Anda di halaman 1dari 4

SISTEM PELAKSANAAN HUKUMAN PENJARA

Dalam hukum pidana, dikenal 5 (lima) sistem pelaksanaan hukuman penjara, yaitu :

1. Sistem Pensylvania
Dalam sistem ini orang yang dijatuhi hukuman penjara, menjalani hukuman secara
terasing dalam sel. Terhukum tidak boleh berkontak dengan orang lain kecuali dengan
penjaga sel. Selain itu, terhukum menjalankan hukumannya di dalam sel yang sempit
seorang diri. Dalam sistem Pennsylvanis ini nampak lebih menitik beratkan segi keamanan
dan disiplin semata-mata dan tidak memperhatikan segi-segi kemanusiaan dari pada
orang-orang yang diberi hukuman tersebut. Tujuan dari sistem pemidanaan ini yaitu agar
terhukum tidak terkontaminasi atau terpengaruh oleh terhukum lainnya.

2. Sistem Auburn
Dalam sistem Auburn, terpidana dilakukan secara lebih manusiawi, karena telah
diperkenankannya untuk melakukan pekerjaan kerajinan. Namun pekerjaan ini hanya
dapat dilakukan pada siang hari dan ketika malam hari terpidana dipisahkan satu sama
lain. Sistem ini dapat disebut sistem campuran, karena tetap mengasingkan terpidana pada
waktu malam hari, sementara pada waktu siang hari mereka diberi pekerjaan dengan
catatan tidak boleh bercakap-cakap selain daripada membicarakan pekerjaan. Sistem ini
dapat juga disebut dengan silent system.
Sistem ini memperlihatkan watak dari proses hukuman penjara yaitu:
a. Tujuan pidana adalah pembalasan yang dilakukan oleh petugas kepada narapidana
agar menjadi jera.
b. Narapidana dianggap sebagai objek perlakuan oleh petugas penjara.
c. Kepada narapidana yang melanggar tata tertib penjara wajib dikenakan pada badan.
d. Cara-cara pelaksanaannya tidak layak dan tidak berprikemanusian.

3. Sistem Irlandia
Karena kedua sistem diatas dianggap buruk karena minimnya bantuan pemerintah, lemahnya
kepemimpinan kepala penjara, penghuni penjara yang melebihi daya tamping, tingkat
pendidikan pegawai yang rata-rata rendah, serta pengaruh stabilitas pemerintah, munculah
kemudian sistem Irlandia yang dikemukakan oleh Maconohie. Sistem ini termasuk sistem yang
progresif. Dalam sistem Irlandia, mula-mula hukuman yang dijalankan oleh terhukum
diberikan secara keras dan berat, namun setelah terhukum berlaku baik hukumannya
berangsur-angsur dikurangi. Tingkatan pelaksanaan hukuman tersebut yaitu:
 Tingkat Probation
Dalam tingkatan ini terhukum diasingkan di sel pada siang dan malam hari selama
waktu tergantung pada kelakuan terhukum.
 Tingkat Public Work Preson.
Ditingkat ini terhukum dipindahkan ketempat lain dan diwajibkan bekerja
bersama-sama dengan yang lain. Pada tingkatan ini juga terdapat kelas-kelas yang
dimulai dari kelas terendah dan berangsur-angsur naik setelah mendapatkan
sertifikat.
 Tingkat Ticket Of Live (Tiket Meninggalkan Penjara)
Terhukum dibebaskan dengan perjanjian, dan diberi tiket. Yaitu suatu tiket yang
menerangkan bahwa ia boleh meninggalkan penjara dengan perjanjian.

Berdasarkan gagasan Marconohie, ditetapkan lima pedoman pokok mengenai perlakuan


terhadap narapidana, yakni :

a. Pidana hanya tidak bersifat sementara, tetapi yang lebih penting adalah usaha
untuk mengubah sikap dan tingkah laku yang salah.
b. Kualitas pekerjaan disesuaikan dengan kesalahan yang dilakukan.
c. Narapidana harus menghitung sendiri prestasinya yang telah diperoleh bedasarkan
aturan yang telah ditentukan oleh petugas.
d. Diadakaan pemisahan terhadap narapidana yang disiplin dengan yang tidak.
e. Selama di dalam penjara, narapidana harus memperoleh segala sesuatu yang
seharusnya diterimanya.

