Anda di halaman 1dari 27

ARTIKEL TEMA KEISLAMAN:

1. KEISTIMEWAAN DAN KEBENARAN KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM


2. SAINS&TEKNOLOGI DALAM AL-QUR’AN DAN AL-HADITS
3. GENERASI TERBAIK MENURUT AL-HADITS
4. PENGERTIAN SALAF (REFERENSI HADITS)
5. ISLAM, AJARAN TENTANG BERBAGI SERTA KEADILAN PENEGAKAN
HUKUM

Disusun sebagai tugas terstruktur Mata Kuliah: Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampuh: Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

DISUSUN OLEH :

NAMA : DICKY DARMAWAN

NIM : D1A020146

FAKULTAS/PRODI : HUKUM/ILMU HUKUM

SEMESTER : 1 (SATU)

ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MATARAM

TAHUN AJARAN 2020/2021

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT atas
selesainya tugas artikel ini tepat pada waktunya. Sholawat dan Salam semoga ALLAH
limpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW atas bimbingannya yang telah
membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang-benderang yakni Dinul
Islam.

Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani,
S.Th.I., M.Sos sebagai dosen pengampuh Pendidikan Agama Islam yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Besar harapan saya tugas ini akan memberi manfaat untuk menambah
wawasan tentang keistimewaan dan kebenaran konsep ketuhanan dalam Islam, sains
dan teknologi dan Al-Qur’an dan Al-Hadits, generasi terbaik menurut Al-Hadits,
pengertian salaf menurut Al-Hadits, dan ajaran Islam tentang berbagi serta keadilan
penegakan hukum bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Selain itu, semoga kita
selalu dalam lindungan-Nya dan bisa meneladani sikap serta perilaku Rasulullah
Muhammad SAW.

Penyusun, Mataram 24 Oktober 2020

Dicky Darmawan
D1A020146

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

I. Keistimewaan dan Kebenaran Konsep Ketuhanan dalam Islam 1

II. Sains dan Teknologi dan Al-Qur’an dan Al-Hadits 9

III. Generasi Terbaik Menurut Al-Hadits 13

IV. Pengertian Salaf Menurut Al-Hadits 15

V. Islam: Ajaran Tentang Berbagi serta Keadilan Penegakan Hukum 18

DAFTAR PUSTAKA 22

LAMPIRAN 24

iii
I. Keistimewaan dan Kebenaran Konsep Ketuhanan dalam Islam
Perkataan Tuhan merupakan terjemahan dari kalimat Rab (‫)رب‬dalam
bahasa Arab yang merujuk pada interpretasi ulama terhadap S. al-Jatsiyat:23
dan al-Qashas : 38 yang didalamnya termaktum kalimat Ilah (‫( )اله‬Tuhan).
Menurut Ibn Taimiyah difinisi dari kalimat Ilah (‫ )اله‬dalam al-Qur’an
tersebut adalah yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepada-Nya,
merendahkan diri dihadapanNya, dan mengharapkanNya, kepadaNya tempat
berserah ketika dalam kesusahan, berdo’alah dan bertawakal kepadaNya untuk
kemashlahatan diri, meminta perlindungan dariNya dan menimbulkan
ketenangan di saat mengingat dan terpaut kepada Nya.

A. Filsafat Ketuhanan
 Siapakah Tuhan itu?

Perkataan ilah, yang diterjemahkan “Tuhan”, dalam Al-Quran dipakai


untuk menyatakan berbagai obyek yang dibesarkan atau dipentingkan
manusia, misalnya dalam QS 45 (Al-Jatsiiyah): 23, yaitu:
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya
sebagai Tuhannya….?”
Dalam QS 28 (Al-Qashash):38, perkataan ilah dipakai oleh Fir’aun untuk
dirinya sendiri: “Dan Fir’aun berkata: Wahai pembesar kaumku, aku tidak
mengetahui tuhan bagimu selain aku.”
Contoh ayat-ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa perkataan ilah bisa
mengandung arti berbagai benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi
maupun benda nyata (Fir’aun atau penguasa yang dipatuhi dan dipuja).
Perkataan ilah dalam Al-Quran juga dipakai dalam bentuk tunggal (mufrad:
ilaahun), ganda (mutsanna:ilaahaini), dan banyak (jama’: aalihatun). Bertuhan
nol atau atheisme tidak mungkin. Untuk dapat mengerti dengan
definisi Tuhan atau Ilah yang tepat, berdasarkan logika Al-Quran sebagai
berikut:
Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh
manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-
Nya.Perkataan dipentingkan hendaklah diartikan secara luas. Tercakup di
dalamnya yang dipuja, dicintai, diagungkan, diharap-harapkan dapat
memberikan kemaslahatan atau kegembiraan, dan termasuk pula sesuatu

1
yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian. Ibnu Taimiyah
memberikan definisi Al-ilah sebagai berikut:
Al-ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepada-
Nya, merendahkan diri di hadapannya, takut, dan mengharapkannya,
kepadanya tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdoa, dan
bertawakal kepadanya untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari
padanya, dan menimbulkan ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut
cinta kepadanya (M.Imaduddin, 1989:56)
Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “la ilaaha illa Allah”. Susunan kalimat
tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru
diikuti dengan penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa seorang
muslim harus membersihkan diri dari segala macam Tuhan terlebih dahulu,
sehingga yang ada dalam hatinya hanya ada satu Tuhan, yaitu Allah.
Pengetahuan Menurut Al-Kindi terbagi menjadi dua :

 Pertama, pengetahuan illahi seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an,


yaitu pengetahuan langsung yang diperoleh Nabi dari Tuhan. Dasar
pengetahuan itu adalah keyakinan.
 Kedua, pengetahuan manusiawi atau ilmu insanyyataqu filsafat yang
didasarkan atas pemikiran.

