Mempengaruhi Penegakan
Hukum
1
Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum
DAFTAR ISI
1. Pengantar ...................................................................................................................3
2. Penegakan Hukum : inti dan artinya..........................................................................5
3. Undang-undang..........................................................................................................7
4. Penegak Hukum........................................................................................................11
5. Faktor Sarana atau Fasilitas......................................................................................19
6. Faktor Masyarakat....................................................................................................22
7. Faktor Kebudayaan..................................................................................................29
8. Penutup.....................................................................................................................33
Daftar Pustaka.......................................................................................................35
2
Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum
1 PENGANTAR
Norma atau kaidah tersebut, untuk selanjutnya mengatur diri pribadi manusia,
khususnya mengenai bidang-bidang kepercayaan dan kesusilaan. Norma atau kaidah
kepercayaan bertujuan agar manusia mempunyai kehidupan yang beriman, sedangkan
norma atau kaidah kesusilaan bertujuan agar mampu mempunyai hati nurani yang
bersih. Disamping itu, maka norma atau kaidah mengatur pula kehidupan antar pribadi
manusia, khususnya mengenai bidang –bidang kesopanan dan hukum. Norma atau
kaidah kesopanan bertujuan agar manusia mengalami kesenangan atau kenikmatan di dalam
pergaulan hidup bersama dengan orang – orang lain. Norma atau kaidah kesopanan bertujuan
agar tercapai kedamaian di dalam kehidupan bersama, di mana kedamaian berarti suatu
keserasian antara ketertiban dengan ketentraman, atau keserasian antara keterkaitan dengan
kebebasan. Itulah yang menjadi tujuan hukum, sehingga tugas hukum adalah tidak lain
daripada mencapai suatu keserasian antara kepastian hukum dengan kesebandingan hukum.
Kerangka berfikir tersebut di atas, akan dipergunakan sebagai titik pola untk
membicarakan masalah penegakan hukum, khususnya mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Pendekatan utama yang akan dipergunakan adalah pendekatan sosiologi
3
Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum
hukum, yang pada hakikatnya juga merupakan cabang ilmu hukum, khususnya ilmu hukum
kenyataan. Analisa terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum, akan
dilakukan pada berbagai kasus yang terjadi di Indonesia
4
Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum
2 PENEGAKAN HUKUM: INTI DAN ARTINYA
Secara konsepsional, maka inti dan arti penegakan hukum terletak pada kegiatan
menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaidah-kaidah yang
mantap dan mengejawantah dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap
akhir, untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan
hidup (Soerjono Soekanto 1979). Konsepsi yang mempunyai dasar filosofis tersebut,
memerlukan penjelasan lebih lanjut, sehingga akan tampak lebih konkrit.
5
Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum
kaidah hukum, akan tetapi mempunyai unsur penilaian pribadi (Wayne LaFavre 1964).
Dengan mengutip pendapat Roscoe Pound, maka LaFavre menyatakan, bahwa pada
hakikatnya diskresi berada diantara hukum dan moral (etika dalam arti sempit)
Atas dasar uraian tersebut diatas dapatlah dikatakan, bahwa gangguan terhadap
penegakan hukum mungkin terjadi, apabila ada ketidakserasian antara “tritunggal”
nilai,kaidah dan pola perilaku. Gangguan tersebut terjadi, apabila terjadi ketidakserasian
antara nilai-nilai yang berpasangan, yang menjelma di dalam kaidah-kaidah yang
bersimpang siur, dab pola perilaku tidak terarah yang mengganggu kedamaian
pergaulan hidup.
Oleh karena itu dapatlah dikatakan, bahwa penegakan hukum bukanlah semata-
mata berarti pelaKsanaan perundang-undangan, walaupun di dalam kenyataan di
Indonesia kecenderungannya adalah demikia, sehingga pengertian “law enforcement”
begitu populer. Selain dari itu, maka ada kecenderungan yang kuat untuk mengartikan
penegakan hukum sebagai pelaksanaan keputusan-keputusan hakim. Perlu dicatat,
bahwa pendapat-pendapat yang agak sempit tersebut mempunyai kelemahan-
kelemahan, apabila pelaksanaan daripada perundang-undangan atau keputusan-
keputusan hakim tersebut malahan mengganggu kedamaian didalam pergaulan hidup.
1. Faktor hukumnya sendiri, yang di dalam tulisan ini akan dibatasi pada Undang-
Undang saja.
2. Faktor penegak hukum yakni fihak-fihak yang membentuk maupun menerapkan
hukum.
