Anda di halaman 1dari 16

Integritas Advokat dan Kebebasannya Dalam Berprofesi :

Ditinjau dari Penegakan Kode Etik Advokat

Fiska Maulidian Nugroho


Dosen Fakultas Hukum Universitas Jember
fiska.fh@unej.ac.id

Abstrak

Profesi advokat tentu bukan semata-mata untuk mencari kekayaan secara materiil atas jasa
hukumnya. Hal itu disebabkan karena setiap advokat yang menjalankan profesinya,
diwajibkan untuk berpedoman kepada kode etik advokat. Perilaku seorang advokat yang
menaati kode etik mencerminkan sikap patuh kepada Tuhan Yang Maha Esa, Undang-
Undang Advokat, dan Kliennya. Oleh karena itu, integritas seorang advokat harus
diperjuangkan, agar layak disebut sebagai officium nobile. Integritas seorang advokat
dipandang harus sejajar dengan kebebasan yang didapatkan, kemandiriannya, dan rasa
tanggungjawab. Tujuan penelitian ini tidak lain adalah dapat memberikan masukan terhadap
integritas advokat, yang bebas serta mandiri yang tidak telepas dari tanggungjawabnya
berdasarkan kode etik. Pendekatan dalam penelitian hukum ini menggunakan pendekatan
undang-undang dan konseptual. Selain itu, kesimpulan yang didapatkan adalah advokat patut
menjaga integritasnya sebagai seorang advokat dan berperilaku atas kode etik advokat.
Namun, penegakan kode etik tersebut selama ini banyak mengalami kendala dalam
penegakannya terutama tidak adanya wadah tunggal organisasi advokat yang diatur secara
tegas dan jelas.

Kata Kunci : Integritas, Advokat, Kebebasan, Kode Etik

Abstract

Advocate profession is certainly not solely to seek material wealth on legal services. That's
because every advocate profession, is obliged to be guided by the code of ethics advocate.
The behavior of an advocate who obey the code of conduct reflects the attitude of obedience
to God Almighty, Law Advocates, and Clients. Therefore, the integrity advocates must be
fought, in order to qualify as officium nobile. Integrity lawyer deemed to be aligned with the
freedom obtained, independence, and a sense of responsibility. The purpose of this study is
none other than to provide input to the integrity of lawyers, which is free and independent
that does not telepas of responsibilities based on the code of conduct. This legal research
methods statute approach and conceptual approaches. Besides the conclusion obtained is,
advocates should keep his integrity as an advocate, and act upon code of ethics advocates.
However, enforcement of these codes has been experienced many obstacles in enforcement,
particularly the absence of a Single Case Advocate Organization as expressly and clearly.

Keywords: Integrity, Advocate, Freedom, Code of Conduct.

14
15 Rechtidee, Vol. 11. No. 1, Juni 2016

Pendahuluan kasus atau perkara yang ditanganinya.


Belum tentu pula seorang advokat junior
Latar Belakang tidak lebih pandai dan cerdik oleh advokat
Memenangkan perkara adalah hal yang senior diatasnya. Hal ini diharapkan
mutlak ada dibenak pikiran setiap advokat mampu menjadi kompetisi berkelanjutan
dalam menjalankan profesinya. Ketika yang baik di dunia penegakan hukum.
menjalankan profesinya, seorang advokat Persaingan diantara kompetisi tersebut
telah disumpah menurut kepercayaan atau harus diimbangi dengan perilaku yang baik
agamanya masing-masing untuk pula, yaitu sesuai kode etik advokat dan
bersungguh-sungguh menjalankan peraturan perundang-undangan yang
profesinya bukan hanya sekedar mencari berlaku. Sebagaimana dalam kode etik
keuntungan secara materiil, tetapi juga advokat bahwa setiap advokat harus
harus menjalankan tanggung jawabnya menjaga citra dan martabat kehormatan
sesuai dengan kode etik maupun peraturan profesi, serta menjunjung tiggi Kode Etik
perundang-undangan yang lainnya. Bukan dan Sumpah Profesi. Begitu juga seorang
hanya itu profesi advokat juga memiliki advokat dalam mempertahankan keadilan
julukan yaitu officium nobile yaitu profesi dan kebenaran harus dilandasi dengan
yang terhormat. Berkaitan dengan hal moral yang tinggi, luhur dan mulia (Kode
tersebut, seorang advokat harus memiliki Etik Advokat Indonesia, n.d. : 1–3).
integritas yang beretika serta moral yang Advokat sebelum dirinya menjadi
tinggi karena mengemban tanggung jawab seorang advokat, disyaratkan telah
sebagai penegak hukum dan keadilan. memenuhi syarat, antara lain, minimal
Persaingan di dunia kerja dan lulusan sarjana hukum, telah mengikuti
banyaknya advokat-advokat muda Pendidikan Khusus Profesi Advokat
berdatangan dan masih eksisnya advokat- (PKPA) yang diselenggarakan oleh
advokat lama, maka akan semakin sengit Organisasi Advokat, kemudian Ujian
pula persaingan antar advokat tersebut Profesi Advokat atau sejenisnya, pada
dalam mendapatkan klien. Oleh karena itu, tahap ujian profesi ini mewajibkan calon
perlu jam terbang tinggi dan jaringan (link) advokat memahami kode etik advokat
yang kuat dan pengalaman yang mumpuni karena materi ujian salah satunya adalah
agar klien bersedia menyewa jasa advokasi materi kode etik advokat. Kemudian
dari advokat tersebut. Belum tentu seorang setelah lulus, calon advokat tersebut
advokat senior mempunyai kepandaian diwajibkan melakukan magang advokat
maupun kecerdikan dalam mengolah suatu minimal selama dua tahun, barulah calon
Rechtidee, Vol. 11. No. 1, Juni 2016 16

