Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

IDDAH KAITANNYA DENGAN KEMAJUAN ILMU KEDOKTERAN


Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Studi Kasus Hukum Keluarga Islam

Dosen Pengampu:

Dr. H. Arif Jamaluddin Malik, M. Ag

Disusun Oleh:

1. Kiki Andriani (05040120116)


2. Ni‟mah Qothrunnada (05040120130)
3. Sirojum Munir (05040120142)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala
puji bagi Allah SWT berkat rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya sehingga makalah terkait
“Iddah Kaitannya dengan Kemajuan Ilmu Kedokteran” ini dapat diselesaikan.
Penyusunan makalah ini digunakan untuk memenui tugas mata kuliah Studi Kasus Hukum
Keluarga Islam yang diampu oleh Bapak Dr. H. Arif Jamaluddin Malik, M. Ag

Makalah ini kami susun dari berbagai sumber serta dari berbagai pihak yang telah
membantu guna menambah dan menyebarkan ilmu yang telah kami dapat, semoga ilmu ini
dapat bermanfaat dan membawa berkah kepada kita. Terlepas dari itu semua, kami sangat
menyadari bahwa kemampuan kami di luar kata cukup. Sehingga makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Untuk itu, kami menerima adanya saran, kritik, maupun nasihat yang
membangun dari semua pihak agar makalah ini dapat disusun dengan sebaik-baiknya.

Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berjasa
dalam penyusunan makalah ini. Semoga segala yang telah dan akan diusahakan selalu
mendapat ridlo dari Allah SWT. Kami berharap semoga nantinya makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak, menambah khazanah keilmuan juga menjadi teladan dalam
pengamalan ilmu bagi pembaca.

Surabaya, 1 Mei 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR. .................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN. ........................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah. ............................................................................ 1

C. Tujuan Penulisan. .............................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 2

1. Pengertian Iddah................................................................................ 2
2. Macam-Macam Iddah .......................................................................... 4
3. Iddah Kaitannya dengan Kemajuan Ilmu Kedoktera ...............6
4. Analisis Kasus….................................................................................8