3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakakan hukum.
4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimata hukum tersebut berlaku atau
diterapkan.
5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada
karsa menusia di dalam pergaulan hidup.
Kalima faktor tersebut di atas saling berkaitan dengan eratnya, oleh karena merupakan
esensi dari penegakan hukum.
6
Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum
3 UNDANG-UNDANG
Di dalam tulisan ini , maka yang diartikan dengan Undang-Undang dalam arti
materiel adalah ( Purnadi Puurbacaraka & Soerjono Soekanto 1979 ) peraturan tertulis
yang berlaku umumdan dibuat oleh Penguasa Pusat maupun daerah yang sdah,
Dengan demikian , maka Undang-Undang dalam materiel (selanjutnya disebut Undang-
Undang) mencakup :
1. Peraturan Pusat yang berlaku untuk semua warg negara atau suatu golongan
tertentusaja maupun yang berlaku umum di sebagian wilayah negara.
2. Peraturan setempat yang hanya berlaku di suatu tempat atau daerah saja.
7
Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum
5. Undang-Undang tidak dapat diganggu gugat.
8
Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum
Padahal di dalam Undang-Undang itu sendiri diperintahkan, agar beberapa hal diatur
secara khusus di dalam Peraturan Pemerintah, yang hingga dewasa ini belum juga ada.
Hal-hal tersebut mencakup hal-hal , sebgai berikut :
9
Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum
Undang Hukum Pidana), seringkali diterjemahkan dengan kata “barang”, Apakah
terjemahan tersebut sudah tepat, oleh karena tenaga listrik umpamanya, yagn tidak
tergolong “barang” termasuk pengertian “goed” tersebut.
10
Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum
4 PENEGAK HUKUM
11
Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum
Penggunaan perspekif peranan dianggap mempunyai keuntugan-keuntungan
tertentu, oleh karena :
12
Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum
2. Undang-Undang Nomor 15 tahun 1961 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Kejaksaan :
13
Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum
a. Peranan yang ideal :
Pasal 1 yang isinya adalah,sebagai berikut :
“Kekuasaan Kehakiman adalah kekuasaan Negara yang merdeka
untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan
keadilan berdasarkan Pancasila, demi terselenggaranya Negara
Hukum Republik Indonesia”.
b. Peranan yang seharsnya :
Pasal 2 ayat 1 yang isinya adalah,sebagai berikut :
“Penyelenggaraan Kekuasaan Kehakiman tercntum dalam pasal 1
diserakan kepada Badan-Badan Peradilan dan ditetapkan dengan
Undang-Undang, dengan tugas pokok untuk menerima, memeriksa
dan mengadili serta menyelesaikansetiap perkara yang diajukan
kepadanya”.
Setelah dengan panjang lebar mengetengahkan peranan yang ideal dan yang
seharusnya, maka menjadi pertanyaan, bagaimanakah perananyang sebenarnya atau
peranan yang aktual. Jelas
bahwa hal itu menyangkut perilaku nyata dari para pelaksana peranan, yakni para
penegak hukum yang di satu fihak menerapkan perundang-undangan, dan di lain fihak
melakukan diskresi di dalam keadaan-keadaan tertentu.
Di dalam membahas peranan yang sebenarnya atau peranan yang aktual, hanya
akan disajikan data singkat yang dapat dijadikan contoh. Contoh tersebut menyangkut
jangka waktu proses banding dan kasasi di dalam periode antara tahun 1974 samapi
dengan tahun 1978, yang mudah-mudahan dewasa ini sudah banyak mengalami
perbaikan atau penyempurnaan. Data tersebut berasal dari hasil penelitian yang
14
Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum
dilakukanoleh fakultas hukum Universitas Indonesia yang bekerjasama dengan
Kejaksaan Agung Republik Indonesia, pada tahun 1981 yang lalu.
Data dari kuantitatif di atas akan dapat dianalisa sampai seberapa jauh terdapat keserasian
(ataupun kesenjangan) antara peranan yang seharusnya dengan peranan aktual. Mengenai hal
ini, masih perlu diadakan penelitian-penilitian yang lebih luas dan lebih mendalam.
“1. Sabenere (logis), yaitu dapat membuktikan apa atau mana yang benar dan yang salah.
2. Semestine (ethis), yaitu bersikap tidak maton atau berpatokan dan tidak waton ialah
asal saja sehingga sembrono atau ngawur.