Bagi Al-kindi, agrumen yang dibawa Al-Qur’an itu lebih meyakinkan dari
pada agrumen yang dikemukakan oleh filsafat, tetapi filsafat dan Al-Qur’an
tidaklah bertentangan kebenaran yang diberitakan wahyu tidaklah
bertentangan dengan kebenaran yang dibawa filsafat.
Tuhan dalam filsafat Al-kindi tiadalah mempunyai hakikat dalam arti an-
niyah maupun ma-hiyyah.Tuhan bukanlah benda dan tidak termaksuk benda
yang ada dialam.Ia pencipta alam, ia tidak tersusun dari materi dan bentuk (al
hayyuli’ yang wa Al-shurah). Tuhan juga tidak mempunyai hakikat dalam
bentuk ma’hiyyah, karena tuhan tidak merupakan genus atau spesies. Tuhan
hanya satu tidak ada yang serupa dengan-Nya,.Ia adalah unik, ia adalah yang
benar pertama dan yang maha benar. Ia hanyalah satu dan semata mata
Satu. Selain dia, semuanya mengandung arti banyak.
Sesuai dengan ajaran paham islam, tuhan bagi Al-kindi adalah pencipta
dan bukan penggerak pertama seperti pendapat aristoteles. Alam bagi Al-kindi
bukan kekal di zaman lampau, tetapi mempunyai permulaan. Karena itu dalam
hal ini ia lebih dekat dengan filsafat plotenus yang mengatakan bahwa yang

2
maha satu adalah sumber dari alam ini dan sumber dari segala yang ada.
Alam ini adalah emanasi atau pancaran dari Yang Maha Satu.

B. Sejarah Pemikiran Manusia Tentang Tuhan


Pemikiran Manusia di sini adalah konsep yang didasarkan atas hasil
pemikiran manusia baik melalui pengalaman lahiriah maupun batiniyah, baik
yang bersifat penelitian rasional maupun pengalaman bathin.
1. Pemikiran Barat
Teori Ketuhanan dalam pemikiran barat berangkat dari teori
Evolusionisme yang pada awal mulanya dikemukakan oleh Max Muller,
EB. Taylor, Robertson Smith, Lubbock dan Jevens. Menurut teori ini
konsep Ketuhanan berangkat dari kepercayaan.
1) Dinamisme Yaitu pola kepercayaan manusia terhadap adanya
kekuatan yang maha dasat yang berpengaruh dalam kehidupan.
Kekuatan tersebut diyakini bersemayam dalam benda-benda.
2) Animisme merupakan Pola kepercayaan masyarakaat terhadap
roh gaib yang diyakini memiliki peran besar dalam kehidupan
manusia.
3) Politeisme yaitu Pola kepercayaan terhadap dewa-dewa
4) Henoteisme yakni Pola kepercayaan yang diusung atas motif
ketidak puasan atas keberadaan dewa-dewa yang jumlahnya
banyak sehingga diperlukan pengkultusan terhadap beberapa
dewa saja
5) Monoteisme yaitu Konsep kepercayaan terhadap satu Tuhan.

2. Pemikiran Umat Islam


Dalam Keyakinan Umat Islam bahwa yang wajib disembah dan
dipertuhankan adalah Allah SWT, tiada lain selain Dia. Permasalahan
muncul diseputar cara manusia mengetahui adanya Tuhan dan
keberadaan sifat –sifat Tuhan. Permasalahan ini dalam perkembangan
selanjutnya melahirkan kajian keagamaan tersendiri, seperti yang kita
kenal adanya Ilmu Tauhid atau Ilmu Kalam. Sedang sebagian umat
Islam yang lain memahami dengan pendekatan antara kontektual
dengan tektual sehingga lahir aliran yang bersifat antara liberal dengan
tradisional. Aliran-aliran tersebut yaitu :

3
a. Mu’tazilah
Merupakan kaum rasionalis di kalangan muslim, serta
menekankan pemakaian akal pikiran dalam memahami semua
ajaran dan keimanan dalam Islam.
b. Qodariah
Berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam
berkehendak dan berbuat.
c. Jabariah
Berteori bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam
berkehendak dan berbuat.
d. Asy’ariyah dan Maturidiyah
Hampir semua pendapat dari kedua aliran ini berada di antara
aliran Qadariah dan Jabariah.

3. Sanggahan Terhadap Teori Evolusionisme


Bagi Adrew Lang Konsepsi EB. Taylor tentang Evolusionisme
sulit untuk dipertahankan, sebab kepercayaan Monotheisme pada
dasarnya sudah terbangun sejak zaman masyarakat primitif.
Dengan munculnya pandangan Adrew lang ini, para sarjana
Barat mulai meyakini bahwa kepercayaan terhadap Tuhan bukan
datang secara Evolusionisme melainkan dengan jalan agama melalui
wahyu.

4. Pandangan Aliran Teologi : Fungsi Akal dan Wahyu


Menurut Mu’tazilah dengan Akal, manusia dapat mengetahui
akan adanya Tuhan sekalipun tanpa bantuan Wahyu. Adapun fungsi
wahyu adalah sebagai konfirmasi dan informasi atas apa yang telah
diketahui oleh akal.
Menurut Asy’ariah betul manusia dengan akalnya dapat
mengetahui adanya Tuhan, namun untuk mengetahui tata cara
menyembahnya (beribadah) diperlukan Wahyu.

4
5. Analisa Perbandingan.

Aliran Fungsi Akal Fungsi Wahyu


Mu’tazilah 1. Mengetahui Hanya sebagai alat
adanya Tuhan untuk konfirmasi dan
2. Kewajiban informasi atas apa
mengetahui yang di dapat melalui
Tuhan akal
3. Mengetahui
baik dan buruk
4. Kewajiban
mengerjakan
yang baik dan
meninggalkan
yang buruk
Asy’ariah Untuk mengetahui 1. Kewajiban
adanya Tuhan (MT) mengetahui
adanya Tuhan
(KMT)
2. Mengetahui
baik dan buruk
(MBB)
3. Kewajiban
mengerjakan
yang baik dan
meninggalkan
yang buruk
(KMBB)
Maturidiah
A. Samarkand 1. MT KMBB
2. KMT
3. MBB

B. Bukhara 1. MT KMT
2. MBB KMBB

5
6. Matrik Evolusionisme

DINAMISME
ANIMISME
POLITHEISME
HENOTHEISME
MONOTHEISME

7. Tuhan Menurut Agama-Agama


Pada dasarnya konsepsi Tuhan dalam prespektif Agama-agama
menuju satu titik temu bahwa Tuhan merupakan satu DZAT yang
menjadi tujuan akhir setiap umat manusia yang sangat berperan vital
atau penting dalam kehidupan manusia.
Karakteristik yang mendasar yang membedakan antara konsepsi
Agama Islam dengan Agama Lainnya adalah terletak dalam lapangan
eksoterisnya (Syariat) yang berisikan tentang tatacara beribadah.
 Dalam konsepsi Islam Tuhan adalah Esa atau satu sebagaimana
dalam al-Qur’an S.al-Ikhlas:1-4
 Dalam agama Kristen Tuhan diwujudkan dalam konsepsi
Trinitas.
 Dalam Agama Budha Tuhan dikonsepsikan dalam Sang Budha
Gauthama.

