang sudah menikah menggunakan tradisi “nglangkahi”
berikut :
Umur : 21 Tahun
Pekerjaan : Wirausaha
Agama : Islam
Umur : 23 Tahun
Pekerjaan : Wirausaha
Agama : Islam
60
A. Penyebab Masyarakat Desa Sumber Tlaseh Meyakini adanya tradisi
menghindarkan diri dari berbagai macam kemaksiatan dan hal yang tidak
Dalam sub bab ini peneliti hanya akan mendeskripsikan hasil dari
pernikahan yang sebenarnya lebih tua dahulu baru yang muda menyusul
akan tetapi nglangkahi yaitu yang lebih muda terdahulu baru yang lebih
tua karna sudah lebih siap dan dapat jodoh yang muda.
menghormati yang tua menikah terlebih dahulu, namun jika sang adik
lebih dahulu menemukan jodohnya dan sudah siap lahir bathin untuk
61
menikah terlebih dahulu sang adik harus pamit atau meminta izin menikah
talseh baik-baik saja tidak ada masalah karena jodoh itu pemberian dari
yang Maha Kuasa tidak ada satupun orang yang bisa merubahnya.
dijelaskan dalam agama. Tidak ada salahnya jika sang adik mendahului
adanya jodoh yang cocok dan dari pihak keluarga juga sudah setuju mau
sesuatu yang tidak diinginkan, disebabkan karena situasi dan kondisi suatu
sudah di nikahkan. Tidak ada sangsi apapun bagi adik yang melangkahi
Agustus 2015
“Menurut saya itu wajar, wajar dalam bentuk terimakasih atau ungkapan
lain dari adik yang mau melangkahi mendapat izin dari kakaknya selama
62
tidak memberatkan bagi si adik. Akan tetapi kembali lagi kepada
keluarganya haruskah ada pemberian atau cuman tradisi dalam masyarakat
saja dan tidak ada patokan pemberian tersebut.”
Sumber Tlaseh masih kental adat jawanya jadi masih memakai tradisi
2. Kang dar
Kang dar berpendapat bahwa Memang di dalam adat jawa ada semacam
pemberian sesuatu entah itu barang atau uang untuk sang kakak tetapi di
dalam musyawarah keluarga kang dar cukup dengan tradisi medot bulah
Kang Dar menjelaskan tentang tradisi medot bulat pada wawancara pada
63
tanggal 23 Agustus 2015 sebagai berikut :
“Tradisi medot bulah ialah kakak kandung memegang gunting atau alat
pemotong yang lain lalu benang dipegang oleh sang adik kemudian sang
kakak memotong benang tersebut”
Dar ialah belum ada hukumnya karena tradisi di sini cuman berupa
keluarga. Tergantung juga mengikuti adat kental jawa apa mengikuti adat
menurut kepercayaan banyak orang kurang baik atau bisa jadi dilarang
akan tetapi kata “nikah” itu harus disegerakan kalau sudah ketemu
dengan jodohnya dan cocok (siap lahir bathin), tidak boleh menghalangi
Muhammad Jauharul Ma’arif yaitu pacaran sudah lama dan suka sama
64
Di dalam adat jawa kental jika ingin melangkahi kakak kandung
memang ada tradisi memberi entah itu uang ataupun barang untuk bentuk
sang adik menikah tanpa memberikan sesuatu kepada sang kakak, apakah
“ bahwa Saya rasa tidak, menghalangi pernikahan adalah dosa. Niat ittiba’
rosul tidak boleh atau kurang baik kalau dihalangi, saya rasa pemberian
hadiah atau apa dari adik itu bukan suatu masalah dan Itu sudah menjadi
hak adik saya, memang kebanyakan orang bahkan dalam adat jawa
disebutkan jika ingin melangkahi kakak kandung dalam masalah
pernikahan ada pemberian sesuatu entah itu barang ataupun apa sebagai
bentuk terimakasih sudah merestui adik untuk menikah lebih dulu, akan
tetapi juga ada sebagian masyarakat termasuk didesa saya menggunakan
tradisi “medot bulah” (memutus benang).”