3. Sakepenake (estetis) yang harus diartikan : mencari yang enak tanpa menyebabkan
tidak enak pada pribadi lain.”
Hal-hal tersebut diatas hanya mungkin, apabila dilandaskan pada paling sedikit dua azas, yakni
(Purnadi Purbacaraka & Soerjono Soekanto 1983)
“1. Apa yang anda tidak ingin alami, janganlah menyebabkan orang lain
mengalaminya...
Memang di dalam kenyataannya sangat sukar untuk menerapkan hal-hal tersebut di atas, oleh
karena sedikit banyaknya, penegak hukum juga dipengaruhi oleh hal-hal lain, seperti misalnya,
“interest groups” dan juga “public opinion” yang mungkin mempunyai dampak negatif atau
positif (Steve Vago 1981).
Berbagai situasi mungkin dihadapi oleh para penegak hukum, di mana mereka harus
melakukan diskresi, dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut di atas. Situasi-situasi
tersebut adalah mungkain keadaan dimana harus diadakan penindakan atau pencegahan (yang
kemungkinan diikuti dengan penindakan, apabila pencegahan tidak berhasil). Di dalam kedua
situasi tersebut, inisiatif mungkin berasal dari penegak hukum itu sendiri, atau mungkin dari
warga masyarakat.hal-hal tersebut akan di jelaskan dibawah ini, sehingga memungkinkan
analisa yang lebih mendalam dengan mempergunakan konsep-konsep yang telah di jelaskan di
15
Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum
muka. Hal-hal tersebut dapat dinamakan “kasus-kasus diskresi”, sebagai berikut (James Q.
Wilson 1968 & Louis A. Radelet 1973) :
Di dalam kasus seperti ini, maka penegak hukum memprakarsai suatu aksi dimana
wewenang penuh ada padanya, walaupun prakarsa tersebut mungkin merupakan suatu
tanggapan terhadap suatu masalah yang oleh suatu masyarakat dianggap mengganggu. Dalam
situasi-situasi semacam ini, maka pengaruh yang kuat dari atasan mungkin kuat, oleh karena
tolak ukurnya adalah mencapai tujuan sebagaimana ditetapkan oleh pembentuk hukum, yang
biasanya terumuskan didalam bentuk yang tertulis. Peranan aktual dari penegak hukum
berorientasi pada tujuan semata-mata, yang tidak mustahil beralih ke orientasi terhadap alat
atau cara.
Di dalam keadaan semacam ini, kewenangan berdiskresi relatif besar, walaupun dapat
dikendalikan oleh atasan atau suatu instansi tertentu. Dengan demikian, kemungkinan
terjadinya kesenjangan antara peranan yang diharuskan dengan peranan aktual dapat dibatasi,
apabila ataan menghendakinya.
Di dalam kasus seperti ini, maka ada warga masyarakat yang terganggu,
sehingga melaporkan hal itu kepada penegak hukum. Dalam hal semacam ini, maka
penegak hukum mempunyai beberapa pilihan untuk melaksanakan peranan aktualnya.
Di dalam kasus seperti ini, maka warga masyarakat meminta bantuan penegak
hukum untuk mencegah terjadinya peristiwa yang mengganggu kedamaian.
Keleluasaan menerapkan diskresi dalam kasus semacam ini adalah relatif besar,
sehingga sukar sekali untuk mencegah kesenjangan antara peranan yang diharuskan
dengan peranan aktual.
16
Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum
mampu membawakan atau menjalankan peranan yang dapat diterima oleh mereka. Kecuali
dari itu, maka golongan panutan harus dapat memanfaatkan unsur-unsur pola tradisional
tertentu, sehingga menggairahkan partisipasi dari golongan sasaran atau masyarakat luas.
Golongan panutan juga harus dapat memilih waktu dan lingkungan yang tepat di dalam
memperkenalkan norma-norma atau kaidah kaidah hukum yang baru, serta memberikan
keteladanan yang baik.
Halangan-halangan yang mungkin dijumpai pada penerapan peran yang seharusnya dari
golongan panutan atau penegak hukum, mungkin berasal dari dirinya sendiri atau dari
lingkungan. Halangan-halangan yang memerlukan penanggulangan tersebut, adalah antara
lain :
3. Kegairahan yang sangat terbatas untuk memikirkan masa depan, sehingga sulit
sekali untuk membuat suatu proyeksi,
17
Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum
9. Menyadari dan menghormati hak, kewajiban maupun kehormatan diri sendiri
maupun fihak-fihak lain.