8. Teori Pembuktian Tuhan


a) Keberadaan alam semesta raya.
ِ ‫ت أِّل ُ ۟ولِى ٱأْل َ ْل ٰ َب‬
ٍ ‫ار َل َءا ٰ َي‬ ٰ ْ ‫ض َو‬
ِ ْ‫ت َوٱأْل َر‬
ِ ‫إِنَّ فِى َخ ْل ِق ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬
‫ب‬ ِ ‫ٱخ ِتلَفِ ٱلَّي ِْل َوٱل َّن َه‬
inna fī khalqis-samāwāti wal-arḍi wakhtilāfil-laili wan-nahāri
la`āyātil li`ulil-albāb

6
ِ ْ‫ت َوٱأْل َر‬
‫ض َر َّب َنا َما‬ ِ ‫ُون فِى َخ ْل ِق ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬ ِ ‫ُودا َو َعلَ ٰى ُج ُن‬
َ ‫وب ِه ْم َو َي َت َف َّكر‬ َ ‫ِين َي ْذ ُكر‬
ً ‫ُون ٱهَّلل َ قِ ٰ َيمًا َوقُع‬ َ ‫ٱلَّذ‬
ِ ‫اب ٱل َّن‬
‫ار‬ َ ‫َخلَ ْقتَ ٰ َه َذا ٰ َبطِ اًل ُسب ٰ َْح َن‬
َ ‫ك َفقِ َنا َع َذ‬
allażīna yażkurụnallāha qiyāmaw wa qu'ụdaw wa 'alā junụbihim
wa yatafakkarụna fī khalqis-samāwāti wal-arḍ, rabbanā mā
khalaqta hāżā bāṭilā, sub-ḥānaka fa qinā 'ażāban-nār
Artinya :
”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-
orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari
siksa neraka.” (Q.S. Ali-Imron : 190-191)
b) Pendekatan Astronomi
Dalam al-Qur’an S. al-A’raf :54 Allah SWT berfirman :
‫ش ي ُْغشِ ى ٱلَّ ْي َل‬ ِ ْ‫ض فِى سِ َّت ِة أَي ٍَّام ُث َّم ٱسْ َت َو ٰى َعلَى ْٱل َعر‬ َ ْ‫ت َوٱأْل َر‬ ِ ‫إِنَّ َر َّب ُك ُم ٱهَّلل ُ ٱلَّذِى َخلَقَ ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬
ُ ‫ك ٱهَّلل‬
َ ‫ار‬ َ ‫ت ِبأ َ ْم ِر ِهۦٓ ۗ أَاَل لَ ُه ْٱل َخ ْل ُق َوٱأْل َمْ ُر ۗ َت َب‬
ٍ Žۭ ‫ْس َو ْٱل َق َم َر َوٱل ُّنجُو َم ُم َس َّخ ٰ َر‬ َ ‫ار َي ْطلُ ُبهُۥ َحث ًِيثا َوٱل َّشم‬ َ ‫ٱل َّن َه‬
َ ‫َربُّ ْٱل ٰ َعلَم‬
‫ِين‬
Inna rabbakumullāhullażī khalaqas-samāwāti wal-arḍa fī sittati
ayyāmin ṡummastawā 'alal-'arsy, yugsyil-lailan-nahāra yaṭlubuhụ
ḥaṡīṡaw wasy-syamsa wal-qamara wan-nujụma
musakhkharātim bi`amrihī alā lahul-khalqu wal-amr,
tabārakallāhu rabbul-'ālamīn
Artinya :
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan
langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas
'Arsy Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya
dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan
bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya.
Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah.
Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam “

7
Perhatikan gambar berikut ini :

8
II. Sains dan Teknologi dan Al-Qur’an dan Al-Hadits
Pendidikan Islam yang mengalami masa tunas pada masa Dinasti Bani
Umayyah mencapai puncaknya pada masa Dinasti Bani Abbasiyah. Kemajuan
pendidikan Islam pada masa ini dikarenakan penguasa dari Dinasti Bani
Abbasiyah mengambil kebijakan dengan mengangkat orang-orang Persia
menjadi pejabat-pejabat penting di istana, terutama dari keluarga Baramikah,
sebuah keluarga yang telah lama TA’DIB, bersentuhan dengan filsafat dan ilmu
pengetahuan Hellenisme yang mempengaruhi umat Islam untuk belajar dan
mengembangkan pemikiran Islam. Hal ini semakin nyata setelah penguasa dari
Dinasti ini memproklamirkan aliran Mu’tazilah, sebuah aliran teologi rasional
sebagai mazhab resmi negara. Pada masa ini pendidikan Islam mencapai
zaman keemasannya. Filsafat Islam, ilmu pengetahuan, sains dan pemikiran
Islam mencapai kemajuan yang sangat pesat sehingga menjadikan Islam
sebagai pusat keilmuan yang tiada tandingnya di dunia dan filsafat serta ilmu
pengetahuannya menjadi kiblat dunia pada saat itu.
Perseteruan antara agama dan ilmu pengetahuan (sains) merupakan
isu klasik yang sampai saat ini masih berkembang di dunia Barat dalam wujud
sekularisme. Tetapi, Islam tidak mendekati persoalan sains ini dari perspektif
tersebut karena al-Qur’an dan al-Sunnah telah memberikan sistem yang
lengkap dan sempurna yang mencakup semua aspek kehidupan manusia,
termasuk kegiatan-kegiatan ilmiah atau penyelidikan-penyelidikan ilmiah. Jadi,
kegiatan ilmiah merupakan bagian yang integral dari keseluruhan sistem Islam
di mana masing-masing bagian memberikan sumbangan terhadap yang
lainnya.
Al-Qur’an sangat menekankan pentingnya membaca (baca: mengamati)
gejala alam dan merenungkannya. AlQur’an mengambil contoh dari kosmologi,
fisika, biologi, ilmu kedokteran dan lainnya sebagai tanda kekuasaan Allah
untuk dipikirkan oleh manusia. Tidak kurang dari tujuh ratus lima puluh ayat –
sekitar seperdelapan al-Qur’an– yang mendorong orang beriman untuk
menelaah alam, merenungkan dan menyelidiki dengan kemampuan akal
budinya serta berusaha memperoleh pengetahuan dan pemahaman alamiah
sebagai TA’DIB, bagian dari hidupnya. Kaum muslim zaman klasik memperoleh
ilham dan semangat untuk mengadakan penyelidikan ilmiah di bawah sinar
petunjuk al-Qur’an, di samping dorongan lebih lanjut dari karya-karya Yunani
dan sampai batas-batas tertentu oleh terjemahan naskah-naskah Hindu dan

