Abstrak
Profesi advokat tentu bukan semata-mata untuk mencari kekayaan secara materiil atas jasa
hukumnya. Hal itu disebabkan karena setiap advokat yang menjalankan profesinya,
diwajibkan untuk berpedoman kepada kode etik advokat. Perilaku seorang advokat yang
menaati kode etik mencerminkan sikap patuh kepada Tuhan Yang Maha Esa, Undang-
Undang Advokat, dan Kliennya. Oleh karena itu, integritas seorang advokat harus
diperjuangkan, agar layak disebut sebagai officium nobile. Integritas seorang advokat
dipandang harus sejajar dengan kebebasan yang didapatkan, kemandiriannya, dan rasa
tanggungjawab. Tujuan penelitian ini tidak lain adalah dapat memberikan masukan terhadap
integritas advokat, yang bebas serta mandiri yang tidak telepas dari tanggungjawabnya
berdasarkan kode etik. Pendekatan dalam penelitian hukum ini menggunakan pendekatan
undang-undang dan konseptual. Selain itu, kesimpulan yang didapatkan adalah advokat patut
menjaga integritasnya sebagai seorang advokat dan berperilaku atas kode etik advokat.
Namun, penegakan kode etik tersebut selama ini banyak mengalami kendala dalam
penegakannya terutama tidak adanya wadah tunggal organisasi advokat yang diatur secara
tegas dan jelas.
Abstract
Advocate profession is certainly not solely to seek material wealth on legal services. That's
because every advocate profession, is obliged to be guided by the code of ethics advocate.
The behavior of an advocate who obey the code of conduct reflects the attitude of obedience
to God Almighty, Law Advocates, and Clients. Therefore, the integrity advocates must be
fought, in order to qualify as officium nobile. Integrity lawyer deemed to be aligned with the
freedom obtained, independence, and a sense of responsibility. The purpose of this study is
none other than to provide input to the integrity of lawyers, which is free and independent
that does not telepas of responsibilities based on the code of conduct. This legal research
methods statute approach and conceptual approaches. Besides the conclusion obtained is,
advocates should keep his integrity as an advocate, and act upon code of ethics advocates.
However, enforcement of these codes has been experienced many obstacles in enforcement,
particularly the absence of a Single Case Advocate Organization as expressly and clearly.
14
15 Rechtidee, Vol. 11. No. 1, Juni 2016
advokat tersebut dapat diangkat dan kode etik dan aturan yang membawahinya.
dilantik oleh organisasi advokat tersebut Sehingga, seluruh advokat di Indonesia
diakhiri dengan pengambilan sumpah dituntut taat terhadap kode etik advokat,
advokat di hadapan Ketua Pengadilan karena didirinya telah terikat oleh hal itu.
Tinggi menurut agama dan kepercayaan Organisasi advokat membentuk Dewan
masing-masing. Kehormatan untuk mengawasi dan
Dari beberapa syarat administrasi melaksanakan hal-hal yang diberikan
formal tersebut, seorang advokat mau tidak kewenangan kepadanya berdasarkan kode
mau pasti mengalami dinamika dunia per- etik advokat. Hal-hal tersebut salah
advokat-an. Dinamika tersebut entah satunya adalah melaksanakan sidang kode
didapat melalui proses menganalisis etik advokat serta pemberian sanksinya.
perkara yang ditangani oleh senior advokat Beberapa hal diatas tentunya akan
pembimbing, bahkan sikap dan cara senior menimbulkan beberapa aspek
advokat tersebut menyikapi pro dan kontra permasalahan di dunia advokat dalam
bedah kasus bersama klien-kliennya, sudah peranannya sebagai penyedia layanan jasa
tentu menjadi makanan sehari-hari hukum sebagai kuasa hukum, penasihat
sebelum dirinya menjadi advokat yang hukum, legal consultant dan lain
bebas dan mandiri. sebagainya,. Aspek permasalahan tersebut
Advokat ditutnntut untuk berperan serta adalah integritas advokat memerlukan
dalam penegakan hukum di Indonesia, beberapa indikator yang harus
bahkan Kode Etik dan Undang-Undang dilaksanakan oleh setiap advokat agar
No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat profesi advokat tersebut dapat dianggap
memberikan kebebasan terhadap dirinya sebagai profesi yang terhormat. Dan aspek
untuk mengembangkan potensi-potensinya selanjutnya adalah hal-hal yang
sebagai advokat. Namun, seluruh menjadikan suatu kode etik menjadi tidak
kebebasan yang didasarkan advokat padu dalam penegakannya.