BAB III PENUTUP ....................................................................................10

Kesimpulan .................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pasal 38 undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan
disebutkan bahwa hal-hal yang dapat memutuskan ikatan perkawinan adalah
kematian, perceraian dan atas putusan pengadilan. Dalam pasal 114 KHI dijelaskan
putusnya perkawinan yang disebabkan oleh perceraian bisa terjadi dikarenakan talak
atau berdasarkan gugatan perceraian. Sejak terjadinya perceraian inilah dalam Islam
mulai diatur adanya iddah atau masa tunggu bagi perempuan karena hanya perempuan
yang mempunyai rahim dan mengalami kehamilan, maka iddah hanya berlaku bagi
perempuan dan tidak berlaku bagi laki-laki. Akan tetapi laki-laki juga harus
memperhatikan perasaan perempuan yang telah ditalak dan mempunyai toleransi
terhadap mantan istrinya tersebut.
Seiring dengan perkembangan zaman yang pesat dan ditandai dengan
kecanggihan di bidang teknologi dan ilmu pengetahuan terdapat kemajuan teknologi
kedokteran yang mempermudah pekerjaan manusia di bidang kesehatan terkait Iddah
ini. Di mana perkembangan teknologi tersebut bisa menginformasikan kondisi rahim
wanita.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka diketahui rumusan masalah nya sebagai berikut:
1) Apa yang dimaksud dengan iddah?
2) Apa saja Macam-macam iddah?
3) Bagaimana Iddah kaitannya dengan kemajuan ilmu kedokteran?
4) Bagaimana Analisis kasus Iddah terkait dengan kemajuan ilmu kedokteran?
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah diatas dapat maka tujuan penulisan makalah ini adalah:
1) Untuk Mengetahui maksud dari iddah.
2) Untuk Mengetahui Apa saja Macam-macam iddah.
3) Untuk Mengetahui Bagaimana Iddah kaitannya dengan kemajuan ilmu
kedokteran.
4) Untuk Mengetahui Bagaimana Analisis kasus Iddah terkait dengan kemajuan
ilmu kedokteran.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Iddah
Iddah adalah berasal dari kata al-add dan al-ihsha‟ yang berarti bilangan.
Artinya jumlah bulan yang harus dilewati seorang perempuan yang telah diceraikan
(talak) atau ditinggal mati oleh suaminya. Adapun makna iddah secara istilah adalah
masa penantian seorang perempuan setelah diceraikan atau ditinggal mati oleh
suaminya. Akhir masa iddah itu ada kalanya ditentukan dengan proses melahirkan,
masa haid atau masa suci atau dengan bilangan bulan. 1
Menurut Ulama Hanafiyah iddah adalah ketentuan masa penantian bagi
seorang perempuan untuk mengukuhkan status memorial pernikahan (atsar al-nikah)
yang bersifat material, seperti memastikan kehamilan. Atau untuk merealisasikan hal-
hal yang bersifat etika–moral, seperti menjaga kehormatan suami. Kalangan
Malikiyah memberikan definisi lain. Menurutnya iddah merupakan masa kosong yang
harus dijalani seorang perempuan. Pada masa itu ia dilarang kawin disebabkan sudah
ditalak (cerai) atau ditinggal mati sang suami.
Menurut mazhab Syafi‟iyyah iddah adalah masa menunggu bagi seorang
wanita guna mengetahui apakah di dalam rahimnya ada benih janin dari sang suami
atau tidak. Iddah juga disimbolkan sebagai kesedihan seorang wanita atas kematian
suami. Atau iddah merupakan konstruksi agama yang lebih menggambarkan nuansa
ibadah (ta‟abbudi). Alasan ta‟abbudi ini berlaku pada seorang istri yang masih kanak-
kanak lalu ditalak atau ditinggal mati suaminya. Karena anak kecil belum waktunya
untuk diajak bersenggama, maka mustahil rahimnya terisi benih. Kewajiban iddah
bagi perempuan yang masih kanak-kanak ini tiada lain hanya untuk menghormati
sebuah ikatan perkawinan. Sebab, tidak menutup kemungkinan setelah terjadi
perceraian ada rasa sesal dari kedua belah pihak. Sehingga terbuka kesempatan untuk
kembali merajut tali kasih sesuai dengan waktu yang tersedia.
Sedangkan menurut kalangan mazhab Hanabilah, iddah adalah masa
menunggu bagi wanita yang ditentukan oleh agama. kelompok ini sama sekali tidak

1
Abdul Qadir Mansyur, Fiqh al-Mar’ah al-Muslimah min al-Kitab wa al-Sunnah; Buku Pintar Fiqih Wanita :
Segala Hal yang Ingin Anda Ketahui tentang Perempuan dalam Hukum Islam, Terj. Muhammad Zaenal Arifin,
Jakarta: Zaman, cet.1, 2012, h. 124.

2
pernah menyinggung mengapa harus ada waktu menunggu bagi seorang wanita
setelah ditalak atau ditinggal mati suaminya.2
Adapun kata iddah dalam peradilan agama iddah terhitung dari tanggal
putusan yang kemudian mempunyai kekuatan hukum tetap bila putusan itu mengenai
gugatan cerai, sedangkan jika mengenai permohonan cerai (talak) terhitung mulai
diucapkannya talak di persidangan. Jika terjadi karena perceraian, dan istri yang
ditalak tidak sedang hamil, maka lamanya masa iddah adalah 3 kali quru‟ yang
minimumnya yaitu 90 hari.3
Dari definisi di atas, dapat dipahami bahwa iddah adalah masa menunggu bagi
seorang isteri yang mengalami perceraian dalam pernikahan, baik karena dicerai
suami atau pun karena yang bersangkutan minta diceraikan oleh suaminya atau oleh
Hakim melalui sidang di Pengadilan, istilah iddah juga digunakan untuk masa tunggu
bagi istri yang ditinggal mati suaminya. Pada dasarnya, hukum iddah adalah wajib,
berdasarkan firman Allah dalam QS. Al-Baqarah: 228.

