PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori merupakan sebuah keberadaan yang sangat penting dalam dunia hukum,
karena hal tersebut merupakan konsep dasar yang dapat menjawab suatu masalah.
memahami suatu masalah dalam setiap bidang ilmu pengetahuan hukum. Penting
Sebelum tahun 1800 sebagian besar hukum adalah kebiasaan. Di muka hukum
kebiasaan itu beraneka ragam dan kurang menjamin kepastian hukum. Keadaan
1. Kartini Kartono menjelaskan bahwa teori adalah satu prinsip umum yang
konsep, definisi, dan proposisi yang saling berkaitan dan bertujuan untuk
1
3. M. Solly Lubis mengemukakan bahwa teori adalah pengetahuan ilmiah
keilmuan.
Teori menurut para pakar diatas berasal dari cabang-cabang ilmu lain,
tergantung dari sudut mana memandang substansi teori tersebut, begitu pula
dengan ilmu hukum yang luas sehingga terdapat banyak aliran teori atau mahzab
mengikuti kebutuhan dan nilai-nilai yang hidup dalam manusia sehingga teori
dapat dikatakan sebagai kajian fundamental dalam sebuah karya tulis. Makalah ini
mencoba mengulas berbagai macam teori-teori hukum yang ada serta mahzab-
B. Rumusan masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
manusia yang lain. Ajaran ini adalah salah satu gambaran bahwa manusia
sepenuhnya terhindar dari permasalahan. Homo Homini Lupus, adalah istilah dari
sebagai serigala bagi manusia yang lainnya. Manusia dapat menyelesaikan atau
selalu berkembang semakin rumit. Dalam keadaan yang demikian itu dibutuhkan
Sejak dulu hingga saat ini, masyarakat dihadapkan pada berbagai teori tentang
hukum yang lahir pada setiap babak perjalanan sejarah hukum, Pada umumnya
suatu teori hukum tidaklah dapat dilepaskan dari lingkungan zamannya. Setiap
teori hukum ada masa gemilang dan ada masa merosot. Masa gemilang dicapai
3
ketika sesuai dengan zaman dan jika kadar unsur-unsur kekuatan (strength points)
dari teori tersebut jauh melebihi kadar unsur kelemahannya (weak points). Di lain
sisi, pada saat kadar weak points meningkat, saat itulah teori tersebut mulai
ditinggalkan.
Teori hukum adalah ilmu pengetahuan mengenai hukum yang berlaku, bukan
dan putusan-putusan hukum, dan sistem tersebut untuk sebagian yang penting
dipositifkan.
kepada landasan filosofinya yang tertinggi. Teori hukum sebagai teori tentang
Teori hukum adalah formal, suatu teori tentang cara menata, mengubah isi dengan
cara yang khusus. Teori hukum dipelajari sudah sejak zaman dahulu, para ahli
hukum sampai kepada akar-akar filsafatnya. Sebelum abad kesembilan belas, teori
hukum merupakan produk sampingan yang terpenting dari filsafat agama, etika
atau politik. Para ahli fikir hukum terbesar pada awalnya adalah ahli-ahli filsafat,
Perubahan terpenting filsafat hukum dari para pakar filsafat atau ahli politik
ke filsafat hukum dari para ahli hukum, barulah terjadi pada akhir-akhir ini. Yaitu
4
setelah adanya perkembangan yang hebat dalam penelitian, studi teknik dan
penelitian hukum. Teori-teori hukum pada zaman dahulu dilandasi oleh teori
filsafat dan politik umum. Sedangkan teori-teori hukum modern dibahas dalam
bahasa dan sistem pemikiran para ahli hukum sendiri. Perbedaannya terletak dalam
metode dan penekanannya. Teori hukum para ahli hukum modern seperti teori
hukum para filosof ajaran skolastik, didasarkan atas keyakinan tertinggi yang
ilhamnya datang dari luar bidang hukum itu sendiri. Sampai saat ini ada empat
Pada masa itu, manusia harus bertahan hidup dari ganasnya alam. Teori ini
‘bertahan hidup’ dari manusia zaman itu yang memilih adaptasi terhadap alam.
Sesuai tingkat peradaban masa itu, maka alam dijadikan sebagai titik-tolak
analisis. Pada masa ini terjadi suatu yang dinamakan seleksi alam. Siapa yang
kuat dan cerdik, ia selamat. Dan siapa yang mampu selamat, dia berkesempatan
Masuk abad ke-6 SM yang berlanjut hingga abad ke-1 SM, teori kekuasaan
alam telah “berpindah” ke manusia lewat logos (akal). Logos merupakan akal
5
yang “benar”,“baik”, dan “patut”. Berkat logos yang mencerahkan itu,
menjadi petunjuk hidup di dunia riil. Esensi nomos sebenarnya soal kepatutan.
kesombongan.