9
Persia. Dengan semangat ajaran al-Qur’an, para ilmuwan muslim tampil
dengan sangat mengesankan dalam setiap bidang ilmu pengetahuan.
Pengaruh al-Qur’an ini tidak saja diakui oleh kalangan ilmuwan muslim zaman
dahulu, seperti al-Ghazali, (1983:45-48 ) dan al-Suyuthi, ( Dhahabi, 1961: 420)
bahkan sarjana Baratpun mengakuinya, seperti R. Levy (1975:400) (1975: 400)
dan George Sarton. (tt:23).

A. Biologi dalam AL QUR’AN


Perhatikan firman Allah dalam QS 39:6

‫ون أ ُ َّم ٰ َه ِت ُك ْم‬ ُ ‫نز َل َل ُكم م َِّن ٱأْل َ ْن ٰ َعم َث ٰ َم ِن َي َة أَ ْز ٰ َوج ۚ َي ْخلُقُ ُك ْم فِى ب‬
ِ ‫ُط‬ ٍ ِ َ َ‫س ٰ َوحِدَ ٍة ُث َّم َج َع َل ِم ْن َها َز ْو َج َها َوأ‬ ٍ ‫َخلَ َق ُكم مِّن َّن ْف‬
َ ‫ك ۖ ٓاَل إِ ٰ َل َه إِاَّل ه َُو ۖ َفأ َ َّن ٰى ُتصْ َر ُف‬
‫ون‬ ُ ‫ث ۚ ٰ َذ ِل ُك ُم ٱهَّلل ُ َر ُّب ُك ْم لَ ُه ْٱلم ُْل‬
ٍ َ‫ت َث ٰل‬ ُ ‫َخ ْل ًقا م ِّۢن َبعْ ِد َخ ْل ٍق فِى‬
ٍ ‫ظلُ ٰ َم‬
Artinya :
“Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan daripadanya
isterinya dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan
dari binatang ternak. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian
demi kejadian dalam tiga kegelapan[1306]. Yang (berbuat) demikian itu
adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan Yang mempunyai kerajaan. Tidak ada
Tuhan selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?”

Dalam tafsir dijelaskan dijelaskan bahwa tiga kegelapan itu ialah


kegelapan dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam
selaput yang menutup anak dalam rahim. Dalam Biologi dijelaskan bahwa
sebenarnya embrio dalam rahin mengalami tiga fase perkembangan yang
disebut dengan fase morula, blastula, gastrula. Perhatikan juga QS 23:12-
14 yang berbicara secara cukup detail mengenai proses penciptaan
manusia.

ٰ َ ٰ ِ ‫َولَ َق ْد َخلَ ْق َنا ٱإْل‬


ٍ ِ‫نس َن مِن ُسلَلَ ٍة مِّن ط‬
‫ين‬
ٰ
‫ِين‬
ٍ ‫ار َّمك‬ ٍ ‫ُث َّم َج َع ْل َن ُه ُن ْط َف ًة فِى َق َر‬
ۚ ‫اخ َر‬ َ ٰ ‫غَة َف َخلَ ْق َنا ْٱلمُضْ َغ َة عِ ٰ َظمًا َف َك َس ْو َنا ْٱلع‬
َ ‫ِظ َم لَحْ مًا ُث َّم أَن َشأْ ٰ َن ُه َخ ْل ًقا َء‬ ً ْ‫ُث َّم َخلَ ْق َنا ٱل ُّن ْط َف َة َعلَ َق ًة َف َخلَ ْق َنا ْٱل َعلَ َق َة مُض‬

َ ‫ك ٱهَّلل ُ أَحْ َسنُ ْٱل ٰ َخلِق‬


‫ِين‬ َ ‫ار‬ َ ‫َف َت َب‬

B. FISIKA dalam AL QUR’AN

Perhatikan firman Allah dalam QS 6:125

10
َّ ‫ض ِّي ًقا َح َرجً ا َكأ َ َّن َما َي‬
‫ص َّع ُد‬ َ ‫ص ْد َرهُۥ ِلإْل ِ سْ ٰلَ ِم ۖ َو َمن ي ُِر ْد أَن يُضِ لَّهُۥ َيجْ َع ْل‬
َ ‫ص ْد َرهُۥ‬ َ ْ‫َف َمن ي ُِر ِد ٱهَّلل ُ أَن َي ْه ِد َيهُۥ َي ْش َرح‬
َ ‫س َعلَى ٱلَّذ‬
َ ‫ِين اَل ي ُْؤ ِم ُن‬
‫ون‬ َ ِ‫فِى ٱل َّس َمٓا ِء ۚ َك ٰ َذل‬
َ ْ‫ك َيجْ َع ُل ٱهَّلل ُ ٱلرِّ ج‬

Artinya :
“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya
petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama)
Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya[503],
niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia
sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada
orang-orang yang tidak beriman.

Secara Fisika, semakin ke atas (ruang angkasa) maka kandungan


oksigen semakin berkurang. Perhatikan juga QS67:3 tentang
keseimbangan sistem kosmos.

‫ور‬
ٍ ‫ط‬ُ ُ‫ص َر َه ْل َت َر ٰى مِن ف‬ ٍ ُ‫ت طِ َبا ًقا ۖ مَّا َت َر ٰى فِى َخ ْل ِق ٱلرَّ حْ ٰ َم ِن مِن َت ٰ َفو‬
َ ‫ت ۖ َفٱرْ ِج ِع ْٱل َب‬ ٍ ‫لَّذِى َخلَقَ َسب َْع َس ٰ َم ٰ َو‬

Artinya : Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu


sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah
sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah
kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?”