tersebut didasarkan kepada kehormatan
dan kepribadian advokat yang berpegang Kajian Pustaka
teguh kepada kemandirian, kejujuran, Integritas
kerahasiaan dan keterbukaan. Dari hal-hal Terdapat beberapa pengertian mengenai
tersebut diatas, dapat ditafsirkan bahwa integritas, yaitu dapat diartikan sebagai
seorang advokat telah paham betul suatu ketahanan diri untuk tidak tergoda
mengenai apa yang dimaksud dengan berbagai desakan untuk memikirkan dan
etika, dimana etika tersebut dilandasi oleh mengutamakan kepentingan dan atau
17 Rechtidee, Vol. 11. No. 1, Juni 2016
Sedangkan menurut Pasal 1 angka 1 kontrol melalui rumusan kode etik profesi,
Undang-Undang No. 18 Tahun 2003 apakah anggota kelompok profesi telah
tentang Advokat, menyebutkan bahwa, memenuhi kewajiban profesionalnya
“Advokat adalah orang yang berprofesi sesuai dengan kode etik profesi. 2).
memberi jasa hukum, baik di dalam Sebagai pencegah campur tangan pihak
maupun di luar pengadilan yang lain Kode etik profesi telah menentukan
memenuhi persyaratan berdasarkan standarisasi kewajiban profesional anggota
ketentuan Undang-Undang ini”. kelompok profesi. Dengan demikian,
pemerintah atau masyarakat tidak perlu
Kode Etik Advokat lagi campur tangan untuk menentukan
Kode Etik Advokat Indonesia adalah bagaimana seharusnya anggota kelompok
hukum tertinggi dalam menjalankan profesi melaksanakan kewajiban
profesi, yang selain menjamin dan profesionalnya. Hubungan antara
melindungi namun juga membebankan pengemban profesi dan masyarakat,
kewajiban kepada setiap advokat untuk misalnya antara advokat dan klien, antara
jujur dan bertanggung jawab dalam dosen dan mahasiswa, antara dokter dan
menjalankan profesinya baik kepada klien, pasien, tidak perlu diatur secara detail
pengadilan, negara, atau masyarakat, dan dengan undang-undang oleh pemerintah,
terutama kepada dirinya sendiri (Kelik atau oleh masyarakat karena kelompok
Pramudya & Ananto Widiatmoko : 98) profesi telah menetapkan secara tertulis
Menurut Sumaryono pembentukan norma atau patokan tertentu berupa kode
kode etik memiliki tujuan tersendiri, yaitu etik profesi. 3). Sebagai pencegah
untuk : 1). Sebagai sarana kontrol sosial kesalahpahaman dan konflik Kode etik
Kode etik profesi merupakan kriteria profesi pada dasarnya adalah norma
prinsip profesional yang telah digariskan, perilaku yang sudah dianggap benar atau
sehingga dapat diketahui dengan pasti yang sudah mapan dan tentunya akan lebih
kewajiban profesional anggota lama, baru, efektif lagi apabila norma perilaku tersebut
ataupun calon anggota kelompok profesi. dirumuskan sedemikian baiknya, sehingga
Dengan demikian dapat dicegah memuaskan pihak-pihak yang
kemungkinan terjadi konflik kepentingan berkepentingan. Kode etik profesi
antara sesama anggota kelompok profesi, merupakan kristalisasi perilaku yang
atau antara anggota kelompok profesi dan dianggap benar menurut pendapat umum
masyarakat. Anggota kelompok profesi karena berdasarkan pertimbangan
atau anggota masyarakat dapat melakukan kepentingan profesi yang bersangkutan.