10. Berpegang teguh pada keputusan-keputusan yang diambil atas dasar penalaran
dan perhitungan yang mantap.
18
Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum
5 FAKTOR SARANA ATAU FASILITAS
Tanpa danya sarana atau fasilitas tertentu, maka tidak mungkn penegakan
hukum akan berlanjut dengan lancar. Sarana atau fasilitas tersebut, antara lain,
mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan trampil, organisasi yang baik,
pealatan yang memadai, keuangan yang cukup, dan seterusnya. Kalau hal-hal itu tidak
terpenuhi, maka mustahil penegakan hukum akan mencapai tujuannya. Agar masalah
tersebut dapat difahami dengan mudah, akan disajikan suatu contoh mengenai proses
peradilan.
Di dalam suatu lokakarya yang pernah diadakan di Kota Venesia pada tahun
1970, telah diidentifikasikan beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya hambatan
didalam proses penyesuaian perkara.
Faktor-aktor di atas menkup ruang lingkup yang sangat luas, akan tetapi
memang demikianlah halnya. Kalau hal tersebut diatas dihubungkan dengan tabel yang
disajikan dimuka, maka pembicaraan mungkin dapat dibatasi pada kurangnya tenaga
hakim(sehingga kasus terlampaui banyak). Untuk mengatasi masalah tersebut, lazimnya
diusulkan agar diadakan penambahan hakim ( halmana benar) dan sarana tertentu
( seperti misalnya komputer). Apakah usul-usul tersebut sudah lengkap? Mengapa hal
itu, Posner berpendapat, bahwa (Richard . Posner 1977).
19
Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum
“These suggestions ignore the role of pricing both in the cretion of court delay and in
the formation of effective methods of relieving it”
Dari penjelasan di atas nyata pula, bahwa sarana ekonomis ataupun biaya
daripada pelaksanaan sanksi-sanksi negative diperhitungkan, dengan berpegang pada
cara yang lebih efektif dan efisien, sehungga biaya dapat ditekan dalam program-
program pemberantasan kejahatan jangka panjang. Kepastian (“certainty”) di dalam
penanganan perkara maupun kecepatannya, mempunyai dampak yang lebih nyata,
apabila dibandingkan dengan peningkatan sanksi negative belaka. Kalau tingkat
kepastian dan kecep[atan penanganan perkara ditingkatkan, maka sanksi-sanksui
negative akan mempunyai efek menakuti yang lebih tinggi pula, sehingga akan dapat
mencegah peningkatan kejahatan maupun residifisme.
20
Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum
mempunyai peranan yang sangat penting bagi kepastian dan kecepatanpenanganan
perkara-perkara pidana.
21
Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum
6 FAKTOR MASYARAKAT
22
Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum
Warga masyarakat ratarata mempunyai pengharapan, agar polisi dengan serta
merta dapat menanggulangimasalah yang dihadapi tanpa memperhitungkan apakah
polisi tersebut baru saja menamatkan pendidikan kepolisian, atau merupakan polisi
yang sudah berpengalaman. Berpengharapan tersebut tertuju kepada polisi yang
mempunyai pangkat terendah sampai dengan pangkat tertinggi. Orang-orang yang
berhadapan dengan polisi, tidak “sempat”memikirkan taraf pendidikan yang pernah
dialami oleh polisi dengan pangkat terendah, misalnya.
Kalau seorang anggota Angkatan Perang harus senantiasa siap tempur dan
memelihara kemampuan tersebut dengan sebaik-baiknya, maka anggota polisi harus
selalu siap menghadapi masalah-masalah kemasyarakatan yang merupakan gangguan
terhadap kedamaian. Masalah-masalah tersebut tidak hanya terbatas pada kejahatan dan
pelanggaran belaka, mungkin dia harus menolong orang yang sudah tua untuk
menyeberang jalan raya yang padat dengan kendaraan bermotor, atau dia harus melerai
suami-isteri yang sedang bertengkar, atau dia harus menolong orang yang terluka di
dalam kasus tabrak-lari, dan lain sebagainya. Alangkah banyaknya tugas polisi, akan
tetapi warga masyarakat memang mempunyai harapan demikian. Warga masyarakat
menghendaki polisi-polisi yang senantiasa “siap pakai” untuk melindungi warga
masyarakat terhadap aneka macam gangguan.