‫صٍَ بِا َ َْفُ ِس ِه ٍَّ ث َ ٰهثَةَ قُ ُز ْۤ ْو ٍۗ ٍء َو ََل يَ ِح ُّم نَ ُه ٍَّ ا َ ٌْ يَّ ْكت ُ ًٍَْ َيا‬ْ َّ‫طهَّ ٰقتُ يَت َ َزب‬ َ ًُ ‫َو ْان‬
ٍَّ ‫اَل ِخ ٍۗ ِز َوبُعُ ْىنَت ُ ُه ٍَّ ا َ َح ُّق بِ َز ِدّ ِه‬ٰ ْ ‫اّٰللِ َو ْانيَ ْى ِو‬
‫اي ِه ٍَّ ا ٌِْ ُك ٍَّ يُؤْ ِي ٍَّ بِ ه‬ ‫َخهَقَ ه‬
ِ ‫ّٰللاُ فِ ْْٓي ا َ ْر َح‬
‫هز َجا ِل‬ّ ِ ‫ف َو ِن‬ ِ ِۖ ‫عهَ ْي ِه ٍَّ بِ ْان ًَ ْع ُز ْو‬
َ ‫ِي‬ ْ ‫ص ََل ًحا ٍَۗونَ ُه ٍَّ ِيثْ ُم انَّذ‬ ْ ِ‫فِ ْي ٰذ ِن َك ا ٌِْ ا َ َراد ُْْٓوا ا‬
‫ع ِزي ٌْز َح ِك ْي ٌى‬ ‫عهَ ْي ِه ٍَّ دَ َر َجةٌ ٍۗ َو ه‬
َ ُ‫ّٰللا‬ َ
Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali
quru‟. tidak boleh mereka Menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam
rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. dan suamisuaminya
berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki
ishlah. Dan Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya
menurut cara yang ma'ruf. Akan tetapi Para suami, mempunyai satu tingkatan
kelebihan daripada isterinya. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

2
Abu Yasid, et.al., Fiqh Today: Fatwa Tradisionalis untuk Orang Modern, Jakarta: Erlangga, h.26.
3
Andi Tahir Hamid, Beberapa Hal Baru Tentang Peradilan Agama dan Bidangnya, (Jakarta: Sinar Grafika, 1996),
hlm. 30.

3
B. Macam-Macam Iddah
Ada dua macam iddah, yaitu iddah karena perceraian dan iddah karena
kematian suami.4
1) Iddah karena perceraian
Iddah karena perceraian memiliki dua kategori yang masing-masing
memiliki hukum sendiri. Yang pertama adalah perempuan yang diceraikan dan
belum disetubuhi. Dalam hal ini ia tidak wajib menjalani masa iddah,
sebagaimana firman Allah Swt dalam surat al-Ahzab 49.
Kategori kedua adalah perempuan yang diceraikan dan sudah disetubuhi. Bagi
perempuan yang dalam kategori seperti ini, dia memiliki dua keadaan.5
a) Perempuan itu dalam keadaan hamil.
Masa iddah baginya adalah sampai melahirkan kandungannya.
Allah Swt berfirman dalam surat al-Thalaq ayat 4: yang artinya: dan
perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara
perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa
iddahnya), Maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu
(pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. dan perempuan-
perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka
melahirkan kandungannya. dan barang -siapa yang bertakwa kepada
Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam
urusannya.
b) Perempuan itu tidak dalam keadaan hamil.
Dalam keadaan seperti ini, dia tidak luput dari dua
kemungkinan. Pertama, dia masih menstruasi. Dalam keadaan ini
iddahnya adalah tiga kali menstruasi. Allah berfirman dalam surat al-
Baqarah 228: Artinya: wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan
diri (menunggu) tiga kali quru'. tidak boleh mereka menyembunyikan
apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman
kepada Allah dan hari akhirat. dan suami-suaminya berhak
merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami)
menghendaki ishlah. dan para wanita mempunyai hak yang seimbang
4
Abdul Qadir Mansyur, Fiqh al-Mar’ah al-Muslimah min al-Kitab wa al-Sunnah; Buku Pintar Fiqih Wanita Segala
Hal yang Ingin Anda Ketahui tentang Perempuan dalam Hukum Islam, Terj. Muhammad Zaenal Arifin, Jakarta:
Zaman, 2012, cet.1, hlm.130
5
Ibid., 131.

