Dosen Pengampu :
Dr. Sapto Hermawan, S.H., M.H.
NIP 198009092005011001
Disusun Oleh :
Dody Setyawan
NIM E0020153
1
Critical Legal Studies
2
pemikiran Frankfurt School (Mazhab Frankfurt) yang mulai eksis kehadirannya
pada tahun 1923. Critical theory yang dibangun oleh Frankfurt School pada
awalnya dilatarbelakangi oleh tradisi pemikiran kritis yang dibangun Karl Marx,
yang kemudian dikembangkan lagi oleh penganutnya yang disebut kelompok
pemikir Neo-Marxian. Frankfurt School mencoba mengkritik ilmu pengetahuan
ataupun teori-teori yang hanya bertujuan untuk memperkuat kedudukan penguasa.
Kritik mereka juga ditujukan kepada kekuasaan dan cara hidup konsumtif dalam
negara-negara kapitalis.
3
ataupun militer. Oleh karena itulah, maka dalam memahami masalah hukum juga
harus selalu dilihat dari konteks power relations.
Untuk mengkritisi doktrin hukum yang telah terbentuk, aliran critical legal
studies menggunakan metode trashing, deconstruction dan genealogy. Trashing
adalah teknik untuk mematahkan atau menolak pemikiran hukum yang telah
terbentuk. Teknik ini dilakukan untuk menunjukkan kontradiksi dan kesimpulan
yang bersifat sepihak berdasarkan asumsi yang meragukan. Deconstruction adalah
membongkar pemikiran hukum yang telah terbentuk yang telah terbentuk. Dengan
melakukan pembongkaran maka dapat dilakukan rekonstruksi pemikiran hukum.
Genealogy adalah penggunaan sejarah dalam menyampaikan argumentasi.
Genealogy digunakan karena interpretasi sejarah kerap didominasi oleh mereka
yang memiliki kekuatan. Interpretasi sejarah ini yang kemudian digunakan untuk
memperkuat suatu konstruksi hukum.
4
serta lebih menekankan pada teori yang memiliki daya pengaruh terhadap
transformasi sosial yang praktis.
2. Melibatkan nilai- nilai masyarakat atau nilai- nilai yang bersifat komunal
seperti ideologi, dan bukan nilai personal.
5
Keenam pola dasar pemikiran critical legal studies berangkat dari tujuh
tesis utama yang mereka pegang dan yakini, yaitu :
6
4. Penolakan terhadap formalisme. Critical legal studies memahami legal
formalisme sebagai aliran yang meyakini bahwa hukum adalah sistem yang
bekerja secara deduktif. Penegak hukum akan mengidentifikasi prinsip-prinsip
dan prosedur hukum yang relevan kemudian menerapkannya pada kasus
konkret secara deduktif tanpa mempertimbangkan faktor non hukum, seperti
sosial, ekonomi, atau nilai- nilai masyarakat. Jadi hukum diposisikan sebagai
sesuatu yang netral dan bebas nilai.
7
DAFTAR PUSTAKA
Nadir. 2019. “Filsafat Hukum dan Dekontruksi Critical Legal Studies: Sebuah
Paradigma Pembaruan Hukum dalam Menggugat Eksistensi Dominasi
Asumsi Kemapanan Hukum”. Jurnal YUSTITIA Vol. 20 No. 2 Desember
2019 (hlm. 159-162).
Rasjidi, Lili dan Liza Sonia Rasjidi. 2016. Dasar-Dasar Filsafat dan Teori
Hukum. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.