23
Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum
sehingga dapat dijadikan keteladanan. Akan tetapi timbul masalah dengan mereka yang
pura-pura mentaati hukum, oleh karena mencari peluang di mana penegak hokum
berada dalam keadaan kurang siaga. Masalah lainnya adalah, bagaimana menangani
mereka yang tidak mengacuhkan hokum, ataupun yangsecara terang-terangan
melanggarnya.
Tidak setiap kegiatan atau usaha yang bertujuan supaya warga masyarakat
mentaati hokum, menghasilkan kepatuhan tersebut. Ada kemungkinan bahwa kegiatan
atau usaha tersebut malahan menghasilkan sikap tindak yang bertentangan dengan
tujuannya. Misalnya, kalau ketaatan terhadap hokum dilakukan dengan hanya
mengetengahkan sanksi-sanksi negatif yang berwujud hukuman apabila hukum
dilanggar, maka mungkin warga masyarakat malahan hanya taat pada saat ada petugas
saja. Hal ini bukanlah berarti bahwa cara demikian (yakni yang “coercive”) selalu
menghasilkan ketaatan yang semu. Maksutnya adalah bahwa apabila cara demikian
selalu ditempuh, maka hukum dan penegak hukum dianggap sebagai sesuatu yang
menakutkan. Cara-cara lain dapat diterapkan, misalnya, cara yang lunak (atau
“persuasion”) yang bertujuan agar warga masyarakat secara mantap mengetahui dan
memahami hukum, sehingga ada persesuaian dengan nilai-nilai yang dianut oleh warga
masyarakat. Kadang-kadang dapat diterapkan cara mengadakan penerangan dan
penyuluhan yang dilakukan berulang kali, sehingga menimbulkan suatu penghargaan
tertentu terhadap hukum (cara ini lazimnya dikenal dengan sebutan “pervasion”). Cara
lainnya yang agaknya menyudutkan warga masyarakat tidak mempunyai pilihan lain,
kecuali mematuhi hukum. Memang, dengan mempergunakan cara ini, tercipta suatu
situasi di mana warga masyarakat agak terpaksa melakukan atau tidak melakukan
sesuatu.
Dari sudut sistem social dan budaya, Indonesia meupakan suatu masyarakat
majemuk (“plural society”), dengan sekian banyaknya golongan etnik dengan
kebudayaan-kebudayaan khususnya. Di samping itu, maka bagian terbesar penduduk
Indonesia tinggal di wilayah pedesaan yang berbeda ciri-cirinya dengan wilayah
perkotaan. Masalah-masalah yang timbul di wilayah pedesaan mungkin harus lebih
banyak ditangani dengan cara-cara tradisional, di wilayah perkotaan juga tidak semua
masalah dapat diselesaikan tanpa mempergunakan cara-cara yang tradisional. Kalau
demikian halnya, bagaimanakah cara untuk mengenal lingkungan (social) dengan
sebaik-baiknya?
24
Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum
Pertama seorang penegak hukum harus mengenal stratifikasi sosial atau
pelapisan masyarakat yang ada di lingkungan terebut, beserta tatanan status/kedudukan
dan peranan yang ada. Setiap stratifikasi sosial pasti ada dasar-dasarnya, seperti
misalnya, kekuasaan, kekayaan materiel, kehormatan, pendidikan, dan lain sebagainya.
Dari pengetahuan dan pemahaman terhadap stratifikasi sosial tersebut, akan dapat
diketahui lambang-lambang kedudukan yang berlaku dengan segala macam gaya
pergaulannya. Di samping itu akan dapat diketahui factor-faktor yang mempengaruhi
kekuasaan dan wewenang, beserta penerapannya di dalam kenyataan. Hal itu semua
akan dapat diketahui melalui wawancara dengan berbagai tokoh atau warga masyarakat
biasa, maupun dengan jalan mengadakan pengamatan-pengamatan terlibat maupun
tidak terlibat.
Hal lain yang perlu diketahui dan dipahami adalah perihal lembaga-lembaga
sosial yang hidup, serta yang sangat dihargai oleh bagian terbesar warga-warga
masyarakat setempat. Lembaga-lembaga sosial tersebut adalah, misalnya, lembaga
pemerintahan, lembaga pendidikan, lembaga penegakan hukum, dan seterusnya. Secara
teoretis lembaga-lembaga sosial tersebut mempunyai hubungan fungsional, sehingga
mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap stabilitas maupun perubahan-
perubahan sosial-budaya yang akan atau sedang terjadi.