advokat tersebut dapat diangkat dan kode etik dan aturan yang membawahinya.
dilantik oleh organisasi advokat tersebut Sehingga, seluruh advokat di Indonesia
diakhiri dengan pengambilan sumpah dituntut taat terhadap kode etik advokat,
advokat di hadapan Ketua Pengadilan karena didirinya telah terikat oleh hal itu.
Tinggi menurut agama dan kepercayaan Organisasi advokat membentuk Dewan
masing-masing. Kehormatan untuk mengawasi dan
Dari beberapa syarat administrasi melaksanakan hal-hal yang diberikan
formal tersebut, seorang advokat mau tidak kewenangan kepadanya berdasarkan kode
mau pasti mengalami dinamika dunia per- etik advokat. Hal-hal tersebut salah
advokat-an. Dinamika tersebut entah satunya adalah melaksanakan sidang kode
didapat melalui proses menganalisis etik advokat serta pemberian sanksinya.
perkara yang ditangani oleh senior advokat Beberapa hal diatas tentunya akan
pembimbing, bahkan sikap dan cara senior menimbulkan beberapa aspek
advokat tersebut menyikapi pro dan kontra permasalahan di dunia advokat dalam
bedah kasus bersama klien-kliennya, sudah peranannya sebagai penyedia layanan jasa
tentu menjadi makanan sehari-hari hukum sebagai kuasa hukum, penasihat
sebelum dirinya menjadi advokat yang hukum, legal consultant dan lain
bebas dan mandiri. sebagainya,. Aspek permasalahan tersebut
Advokat ditutnntut untuk berperan serta adalah integritas advokat memerlukan
dalam penegakan hukum di Indonesia, beberapa indikator yang harus
bahkan Kode Etik dan Undang-Undang dilaksanakan oleh setiap advokat agar
No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat profesi advokat tersebut dapat dianggap
memberikan kebebasan terhadap dirinya sebagai profesi yang terhormat. Dan aspek
untuk mengembangkan potensi-potensinya selanjutnya adalah hal-hal yang
sebagai advokat. Namun, seluruh menjadikan suatu kode etik menjadi tidak
kebebasan yang didasarkan advokat padu dalam penegakannya.
tersebut didasarkan kepada kehormatan
dan kepribadian advokat yang berpegang Kajian Pustaka
teguh kepada kemandirian, kejujuran, Integritas
kerahasiaan dan keterbukaan. Dari hal-hal Terdapat beberapa pengertian mengenai
tersebut diatas, dapat ditafsirkan bahwa integritas, yaitu dapat diartikan sebagai
seorang advokat telah paham betul suatu ketahanan diri untuk tidak tergoda
mengenai apa yang dimaksud dengan berbagai desakan untuk memikirkan dan
etika, dimana etika tersebut dilandasi oleh mengutamakan kepentingan dan atau
17 Rechtidee, Vol. 11. No. 1, Juni 2016

keuntungan diri sendiri dan mengabaikan termanifestasikan dalam sikap yang


kepentingan dan nasib orang banyak, terintegrasi dan holistik secara individual
dengan tanggung jawab hal itu sedang maupun organisasi. Jadi dari definisi tadi
berada ditangannya. Integritas diri kita dapatkan bahwa kata integritas
berkaitan dengan sikap selalu menunjukkan adanya kewibawaan dan
mengedepankan tanggung jawab, kejujuran secara utuh.(Agni Indriani : 1).
kepercayaan, dan kesetiaan terhadap janji.
Integritas berkaitan dengan kemampuan Advokat
menahan dan mengendalikan diri dari Kata advokat secara etimologi berasal
berbagai godaan yang akan dari bahasa Latin advocate, yang berarti to
menghancurkan harkkat dan martabat defend, to cell to one, is aid to voch or
mulia diri sendiri. Orang yang memiliki warrant. Sedangkan dalam bahasa Inggris
integritas adalah orang yang bisa advocate berarti: to speak in favour of or
diandalkan, dipercaya, dan depend by argument, to support, indicate,
diteladani.(Gea, 2014 : 4). or recommended publicly.(Abdul Manan,
Begitu pula Integritas dapat dianggap 1995 : 308) Kemudian, oleh Sukris
terkait dengan nilai-nilai yang Sarmadi, advokat adalah Advokat dalam
berhubungan dengan etika, moralitas, bahasa inggris disebut dengan advocate
kejujuran, dan ketulusan.(Krylova, Jolly, adalah person who does the professionally
& Phillips, 2016 : 2). Kemudian menurut in a court of law yakni seorang yang
kamus besar bahasa Indonesia arti berprofesi sebagi seorang ahli hukum di
integritas adalah mutu, sifat, atau keadaan Pengadilan(H.A. Sukris Samardi, 2009 :
yang menunjukkan kesatuan yang utuh 11).
sehingga memiliki potensi dan Kode Etik Advokat menyebutkan
kemampuan yang memancarkan pengertian dari advokat dalam Pasal 1
kewibawaan; kejujuran; (nomina). huruf a bahwa, “Advokat adalah orang
Sedangkan menurut nilai-nilai kementerian yang berpraktek memberi jasa hukum, baik
keuangan, integritas sebagai salah satu didalam maupun diluar pengadilan yang
nilainya adalah berpikir, berkata, memenuhi persyaratan berdasarkan
berperilaku dan bertindak dengan baik dan undang-undang yang berlaku, baik sebagai
benar serta memegang teguh kode etik dan Advokat, Pengacara, Penasehat Hukum,
prinsip-prinsip moral. Oleh National Pengacara Praktek ataupun sebagai
Integrity Plan Malaysia, integritas secara konsultan hukum.”
umum adalah quality of exellence yang
Rechtidee, Vol. 11. No. 1, Juni 2016 18