4
dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. Akan tetapi para
suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan dari pada isterinya dan
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Kata quru‟ disini lebih tepat diartikan dengan menstruasi, bukan suci. Makna ini
dikuatkan sebuah hadis Aisyah. Aisyah menceritakan, Ummu Habibah tengah
mengalami menstruasi. Dia lalu bertanya kepada Rasulullah Saw dan beliau
menyuruhnya untuk meninggalkan shalat pada hari-hari menstruasinya. Kedua, dia
tidak mengalami masa-masa menstruasi, seperti anak kecil yang belum menstruasi
atau perempuan dewasa yang sudah menopouse. Masa iddah bagi perempuan seperti
ini adalah selama tiga bulan.
2) Iddah karena kematian
Dalam kasus ini ada dua kemungkinan yang dapat terjadi, yaitu:
a) Perempuan yang ditinggal mati suaminya itu tidak dalam keadaan hamil.
Masa iddah baginya adalah empat bulan sepuluh hari, baik dia telah
melakukan hubungan badan dengan suaminya yang telah meninggal itu
maupun belum. Allah Swt berfirman dalam surat al- Baqarah 234 yang
Artinya: orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan
meninggalkan isteri-isteri (hendaklah para isteri itu) menangguhkan
dirinya (ber'iddah) empat bulan sepuluh hari. kemudian apabila telah habis
'iddahnya, maka tiada dosa bagimu (para wali) membiarkan mereka
berbuat terhadap diri mereka. Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.
b) Perempuan yang ditinggal mati suaminya itu dalam keadaan hamil.
Masa iddah baginya adalah sampai dia melahirkan kandungannya.
Allah Swt berfirman dalam surat al-Thalaq 4 yang Artinya: dan
perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara
perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya),
maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-
perempuan yang tidak haid. dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu
iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. Dan
barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan
baginya kemudahan dalam urusannya.
Ketentuan hukum ini didasarkan pada riwayat dari al-Miswar Ibnu
Makhramah tentang Su‟aibah al-Aslamiyyah yang tengah dalam keadaan
nifas setelah ditinggal mati suaminya. Suaibah lalu menemui Rasulullah