Tradisi “medot bulah” yaitu kakak kandung memegang gunting atau alat
pemotong yang lain lalu benang dipegang oleh sang adik kemudian sang
Jauharul Ma’arif boleh-boleh saja, karna sudah tradisi dari nenek moyang
65
4. bapak Jannatun Na’im
atau adat jawa tetapi juga ada sebagian yang menggunakan tradisi sesuai
itu harus menggunakan tradisi. Dan tradisi tersebut tidak ada masalah
Doktrin yang kuat dari lingkungan, faktor usia sang adik dan juga ada
pendapat bahwa kakak lebih tua dan tidak hormat jika adik lebih dulu
harus menikah terlebih dahulu dan sudah siap lahir batin daripada sang
hukum Islam tidak menjelaskan boleh atau tidak boleh tentang tradisi
tersebut jadi sah-sah saja dilakukan jika sang adik sudah siap untuk
66
5. Umar Faruq
Umar Faruq adalah salah satu tokoh di Desa Sumber Tlaseh Kecamatan
menikah yang lebih tua dan sebenarnya itu di larang. Faktor yang melatar
sebenarnya pada etika minta izin yang lebih tua untuk menikah lebih dulu.
keluarga dan kultur budaya yang masuk dikutip dari bapak KH. Said Aqil
Siroj
“Islam nusantara bukan agama baru, bukan juga aliran baru, islam
nusantara adalah pemikiran yang berlandaskan sejarah islam masuk ke
indonesia tidak melalui peperangan, tapi kompromi terhadap budaya.
Islam nusantara tetap tidak membenarkan adanya sebuah tradisi yang
bertentangan dengan syariat islam. Misalkan ada tradisi yang melegalkan
seks bebas itu tidak dibenarkan tidak diterima dan tidak dicarikan
komprominya. Yang positif masyarakat indonesia kuno mengenal dengan
sesaji, ketika islam masuk di idi dengan pengajian, memebaca surat-surat
al-quran dibarengi sedekah, itulah tradisi islam nusantara. Tradisi islam
nusantara tidak mungkin menjadikan islam radikal, tidak mengajarkan
membenci, membakar atau bahkan membunuh”
ada dalam hukum islam dan juga islam tidak mengatur. Apabila si adik
67
b. Jodoh diatur oleh Allah SWT
keluarga
Menurut Bapak Umar Faruq tidak ada dalam hukum islam upacara tradisi
yaitu mendahlui.
Upacara ini dilaksanakan apabila calon mempelai wanita atau pria masih
mendapatkan jodoh)
penganten
68
3. Peraga upacara :
e. Perias
4. Sarana upacara
b. Ayam panggang
pimpin.
Teken (tongkat) tebu wulung juga di sebut teken sido dadi. Hal ini
terlaksana.
69
d. Bunga setaman
e. Pelangkah
kakaknya sebagai ucapan terima kasih atas ijin dan kerelaanya untuk di
5. Pelaksanaan upacara
sungkem kepada orang tua (bapak dan ibu) mohon doa restunya,
kata-kata
Adik : “matur sembah nuwun kang mas, kulo tansah nyenyuwun ing
70
ngatsaning gusti ingkang maha kuwaos mugi-mugi panjenengan
enggal sumusul
lelantaran teken sidodadi, muga apa kang sira gayuh bakal dadi
kanyataan”.
“tulak tanggal mubeng, wetan, kidul, kulon, lor, ura nulak sri
Setelah itu pada waktu pengantin dipertemukan ditengah tarup ada upacara
medot bulah yaitu kakak kandung memegang gunting atau alat pemotong
yang lain lalu benang dipegang oleh sang adik dan kakak kemudian
jodoh dengan makna supaya sang kakak yang dilangkahi tidak susah
71
mendapat jodoh dan juga sebagai simbol mendapat izin dari kakaknya
72
BAB IV
Nglangkahi bahasa jawa dari kata melangkahi yang artinya mendahului atau
melewati. Ada dua pengertian yang pertama kata nglangkahi artinya mendahului
nikah, kedua pelangkah ialah barang atau sesuatu yang di berikan kepada orang
mengambil pengertian yang pertama yaitu nglangkahi asli dari bahasa jawa yang
Nglangkahi yaitu pernikahan yang sebenarnya lebih tua dahulu baru yang
muda menyusul akan tetapi kata nglangkahi tersebut yang muda melewati atau
mendahului yang lebih tua, untuk menghindarkan kakaknya dari bahaya susah
calon penganten sungkem kepada orang tua mohon doa restunya, kemudian
maksud meminta restu atas pernikahanya karena sudah menikah terlebih dahulu
dengan ucapakan :
73
pangestu, mugi tansah leres lan kaleresan anggen kulo gesang bebrayan”.
iya, iya adiku kang tak tresnani, linambaran lila legawaning ati dak lilani
sakloran ya yayi”.