Sedangkan menurut Pasal 1 angka 1 kontrol melalui rumusan kode etik profesi,
Undang-Undang No. 18 Tahun 2003 apakah anggota kelompok profesi telah
tentang Advokat, menyebutkan bahwa, memenuhi kewajiban profesionalnya
“Advokat adalah orang yang berprofesi sesuai dengan kode etik profesi. 2).
memberi jasa hukum, baik di dalam Sebagai pencegah campur tangan pihak
maupun di luar pengadilan yang lain Kode etik profesi telah menentukan
memenuhi persyaratan berdasarkan standarisasi kewajiban profesional anggota
ketentuan Undang-Undang ini”. kelompok profesi. Dengan demikian,
pemerintah atau masyarakat tidak perlu
Kode Etik Advokat lagi campur tangan untuk menentukan
Kode Etik Advokat Indonesia adalah bagaimana seharusnya anggota kelompok
hukum tertinggi dalam menjalankan profesi melaksanakan kewajiban
profesi, yang selain menjamin dan profesionalnya. Hubungan antara
melindungi namun juga membebankan pengemban profesi dan masyarakat,
kewajiban kepada setiap advokat untuk misalnya antara advokat dan klien, antara
jujur dan bertanggung jawab dalam dosen dan mahasiswa, antara dokter dan
menjalankan profesinya baik kepada klien, pasien, tidak perlu diatur secara detail
pengadilan, negara, atau masyarakat, dan dengan undang-undang oleh pemerintah,
terutama kepada dirinya sendiri (Kelik atau oleh masyarakat karena kelompok
Pramudya & Ananto Widiatmoko : 98) profesi telah menetapkan secara tertulis
Menurut Sumaryono pembentukan norma atau patokan tertentu berupa kode
kode etik memiliki tujuan tersendiri, yaitu etik profesi. 3). Sebagai pencegah
untuk : 1). Sebagai sarana kontrol sosial kesalahpahaman dan konflik Kode etik
Kode etik profesi merupakan kriteria profesi pada dasarnya adalah norma
prinsip profesional yang telah digariskan, perilaku yang sudah dianggap benar atau
sehingga dapat diketahui dengan pasti yang sudah mapan dan tentunya akan lebih
kewajiban profesional anggota lama, baru, efektif lagi apabila norma perilaku tersebut
ataupun calon anggota kelompok profesi. dirumuskan sedemikian baiknya, sehingga
Dengan demikian dapat dicegah memuaskan pihak-pihak yang
kemungkinan terjadi konflik kepentingan berkepentingan. Kode etik profesi
antara sesama anggota kelompok profesi, merupakan kristalisasi perilaku yang
atau antara anggota kelompok profesi dan dianggap benar menurut pendapat umum
masyarakat. Anggota kelompok profesi karena berdasarkan pertimbangan
atau anggota masyarakat dapat melakukan kepentingan profesi yang bersangkutan.
19 Rechtidee, Vol. 11. No. 1, Juni 2016

Dengan demikian, kode etik dapat regulasi. Sedangkan untuk pendekatan


mencegah kesalahpahaman dan konflik, konseptual pada penelitian ini dilakukan
sebaliknya berguna sebagai bahan refleksi karena belum ada aturan hukum untuk
nama baik profesi. Kode etik profesi yang masalah yang dihadapi (Peter Mahmud
baik adalah yang dapat mencerminkan Marzuki, 2009 : 136–177) Kedua,
nilai moral anggota kelompok profesi penelitian ini dilakukan karena
sendiri dan pihak yang membutuhkan perkembangan situasi dan kondisi dari
pelayanan profesi yang bersangkutan dalam advokat itu sendiri, terlebih belum
(Abdulkadir Muhammad, 2011 : 78–79). dicakupnya aturan tentang integritas
seorang advokat apabila ditinjau dari
Tujuan Penelitian polemik penegakan kode etik advokat.
Selain untuk memberikan masukan atau
sumbangsih pemikiran terhadap Pembahasan
perkembangan penegakan hukum di
Indonesia, penelitian ini juga bertujuan Indikator Kebebasan Advokat Sebagai
untuk mengokohkan integritas seorang Profesi Yang Terhormat
advokat dalam menjalankan profesinya.
Lebih daripada itu, tujuan penulisan ini Sebagaimana manusia yang memiliki
diharapkan mampu memberikan kehendak bebas (free will), begitu pula
pemahaman bagi setiap advokat bahwa advokat dalam melaksanakan profesinya
tolak ukur kebebasan seorang advokat harus bebas, mandiri dan bertanggung
yang dalam menjalankan profesinya harus jawab. Namun, konteks kebebasan perlu
diawali dari etika yang tercantum didalam sebuah batasan-batasan yang korelatif
Undang-Undang Advokat dan Kode Etik terhadap makna bebas yang terkandung
Advokat. dalam konsideran Undang-Undang No. 18
Tahun 2003 tentang Advokat tersebut. Ada
Metode Penelitian beberapa hal yang memaknai tentang
Penelitian ini adalah penelitian hukum kebebasan, kata kebebasan sendiri
normatif. Penelitian ini menggunakan merupakan ketidakjelasan pada panduan
pendekatan perundang-undangan (statute dasarnya. Pemakaian kata ini dapat
approach) dan pendekatan konseptual menunjukkan kenyataan yang berbeda-
(conseptual approach). Pendekatan beda, bahkan dapat bertentangan satu sama
perundang-undangan adalah pendekatan lain. Namun, semua kenyataan ini
dengan menggunakan legislasi dan ditunjukkan dengan satu kata yang sama
Rechtidee, Vol. 11. No. 1, Juni 2016 20