5
Saw dan meminta izin pada beliau untuk menikah lagi. Beliau lantas
mengizinkannya dan dia pun kemudian menikah.

C. Iddah Kaitannya dengan Kemajuan Ilmu Kedokteran


Mayoritas fuqaha dan mufassir menyatakan bahwa tujuan dari Iddah yaitu
mengetahui kekosongan rahim perempuan agar tidak terjadi percampuran nasab
hukum tersebut berlaku karena penentuan kekosongan rahim hanya bisa dilaksanakan
dengan menunggu sirkulasi periode menstruasi. Seiring dengan berjalannya waktu
dan berkembangnya peradaban manusia tepatnya dalam bidang sains dan teknologi
telah menghasilkan berbagai penemuan baru yang bisa membantu manusia dalam
berbagai bidang ilmu kedokteran banyak teknologi telah menciptakan prosedur dan
perlengkapan medis yang canggih. 6
Adapun kemajuan teknologi kedokteran yang berhubungan untuk mengetahui
kondisi rahim adalah sebagai berikut:
1) Tes urine: Yaitu dengan mengukur kadar Hormon Chorionic Gonadotropin
(HCG), yaitu hormone saat terjadinya kehamilan dan mulai bisa dideteksi
terutama pada 7 hari setelah terjadinya pembuahan. Hormone dikeluarkan oleh
ginjal ibu sehingga bisa di deteksi melalui darah dan urine ibu. Yang dilakukan
dengan beberapa cara:
a) Tes pack: Yaitu dengan mencelupkan stik pada urine atau meneteskan
beberapa tetes urine pada compact, namun dalam kondisi seperti ini
sebaiknya tes dilakukan lagi beberapa hari kemudian.
b) Tes laboratorium: Yaitu cukup memberikan sampel urine ke laboratorium
maka hasilnya akan segera didapatkan
c) Tes darah: Terdiri atas dua jenis pemeriksaan darah, yakni pemeriksaan
darah kualitatif (untuk mengetahui ada atau tidaknya HCG dalam darah
ibu) dan kuantitatif (untuk mengetahui dengan pasti beberapa kadar HCG
dalam darah ibu).
d) Doppler imaging: Yaitu untuk mengukur apakah darah dapat mengalir
dengan baik pada janin, biasanya dilakukan USG kehamilan jenis ini.
Selain itu, Doppler imaging juga dilakukan untuk ibu yang mengalami
tekanan darah tinggi.

6
Adde Istiqamah dan Muhammad Zubir, Analisis Iddah Berdasarkan Pemanfaatan Teknologi Kedokteran
dalam Menafsirkan Tsalatsatu Quru’, Istinarah: Riset Keagamaan, Sosial dan Budaya, Vol 1 (1), Juli 2019, 35.

6
e) Pemeriksaan ultrasonografi (USG): Yaitu penggunaan gelombang suara
tingkat tinggi yang kemudian diubah menjadi gambar yang ditampilkan
dalam layar, dan itu yang menunjukkan kondisi dalam rahim.7
Cara kerja USG adalah memantulkan gelombang suara dan menerima kembali
gelombang suara yang telah dipantulkan setelah terkena suatu obyek. Obyek di
sini berupa organ tubuh. Gelombang suara dikeluarkan oleh transducer dengan
panjang gelombang 2,5-14 kilohertz, panjang gelombang yang dikeluarkan
bervariasi tergantung dari bentuk transducer. Hasil pemantulan gelombang suara
tersebut kemudian akan diterima kembali oleh transducer dan diproses oleh mesin
USG kemudian ditayangkan dalam monitor. Ultrasonografi merupakan teknologi
yang mana dokter bisa melihat dengan pasti letak bayi, plasenta, tali pusar, dan
kantung ketuban.8
Ultrasonografi digunakan oleh dokter untuk :
1. Memastikan kehamilan
2. Mengenali kehamilan tunggal atau kembar
3. Memperkirakan usia kehamilan
4. Mengetahui posisi plasenta dankondisinya
5. Ukuran cairan ketuban
6. Kelainan posisi janin
7. Jenis kelamin bayi
Kelebihan dari USG salah satunya adalah dapat mendeteksi adanya janin
dalam rahim wanita pada usia kehamilan 5-7 minggu. Jadi, proses untuk
mengetahui kehamilan atau tidak sangat cepat. Padahal dalam Alquran, masa
yang diberikan Allah untuk „iddah (untuk memastikan bersihnya rahim) adalah
tiga bulan atau empat bulan sepuluh hari.9 Masa iddah tetap berlaku meskipun
sudah ada USG. Perkembangan ilmu teknologi modern tidak dapat mengubah
ketentuan panjang pendeknya masa iddah yang telah ditetapkan dalam Al-Qur‟an
dan hadis, meskipun ada keyakinan bahwa rahim perempuan yag dicerai itu bersih
dan diantara suami istri tersebut tidak mungkin rujuk kembali. Di sisi lain,
kebijaksanaan tidak dapat diandalkan untuk membentuk hukum. Selain itu,
hikmah penetapan iddah tidak hanya dilihat dari satu sisi saja tetapi ada beberapa
7
Ria Riksani, Tanya Jawab Seputar Kehamilan, (Jakarta: Dunia Sehat, 2013), hlm. 17-19.
8
Titi Rahmawati, Dasar-Dasar Kebidanan, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya, 2012), hlm. 115-116.
9
Rahmad Achri Subri, USG Pengganti Hukum Iddah Perspektif Maqashid Syari’ah, Al-Fikra: Jurnal Ilmiah
Keislaman, Vol. 18, No. 1, Januari - Juni, 2019, 16.