C. FISIKA, BIOLOGI, dan KIMIA dalam AL QUR’AN

Perhatikan QS 21:30

‫ض َكا َن َتا َر ْت ًقا َف َف َت ْق ٰ َن ُه َما ۖ َو َج َع ْل َنا م َِن ْٱل َمٓا ِء ُك َّل َشىْ ٍء َحىٍّ ۖ أَ َفاَل‬
َ ْ‫ت َوٱأْل َر‬
ِ ‫ِين َك َفر ُٓو ۟ا أَنَّ ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬
َ ‫أَ َولَ ْم َي َر ٱلَّذ‬
َ ‫ي ُْؤ ِم ُن‬
‫ون‬

Artinya : “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui


bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu,
kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan
segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga
beriman?”

D. ARSITEKTUR dalam AL QUR’AN

11
Perhatikan QS 89:6-8 yang menceritakan megahnya bangunan-bangunan di
kota Iram ibukotanya kaum Aad.

َ ُّ‫اَلَمۡ ت ََر ك َۡيفَ فَ َع َل َرب‬


﴿89:6﴾ ‫ك بِ َعا ٍد‬ ۙ  
 
 ﴿89:7﴾ ‫ت ۡال ِع َما ِد‬
ِ ‫اِ َر َم َذا‬
ۙ  
﴿89:8﴾ ‫ي ُۡخلَ ۡق ِم ۡثلُهَا فِى ۡالبِاَل ِد‬ ۡ‫الَّتِ ۡى لَم‬
ۙ  
Artinya :
(89: 6) Apakah kamu tidak melihat bagaimana Tuhanmu berurusan dengan
(89: 7) dari Iram, yang terkenal karena tiang-tiangnya yang tinggi,
(89: 8) seperti yang tidak pernah diciptakan bangsa di negeri-negeri dunia ?

E. INFORMATIKA dalam AL QUR’AN


Perhatikan firman Allah dalam QS 55:33.

‫ض َفا ْنفُ ُذ ْوا ۗ اَل َت ْنفُ ُذ ْو َن ِااَّل ِبس ُْل ٰط ٍن‬


ِ ْ‫ت َوااْل َر‬ ُ ِ ‫ۚ ٰي َمعْ َش َر ْال ِجنِّ َوااْل ِ ْن‬
ِ ‫س ا ِِن اسْ َت َطعْ ُت ْم اَنْ َت ْنفُذ ْوا مِنْ اَ ْق َط‬
ِ ‫ار الس َّٰم ٰو‬
﴾۳۳ : ‫﴿الرحمن‬

Artinya : “Wahai golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup


menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah.
Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan
kekuatan (dari Allah).” (QS. Ar-Rahman: 33)

III. Generasi Terbaik Menurut Al-Hadits


 Dalil.
َ ‫م ُث َّم الَّذ‬Žْ ‫ِين َيلُو َن ُه‬
‫ِين َيلُو َن ُه ْم‬ َ ‫م ُث َّم الَّذ‬Žْ ‫ِيه‬
ِ ‫تف‬ َ ‫َخ ْي ُر أ ُ َّمتِي ْال َقرْ نُ الَّذ‬
Žُ ‫ِين ُبع ِْث‬

“Sebaik-baiknya umatku adalah generasi yang aku diutus pada


mereka (Sahabat Nabi-ed)  kemudian yang setelahnya (Tabi’in-ed)

12
kemudian yang setelahnya (Tabiit Tabi’in-ed).” (Hadits Shahih riwayat
Abu Daud.
A. Sahabat
Sahabat adalah orang-orang beriman yang bertemu dan melihat Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam secara langsung serta membantu perjuangan
beliau. Menurut Imam Ahmad, siapa saja diantara orang beriman yang
bertemu dan melihat Rasulullah, baik sebulan, sepekan, sehari atau bahkan
cuma sesaat maka ia dikatakan sebagai sahabat. Derajatnya masing-
masing ditentukan dengan seberapa lama ia menyertai Rasulullah.
Para sahabat merupakan orang-orang yang mewariskan ilmu dari
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Diantara sahabat yang terbaik
adalah para Khulafaur Rasyidin, kemudian 10 orang sahabat yang namanya
disebutkan oleh Rasulullah yang mendapatkan jaminan surga.
B. Tabi’in
Tabi’in adalah orang-orang beriman yang hidup pada masa Rasulullah
atau setelah beliau wafat tetapi tidak bertemu dengan Rasulullah dan
bertemu serta melihat para sahabat. Tabi’in merupakan orang-orang yang
belajar dan mewariskan ilmu dari para sahabat Rasulullah.
Salah seorang terbaik dari generasi Tabi’in adalah Uwais Al Qarn, yang
pernah mendatangi rumah Rasulullah untuk mendapatkan kemuliaan
menjadi sahabat, tetapi tidak berhasil bertemu dengan beliau. Uwais Al
Qarn, pernah disebutkan secara langsung melalui lisan Rasulullah sebagai
orang yang asing di bumi tapi terkenal di langit. Bahkan Rasulullah
memerintahkan sahabatnya, Umar dan Ali, untuk mencari Uwais dan
meminta untuk di doakan, karena ia merupakan orang yang memiliki doa
yang diijabah oleh Allah.
Adapun diantara orang-orang yang tergolong generasi tabi’in lainnya
yakni Umar bin Abdul Aziz, Urwah bin Zubair, Ali Zainal Abidin bin Al
Husein, Muhammad bin Al Hanafiyah, Hasan Al Bashri dan yang lainnya.

C. Tabi’ut Tabi’in
Tabi’ut tabi’in adalah orang beriman yang hidup pada masa sahabat
atau setelah mereka wafat tetapi tidak bertemu dengan sahabat dan

13
bertemu dengan generasi tabi’in. tabi’ut tabi’in merupakan orang-orang
yang belajar dan mewariskan ilmu dari para tabi’in.
Diantara orang-orang yang termasuk dalam generasi ini adalah Imam
Malik bin Anas, Sufyan bin Uyainah, Sufyan Ats-Tsauri, Al Auza’i, Al Laits
bin Saad dan yang lainnya.
Merekalah generasi terbaik umat ini, maka selayaknya kita sebagai
umat muslim yang datang belakangan untuk mencontoh dan mengambil
ilmu dari kitab-kitab yang telah mereka tuliskan. Semoga kita bisa mengikuti
para generasi terbaik umat ini.