karena memang terdapat kesamaan yakni sumpah untuk mengamalkan Pancasila dan
keadaan tiadanya penghalang, paksaan, UUD 1945 jelas-jelas disyaratkan kepada
beban, atau kewajiban. Kiranya keadaan advokat dalam menjalankan profesinya
inilah yang merupakan arti paling dasar diberikan paksaan, beban atau kewajiban
yang dimiliki inti kebebasan.(Ahmad untuk tunduk terhadap Pancasila dan UUD
Kamil, 2002 : 19). 1945. Sebagaimana filsafat dalam konteks
Ukuran seorang advokat menyanggupi filsafat kebebasan Pancasila yang
kebebasan sebagai indikator awal diutarakan oleh Kaelan bahwa, filsafat
kebebasan tersebut adalah seketika dirinya Pancasila adalah hasil berpikir/pemikiran
bersumpah atau berjanji di sidang terbuka yang sedalam-dalamnya dari bangsa
Pengadilan Tinggi di wilayah domisili Indonesia yang dianggap, dipercaya dan
hukumnya masing-masing, sebelum diyakini sebagai sesuatu (kenyataan,
menjalankan profesinya sebagai advokat. norma-norma, nilai-nilai) yang benar,
Diantaranya terdapat dalam Pasal 4 ayat paling adil, paling bijaksana, paling baik
(2) Undang-Undang Advokat yaitu dan paling sesuai bagi bangsa Indonesia.
memegang teguh dan mengamalkan Artinya esensi nilai-nilai Pancasila adalah
Pancasila sebagai dasar negara dan berisi universal yaitu ketuhanan,
Undang-Undang Dasar 1945. Ukuran kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan
tersebut menjadi penting karena selain keadilan (Kaelan, 1996 : 76). Oleh karena
dirinya diharuskan mematuhi segala yang itu, para advokat melaksanakan profesinya
ada dalam Pancasila maupun UUD 1945, bukan hanya bertujuan mencari kebenaran
dirinya juga berjanji dihadapan Tuhannya, saja. Yang dimaksud kebenaran adalah
Rabb nya sebagaimana telah diciptakan kebenaran hukum. Namun, secara praktik
dirinya untuk selalu bertakwa terhadap esensi nilai - nilai yang terkandung dalam
pencipta-Nya karena tanpa Kuasa-Nya, Pancasila haruslah dipergunakan sebagai
seseorang tersebut tidak mungkin menjadi pedoman hidup sehari-hari agar hidupnya
seorang advokat yang jelas-jelas akan dapat mencapai kebahagiaan lahir dan
dilekati julukan officium nobile atau batin, baik di dunia maupun di akhirat
profesi yang terhormat. (Ahmad Kamil, 2002 : 127).
Seorang advokat yang bersedia Secara konseptual advokat memiliki
memegang teguh dan mengamalkan kebebasan dalam menjalankan profesinya,
Pancasila dan UUD 1945 juga merupakan terlihat saat membela kliennya. Hal
bentuk pembatasan kebebasan yang tersebut dapat ditnjau dalam Pasal 14 UU
bersifat tiadanya penghalang. Namun, Advokat dimana “advokat bebas
21 Rechtidee, Vol. 11. No. 1, Juni 2016

mengeluarkan pendapat atau pernyataan perjanjian success fee maupun perjanjian


dalam membela perkara yang menjadi biaya administrasi perkara. Sebagaimana
tanggung jawabnya di dalam sidang yang diutarakan oleh Ropuan Rambe,
pengadilan dengan tetap berpegang pada dalam menjalankan profesinya seorang
kode etik profesi dan peraturan perundang- advokat harus memegang teguh sumpah
undangan”. Ditegaskan pula dalam Pasal advokat dalam rangka menegakkan
15 UU Advokat tersebut dimana “advokat hukum, keadilan dan kebenaran. Advokat
bebas dalam menjalankan tugas profesinya adalah profesi yang bebas; free profession;
untuk membela perkaa yang menjadi vrij beroep, yang tidak tunduk pada
tanggung jawabnya tetap berpegang pada hierarki jabatan dan tidak tunduk pada
kode etik profesi dan peraturan perundang- perintah atasan, yang hanya menerima
undangan”. Dillihat dari ketentuan “bebas” perintah atau order atau kuasa dari klien
di kedua pasal tersebut, diperlukan sebuah berdasarkan perjanjian yang bebas, baik
amanah atau tanggung jawab yang dibatasi yang tertulis maupun tidak tertulis, yang
dan dilindungi oleh kode etik maupun tunduk pada kode etik profesi advokat, dan
undang - undang. tidak tunduk pada keuasaan politik
Dengan demikian korelasi antara (Rosdalina, 2015 : 123).
kebebasan yang dimaksud dalam pasal Integritas penting sekali dalam
tersebut adalah memberikan tolok ukur pelaksanaan beban tanggung jawab ini,
terhadap advokat dalam menjalankan salah satu aspek yang menyatakan penting
profesinya bahwa sejauh mana tersebut adalah dari segi filosofis, yaitu
konsistensinya sebuah tanggung jawab integritas bisa terkait dengan aspek yang
tersebut diemban. Tanggung jawab dalam tidak ada hubungannya dengan moralitas.
hal ini melaksanakan hak dan kewajiban Konsisten terhadap janji adalah indikasi
antara hak dan kewajiban yang dimiliki dari integritas walaupun janji itu secara
klien sebagai penyewa jasa advokat, juga moral belum tentu baik.(Djamaludin
sebaliknya seorang advokat yang memiliki Ancok, n.d. : 3). Profesi advokat dalam
hak dan kewajiban untuk memberikan kedudukannya tidak terlepas dari statusnya
pelayanan terbaik kepada kliennya. Yang sebagai penegak hukum yang mempunyai
biasanya bentuk pemenuhan hak dan kesejajaran atau kesetaraan dengan
kewajiban tersebut tetuangkan dalam penegak hukum lainnya dalam
sebuah perjanjian tertulis yang mengikat menegakkan hukum dan keadilan. Begitu
kedua belah pihak, sebagai contoh adalah pula advokat memerlukan organisasi
surat kuasa lalu dilanjutkan dengan advokat sebagai wadah profesinya, yang
Rechtidee, Vol. 11. No. 1, Juni 2016 22