Dan dengan perkataan tersebut atau atas izin dari kakaknya untuk menikah
terlebih dahulu maka adiknya berterimakasih atas izin yang diberikan oleh
“matur sembah nuwun kang mas, kulo tansah nyenyuwun ing ngatsaning
dengan tradisi medot bolah yaitu tradisi yang dilaksanakan pada saat pengantin
Artinya :
74
memang dahulunya tinggalan dari nenek moyang yang dijadikan sebagai
Kebiasaan/urf shahih adlah sesuatu yang telah saling dikenal oleh manusia
dan tidak bertentangan dengan dalil syara’. Seperti tradisi nglangkahi ini sebuah
kebiasaan yang sudah terbiasa dikenal bahkan dilakukan oleh masyarakat jawa
Berdasarkan pemaparan kepala desa, pelaku, orang tua pelaku, rukun tetangga
(RT) dan tokoh agama Desa Sumber Tlaseh Kecamatan Dander Kabupaten
1. Adanya jodoh
Sudah adanya jodoh yang cocok (pacaran sudah lama dan suka sama suka untuk
lebih memantapkan ke dalam hubungan serius) dan dari pihak keluarga juga
sudah bersepakat setuju, kalau tidak langsung dinikahkan takutnya akan terjadinya
Faktor budaya ini sering disebut juga dengan faktor adat. Doktrin yang kuat dari
lingkungan dan situasi kondisi suatu masyarakat biasanya adat didalam desa sini
3. faktor pendidikan
Bojonegoro salah satu faktor yang mendukung lestarinya adat ini, dibuktikan
dengan data mayoritas penduduk hanya lulus SLTA dengan rendahnya pendidikan
75
mempengaruhi pola fikir masyarakat.
sebenarnya pada etika yang lebih tua menikah terlebih dahulu akan tetapi
yang lebih muda lebih siap bahkan mendapat jodoh lebih dulu daripada yang tua
dan juga disebabkan keadaan yang mendesak sehingga sang adik harus menikah
nglangkahi di lihat dari sudut pandang hukum islam tidak mengenal istilah
nglangkahi, di dalam islam hanya memerintahkan kepada mereka yang telah siap
atau mampu menikah agar menyegerakan tanpa melihat dia nglangkahi ataupun
tidak
Di dalam desa Sumber Tlaseh khususnya, orang tua tidak menolak atau
melarang jika ada yang melamar anaknya entah itu adiknya atau kakaknya karena
jodoh itu dari Allah SWT. Di samping itu juga tidak ada dalil-dalil dan syariat
islam yang mengatur orang tua mengatur masalah pernikahan anak-anaknya harus
secara urut atau tertib yang tua lebih dahulu baru yang muda.
masyarakat dan akhirnya menjadi suatu adat. Walaupun berasal dari adat, hal
tersebut tidak bisa dijadikan patokan bahwa pernikahan tersebut dilarang menurut
agama islam, meskipun di dalam kitab qawaidul fiqhiyyah suatu kaidah fiqh yaitu
al-adatul muhakkamah yang artinya adat bisa dijadikan sebagai salah satu
76
sumber hukum islam. Dengan maksud, kaidah ini bahwa di suatu keadaan, adat
bisa dijadikan pijakan untuk mencetuskan hukum ketika tidak da dalil dari syari’
Adat hanya berlaku dalam kemasyarakatan dalam hal ibadah orang tidak
boleh menambah atau mengurangi yang telah ditetapkan di dalam al-Quran dan
sunnah Rosulnya.
Dengan dasar yang seperti itu adat yag berlaku dimasyarakat tidak dapat
Dilihat dari pandangan hukum adat bahwa tradisi nglangkahi yaitu suatu
perkawinan yang tidak diizinkan untuk dilaksanakan apabila pengantin yang akan
hukum adat terdahulu tinggalan nenek moyang yang masih diberlakukan, oleh
karena itu masyarakat desa Sumber Tlaseh masih berpegang teguh atau menyakini
Pada masyarakat yang masih berpegang teguh pada adat, apabila ada
seorang kakak yang dilangkahi adiknya menikah terlebih dahulu ada yang
berpendapat niscaya kehidupan kakak yang dilangkahi tidak akan bagus untuk ke
dampak yang tidak baik. Tetapi dari sebagian kelompok yang sudah tidak
menggunakan tradisi tersebut apabila dalam keluarga sang adik ingin menikah,
maka orang tua ataupun sang kakak akan sangat gembira dan senang hati
77
menerima kabar tersebut, menurut mereka menunda ataupun melarang adik
menikah terlebih dahulu tidak baik buat dengan contoh sang adik yang ingin
kekhawatiran dampak yang terjadi pada keluarga yaitu sang adik melakukan
perbuatan zina atau kawin lari, oleh karena itu mereka dengan senang hati
sini tetapi juga masih ada sebagian yang berpegang dengan adat dari tinggalan
nenek moyang. Tergantung kepada latar belakang keluarga jika terjadi pernikahan
dengan tradisi nglangkahi. (wawancara dengan Umar Faruq pada tanggal 24 juli
2015)
nglangkahi, tidak ada masalah atau bukan jadi masalah yang harus diperdebatkan
jika masih siap lahir bathin daripada kakaknya maka dipersilahkan menikah
terlebih dahulu disamping itu juga jodoh sudah ada yang mengatur seperti yang
Artinya :
78
Dan juga selama masih dalam norma-norma agama tidak ada salahnya jika
dalam hukum islam juga tidak ada larangan yang menyebutkan bahwa pernikahan
ﻦ اﺳﺘَﻄَﺎع
ِ ﯾَﺎﻣَﻌْﺸَﺮَ اﻟﺸَﺒﺎب َﻣ: ﻗَﺎلَ رَﺳُﻮْلُ اﷲُ ص: َﻋَﻦْ اﺑْﻦُ ﻣَﺴْﻌُﻮْدٍ ﻗَﺎل
79
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
nglangkahi :
barang atau uang kepada kakak calon mempelai. hal ini karena calon
dulu sungkem kepada orang tua (bapak dan ibu) mohon doa restunya,
dilangkahinya.