14
IV. Pengertian Salaf Menurut Al-Hadits
A. Definisi Salaf
Salaf (bahasa Arab: ‫لح‬BBB‫لف الص‬BBB‫ الس‬Salaf aṣ-Ṣālih) adalah tiga
generasi Muslim awal yaitu para sahabat, tabi'in dan tabi'ut tabi'in.
Kemudian istilah salaf ini dijadikan sebagai salah satu manhaj (metode)
dalam agama Islam, yang mengajarkan syariat Islam secara murni
tanpa adanya tambahan dan pengurangan, yaitu Salafiyah. Seseorang
yang mengikuti tiga generasi tersebut di atas, ini disebut Salafy (as-
Salafy), jamaknya adalah Salafiyyun (as-Salafiyyun).[1] Di dalam
manhaj salaf dikenal pendapat dari beberapa Mujtahid yang biasa
disebut Madzhab, seperti Imam Malik, Imam Hanafi, Imam Syafi'i, Imam
Ahmad, dan lain-lain. Kemudian para salafy beranggapan bahwa, jika
seseorang melakukan suatu ibadah tanpa adanya ketetapan dari Allah
dan rasul-Nya, bisa dikatakan sebagai perbuatan bid'ah.
Pengertian Salaf Kata salaf secara etimologi dapat
diterjemahkan menjadi "terdahulu" atau "leluhur". Menurut Thablawi
Mahmud Sa’ad, Salaf artinya ulama terdahulu. Salaf terkadang
dimaksudkan untuk merujuk generasi sahabat, tabi’in, tabi’ tabi’in, para
pemuka abad ke-3 H., dan para pengikutnya pada abad ke-4 yang
terdiri dari atas para muhadditsin dan lainnya. Salaf berarti pula ulama-
ulama saleh yang hidup pada tiga abad pertama Islam (Saad, 1984:11-
38) .
Sedangkan menurut terminologi terdapat banyak difinisi yang
dikemukakan oleh para pakar mengenai arti salaf, di antaranya adalah:
Menurut As-Syahrastani, ulama salaf adalah yang tidak menggunakan
ta’wil (dalam menafsirkan ayat-ayat mutasabbihat) dan tidak mempunyai
faham tasybih (antropomorphisme). Mahmud AlBisybisyi menyatakan
bahwa salaf sebagai Sahabat, Tabi’in, dan Tabi’tabi’in yang dapat
diketahui dari sikapnya menampik penafsiran yang mendalam mengenai
sifat-sifat Allah yang menyerupai segala sesuatu yang baru untuk
mensucikan dan mengagungkan-Nya (Rozak,2006:109).
Asal penamaan Salaf dan penisbahan diri kepada manhaj Salaf
adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada putrinya
Fatimah az-Zahra

15
‫َف أ َنَا ل َك‬
ُ ‫السل‬
َّ ‫م‬ َ
َ ‫فإ ِن َّھُ نِ ْع‬
Artinya: "Karena sesungguhnya sebaik-baik salaf bagi kamu adalah
saya"

B. Arti Salaf menurut Bahasa


Salafa Yaslufu Salfan artinya madli (telah berlalu). Dari arti
tersebut kita dapati kalimat Al Qoum As Sallaaf yaitu orang – orang
yang terdahulu. Salafur Rajuli artinya bapak moyangnya. Bentuk
jamaknya Aslaaf dan Sullaaf.
Dari sini pula kalimat As Sulfah artinya makanan yang
didahulukan oleh seorang sebelum ghadza` (makan siang). As
salaf juga, yang mendahuluimu dari kalangan bapak moyangmu serta
kerabatmu yang usia dan kedudukannya di atas kamu. Bentuk
tunggalnya adalah Saalif. Firman allah Ta’ala:

َ ‫َف َج َع ْل ٰ َن ُه ْم َسلَ ًفا َو َمثَاًل لِّ ْل َءاخ ِِر‬


‫ين‬

...dan kami jadikan mereka sebagai pelajaran dan contoh bagi orang-
orang yang kemudian. (Az Zukhruf :56)

C. Arti Salaf menurut Istilah


Allah telah menyediakan bagi ummat ini satu rujukan utama di
mana mereka kembali dan menjadikan pedoman.[2] Firman allah Ta’la:

‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
‫َ َو ۡال َي ۡو َم‬ ‫س َن ٌة لِّ َم ۡن َكانَ َي ۡر ُجوا‬
َ ‫ِ ا ُ ۡس َوةٌ َح‬ ‫س ۡو ِل‬ُ ‫لَ َق ۡد َكانَ َل ُكمۡ ف ِۡى َر‬
‫هّٰللا‬
‫ااۡل ٰ خ َِر َو َذ َك َر َ َكث ِۡي ًرا‬
”Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (Al-Ahzab:
21)
Allah juga menerangkan bahwa ummat ini mempunyai generasi
pendahulu yang telah lebih dahulu sampai kepada hidayah dan
bimbingan. Allah berfirman:

16
۟ ‫ِين ٱ َّت َبعُوهُم ِبإِحْ ٰ َس ٍن رَّ ضِ َى ٱهَّلل ُ َع ْن ُه ْم َو َرض‬
‫ُوا‬ َ ‫ار َوٱلَّذ‬
ِ ‫ص‬َ ‫ين َوٱأْل َن‬
َ ‫ون م َِن ْٱل ُم ٰ َه ِج ِر‬ َ ُ‫َوٱل ٰ َّس ِبق‬
َ ُ‫ون ٱأْل َوَّ ل‬

‫ِين فِي َهٓا أَ َب ًدا ۚ ٰ َذلِ َك ْٱل َف ْو ُز ْٱل َعظِ ي ُم‬ ٍ ‫َع ْن ُه َوأَ َع َّد َل ُه ْم َج ٰ َّن‬
َ ‫ت َتجْ ِرى َتحْ َت َها ٱأْل َ ْن ٰ َه ُر ٰ َخلِد‬

”Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam)


dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti
mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha
kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang
mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di
dalamnya. Itulah ke menangan yang besar.” (At-Taubah 100)

17
V. Islam: Ajaran Tentang Berbagi serta Keadilan Penegakan Hukum
A. Penegakan Hukum
Terdapat beberapa faktor yang dapat mendukung tegaknya hukum di
suatu Negara antara lain: Kaidah hukum, Penegak hukum, Fasilitas dan
Kesadaran hukum warga Negara. Dalam pelaksanaannya masih tergantung
pada sistem politik Negara yang bersangkutan. Jika sistem politik Negara
itu otoriter maka sangat tergantung penguasa bagaimana kaidah hukum,
penegak hukum dan fasilitas yang ada. Adapun warga Negara ikut saja
kehendak penguasa (lihat synopsis). Pada sistem politik demokratis juga
tidak semulus yang kita bayangkan. Meski warga Negara berdaulat, jika
sistem pemerintahannya masih berat pada eksekutif (Executive heavy) dan
birokrasi pemerintahan belum direformasi, birokratnya masih “kegemukan”
dan bermental mumpung, maka penegakan hukum masih mengalami
kepincangan dan kelambanan (kasus “hotel bintang” di Lapas). Dari
Buraidah RA bahwa Nabi SAW bersabda.