tidak lain ditafsirkan sebagai rumah para bahwa Perhimpunan Advokat Indonesia
advokat. Organisasi advokat juga bagian sebelum kepemimpinan Dr. Fauzie Yusuf
yang tidak terlepaskan dari integritas Hassibuan, S.H., M.H. telah berjumlah
advokat itu sendiri, maksudnya adalah 15.000 ribuan. Dari data tersebut, dapat
kualitas profesi advokat tergantung diasumsikan bahwa persaingan di dunia
bagaimana organisasi advokat tersebut kerja akan semakin sempit dan sesak.
menciptakan suasana yang bermutu dan Berbicara mengenai kebebasan dari
menjamin meningkatnya kualitas seorang advokat dalam upayanya
anggotanya. mendapatkan klien adalah potensi alamiah
Pasal 28 ayat (1) UU Advokat, dari pribadi setiap advokat tersebut.
memberikan definisi Organisasi Advokat, Namun, disisi integritasnya saat advokat
yaitu “Organisasi Advokat merupakan bersaing atau berkompetisi secara baik
satu-satunya wadah profesi Advokat yang dapat diukur dari dua faktor, yaitu
bebas dan mandiri yang dibentuk sesuai pertama, orang dikatakan makin memiliki
dengan ketentuan Undang-Undang ini integritas, dia makin memerhatikan
dengan maksud dan tujuan untuk kompetensinya juga; dan sebaliknya, orang
meningkatkan kualitas profesi Advokat. makin memiliki kompetensi yang baik dia
Organisasi Advokat pada dasarnya adalah juga memperhatikan integritasnya. Kedua,
organ yang bersifat mandiri (independent orang yang memiliki yang memiliki
state organ) yang juga melaksanakan kompetensi yang baik namun tidak
fungsi negara, sebagaimana yang memiliki integritas, maka kemampuan
tercantum dalam Risalah Sidang Perkara (kompetisi) yang baik itu bisa tidak
No. 014/PUU-IV/2006 dan Perkara No. menghasilkan kinerja atau hasil yang baik.
015/PUU-IV/2006 Perihal Pengujian Demikian juga sebaliknya, orang yang
Undang-Undang tentang Advokat. memiliki integritas yang baik, namun
Organisasi advokat dikonotasikan tidak memiliki kompetensi yang baik, juga
sebagai sebuah rumah dan tempat tidak bisa di harapkan menghasilkan
bersandar ketika terjadi masalah-masalah kinerja yang baik pula (Gea, 2014 : 955).
yang masih bisa diselesaikan dengan Advokat dalam menjalankan profesinya
kekeluargaan (musyawarah mufakat). tidak dapat terlepas dari beberapa standar
Organisasi advokat memiliki anggota yang yang telah ditetapkan oleh Perhimpunan
terdiri dari advokat, sebagaimana data Advokat Indonesia, dalam hal ini penulis
terakhir yang dihimpun oleh Institute for mengambil sampel dari Organisasi
Criminal Justice Reform di tahun 2011, Advokat yang bernama Perhimpunan
23 Rechtidee, Vol. 11. No. 1, Juni 2016

Advokat Indonesia yang dipimpin oleh Dr. maupun non-fisik. Kegiatan fisik atau
Fauzie Yusuf Hassibuan, S.H., M.H. pekerjaan yang diemban oleh advokat
bahwa sebagai pengemban profesi yang dalam menjalankan profesinya dapat
mulia, advokat dalam melaksanakan dilihat secara kasat mata, sedikit banyak
tugasnya dituntut untuk memenuhi standar sering terjadi gesekan-gesekan seperti
profesi maupun hak dan kewajiban yang kontak fisik maupun argumen. Tidak
diatur dalam undang-undang, dan standar sedikit advokat yang mengalami kekerasan
etika itu dibagi menjadi 4 (empat) bagian, ketika menjalankan profesinya, seperti
yaitu yang berkaitan dengan kepribadian yang pernah terjadi di Jakarta, menimpa
advokat itu sendiri, dalam hubungannya Aldo Felix Januardy menjadi korban
dengan klien, dalam hubungan dengan kekerasan aparat pada Selasa 12 Januari
teman sejawat, dan dalam hubungannya 2016 ketika dirinya mencoba memediasi
dengan penanganan perkara (Raharjo dan diskusi antara warga, Satpol PP, Polsek
Sunarnyo, 2014 : 186). Standar-standar Tebet dan Camat Tebet terkait
tersebut mengidentifikasi dengan penggusuran warga. Dimana Aldo felix
sendirinya bahwa kebebasan suatu profesi tersebut adalah sebagai kuasa hukum
advokat juga tidak terlepas dari tanggung warga korban penggusuran.
jawab terhadap dirinya yang nantinya Kesiapan materiil juga merupakan
berhubungan dengan etikanya yang kegiatan fisik berupa kesiapan dana atau
berdasarkan kepribadian berlandaskan kemampuan keuangan, waktu dan fisik
takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, karena mungkin saja proses tindakan
hubungan dengan klien yang nantinya hukum tersebut memakan biaya yang
berhubungan dengan pemenuhan hak dan besar, waktu yang panjang dan berlarut-
kewajiban atas surat kuasa, hubungan larut serta melelahkan (Hadjar, 2015 : 73).
dengan teman sejawat sebagai rekan kerja Dapat diambil contoh adalah perkara
yang patut dihormati dan dijunjung tinggi pidana yang memerlukan tiga unsur di
kehormatannya, dan hubungannya dengan suatu sistem peradilan pidana dan itupun
penanganan suatu perkara. berkesinambungan, yaitu penyelidikan-
penyidikan bagian dari Kepolisian,
Ketidakpaduan Penegakan Kode Etik penuntutan (bagian Kejaksaan), serta
Advokat kewenangan mengadili perkara dari
Officium Nobile atau profesi pengadilan tingkat pertama, kedua
terhormat, menjadikan pekerjaan seorang (banding), kasasi dan peninjauan kembali
advokat menjadi semakin berat secara fisik di Mahkanah Agung.
Rechtidee, Vol. 11. No. 1, Juni 2016 24