19 Rechtidee, Vol. 11. No. 1, Juni 2016
karena memang terdapat kesamaan yakni sumpah untuk mengamalkan Pancasila dan
keadaan tiadanya penghalang, paksaan, UUD 1945 jelas-jelas disyaratkan kepada
beban, atau kewajiban. Kiranya keadaan advokat dalam menjalankan profesinya
inilah yang merupakan arti paling dasar diberikan paksaan, beban atau kewajiban
yang dimiliki inti kebebasan.(Ahmad untuk tunduk terhadap Pancasila dan UUD
Kamil, 2002 : 19). 1945. Sebagaimana filsafat dalam konteks
Ukuran seorang advokat menyanggupi filsafat kebebasan Pancasila yang
kebebasan sebagai indikator awal diutarakan oleh Kaelan bahwa, filsafat
kebebasan tersebut adalah seketika dirinya Pancasila adalah hasil berpikir/pemikiran
bersumpah atau berjanji di sidang terbuka yang sedalam-dalamnya dari bangsa
Pengadilan Tinggi di wilayah domisili Indonesia yang dianggap, dipercaya dan
hukumnya masing-masing, sebelum diyakini sebagai sesuatu (kenyataan,
menjalankan profesinya sebagai advokat. norma-norma, nilai-nilai) yang benar,
Diantaranya terdapat dalam Pasal 4 ayat paling adil, paling bijaksana, paling baik
(2) Undang-Undang Advokat yaitu dan paling sesuai bagi bangsa Indonesia.
memegang teguh dan mengamalkan Artinya esensi nilai-nilai Pancasila adalah
Pancasila sebagai dasar negara dan berisi universal yaitu ketuhanan,
Undang-Undang Dasar 1945. Ukuran kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan
tersebut menjadi penting karena selain keadilan (Kaelan, 1996 : 76). Oleh karena
dirinya diharuskan mematuhi segala yang itu, para advokat melaksanakan profesinya
ada dalam Pancasila maupun UUD 1945, bukan hanya bertujuan mencari kebenaran
dirinya juga berjanji dihadapan Tuhannya, saja. Yang dimaksud kebenaran adalah
Rabb nya sebagaimana telah diciptakan kebenaran hukum. Namun, secara praktik
dirinya untuk selalu bertakwa terhadap esensi nilai - nilai yang terkandung dalam
pencipta-Nya karena tanpa Kuasa-Nya, Pancasila haruslah dipergunakan sebagai
seseorang tersebut tidak mungkin menjadi pedoman hidup sehari-hari agar hidupnya
seorang advokat yang jelas-jelas akan dapat mencapai kebahagiaan lahir dan
dilekati julukan officium nobile atau batin, baik di dunia maupun di akhirat
profesi yang terhormat. (Ahmad Kamil, 2002 : 127).
Seorang advokat yang bersedia Secara konseptual advokat memiliki
memegang teguh dan mengamalkan kebebasan dalam menjalankan profesinya,
Pancasila dan UUD 1945 juga merupakan terlihat saat membela kliennya. Hal
bentuk pembatasan kebebasan yang tersebut dapat ditnjau dalam Pasal 14 UU
bersifat tiadanya penghalang. Namun, Advokat dimana “advokat bebas
21 Rechtidee, Vol. 11. No. 1, Juni 2016
tidak lain ditafsirkan sebagai rumah para bahwa Perhimpunan Advokat Indonesia
advokat. Organisasi advokat juga bagian sebelum kepemimpinan Dr. Fauzie Yusuf
yang tidak terlepaskan dari integritas Hassibuan, S.H., M.H. telah berjumlah
advokat itu sendiri, maksudnya adalah 15.000 ribuan. Dari data tersebut, dapat
kualitas profesi advokat tergantung diasumsikan bahwa persaingan di dunia
bagaimana organisasi advokat tersebut kerja akan semakin sempit dan sesak.