Tipe Masyarakat
Madya Modern
No. Kondisi Penggunaan Kekerasan
KORES KODAK VII/
(1054) Metro Jaya
1 Masyarakat yang melawan perintah polisi 12% 27%
2 Melindungi jiwa dan harta benda orang 34% 82%
25
Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum
lain
3 Pembelaan terpaksa 2% 18%
4 Mengatasi keadaan darurat 8% 47%
5 Menghadapi penjahat 11% 36%
Masyarakat yang menyinggung harga diri
6 17% 21%
petugas
Karena emosi petugas yang tidak tertahan
7 2% 8%
lagi
Terhadap table tersebut di atas, Satjipto Rahardjo memberikan ulasan, sebagai berikut
(Satjipto Rahardjo 1982) :
“Seorang polisi akan mengalami, bahwa penggunaan kekerasan itu merupakan suatu sarana
untuk melakukan persuasi. Dari pengalaman ini, yaitu menggunakan kekerasan
untukmenjalankan tugas-tugasnya sebagaimana dikehendaki oleh hukum, polisi
mengembangkan suatu pertanggung jawaban . . . . terhadap penggunaan kekerasan itu. Dari
perkembangan yang demikian itu tampaknya dengan tidak begitu sulit keadaan menggelincir ke
arah penggunaan kekerasan secara di luar hukum. Juga penggunaan kekerasan yang demikian ini
ditafsirkan sebagai saranayang bersifat fungsional bagi tugas-tugas kepolisian. . .”
Kiranya hal terakhir tersebut di atas yang harus dapat dicegah, oleh karena akan
dapat memberikan gambaran yang keliru mengenai hukum yang diidentikkan dengan
petugas hukum atau penegak hukum. Memang, di sinilah letak masalahnya yang
menyangkut faktor masyarakat di dalam kaitannya dengan penegakan hukum.
Anggapan dari masyarakat bahwa hukum adalah identik dengan penegak hukum (atau
sebaliknya) mengakibatkan bahwa harapan-harapan yang tertuju pada peranan aktual
penegak hukum terlampau banyak, sehingga mungkin mengakibatkan terjadinya
kebingungan pada diri penegak hukum oleh karena terjadi berbagai konflikdalam
dirinya. Akan tetapi di lain fihak, keadaan ini keadaan ini juga dapat memberikan
26
Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum
pengaruh yang baik, yakni bahwa penegak hukum akan merasa bahwa perilakunya
senantiasa mendapat perhatian dari warga masyarakat.
27
Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum
3. Tidak berdaya untuk memanfaatkan upaya-upaya hukum karena faktor-faktor
keuangan, psikis, sosial atau politik,
4. Tidak mempunyai pengalaman menjadi anggota organisasi yang
memperjuangkan kepentingan-kepentingannya,
5. Mempunyai pengalaman-pengalaman kurang baik di dalam proses interaksi
dengan berbagai unsur kalangan hukum formal.
Sebagai salah satu akibat negatif dan pandangan atau anggapan bahwa hukum
adalah hukum positif tertulis belaka adalah, adanya kecenderungan yang kuat sekali
bahwa satu-satunya tugas hukum adalah adanya kepastian hukum. Dengan adanya
kecenderungan untuk lebih menekankan pada kepastian hukum belaka, maka akan
muncul anggapan yang kuat sekali bahwa satu-satunya tujuan hukum adalah ketertiban.
Lebih mementingkan ketertiban berarti lebih menekankan pada kepentingan umum,
sehingga timbul gagasan-gagasan yang kuat bahwa semua bidang kehidupan akan dapat
diatur dengan hukum tertulis. Kecenderungan-kecenderungan yang legistis tersebut
pada akhirnya akan menemukan kepuasan pada lahirnya perundang-undangan yang
belum tentu berlaku secara sosiologis. Di lain fihak kecenderungan-kecenderungan
zaman Hindia-Belanda, secara yuridis telah berlaku.