4. Sistem Elmira dan Borstal


Sistem penjara Elmira ini sangat dipengaruhi oleh sistem Irlandia. Namun sistem Elmira
ini titik beratnya lebih besar pada usaha memperbaiki terpidana. Sistem pelaksanaan
hukuman penjara ini dikenal dengan istilah Reformatory, dan didirikan bagi terhukum
yang berumur dibawah 30 tahun. Maksud dari sistem ini yaitu sebagai tempat
memperbaiki terhukum agar menjadi anggota masyarakat yang berguna. Dalam sistem ini
hukuman dilalui dengan beberapa tingkatan. Titik beratnya pada usaha perbaikan
terhukum. Kepada terhukum diberikan pendidikan dan pekerjaan yang bermanfaat
sedangkan lamanya hukuman tidak ditetapkan hakim, jadi ditentukan tergantung kelakuan
terhukum dalam penjara. Sedangkan pada sistem Borstal hakim tetap menentukan lamanya
pidana. Namundalam masa menjalani pidana Menteri kehakiman berwenang untuk
melepaskan terpidana dengan bersyarat setelah terpidana menjalani pidananya sedikitnya
6 bulan.

5. Sistem Osborne
Sistem ini disebut Osborne karena ditemukan oleh Thomas Moot Asborne, seorang
administrator penjara Amerika, reformator penjara, industrialis dan reformator politik
Negara Bagian New York. Sistem Osborne ini memakai dasar self government, yang mana
mengandung makna sistem pelaksanaan hukuman penjara dilaksanakan atas, bagi dan dari
para terhukum dalam penjara.
Di Indonesia, sebelum tahun 1964 belum mempunyai konsep-konsep sendiri tentang
perlakuan terhadap narapidana. Maksudnya perlakuan terhadap narapidana masih sepenuhnya
berdasarkan sistem kepenjaraan produk kolonial. Sehubungan dengan hal itu, G. Suryanto
menyatakan bahwa :

“Ditinjau dari azasnya, sistem Kepenjaraan berinduk pada KUHpidana yang merupakan
terjemahan dari WvS tahun 1915 yang dibuat oleh pemerintah Belanda. Karena pandangannya
yang masih diliputi oleh fikiran-fikiran teori pembalasan yang berarti masih berpandangan
individualistis/liberalistis. Dengan demikian jelaslah bahwa sistem Kepenjaraan sebagai
pelaksanaan pasal 29 WvS tahun 1915 yang dijabarkan dalam Gestichten Reglement juga
berpandangan individualistis/liberalistis yang dimaksukkan ke Indonesia.”

Dari uraian tersebut di atas terlihat sistem kepenjaraan mmeusatkan gerak usahanya kepada
individu narapidana yang bertujuan bahwa bekas narapidana tidak akan melanggar hukum lagi
yang mana merupakan tujuan maksimalnya. Oleh karena itu, terhadap mereka yang terbukti
melakukan tindak pidana dan kemudian oleh pengadilan dijatuhi hukuman, maka orang yang
dijatuhi hukuman itu kemudian dikirim ke penjara untuk melaksanakan hukuman sampai habis
masa pidananya. Sejak itu pula sistem kepenjaraan mulai memainkan peranananya, yaitu
perlakuan terhadap narapidana dan anak didik yang berada di bawah spektrum pencegahan
kejahatan khususnya pencegahan kejahatan dengan melalui jalur ajaran yang menganggap tujuan
pidana sebagai pembalasan.
SISTEM PELAKSANAAN HUKUMAN PENJARA

NI PUTU WINNY ARISANTI


1704551204
PENOLOGI
KELAS A (REGULER PAGI)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2019

Anda mungkin juga menyukai