menciptakan suasana yang bermutu dan Berbicara mengenai kebebasan dari
menjamin meningkatnya kualitas seorang advokat dalam upayanya
anggotanya. mendapatkan klien adalah potensi alamiah
Pasal 28 ayat (1) UU Advokat, dari pribadi setiap advokat tersebut.
memberikan definisi Organisasi Advokat, Namun, disisi integritasnya saat advokat
yaitu “Organisasi Advokat merupakan bersaing atau berkompetisi secara baik
satu-satunya wadah profesi Advokat yang dapat diukur dari dua faktor, yaitu
bebas dan mandiri yang dibentuk sesuai pertama, orang dikatakan makin memiliki
dengan ketentuan Undang-Undang ini integritas, dia makin memerhatikan
dengan maksud dan tujuan untuk kompetensinya juga; dan sebaliknya, orang
meningkatkan kualitas profesi Advokat. makin memiliki kompetensi yang baik dia
Organisasi Advokat pada dasarnya adalah juga memperhatikan integritasnya. Kedua,
organ yang bersifat mandiri (independent orang yang memiliki yang memiliki
state organ) yang juga melaksanakan kompetensi yang baik namun tidak
fungsi negara, sebagaimana yang memiliki integritas, maka kemampuan
tercantum dalam Risalah Sidang Perkara (kompetisi) yang baik itu bisa tidak
No. 014/PUU-IV/2006 dan Perkara No. menghasilkan kinerja atau hasil yang baik.
015/PUU-IV/2006 Perihal Pengujian Demikian juga sebaliknya, orang yang
Undang-Undang tentang Advokat. memiliki integritas yang baik, namun
Organisasi advokat dikonotasikan tidak memiliki kompetensi yang baik, juga
sebagai sebuah rumah dan tempat tidak bisa di harapkan menghasilkan
bersandar ketika terjadi masalah-masalah kinerja yang baik pula (Gea, 2014 : 955).
yang masih bisa diselesaikan dengan Advokat dalam menjalankan profesinya
kekeluargaan (musyawarah mufakat). tidak dapat terlepas dari beberapa standar
Organisasi advokat memiliki anggota yang yang telah ditetapkan oleh Perhimpunan
terdiri dari advokat, sebagaimana data Advokat Indonesia, dalam hal ini penulis
terakhir yang dihimpun oleh Institute for mengambil sampel dari Organisasi
Criminal Justice Reform di tahun 2011, Advokat yang bernama Perhimpunan
23 Rechtidee, Vol. 11. No. 1, Juni 2016
Advokat Indonesia yang dipimpin oleh Dr. maupun non-fisik. Kegiatan fisik atau
Fauzie Yusuf Hassibuan, S.H., M.H. pekerjaan yang diemban oleh advokat
bahwa sebagai pengemban profesi yang dalam menjalankan profesinya dapat
mulia, advokat dalam melaksanakan dilihat secara kasat mata, sedikit banyak
tugasnya dituntut untuk memenuhi standar sering terjadi gesekan-gesekan seperti
profesi maupun hak dan kewajiban yang kontak fisik maupun argumen. Tidak
diatur dalam undang-undang, dan standar sedikit advokat yang mengalami kekerasan
etika itu dibagi menjadi 4 (empat) bagian, ketika menjalankan profesinya, seperti
yaitu yang berkaitan dengan kepribadian yang pernah terjadi di Jakarta, menimpa
advokat itu sendiri, dalam hubungannya Aldo Felix Januardy menjadi korban
dengan klien, dalam hubungan dengan kekerasan aparat pada Selasa 12 Januari
teman sejawat, dan dalam hubungannya 2016 ketika dirinya mencoba memediasi
dengan penanganan perkara (Raharjo dan diskusi antara warga, Satpol PP, Polsek
Sunarnyo, 2014 : 186). Standar-standar Tebet dan Camat Tebet terkait
tersebut mengidentifikasi dengan penggusuran warga. Dimana Aldo felix
sendirinya bahwa kebebasan suatu profesi tersebut adalah sebagai kuasa hukum
advokat juga tidak terlepas dari tanggung warga korban penggusuran.
jawab terhadap dirinya yang nantinya Kesiapan materiil juga merupakan
berhubungan dengan etikanya yang kegiatan fisik berupa kesiapan dana atau
berdasarkan kepribadian berlandaskan kemampuan keuangan, waktu dan fisik
takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, karena mungkin saja proses tindakan
hubungan dengan klien yang nantinya hukum tersebut memakan biaya yang
berhubungan dengan pemenuhan hak dan besar, waktu yang panjang dan berlarut-
kewajiban atas surat kuasa, hubungan larut serta melelahkan (Hadjar, 2015 : 73).
dengan teman sejawat sebagai rekan kerja Dapat diambil contoh adalah perkara
yang patut dihormati dan dijunjung tinggi pidana yang memerlukan tiga unsur di
kehormatannya, dan hubungannya dengan suatu sistem peradilan pidana dan itupun
penanganan suatu perkara. berkesinambungan, yaitu penyelidikan-
penyidikan bagian dari Kepolisian,
Ketidakpaduan Penegakan Kode Etik penuntutan (bagian Kejaksaan), serta
Advokat kewenangan mengadili perkara dari
Officium Nobile atau profesi pengadilan tingkat pertama, kedua
terhormat, menjadikan pekerjaan seorang (banding), kasasi dan peninjauan kembali
advokat menjadi semakin berat secara fisik di Mahkanah Agung.
Rechtidee, Vol. 11. No. 1, Juni 2016 24
Selain contoh tersebut diatas, juga berintegritas dan berpedoman pada kode
terdapat contoh dibawah ini yang patut etik maupun moral seorang advokat entah
tidak untuk ditiru, yakni, kasus Operasi dari mana advokat tersebut dilahirkan.
Tangkap Tangan Yagari Bastara alias Maksud dari mana advokat tersebut
Gerry seorang kuasa hukum Ahmad Fuad dilahirkan adalah berdasarkan kondisi
Lubis, mantan Kepala Biro Keuangan yang sekarang ini (2015 dst) Organisasi
saat itu menjabat Inspektorat Pemerintah Advokat begitu banyak. Baik itu
Provinsi Sumatera Utara, dalam perkara Perhimpunan Advokat Indonesia yang
yang ditanganinya yaitu Gugatan terpecah menjadi tiga kepemimpinan
Pengadilan Tata Usaha Negara Medan mengatasnamakan Perhimpunan Advokat
untuk mengadili dan memutus Keputusan Indonesia yang sah secara hukum,
Tata Usaha Negara berupa Surat kemudian terdapat Kongres Advokat
Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara Indonesia, lalu Persatuan Advokat
tertanggal 31 Maret 2015 Perihal Indonesia.
Permintaan Keterangan terhadap Fuad Kembali lagi membahas tentang
Lubis dalam perkara penyalahgunaan dana perilaku seorang advokat, maka patutlah
bantuan sosial Pemerintah Provinsi berpikir secara kritis untuk kepada setiap
Sumatera Utara tahun 2012 dan 2013. advokat untuk menelaah tentang etika dan
Selain menyeret terdakwa Gerry, kasus moral berprofesi. Berfikir secara kritis
OTT tersebut juga menurut sertakan memiliki beberapa pengertian, yaitu
Advokat senior O.C. Kaligis sebagai menurut Richard Paul memberikan
terdakwanya, karena pada saat itu Gerry definisi bahwa: “critical thinking is that
adalah salah satu kuasa hukum selain O.C. mode of thingking-abaout any subject,
Kaligis. O.C. Kaligis dalam kasus ini content or problem-in which the thinker
adalah sebagai atasan Gerry di Kantor improves the quality of his or her thinking
Hukum O.C. Kaligis & Associates. by skillfully taking change of the structures
Sekilas, beberapa contoh kasus diatas inherent in thingking and imposing
hanya sebagai pembelajaran, dan intellectual standards upon
digunakan oleh penulis sebagai bentuk them.(Kowiyah, 2012 : 176). Ditambahkan
pandangan saja dan secara substansi lagi oleh Watson dan Glaser melalui
contoh tersebut pada artikel ini bukanlah perspektif filosofis, bahwa berpikir kritis
hal yang pokok karena secara substansi sebagai gabungan sikap, pengetahuan dan
sub bab ini penulis berpedoman pada kecakapan.(Kowiyah, 2012 : 178). Mau
tingkah laku atau perbuatan yang tidak mau, sikap berpikir kritis terhadap
25 Rechtidee, Vol. 11. No. 1, Juni 2016
situasi dan kondisi merupakan hal yang Ditinjau dari hakikatnya, manusia
tidak boleh dilupakan seorang advokat adalah mahkluk yang berakal budi dan
dalam menjalankan pekerjaannya dalam berkehendak bebas, mampu membimbing
menangani suatu perkara. Semakin luas dirinya sendiri ke arah tujuannya di bawah
dan tinggi jam terbang advokat dalam naungan penyelenggara Illahi. Terdapat
menangani perkara, akan berbanding lurus dua macam perbuatan yang mempunyai
atau sejajar dengan tantangan-tantangan arti etis, Pertama, perbuatan manusiawi
maupun rintangan disetiap pekerjaannya. (human act, actus humanus) adalah
Pekerjaan advokat secara tidak perbuatan yang dikuasai oleh manusia,
langsung harus didukung dengan etika dan yang secara sadar di bawah
moral sebagai dasar yang relevan untuk pengontrolannya, dan dengan sengaja
pelaksaan profesinya. Kedua dasar tersebut dikehendakinya. Maka si pelaku
gunanya adalah bagian dari hal yang harus bertanggungjawab atas perbuatan tersebut.
dilakukan pengawasan karena Dan perbuatan-perbuatan macam inilah
berhubungan dengan tindak tanduk yang kita bicarakan dalam etika; Kedua,
seorang advokat, dan ketika etika serta perbuatan manusia (an act of a man, actus
moral tersebut diciderai maka dengan hominis) adalah aktivitas, yang dilakukan
segala konsekuensinya akan terdapat manusia secara kebetulan, tetapi ia tidak
sanksi. Advokat merupakan bagian dari menguasainya karena tidak mengontrolnya
pendukung penegakan hukum di dengan sadar, tidak menghendakinya
Indonesia. Konsekuensi dari pelanggaran dengan sengaja. Atas perbuatan-perbuatan
hukum bagi advokat adalah bentuk semacam ini, manusia tidak perlu
pencelaan maupun hukuman atau sanksi bertanggungjawab. Perbuatan-perbuatan
yang berbentuk sanksi administrasi, semacam itu terjadi dalam masa kanak-
maupun pidana. Ditegaskan sekali lagi kanak (infacy), tidur, delirium, gila.
bahwa advokat bukan aparatur pemerintah. Perbuatan-perbuatan semacam ini tidak
Sebab bagaimanapun advokat adalah mempunyai arti etis, tidak masuk lapangan
bagian dari sistem peradilan, terlepas dari moral (W. Poespoprodjo, 1999 : 85).
apakah status (tugas) dan peranannya, Selanjutnya menurut Ujan, etika profesi
telah jelas dan resmi atau tidak diatur pada dasarnya memberikan moral
dalam peraturan jabatannya. Sebab fungsi parameters untuk berbagai profesi, seperti
yang diembannya berakar pada salah satu halnya etika umum, etika profesi
kekuasaan negara, yaitu kekuasaan membantu seorang professional untuk
Kehakiman (Hadjar, 2015 : 66). memahami dan membedakan “yang baik”
Rechtidee, Vol. 11. No. 1, Juni 2016 26
Peraturan Perundang-Undangan