َ َ‫اض فِي ْال َجنَّ ِة َر ُج ٌل ق‬


‫ضى‬ ِ َّ‫ضيَا ِن فِي الن‬
ٍ َ‫ار َوق‬ َ ُ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل ْالق‬
ِ ‫ضاةُ ثَاَل ثَةٌ قَا‬ َّ ِ‫ع َْن ب َُر ْي َدةَ أَ َّن النَّب‬
َ ‫ي‬
ِّ ‫ضى بِ ْال َح‬
‫ق‬ َ َ‫اض ق‬ ِ َّ‫اس فَهُ َو فِي الن‬
ٍ َ‫ار َوق‬ َ ‫اض اَل يَ ْعلَ ُم فَأ َ ْهلَكَ ُحقُو‬
ِ َّ‫ق الن‬ ِ َّ‫ك فَ َذاكَ فِي الن‬
ٍ َ‫ار َوق‬ ِّ ‫بِ َغي ِْر ْال َح‬
َ ‫ق فَ َعلِ َم َذا‬
Artinya :
“Hakim itu ada tiga, dua di neraka dan satu di surga: 1) seseorang yang
menghukumi secara tak benar padahal ia mengetahui mana yang benar,
maka ia di neraka, 2) seorang hakim yang bodoh lalu menghancurkan hak-
hak manusia, maka ia di neraka, dan 3) seorang hakim yang menghukumi
dengan benar, maka ia masuk surga.” (HR. Tirmidzi No. 1244).

Belum lagi kaidah hukum dalam hal perundang-undangan yang


simpang siur penerapannya (kasus Prita). Agar suatu kaidah hukum
berfungsi maka bila kaidah itu berlaku secara yuridis, maka kemungkinan
besar kaidah tersebut merupakan kaidah mati (dode regel), kalau secara
sosiologis (teori kekuasaan), maka kaidah tersebut menjadi aturan pemaksa
(dwang maat regel). Jika berlaku secara filosofi, maka kemungkinannya
hanya hukum yang dicita-citakan yaitu ius constituendum. 4 Kaidah hukum
atau 3 M. Natsir, 2002: 9 4 Soerjono Soekanto, 1983. Penegakan Hukum
Atas Keadilan Dalam Pandangan Islam peraturan itu sendiri, apakah cukup

18
sistematis, cukup sinkron, secara kualitatif dan kuantitatif apakah sudah
cukup mengatur bidang kehidupan tertentu. Dalam hal penegakan hukum
mungkin sekali para petugas itu menghadapi masalah seperti sejauh mana
dia terikat oleh peraturan yang ada, sebatas mana petugas diperkenankan
memberi kebijaksanaan. Kemudian teladan macam apa yang diberikan
petugas kepada masyarakat. Selain selalu timbul masalah jika peraturannya
baik tetapi petugasnya malah kurang baik. Demikian pula jika peraturannya
buruk, maka kualitas petugas baik.
Fasilitas merupakan sarana dalam proses penegakan hukum. Jika
sarana tidak cukup memadai, maka penegakan hukum pun jauh dari
optimal. Mengenai warga negara atau warga masyarakat dalam hal ini
tentang derajat kepatuhan kepada peraturan. Indikator berfungsinya hukum
adalah kepatuhan warga. Jika derajat kepatuhan rendah, hal itu lebih
disebabkan oleh keteladanan dari petugas hukum.

B. Keadilan
Pengertian keadilan dapat ditinjau dari dua segi yakni keadilan hukum
dan keadilan sosial. Adapun keadilan mengandung asas kesamaan hukum
artinya setiap orang harus diperlakukan sama di hadapan hukum. Dengan
kata lain hukum harus diterapkan secara adil. Keadilan hukum ternyata
sangat erat kaitannya dengan implementasi hukum di tengah masyarakat.
Untuk mencapai penerapan dan pelaksanaan hukum secara adil diperlukan
kesadaran hukum bagi para penegak hukum.
Dengan demikian guna mencapai keadilan hukum itu, maka faktor
manusia sangat penting. Keadilan hukum sangat didambakan oleh siapa
saja termasuk penjahat (pembunuh, pemerkosa, dan koruptor). Jika dalam
suatu negara ada yang cenderung bertindak tidak adil secara hukum,
termasuk hakim, maka pemerintah harus bertindak mencegahnya.
Pemerintah harus menegakkan keadilan hukum, bukan malah berlaku zalim
terhadap rakyatnya. Keadilan sosial terdapat dalam kehidupan masyarakat,
terdapat saling tolong-menolong sesamanya dalam berbuat kebaikan.
Terdapat naluri saling ketergantungan satu dengan yang lain dalam
kehidupan sosial (interdependensi). Keadilan sosial itu diwujudkan dalam
bentuk upah yang seimbang, untuk mencegah diskriminasi ekonomi.
Keadilan sosial adalah persamaan kemanusiaan, suatu penyesuaian semua

19
nilai, nilai-nilai yang termasuk dalam pengertian keadilan. Kepemilikan atas
harta seharusnya M. Rais Ahmad 147 – Fakultas Agama Islam Universitas
Ibn Khaldun Bogor tidak bersifat mutlak. Perlu dilakukan pemerataan,
distribusi kekayaan anggota masyarakat. Bagaimana pemilik harta
seharusnya menggunakan hartanya. Penimbunan atau konsentrasi
kekayaan, sehingga tidak dimanfaatkan dalam sirkulasi dan distribusi akan
merugikan kepentingan umum. Sebaiknya harta kekayaan itu digunakan
sebaik mungkin dan memberikan manfaat bagi pemiliknya maupun bagi
masyarakat.