c) Teori Socrates
umum. Hukum bukanlah aturan yang dibuat untuk melanggengkan nafsu orang
kuat (kontra filsuf Ionia), bukan pula aturan untuk memenuhi naluri hedonisme
diri (kontra kaum Sofis). Hukum sejatinya adalah tatanan objektif untuk
a) Teori Plato
6
kesempurnaan jiwa secara swasembada. Sedangkan Plato tidak percaya pada
tercipta dalam konteks negara di bawah kendali para guru moral, para
b) Teori Aristoteles
yang bukanlah bawaan alamiah ‘manusia sempurna’ versi Socrates, bukan pula
mutu ‘kaum terpilih’ (aristocrat) model Plato. Perasaan sosial-etis ada dalam
konteks individu sebagai warga negara (polis). Berdiri sendiri lepas dari polis,
seorang individu tidak saja bakal menuai ‘bencana’, tetapi juga akan cenderung
liar dan tak terkendai. Oleh sebab itu, hukum seperti halnya polis, merupakan
yang rasional. Inti manusia moral yang rasional menurut Aristoteles adalah
(summum bonum). Dalam rangka ini, manusia dipandu dua pemandu, yakni
akal dan moral. Akal (rasio, nalar) memandu pada pengenalan hal yang benar
dan yang salah secara nalar murni, serta serentak memastikan mana barang-
c) Teori Epicurus
mungkin tercipta jika tiada penderitaan jiwa-raga. Segala sesuatu yang dapat
7
menyusahkan jiwa raga harus dihindari begitu juga kesenangan sensual dan
indrawi yang mengakibatkan sakit raga dan penderitaan jiwa pun harus dijauhi.
yang muncul di tengah peperangan dan pergolakan politik yang melanda polis
secara damai demi terjaganya keamanan raga dan kedamaian jiwa. Oleh karena
itu, tugas hukum adalah sebagai instrument ketertiban dan keamanan bagi
Teori hukum alam telah ada sejak zaman dahulu yang antara lain diajarkan
oleh Aristoteles, yang mengajarkan bahwa ada dua macam hukum, yaitu:
b. Hukum yang tidak tergantung dari pandangan manusia mana yang baik
“Keaslian” adalah tidak sama, sehingga seakan-akan tidak ada hukum alam
yang “Asli”. Teori ini kemudian dinamakan Teori Hukum Alam. Hukum
Alam itu adalah “hukum yang oleh orang-orang berfikir sehat dirasakan
adalah kehendak dan pikiran tuhan yang menciptakan dunia ini. Manusia
8
dikaruniai tuhan dengan kemampuan berpikir dan kecakapan untuk dapat
yang oleh Thomas Van Aquino dinamakan “Hukum Alam” (Lex Naturalis).
mengubah keadaan dalam segala bidang. Dalam abad ini pula muncul gerakan
positivisme dalam ilmu hukum. Oleh H.L.A Hart (lahir tahun 1907), seorang
sosiologis dan historis serta berlainan pula dari suatu penilaian kritis.
9
Keputusan-keputusan dapat dideduksikan secara logis dari peraturan-
perintah yang keluar dari seorang yang berkuasa didalam negara secara
sebagai teori hukum positif yang otonom dan dapat mencukupi dirinya
sendiri. Hukum adalah perintah dari kekuasaan politik yang berdaulat didalam
suatu negara.
adalah bahwa manusia itu akan berbuat dengan cara sedemikian rupa sehingga
10
4. Teori Hukum Murni
sebagainya. Teori hukum murni juga tidak boleh dicemari oleh ilmu-ilmu
seharusnya ada.
Suatu teori tentang hukum adalah formal, suatu teori tentang cara
pengaturan dari isi yang berubah-ubah menurut jalan atau pola yang
spesifik.
yang ada.
11
Salah satu ciri yang menonjol pada teori hukum murni adalah adanya
untuk memaksa. Bagian lain dari teori Hans Kelsen yang bersifat dasar
yang tidak dapat ditiadakan yang menjadi tujuan dari semua jalan hukum.
B. Aliran-Aliran Hukum
pengaruh luas bagi pengelolaan hukum dan proses peradilan. Aliran hukum yang
1. Aliran legisme.
Cara pandang aliran legisme adalah bahwa semua hukum terdapat dalam
yakni suatu deduksi logis dari perumusan yang umum (preposisi mayor)
kepada suatu keadaan yang khusus (preposisi minor), sehingga sampai kepada
12
Si Ahmad karena salahnya menyebabkan matinya orang (preposisi
rechtschule.
bebas untuk melakukan sesuatu menurut undang-undang atau tidak. Hal ini
sebagai berikut:
13
Membuktikan bahwa dalam undang-undang terdapat kekurangan-
luas.
14
dipelajari di samping undang-undang, karena di dalam yurisprudensi
yurisprudensi.
dan Pasal 16 ayat (1) dan pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4
memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada
15
atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya”.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
orang yang bersalah. Sebuah istilah yang di ajarkan oleh Aristoteles yang
manusia yang lain. Ajaran ini adalah salah satu gambaran bahwa manusia
permasalahannya.
B. Saran
17