Selain contoh tersebut diatas, juga berintegritas dan berpedoman pada kode
terdapat contoh dibawah ini yang patut etik maupun moral seorang advokat entah
tidak untuk ditiru, yakni, kasus Operasi dari mana advokat tersebut dilahirkan.
Tangkap Tangan Yagari Bastara alias Maksud dari mana advokat tersebut
Gerry seorang kuasa hukum Ahmad Fuad dilahirkan adalah berdasarkan kondisi
Lubis, mantan Kepala Biro Keuangan yang sekarang ini (2015 dst) Organisasi
saat itu menjabat Inspektorat Pemerintah Advokat begitu banyak. Baik itu
Provinsi Sumatera Utara, dalam perkara Perhimpunan Advokat Indonesia yang
yang ditanganinya yaitu Gugatan terpecah menjadi tiga kepemimpinan
Pengadilan Tata Usaha Negara Medan mengatasnamakan Perhimpunan Advokat
untuk mengadili dan memutus Keputusan Indonesia yang sah secara hukum,
Tata Usaha Negara berupa Surat kemudian terdapat Kongres Advokat
Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara Indonesia, lalu Persatuan Advokat
tertanggal 31 Maret 2015 Perihal Indonesia.
Permintaan Keterangan terhadap Fuad Kembali lagi membahas tentang
Lubis dalam perkara penyalahgunaan dana perilaku seorang advokat, maka patutlah
bantuan sosial Pemerintah Provinsi berpikir secara kritis untuk kepada setiap
Sumatera Utara tahun 2012 dan 2013. advokat untuk menelaah tentang etika dan
Selain menyeret terdakwa Gerry, kasus moral berprofesi. Berfikir secara kritis
OTT tersebut juga menurut sertakan memiliki beberapa pengertian, yaitu
Advokat senior O.C. Kaligis sebagai menurut Richard Paul memberikan
terdakwanya, karena pada saat itu Gerry definisi bahwa: “critical thinking is that
adalah salah satu kuasa hukum selain O.C. mode of thingking-abaout any subject,
Kaligis. O.C. Kaligis dalam kasus ini content or problem-in which the thinker
adalah sebagai atasan Gerry di Kantor improves the quality of his or her thinking
Hukum O.C. Kaligis & Associates. by skillfully taking change of the structures
Sekilas, beberapa contoh kasus diatas inherent in thingking and imposing
hanya sebagai pembelajaran, dan intellectual standards upon
digunakan oleh penulis sebagai bentuk them.(Kowiyah, 2012 : 176). Ditambahkan
pandangan saja dan secara substansi lagi oleh Watson dan Glaser melalui
contoh tersebut pada artikel ini bukanlah perspektif filosofis, bahwa berpikir kritis
hal yang pokok karena secara substansi sebagai gabungan sikap, pengetahuan dan
sub bab ini penulis berpedoman pada kecakapan.(Kowiyah, 2012 : 178). Mau
tingkah laku atau perbuatan yang tidak mau, sikap berpikir kritis terhadap
25 Rechtidee, Vol. 11. No. 1, Juni 2016

situasi dan kondisi merupakan hal yang Ditinjau dari hakikatnya, manusia
tidak boleh dilupakan seorang advokat adalah mahkluk yang berakal budi dan
dalam menjalankan pekerjaannya dalam berkehendak bebas, mampu membimbing
menangani suatu perkara. Semakin luas dirinya sendiri ke arah tujuannya di bawah
dan tinggi jam terbang advokat dalam naungan penyelenggara Illahi. Terdapat
menangani perkara, akan berbanding lurus dua macam perbuatan yang mempunyai
atau sejajar dengan tantangan-tantangan arti etis, Pertama, perbuatan manusiawi
maupun rintangan disetiap pekerjaannya. (human act, actus humanus) adalah
Pekerjaan advokat secara tidak perbuatan yang dikuasai oleh manusia,
langsung harus didukung dengan etika dan yang secara sadar di bawah
moral sebagai dasar yang relevan untuk pengontrolannya, dan dengan sengaja
pelaksaan profesinya. Kedua dasar tersebut dikehendakinya. Maka si pelaku
gunanya adalah bagian dari hal yang harus bertanggungjawab atas perbuatan tersebut.
dilakukan pengawasan karena Dan perbuatan-perbuatan macam inilah
berhubungan dengan tindak tanduk yang kita bicarakan dalam etika; Kedua,
seorang advokat, dan ketika etika serta perbuatan manusia (an act of a man, actus
moral tersebut diciderai maka dengan hominis) adalah aktivitas, yang dilakukan
segala konsekuensinya akan terdapat manusia secara kebetulan, tetapi ia tidak
sanksi. Advokat merupakan bagian dari menguasainya karena tidak mengontrolnya
pendukung penegakan hukum di dengan sadar, tidak menghendakinya
Indonesia. Konsekuensi dari pelanggaran dengan sengaja. Atas perbuatan-perbuatan
hukum bagi advokat adalah bentuk semacam ini, manusia tidak perlu
pencelaan maupun hukuman atau sanksi bertanggungjawab. Perbuatan-perbuatan
yang berbentuk sanksi administrasi, semacam itu terjadi dalam masa kanak-
maupun pidana. Ditegaskan sekali lagi kanak (infacy), tidur, delirium, gila.
bahwa advokat bukan aparatur pemerintah. Perbuatan-perbuatan semacam ini tidak
Sebab bagaimanapun advokat adalah mempunyai arti etis, tidak masuk lapangan
bagian dari sistem peradilan, terlepas dari moral (W. Poespoprodjo, 1999 : 85).
apakah status (tugas) dan peranannya, Selanjutnya menurut Ujan, etika profesi
telah jelas dan resmi atau tidak diatur pada dasarnya memberikan moral
dalam peraturan jabatannya. Sebab fungsi parameters untuk berbagai profesi, seperti
yang diembannya berakar pada salah satu halnya etika umum, etika profesi
kekuasaan negara, yaitu kekuasaan membantu seorang professional untuk
Kehakiman (Hadjar, 2015 : 66). memahami dan membedakan “yang baik”
Rechtidee, Vol. 11. No. 1, Juni 2016 26