28
Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum
7 FAKTOR KEBUDAYAAN
Pasangan nilai yang berperanan dalam hukum, adalah sebagai berikut (Purnadi
Purbacaraka & Soejono Soekanto 1983)
29
Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum
8. Conformiteit (ketaatan);
9. Afwezigheid van conflict (tanpa perselisihan);
10.Uniformiteit (keseragaman);
11.Gemeenschappelijkheid (kebersamaan);
12. Relegmaat (ajeg);
13. Bevel (suruhan);
14. Volgorde (keberurutan);
15. Uiterlijke stijl (corak lahiriah);
16. Rangschikking (tersusun);
Keadaan tidak tentram atau tidak bebas akan terjadi, apabila (Purnadi Purbacaraka
dan Soerjono Soekanto 1983) :
A. …ada hambatan dari pihak lain(dipaksa),
B. …tidak ada pilihan lain (terpaksa- tanpa kesalahan… pihak lain),
C. …karena keadaan diri sendiri(takut, merasa tidak pada tempatnya)
Secara psikologis keadaan tentram ada, bila seorang tidak merasa khawatir, tidak
merasa diancam dari luar, dan tidak terjadi konflik batiniah. Pasangan nili-nilai tersebut
diatas yaitu ketertiban dan ketentraman, sebenarnya sejajar dengan nilai kepentingan
umum dan kepentingan pribadi. Didalam bidang tata hukum, maka bidang hukum
publik (seperti misalnya hukum tata Negara, hukum administrasi Negara, dan hukum
pidana) harus mengutmakan nilai ketertiban dan dengan sendirinya nilai kepentingan
umum. Akan tetapi didalam bidang hukum perdata (misalnya hukum pribadi, hokum
harta kekayaan, hokum keluarga dan hukum waris), maka nilai ketentraman lebih
diutamakan. Hal ini bukanlah berarti bahwa didalam hokum public nilai ketentraman
boleh diabaikan, sedangkan didalam hokum perdata nilai ketertiban yang sama sekali
tidak diperhatikan. Pasangan nilai ketertiban dan nilai ketentraman, merupakan
pasangan nilai yang bersifat universal; mungkin keserasiannya berbeda menurut
keadaan masing-masing kebudayaan, dimana pasangan nilai tadi diterapkan.
Di Indonesia nilai-nilai yang menjadi dasar hokum adat, adalah antara lain, sebagai
berikut (Moh. Koesnoe 1969):
1. Individu adalah bagian dari masyarakat yang mempunayi fungsi masing-masing
demi untuk melangsungkan dan kelangsungan dari pada masyarakat (sebagai
lingkungan kesatuan)
2. Setiap individu didalam lingkungan kesatuan itu, bergerak berusaha sebagai
pengabdian kepada keseluruhan kesatuan,
3. Dalam pandangan adat yang demikian mengenai kepentinagn-kepentingan
individu itu, maka sukarlah dapatnya dikemukakan adanya suatu keperluan
yang mendesak untuk menertipkan segala kepentingan- kepentinagn para
individu-individu itu. Bagi adat, ketertiban itu telah ada dalam semesta, didalam
cosmos. Ketertiban itu adalah berubah hubungan yang harmonis antara
segalanya ini. Gerak dan usaha memenuhi kepentingan individu, adalah gerak
dan usha yang ditempatkan didalam garis ketertiban cosmis tersebut.bagi setiap
orang, maka garis ketertiban cosmis itu dijalani dengan serta merta. Bialamana
tidak dijalankan pada itu, garis yang dijelmakan di dalam adat, maka baik
jalanya masyarakatnya, maupun jalan kehidupan orang yang bersngkutan akan
menderita karena berada di luar garis tertib cosmis tersebut, yaitu, adat.
30
Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum
4. Dalam pandangan adat, tidak ada pandangan bahwa ketentuan adat itu harus
disertai dengan syarat yang menjamin berlakunya dengan jalan mempergunakan
paksaan. Apa yang disbut sebagai salah kaprah, yaitu dengan sebutan hokum
adat, tidaklah merupakan hukuman. Akan tetapi itu adalah suatu upaya adat,
untuk mengembalikan langkah yang berada di luar garis tertib cosmis itu, demi
untuk tidak terganggu ketertiban cosmis. Upaya adat dari lahirnya adalah
terlihat sebagai adanya penggunaan kekuasaan melaksanakan ketentuan yang
tercantum didalam pedoman hidup yang disebut adat. Tetapi dalam intinya itu
adalah lain, itu bukan pemaksaan dengan menggunakan alat paksa.itu bukan
bekerjanya suatu sanctie. Itu adalah upaya membawa kembalinya keseimbangan
yang terganggu, dan bukan suatu “hukuman”, buakn suatu “leed” yang
diperhitungkan bekerjanya bagi individu yang bersangkutan”.
Hal-hal yang telah dijelaskan oleh Moh. Koesnoe secara panjang lebar di atas,
merupakan kebudayaan Indonesia yang mendasari hokum adat yang berlaku. Hukum
adat tersebut merupakan hokum kebiasaan yang berlaku di kalangan rakyat terbanyak.