penganten.
80
istiadat jawa akan tetapi lebih banyaknya menggunakan kesepakatan
masih kental menggunakan adat jawa mereka percaya jika ada adik
tradisi nglangkahi menurut mereka ada efek buruk yang akan timbul
pada kejiwaan si adik, sang adik tertunda atau gagal untuk menikah
karena mengikuti adat istiadat tersebut, dan pada akhirnya sang adik
zina.
sudah adanya jodoh, Sang adik lebih siap lahir batin daripada sang
terlebih dahulu, adik sudah tidak sekolah lagi, keluarga yang sudah
sebuah adat istiadat yang sudah biasa dan sudah dikenal oleh
81
masyarakat menjadikanya sebuah adat yang digunakan di daerah
mereka. Karena dasar seperti itu walaupun berasal dari hukum adat
dalil dari syari’ tetapi tidak semua adat bisa dijadikan pijakan hukum.
Dengan dasar yang seperti itu adat yag berlaku dimasyarakat tidak
hukum.
B. SARAN-SARAN
karena menikah adalah hak dari seorang anak. Untuk masalah jodoh sang
kakak yang telah dilangkahi adiknya, sebagai orang tua harus yakin bahwa
jodoh, rizki sudah ada yang mengatur tidak ada kekeliruan dalam mengatur,
tidak akan mungkin sang kakak jauh dari jodohnya karna manusia diciptakan
mungkin sang adiklah yang terlebih dahulu ditentukanya jodoh oleh Allah
SWT.
2. Untuk sang kakak yang mempunyai adik, hendaklah jangan melarang sang
adik untuk menikah terlebih dahulu juga jangan berkecil hati turut
82
memang wajar tapi jangan sampai memberatkan si adik dengan meminta
83
DAFTAR PUSTAKA
Al- Aqsalani, Al- Hafidz Ibnu Hajar. 1989. Bulughul Maram terj. H. Moh Rifai Al
Azzam, Dr. Abdul Aziz Muhammad Dan Dr. Abdul Wahhab Sayyed Hawwas.
Hadikusuma, Hilman. 1990, Hukum Perkawinan Adat, cet ke-4,. Bandung: Aditya
Bakti.
Hanggar Kreator
Halim, Ahmad Ridwan. 1989. Hukum Adat Dalam Tanya Jawab, Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Karya.
Mukhtar, Erna Widodo. 2007. Kontruksi Ke Arah Penelitian Deskriptif,
Yogyakarta: Avyrouz.
Umam Dkk, Drs. Chairul. 1998. Ushul fiqih 1, Bandung: Pustaka Setia.
Wawancara dengan Bapak Abdul Salim
bapak?
kandung tersebut?
masalah perkawinan?
kandung tersebut?
10. Adakah patokan terhadap pemberian kepada sang kakak yang mau
dilangkahi tersebut ?
11. Menurut bapak apakah diharuskan atau diwajibkan memakai adat tersebut
1. Apakah keluarga anda masih berpegang teguh kepada tradisi adat dalam
hal pernikahan?
pernikahan?
melangkahinya?
kandung?
3. Jika adik anda menikah tanpa memberikan sesuatu kepada anda, apakah
anda?
Wawancara dengan bapak Jannatun Na’im
1. Apakah di daerah anda masih berpegang teguh kepada tradisi adat dalam
hal pernikahan ?
pernikahan ?
kakaknya ?
alasanya ?
tersebut ?
Wawancara dengan bapak Umar Faruq
hal pernikahan ?
nglangkahi kakaknya ?
Daftar Gambar
Sungkeman
CURRICULUM VITAE
Agama : Islam
Orang Tua