C. Hukum dan Keadilan Dalam Islam


Menurut M. Natsir (demokrasi dibawah hukum cet.III, 2002) adalah
suatu penegasan, ada undang-undang yang disebut Sunnatullah yang
nyatanyata berlaku dalam kehidupan manusia pada umumnya.
Perikehidupan manusia hanya dapat berkembang maju dalam berjama’ah
(Society).
Man is born as a social being. Hidup perorangan dan hidup
bermasyarakat berjalin, yang satu bergantung pada yang lain. Kita mahluk
sosial harus berhadapan dengan berbagai macam persoalan hidup, dari
persoalan rumah tangga, hidup bermasyarakat, berbangsa, bernegara,
berantara negara, berantar agama dan sebagainya, semuanya
problematika hidup duniawi yang bidangnya amat luas. Maka risalah
Muhammad Saw, meletakkan beberapa kaidah yang memberi ketentuan-
ketentuan pokok guna memecahkan persoalan-persoalan.
Kestabilan Hidup bermasyarakat memerlukan tegaknya keadilan lanjut
M. Natsir. Tiap-tiap sesuatu yang melukai rasa keadilan terhadap sebagian
masyarakat, maka bisa merusak kestabilan secara keseluruhan.
Menegakkan keadilan di tengah-tengah masyarakat dan bangsa diawali
dengan kedaulatan hukum yang ditegakkan. Semua anggota masyarakat
berkedudukan sama di hadapan hukum. Jadi di hadapan hukum semuanya
sama, mulai dari masyarakat yang paling lemah sampai pimpinan tertinggi
dalam Negara. “Dan janganlah rasa benci kamu kepada suatu golongan
menyebabkan kamu tidak berlaku adil. Berlaku adilah, karena itu lebih dekat

20
kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah karena sesungguhnya Allah
amat mengetahui apa yang kamu kerjakan”(QS.5:8). “Dengarlah dan
taatilah sekalipun andaikata yang menjalankan hukum atasmu seseorang
budak Habsyi yang kepalanya seperti kismis selama dijalankannya hukum
Allah Swt”. (H.R.Buchori dari Anas) Penegakan Hukum Atas Keadilan
Dalam Pandangan.
Tidak mungkin hukum dan keadilan dapat tegak berdiri keadilan dapat
tegak berdiri kokoh apabila konsep persamaan itu diabaikan. Implementasi
keadilan hukum di masyarakat dewasa ini banyak ditemui sandungan yang
menyolok atas pandangan lebih terhadap orang yang punya kedudukan
tinggi, yang punya kekayaan melimpah, sehingga rakyat banyak telah
menyimpan imej bertahun-tahun bahwa di negeri ini keadilan itu dapat
dibeli. Lebih jauh kesamaan itu dijabarkan Rachman di bukunya Political
Science and Government dalam Ramly Hutabarat di bukunya Hukum dan
Demokrasi (1999) yaitu, yakni:
1) Manusia secara alamiah dilahirkan sama (Natural Equality)
2) Setiap masyarakat memiliki kesamaan hak sipil
3) Semua warga negara memiliki hak yang sama mendapatkan
lapangan pekerjaan
4) Semua warga Negara sama kedudukannya dalam politik.
QS.4:135.”Wahai orang-orang yang beriman jadilah kamu orang
yang tegak menegakkan keadilan, menjadi saksi kebenaran karena
Allah, biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapakmu atau
kerabatmu”.

21
DAFTAR PUSTAKA

 Sudarsono, Filsafat Islam, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1997) hal. 33-38

 Nasution, Harun, Filsafat Agama, (Jakarta : Bulan Bintang, 1973) hal 27-45

 Suryana, Toto, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Tiga Mutiara, 1996), h. 67-


77.

 Daradjat, Zakiah, Dasar-dasar Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h.


55-152.

 Jusuf, Zaghlul, Dr, SH., Studi Islam, (Jakarta: Ikhwan, 1993), h. 26-37.

 Al-Ghazali, Muhammad Selalu Melibatkan Allah, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu


Semesta, 2001), h. 28-39.

 Attas, Syed Naquib al-. 1991. Islam dan Sekularisme, Bandung: Pustaka
Salman.

 Baiquni, Achmad (a). 1995. Al-Qur’an, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,


Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf.

 Rasjidi, Prof, Dr, H.M, Filsafat Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975) hal. 68

 Asy Syak’ah, Mustofa Muhammad,( 1994), Islam Tidak Bermazhab, Gema


Insani, Jakarta.

 Abbad, Sirajudin, (1987), I’tiqad Ahlusunnah Wal-Jama’ah, Pustaka Tarbiyyah,


Jakarta.

 Dasuki, Hafisz, (1993), Ensiklopedi Islam, Jilid.V cet. 1, Ichtiar Baru Van Hoeve,
Jakarta.

 Hamzah, Andi Penegakan Hukum Lingkungan, Sinar Grafika, 2005.

 Natsir,M Demokrasi dibawah Hukum, Media Dakwah, Jakarta Cet.III 2002.

 Hutabarat, Ramly Hukum dan Demokrasi menurut M.Natsir, Biro Riset DDII
Jakarta, 1999.

 Soekamto, Soeryono, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,


Radja Gravindo Persada, Jakarta 1993

22
 _________, penegakan Hukum, BPHN DEPKES, 1983 Natsir, Chaidar,
Republika Minggu, 7 Maret 2010

 Referensi: https://tafsirweb.com/37646-quran-surat-ali-imran-ayat-190-191.html
 Referensi: https://tafsirweb.com/2508-quran-surat-al-araf-ayat-54.html
 Referensi: https://tafsirweb.com/8668-quran-surat-az-zumar-ayat-6.html
 Referensi: https://tafsirweb.com/37027-quran-surat-al-mukminun-ayat-12-
14.html
 Referensi: https://tafsirweb.com/2249-quran-surat-al-anam-ayat-125.html
 Referensi: https://tafsirweb.com/11031-quran-surat-al-mulk-ayat-3.html
 Referensi: https://tafsirweb.com/5542-quran-surat-al-anbiya-ayat-30.html
 Referensi: https://tafsirweb.com/9252-quran-surat-az-zukhruf-ayat-56.html
 Referensi: https://tafsirweb.com/3116-quran-surat-at-taubah-ayat-100.html
 Referensi: https://www.bayan.id/quran/55-33/

23
LAMPIRAN

24

Anda mungkin juga menyukai