Akan tetapi di samping itu berlaku pula hokum tertulis (perundang-undangan) yang
timbul dari golongan tertentu dalam masyarakat yang mempunyai kekuasaan dan
wewenang yang resmi. Hukum perundang-undangan tersebut harus dapat
mencerminkan nilai-nilai yang menjadi dasar hokum adat agar supaya hokum
perundang-undangan tersebut dapat berlaku secara efektif.
Pasangan nilai-nilai kebendaan dan keahlakan, juga merupakan nilai yang bersifat
universal. Akan tetapi di dalam kenyataan pada masing-masing masyarakat timbul
perbedaan-perbedaab karena pelbagai macam pengaruh. Pengaruh dari kegiatan-
kegiatan modernisasi di bidang material, misalnya, sehingga akan timbul pula suatu
keadaan yang tidak serasi. Penempatan nilai kebendaan pada posisi yang lebih tinggi
dan lebih penting, akan mengakibatkan bahwa pelbagai aspek proses pelembagaan
hokum dalam masyarakat, adanya sanksi-sanksi negative lebih dipentingkan daripada
kesadaran untuk mematuhi hokum. Artinya, berat-ringannya ancaman hukuman
terhadap pelanggaran menjadi tolak ukur kewibawaan hokum ; kepatuhan hokum
kemudian juga disandarkan pada “cost and benefit”.
31
Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum
Pasangan nilai konservatisme dan nilai inovatisme, senantiasa berperan di dalam
perkembangan hokum, oleh karena itu satu fihak ada yang menyatakan bahwa hokum
hanya mengikuti perubahan yang terjadi dan bertujuan untuk mempertahan “Status-
Quo”. Di lain fihak ada anggapan-anggapan yang kuat pula, bahwa hokum juga dapat
berfungsi sebagai sara untuk mengadakan perubahan dan menciptakan hal-hal yang
baru. Keserasian antara dua nilai tersebut akan menempatkan hokum pada kedudukan
dan peranan yang semestinya.
32
Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum
8 PENUTUP
Dari ulasan ulasan yang telah diketengahkan dimuka, maka kelima faktor yang telah
disebutkan, mempunyai pengaruh terhadap penegakan hukum mungkin pengaruhnya
adalah positif dan mungkin juga negatif. Akan tetapi, diantara semua faktor tersebut,
maka faktor penegak hukum menempati titik central. Hal itu disebabkan oleh karena
undangundang disususn oleh penegak hukum, penerapapnnya dilaksanakan oleh
penegak hukum dan penegak hukum dianggap sebagai golongan panutan hukum oleh
masyarakat luas.
Penegak hukum didalam proses penegakan hukum seharusnya dapat menerapkan dua
pola yang merupakan pasangan, yakni pola isolasi dan pola integrasi. Pola-pola
tersebut merupakan titik-titik ekstrem, sehingga penegak hukum bergerak antara
kedua titik ekstrem tersebut. Artinya, kedua pola tersebut memberikan batas-batas
sampai sejauh mana kontribusi penegak hukum bagi kesejahteraan masyarakat.
33
Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum
Namun dibalik itu semua, didalam konteks sosial tertentu, pola isolasi mempunyai
keuntungan-keuntungan tertentu, yakni antara lain, sebagai berikut :
1. Hubungan yang formal dalam interaksi sosial dapat merupakan faktor yang
mantap bagi penegak hukum untuk menegakkan hukum.
2. Apabila penegak hukum meupakan pelopor perubahan hukum maka
kedudukan yang lebih dekat pada pola isolasi akan memeberikan kemungkinan
yang lebih besar untuk melaksanakan fungsi tersebut.
3. Adanya kemungkinan bahwa tugas-tugas penegak hukum secara paralel
berlangsung bersamaan dengan perasaan anti penegak hukum namun dalam
keadaan damai, oleh karena ( Robert K.merton 1967 ) :
“ ... mechanism of insulating roel-activities from observability by members of
the role-set may contribute to social stability by allowing those in the same
role-set who are differently located in the social structure to play their
individual roles without ofert conflic “
4. Memungkinkan berkembangnya profesinalisasi bagi para penegak hukum.
34
Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum
Daftar pustaka
Purnadi Purbacaraka dan soerjono soekanto. Renungan tentang filsafat hukum. Jakarta
: C.V. rajawali.
Soejono soekanto. “penegakan hukum dan kesadaran hukum”. Makalah pada seminar
hukum nasional ke IV, Jakarta.
35
Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum