Anda di halaman 1dari 12

KAJIAN HUKUM ATAS TINDAKAN JUAL BELI HARTA WARISAN

TANPA PERSEUJUAN AHLI WARIS LAIN


( Studi khasus di Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatra Barat)

PROPOSAL

Diajukan guna memenuhi tugas akhir Metode Penelitian Hukum

Oleh
Muhammad Syis
201000360090

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS EKASAKTI PADANG
2022
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang .....................................................................................................3

B. RumusanMasalah ................................................................................................6

C. TujuanPenelitian .................................................................................................7

D. KegunaanPenelitian ............................................................................................7

E. Metode Penelitian ...............................................................................................8

1. Spesifik / Jenis Penelitian ...................................................................................8

2. Metde Pendekatan...............................................................................................8

3. Sumber Data .......................................................................................................8

4. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................................8

5. Analisis Data .......................................................................................................8

F. Sistematika Penulisan .........................................................................................11

Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hukum Waris Indonesia masih bersifat pluralistis artinya masih berlaku

beberapa sistem hukum yang mengaturnya (legalitas formal) yakni Hukum Waris

Adat, Hukum Waris Islam dan Hukum Waris Perdata (BW). Terjadinya

pemberlakuan berbagai macam Hukum Waris disebabkan kebutuhan masyarakat

pada zamannya dalam merespon berbagai macam kepentingan yang dihadapinya

kemudian secara legalitas formal dibenarkan secara konstitusi Negara atas

pemberlakuannya sampai saat ini, dan belum terjadi Unifikasi Hukum terkait

dengan Hukum Waris, untuk dapat memenuhi kebutuhan Hukum masyarakat

Indonesia untuk saat ini dan saat yang akan datang dalam rangka pembangunan

masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar 19451

Seluruh Sistem Waris yang ada menentukan peristiwa kematian sebagai dasar

untuk menyatakan telah terbukanya warisan, dan sekaligus sebagai dasar untuk

melakukan penyelesaian warisan. Beralihnya seluruh kekayaan baik aktiva

maupun passiva dengan sendirinya karena Hukum waris mengenal asas saisine,

dan dengan beralihnya seluruh harta kekayaan milik peninggal harta kepada Ahli

1
H Hilman Hadikusuma. 2013. Hukum Waris Adat. Bandung: PT. Citr Bakti,
halaman 1.
Waris secara bersama-sama sesuai dengan asas kebersamaan sebab segenap

Ahli Waris pada hakikatnya merupakan personifikasi dari peninggal harta itu

sendiri.2

Warisan ialah “ Berpindahnya sesuatu dari seseorang kepada orang lain”. Atau

dari suatu kaum kepada kaum lain.3 Akibat adanya berbagai sistem Hukum Waris

yang berlaku di Indonesia sering terjadi perbedaan sangat mencolok antara siapa

yang berhak mewarisi misalnya pewarisan yang berhubungan dengan pemilikan

atau perolehan tanah, Wasiat, Hibah, keterangan waris serta bagian yang diterima

Ahli Waris.

Hal yang penting dalam masalah Harta Warisan adalah bahwa pengertian

Warisan itu masih memperlihatkan adanya tiga unsur essensilia (mutlak) yaitu:

1. Seseorang peninggal warisan yang pada wafatnya meninggalkan harta

kekayaan.

2. Seseorang atau beberapa orang penerima warisan yang berhak menerima

kekeyaan yang ditinggalkan.

3. Harta warisan atau harta peninggalan yaitu kekayaan (in concreto)

yang ditinggalkan dan sekali beralih pada Ahli Waris tersebut 3. Peristiwa

terbukanya warisan memerlukan perhatian dan tindakan Hukum

2
Syahril Sofyan. 2010. Beberapa Dasar Tehnik Pembuatan Akta (Khusus Warisan). Medan:
Pustaka Bangsa Press, halaman 4-5.
3
Surojo Wignjodipuro. 1973. Pengantar dan Azas-Azas Hukum Adat. Bandung:
Alumni,halaman 162.
dari segenap Ahli Waris secara bersama-sama untuk melakukan penyelesaian atas

harta warisan yang sudah terbuka menurut Hukum Waris yang berlaku, lebih

khusus lagi apabila atas harta kekayaan yang menjadi Harta Warisan yang

ditinggalkan Pewaris itu terkait atau ada hubungannya dengan hak-hak Pihak

lain.4

Dalam penyelesaian warisan wajib dipenuhi kehadiran seluruh Ahli Waris

dalam Akta yang berkenaan, sesuai dengan Azas Kebulatan dan Azas

Kebersamaan, apabila salah satu Ahli Waris tidak turut bertanda tangan atau tidak

diwakili dengan sah maka mengakibatkan Aktanya batal demi Hukum (Van

rechtwegenietig) atau sekurang-kurangnya dapat dibatalkan (vernietigbaar).

Untuk menggunakan kuasa dalam mewakili seorang Ahli Waris yang tidak

dapat hadir dalam penandatanganan Akta pemisahan dan pembagian sedapatnya-

dapatnya menggunakan Akta otentik, bila terpaksa dapat dilakukan dengan Akta

dibawah tangan (onderhands acte), maka Akta dibawah tangan yang digunakan

adalah Akta yang penandatanganannya dilegalisasi oleh Notaris atau oleh Pejabat

yang berwenang dan kuasa dibawah tangan yang dijadikan dasar untuk mewakili

Ahli Waris tersebut yang berkenaan menurut Pasal 47 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris5

Hal yang wajib dilaksanakan sebelum proses penyelesaian pembagian

warisan terlebih dahulu apakah ada Surat Keterangan Hak Waris dan Surat

4
Syahril Sofyan, Op.Cit., halaman 6.
5
Ibid., halaman 6-7.
Wasiat, hal ini berguna untuk melakukan investigasi apakah penyelesaian warisan

bersangkutan dilakukan secara ab intestato atau secara testamentair dan untuk

mencegah hal-hal yang sifatnya kontroversial yaitu perselisihan di kalangan Ahli

Waris.

Siapa saja yang menjadi Ahli Waris, harus dibuktikan secara tertulis dalam

bentuk Surat Keterangan Hak Waris yang di singkat dengan (SKHW), untuk WNI

golongan Pribumi (tunduk pada Hukum Adat) maka SKHWnya dibuat oleh

Camat setempat, sementara untuk WNI yang termasuk golongan Eropa dan Timur

Asing China dibuat dengan Akta Notaris dan untuk warga Negara Indonesia

keturunan Timur Asing bukan China maka SKHW dibuat oleh Balai Harta

Peninggalan.

Apabila seseorang meninggal dunia dan meninggalkan harta warisan

berupa hak atas tanah atau Hak Milik, maka harta warisan tersebut jatuh kepada

ahli warisnya. Jatuhnya harta warisan dari pemegang hak atas tanah kepada ahli

waris bukan karena suatu perbuatan hukum, melainkan karena peristiwa Hukum.

Dalam hal dialihkan/pemindahan hak, pihak yang mengalihkan/

memindahkan hak harus berhak dan berwenang untuk memindahkan hak,

sedangkan bagi pihak yang memperoleh hak harus memenuhi syarat sebagai

pemegang (subjek) Hak atas tanah atau Hak Milik.6

Jual beli merupakan bagian dari hukum perdata dan merupakan peristiwa

hukum yang sah dimata hukum yang mengikat dua belah pihak atau lebih yang

pada awalnya terdapat kesepakatan antara pihak-pihak yang bersangkutan.

6
Ibid., halaman 364.
Apabila terjadi suatu hal yang ketidaksesuaian atau terdapat pihak yang dirugikan

hal ini yang dapat dituntut atau disarankan di depan pengadilan. Syarat bahwa

jual beli Hak atas Tanah yang bersertifikat maupun belum bersertifikat harus

dibuktikan dengan Akta Otentik yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah.

Hal-hal di atas menimbulkan permasalahan mengenai hak yang akan

dituntut Ahli Waris yang merasa dirugikan, pihak pembeli yang juga ingin

mendapat perlindungan Hukum, dan kedudukan dari status kepemilikan tanah

yang sudah didaftarkan mengakibatkan permasalahan ini harus diselesaikan

melalui jalur Pengadilan karena para Pihak beranggapan tidak dapat lagi

menyelesaikan permasalahan tersebut secara kekeluargaan, musyawarah dan

mufakat.

Salah satu contoh sengketa penjualan Harta Warisan berupa tanah yang

telah menjadi hak seluruh ahli waris, dan hanya sebagian ahli waris yang

menjualnya tanpa Persetujuan ahli waris lain seperti dalam putusan

No.22/Pdt.G/2016/Pn.Sbg yang ahli waris yang menjual harta warisan tanpa

persetujuan ahli waris lain.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk membahas hal tersebut

dalam skripsi ini dengan judul “Kajian Hukum Atas Tindakan Jual Beli Harta

Warisan Tampa Persetujuan Ahli Waris Lain”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahn pokok yang

akan menjadi dasar pembahasan dalam penelitian ini, antara lain:


1. Bagaimanakah ketentuan Hukum jual beli harta warisan menurut Hukum

Perdata?

2. Bagaimanakah akibat hokum terhadap ahli waris yang menjual harta

warisan tanpa persetujuan ahli waris lain?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengidentifikasi bagaimanakah ketentuan Hukum jual beli Harta

warisan menurut hukum perdata.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana akibat hukum terhadap

ahli waris yang menjual harta warisan tanpa persetujuan ahli waeis

lainnya.

D. Kegunaan Penelitian

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontri terhadap

penjelasan tentang bagaimana kajian hukum atas tindakan jual beli harta

warisan tanpa persetuju ahli waris lainnya. Adapun kegunaan dri penelitian

ini yaitu:

1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu

pengetahuan, dan menjadi literatur yang dapat dijadikan pedoman sumber

dan empiris kepada peneliti yang akan melakukan penelitian lebih lanjut,

dalam mengkaji tindakan jual beli harta warisan.

2. Kegunaan Praktis
a. Penulis berharap, dengan adanya penelitian ini dapat menambah

pengetahuan maupun wawasan infrmasi yang teoritis dan empiris

mengenai hukum jual beli harta warisan.

b. Kegunaan bagi pembaca dan kontribusinya kepada pemerintah,

penulis brhrap penelitian ini menjadi masukan atau bahan evaluasi

bagi pemerintahan dan masyarakat untuk mengetahui seberapa

penting hukum jual beli harta warisan bagi kesejahteraan masyarakat.

c. Penelitian ini dapat diunakan sebagai informasi tambahan dan

referensi bagi peneliti yang akan melakukan penelitian lanjutan.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian yaitu spesisifik dai pengumpulan, analisi dan

implementasi data, pemilihan atau suatu rancangan penelitian juga perlu

didasarkan pada permasalahan yang di teliti.

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jens skripsi yang penulis telaah atau teliti menggunakan penelitian

kualitatif Jhon W. Crewell mendesripsikan bahwa metode kualitatif

merupakan metode-metode untuk mendiskripsikan dan memahami makna

sejulah individu atau kemanusiaan.

Proses penelitian ini melibatkan upaya-upaya penting, seperti

mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur,pengumpulan

data yang spesifik dari partisipa, menganalisis data secara indukatif mulai

dari tema-temayang khusus ketema-tema umum, dan manfaat makna data.

Laporan akhir untuk penelitian ini memiliki struktur atau kerangka yang
fleksibel, sedangkan menurut Bodga dab Taylor yang dkutip oleh Laxy

mendiskripsikn meted kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata tertulis dari orang-orang dan

perilaku yang diamati.7 Jenis peneliti adalah penelitian deskriptif dengan

pendekatan kualitatif.

Metode deskripttif diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah

yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subjek/objek

penelitian (seorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain ) pada saat

sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.

Pendekatan kualitatif dipilih oleh penulis karena dalam penelitian ini akan

meneliti sebuah fenomena yang belum diketahui sebemnya dan dapat

diperhitungkan sebelum penulis terjun langsung kelapangan untuk

mengungkap sebuah fakta.8 Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pesisir

Selatan, Provinsi Sumatra Barat. Adapun alas an penelitiqan ini dilakukan

ditempat tersebut karena dikarenakan mengkrucutkan lokasi dari tempat

penelitian dan pengumpulan data data. Dan juga menjadi lokasi yag sesuai

dengan indicator penelitian ini. Sehingga memudahkan peneliti untuk

mendapatkan infrmasi yang dibutuhkan dan memberikan informasi lebih

lanjut mengenai kajian hukum atas tindakan jual beli harta warisan tanpa

persetujuan ahli waris lain.

2. Sumber pendekatan

7
Jhon W. Creswell,Researn Pendekatan Metode Penelitian Kualitati, kuantitatif, dan Campuran,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar : Pelajar: 2016 4-5
8
Ibid.Hal.5
Sumber data yang digunakan dalam melakukan penelitian hukum

yang berlaku di Fakultas Hukum Universitas Ekasakti Padang terdiri atas:

a. Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum mengikat seperti;

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW).

b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder semua

publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen

resmi. Publikasi tentang hukum meliputi buku-buku yang terkait

dengan masalah yang dikaji, hasil-hasil penelitian, hasil karya ilmiyah.

c. Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk

dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder berupa kamus, ensiklopedia, bahan dari internet, dan

sebagainya untuk menjelaskan maksud atau pengertian istilah-istilah

yang sulit diartikan.

3. Tektnik Pengumpulan data

Teknik pengupulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

studi dokumen atau melakukan penelusuran kepustakaan (library

research) pada perpustakaan Universitas Ekasakti Padang.

4. Analisis Data

Untuk memberikan penilaian terhadap penelitian ini, maka

dimanfaatkan data yang terkumpul. Kemudian data tersebut ditelaah dan

dijadikan sebagai acuan pokok dalam pemecahan masalah akan diuraikan

dengan mempergunakan analisis kualitatif.


DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir Muhammad.1986.Hukum Perjanjian.Bandung:Alumni.

.2014. Hukum Perdata Indonesia cetakan kelima.

Bandar lampung:PT.Citra Aditya Bakti.

Djaja S Meliala.2018.Hukum Waris Menurut Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata cet-1. Bandung: Nuansa Aulia.

Jhon W. Creswell,Researn Pendekatan Metode Penelitian Kualitati,

kuantitatif, dan Campuran, Yogyakarta: Pustaka Pelajar : Pelajar: 2016

4-5 Ibid.Hal.5

Kitab Undang Undang Hukum Perdata

praturan Menteri Negara Agraria No. 3 Tahun 1997 yang merupakan

aturan pelaksana Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang

Pendaftaran Tanah.

Surojo Wignjodipuro. 1973. Pengantar dan Azas-Azas Hukum Adat.

Bandung: Alumni, halaman 162.

Anda mungkin juga menyukai