7
hal yang melatarbelakangi penetapan iddah. Yaitu sebagai penghormatan kepada
suaminya yang telah meninggal dunia, memberi kesempatan kembali bagi laki-
laki dan perempuan, serta sebagai sarana ibadah dalam menjalankan perintah
Allah (ta'abbudi) yaitu ghair ma'qul al- ma'na (hukum tidak mutlak membutuhkan
logika).

D. Analisis Kasus
Pertimbangan dalam masalah 'Iddah adalah pertimbangan etis moral.
Meskipun keadaan rahim dapat diketahui melalui tes urine misalnya, 'Iddah tetap
harus dijalankan. Alasan etik moral ini berbeda-beda aksentuasinya dari perkasus.
Pertama, dalam kasus perceraian karena suami meninggal dunia. Pada bagian ini,
disamping 'Iddah untuk memperjelas status genitik, juga sebagai perwujudan rasa
berkabung. Tentu saja rasa berkabung ini harus dijalani dengan sangat manusiawi,
tidak seperti masa jahiliyyah. Dalam bingkai ini, jika 'Iddah, mulazamah dan ihdad
ditujukan sebagai perwujudan rasa bela sungkawa (duka cita) yang mendalam, maka
seharusnya 'Iddah tidak hanya diberlakukan kepada isteri saat suami meninggal dunia,
namun juga harus diberlakukan kepada suami saat ditinggal mati isterinya. Kedua,
dalam talaq raj'i, fungsi 'Iddah disamping untuk kejelasan genetik, juga untuk
membuka lebar jalan bagi suami isteri untuk bisa rujuk kembali. Kewajiban
memberikan nafkah atas suami terhadap isteri yang dicerai dalam masa talaq raj'i
adalah untuk menggiring suami isteri ke arah perdamaian (rujuk). Sebaliknya, wanita
yang menerima nafkah ditujukan agar tidak larut dengan godaan laki-laki lain.
Ujungnya, diharapkan agar alternatif utama pilihan mereka adalah rujuk.
Dambaan Islam sebuah pernikahan harus dipertahankan sekuat tenaga untuk
tidak bercerai, Pernikahan yang dianggap sebagai perjanjian mulia (mitsaqan
ghalidhan) tidak boleh diangap remeh, tidak boleh diputus kecuali dalam keadaan
yang luar biasa. Namun, kalaulah perceraian terjadi, masih ada 'Iddah, sebagai masa
untuk memberikan kesempatan kedua pihak kembali rujuk. Jika keduanya sepakat
untuk rujuk, maka tidak ada yang bisa melaranngnya, termasuk kedua orang tua
(wali). Rujuk dalam masa 'Iddah tidak terlalu rumit teknisnya, suami cukup
mengemukakan komitmennya untuk kembali dengan mengatakan : ”sekarang saya
kembali kepadamu”.
Relevansi Perkembangan Teknologi Kesehatan dengan Ketentuan Iddah dalam
Islam. Dari hasil penelitian yang penulis telah lakukan, maka dapat ditarik kesimpulan