dari “yang buruk”, “yang layak Dewan Kehormatan. Standar-standar


dilakukan”. Etika profesi dengan demikian diatas tersebut menjadi bagian utama
memberi orientasi ganda, yakni orientasi sebagai “ruh” seorang advokat. Dewan
pada yang baik dan yang buruk, Kehormatan akan mengawasi dalam
melakukan yang baik dan menghindari pelaksanaan standar-standar tersebut pada
yang buruk dalam kegiatan professional. umumnya.
Sebagai, orientasi, etika profesi berkaitan Hal ini didukung dengan pendapat
dengan praksis hidup manusia yang Raharjo tentang tepatnya lembaga
berusaha merefleksikan situasi dan pengawasan advokat memang dari internal
tindakannya dalam bingkai acuan “baik” advokat yang selama ini dibentuk Dewan
dan “buruk” (Raharjo & Sunarnyo, 2014 : Kehormatan. Sesungguhnya tidak pada
186). Oleha karena itu, dari pada hal itu di tempatnya pemerintah menjalankan fungsi
gunakan membentuk moral parameters pengawasan terhadap advokat, yang
pada seluruh advokat Indonesia, telah disebabkan oleh tugas-tugas lain dari
ditetapkan suatu Kode Etik yang lembaga pengawas dari pemerintah itu
ditandatangani oleh IKADIN, AAI, IPHI, sudah terlalu banyak. Pengawasan seperti
HAPI, SPI, AKHI, dan HKHPM kemudian itu juga menyebabkan independensi
disahkan pada tanggal 23 Mei 2002 di advokat dalam melaksanakan tugasnya
Jakarta. menjadi tidak bisa dijaga, terutama pada
Telah dijelaskan diatas bahwa Kode penanganan perkara yang berkaitan dengan
Etik Advokat telah menetapkan standar- pemerintahan. Idealnya, pengawasan
standar etika yakni, Pasal 4 standar etika terhadap advokat dilakukan oleh Dewan
dalam hubungannya dengan klien; Pasal 5 Kehormatan Profesi karena advokatlah
standar etika dalam hubungannya dengan yang paling tahu seluk beluk profesi
teman sejawat; Pasal 7 standar etika dalam advokat (Raharjo & Sunarnyo, 2014 :
penanganan perkara; Pasal 9 huruf a 191).
standar etika yang mewajibkan advokat Terlepas dari peran Dewan Kehormatan
harus mematuhi kode etik advokat. sebagai pengawas dan pelaksana terkait
Tentunya, setiap advokat dituntut untuk kode etik advokat, ada hal yang patut
menganalisis disetiap standar yang dipikirkan secara kritis dan medalam, yaitu
ditentukan oleh peraturan tersebut. ketiadaannya kesepakatan tentang
Kemudian diatur pula dalam Kode Etik berlakunya satu kode etik profesi.
Advokat tentang pengawasan dan Kesepakatan yang tunggal tesebut
pelaksanaan Kode Etik Advokat oleh dimaknai sebagai berikut. Oleh
27 Rechtidee, Vol. 11. No. 1, Juni 2016

International Code of Ethics (International aspirasi dan kepentingannya serta tuntutan


Bar Association) hanya memberikan jaman. Telebih dalam Pasal 30 ayat (2) UU
batasan-batasan perilaku secara etika yang Advokat menyatakan bahwa, setiap
universal. Terkait, rumusan etika yang advokat yang diangkat berdasarkan
diatur kemudian adalah urusan yurisdiksi undang-undang ini wajib menjadi anggota
negara itu masing-masing. Bahkan organisasi advokat.
pemerintah wajib memastikan adanya Maksud dari pengertian ini dapat
jaminan terhadap advokat dalam ditafsirkan siapapun dapat menjadi
melaksanakan pekerjaannya, kita lihat anggota organisasi advokat manapun,
Pasal 16 Bab Guarantees for the permasalahan yang lain akan muncul
functioning of lawyers dari UN ketika seorang advokat tersebut melakukan
Convention: Basic Principles one The Role pelanggaran kode etik dan saat dijatuhkan
o Lawyers, mengatakan : “Government hukuman atau sanksi oleh dewan
shall ensure that lawyers (a) are able to kehormatan dari organisasi advokat, si
perform all of their professional functions advokat tersebut menyatakan dirinya
without intimidation, hindrance, keluar dari organisasi advokat tersebut
harassment or improper interference; (b) untuk pindah ke organisasi advokat lain.
are able to travel and to consult with their Di lain sisi, wadah tunggal terhadap
clients freely both within their own country organisasi advokat tidak dijelaskan secara
and abroad; and (c) shall not suffer, or be tegas dan eksplisit oleh Undang-Undang
threatened with, prosecution or Advokat itu sendiri. Hal ini didukung oleh
administrative, economic or other munculnya Surat Keputusan Ketua
sanctions for any action taken in Mahkamah Agung No.
accordance with recognized professional 73/KMA/HK.01/IX/2015 tanggal 25
duties, standards and ethics.” September 2015, yang intinya adalah tanpa
Disebutkan dalam Pasal 16 tersebut, memandang dari organisasi advokat
adanya jaminan perlindungan oleh manapun, advokat dapat disumpah di
pemerintah atas “etika” seorang advokat, Pengadilan Tinggi. Pengaruh
dapat dipahami bahwa etika adalah suatu ketidakjelasan organisasi tunggal di
hal yang memang diatur secara tersendiri kalangan advokat itu sendiri, maka
oleh advokat tersebut. Hak konstitusional selamanya penegakan kode etik tersebut
advokat adalah bebas untuk untuk memilih dapat dilaksanakan dengan baik.
bergabung ke dalam suatu organisasi
profesi advokat yang sesuai dengan
Rechtidee, Vol. 11. No. 1, Juni 2016 28

Penutup Gea, A. A. (2014). INTEGRITAS


PERSONAL DAN
KEPEMIMPINAN ETIS.
Kesimpulan HUMANIORA, 5(2), 950–959.
Advokat yang menjunjung tinggi
H.A. Sukris Samardi. (2009). Advokat
integritas adalah advokat yang telah Litigasi dan Non Litigasi
Pengadilan: Menjadi Advokat
melaksanakan kode etik advokat secara
Indonesia Kini. Bandung:
baik karena integritas advokat tersebut CV.Mandar Maju.
pasti dilandasi perilaku yang
Kaelan. (1996). Filsafat Pancasila.
mencerminkan etika, moral dan Yogyakarta: Paradigma.
tanggungjawab sebagai advokat. Kelik Pramudya, & Ananto widiatmoko.
Ketidakpatuhan terhadap kode etik (2010). Pedoman Etika Profesi
Aparat Hukum. Yogyakarta:
advokat menimbulkan cerminan bahwa Pystaka.
advokat tersebut belum memahami makna
Peter Mahmud Marzuki. (n.d.). Penelitian
kebebasan yang diberikan oleh hukum Hukum (8 ed.). Jakarta: Kencana.
yaitu undang-undang dan kode etik.
W. Poespoprodjo. (1999). Filsafat Moral :
Namun sayangnya, fungsi pengawasan dan Kesusilaan dalam Teori dan
pelaksanaan kode etik melalui Dewan Praktek (1 ed.). Bandung: CV
Pustaka Grafika.
Kehormatan di Organisasi Advokat masih
belum menemukan kesatupaduannya, hal Jurnal
itu dikarenakan tidak adanya wadah Kowiyah. (2012). Kemampuan Berpikir
tunggal Organisasi Advokat yang diatur Kritis. Jurnal Pendidikan Dasar, 3.
secara tegas dan jelas. Raharjo, A., & Sunarnyo, S. (2014).
PENILAIAN
PROFESIONALISME
Daftar Rujukan ADVOKAT DALAM
PENEGAKAN HUKUM
Buku MELALUI PENGUKURAN
INDIKATOR KINERJA
Abdul Manan. (1995). Penerapan Hukum ETISNYA. Jurnal Media Hukum,
Acara Perdata di Lingkungan 21(2), 16.
Pengadilan Agama. Jakarta: Sinar
Harapan Kencana. Rosdalina. (2015). PERAN ADVOKAT
TERHADAP PENEGAKAN
Abdulkadir Muhammad. (2011). Etika HUKUM DI PENGADILAN
Profesi Hukum. Bandung: PT. AGAMA. Jurnal Politik Profetik,
Citra Aditya Bakti. Volume 6.
Ahmad Kamil. (2002). Filsafat Kebebasan
Hakim (1 ed.). Jakarta: Kencana. Website
29 Rechtidee, Vol. 11. No. 1, Juni 2016

Agni Indriani. (n.d.). INTEGRITAS Dan


Faktor-Faktor Yang Mengurangi
Atau Menghilangkan Integritas.
Diambil dari
http://www.bppk.depkeu.go.id/web
pkn/attachments/843_Intergritas%2
0-%20Agni%20Indriani.pdf

Djamaludin Ancok. (n.d.). Integritas


Manusia Indonesia Permasalahan
Pengertian Integritas dan
Membangun Karakter
Berintegritas Tinggi. Power Point
dipresentasikan pada Seminar
Nasional, Dispsiad Jl. Sangkuriang
17 Bandung. Diambil dari
www.dispsiad.mil.id

Hadjar, I. (2015). Pengawasan Advokat:


Upaya Menuju Profesionalisme.
Al-Mawarid Journal of Islamic
Law, 12(1). Diambil dari
http://jurnalmawarid.com/index.ph
p/almawarid/article/view/51

Krylova, K. O., Jolly, P. M., & Phillips, J.


S. (2016). Followers’ moral
judgments and leaders’ integrity-
based transgressions: A synthesis
of literatures. The Leadership
Quarterly.
https://doi.org/10.1016/j.leaqua.20
16.10.002

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003


tentang Advokat

Kode Etik Advokat

Anda mungkin juga menyukai