8
bahwa antara perkembangan tekhnologi dengan hikmah adanya masa Iddah itu
memiliki relevansi karena di satu sisi tujuan pemberlakuan masa iddah itu adalah
memastikan kekosongan rahim sedang dari dunia kedokteran kehamilan barulah dapat
diketahui dengan jelas ketika kehamilan itu berusia tiga bulan.Sebagaimana alasan
yang telah penulis kemukakan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa antara
perkembangan teknologi di bidang kedokteran dengan masa iddah itu memiliki
relevansi karena di satu sisi tujuan pemberlakuan masa iddah itu adalah memastikan
kekosongan rahim sedang dari dunia kedokteran kehamilan barulah dapat diketahui
dengan jelas ketika kehamilan itu berusia tiga bulan.
Tujuan pemberlakuan masa iddah selanjutnya ialah menjaga nasab bayi jika istri
dinyatakan hamil, meskipun dalam dunia kedokteran dapatlah dilakukan suatu tes
untuk memastikan ayah biologis bayi, tetapi juga dari dunia kedokteran mengatakan
bahwa perempuan yang sedang hamil apabila disetubuhi akan rentan untuk
mengalami kontraksi pada kehamilannya dan bagi yang sedang berhaid tidak boleh
disetubuhi karena akan rentan terkena penyakit kelamin juga dapat dengan mudah
menyebabkan lecet pada bagian vagina perempuan.

9
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari materi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1) Iddah merupakan massa tunggu bagi istri yang telah bercerai dengan suaminya
baik itu karena cerai talak, cerai gugat ataupun meninggalnya si suami. Jadi iddah
hanya berlaku bagi perempuan dimana tujuannya adalah untuk mengetahui atau
memastikan apakah rahim perempuan tersebut bebas dari benih suaminya.
2) Macam-Macam iddah ada 2 yaitu iddah karena bercerai dan iddah karena suaminya
meninggal.
3) USG merupkan salah satu perkembangan ilmu kedokteran yang digunakan untuk
mengetahui kondisi rahim. Dan disini Masa iddah tetap berlaku meskipun sudah
ada USG. Perkembangan ilmu teknologi modern tidak dapat mengubah ketentuan
panjang pendeknya masa iddah yang telah ditetapkan dalam Al-Qur‟an dan hadis,
meskipun ada keyakinan bahwa rahim perempuan yag dicerai itu bersih dan
diantara suami istri tersebut tidak mungkin rujuk kembali.
4) Antara perkembangan teknologi di bidang kedokteran dengan masa iddah itu
memiliki relevansi karena di satu sisi tujuan pemberlakuan masa iddah itu adalah
memastikan kekosongan rahim sedang dari dunia kedokteran kehamilan barulah
dapat diketahui dengan jelas ketika kehamilan itu berusia tiga bulan.

10
DAFTAR PUSTAKA
Adde Istiqamah dan Muhammad Zubir, Analisis Iddah Berdasarkan Pemanfaatan Teknologi
Kedokteran dalam Menafsirkan Tsalatsatu Quru’, Istinarah: Riset Keagamaan, Sosial
dan Budaya, Vol 1 (1), Juli 2019.
Hamid, Andi Tahir. Beberapa Hal Baru Tentang Peradilan Agama dan Bidangnya, Jakarta:
Sinar Grafika, 1996.
Mansyur, Abdul Qadir. Fiqh al-Mar‟ah al-Muslimah min al-Kitab wa al-Sunnah; Buku Pintar
Fiqih Wanita : Segala Hal yang Ingin Anda Ketahui tentang Perempuan dalam Hukum
Islam, Terj. Muhammad Zaenal Arifin, Jakarta: Zaman, cet.1, 2012.
Riksani, Ria. Tanya Jawab Seputar Kehamilan, Jakarta: Dunia Sehat, 2013.
Rahmawati, Titi. Dasar-Dasar Kebidanan. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya, 2012.
Subri, Rahmad Achri. USG Pengganti Hukum Iddah Perspektif Maqashid Syari’ah, Al-Fikra:
Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 18, No. 1, Januari - Juni, 2019
Yasid, Abu. et.al., Fiqh Today: Fatwa Tradisionalis untuk Orang Modern, Jakarta: Erlangga.

11

Anda mungkin juga menyukai