Tim Pelaksana:
Erna Susanti, SH., MH
Dr. Nur Arifudin, SH., MH
Rika Erawaty,SH., MH.
Alfian, SH., MH.
Grizelda, SH., MH
Setiyo Utomo, SH., M.Kn.
Sulung Nugroho, SH., M.Kn.
Amsari Damanik, SH. M.Kn.
Sofwan Rizko R, SH., M.Kn.
Reza Pramasta G. SH., M.Kn
TIM PELAKSANA
Ketua Tim
Nama Lengkap : Erna Susanti, SH., MH.
NIP : 197706292005012002
Pangkat/Golongan : Penata/IIIc
Anggota
NIP 19080042620060410002
Pangkat/ Penata/IIIc
Golongan
NIP 197810092009122001
Pangkat/ Penata/IIIc
Golongan
NIP 199209302019031014
NIP 199211262019031015
NIP 198601032019031012
NIP 199201162020122009
NIP 198911152022031004
Pangkat/ Dosen
Golongan
NIP 199507102022031011
Pangkat/ Dosen
Golongan
NIP 199302242022031008
Pangkat/ Dosen
Golongan
NIM 2108016281
NIM 2008016202
NIM 2008016157
NIM 2108016204
NIM 2008016091
Pemateri/Narasumber:
1. Agustna Wati, S.H., M.H.
2. Aristya Windiana Pamuncak, S.H., M.H.
Mengesahkan,
Dekan
A. Pendahuluan
Tindak kekerasan telah menjadi fenomena dalam kehidupan masyarakat
di Indonesia. Kekerasan terjadi bukan saja dalam area publik, namun marak
terjadi juga dalam area domestik yang melahirkan kekerasan dalam rumah
tangga. Ironisnya dalam berbagai kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT),
yang menjerat kaum perempuan dan anak, sering kali menjadi korban. Relasi
rumah tangga yang idealnya dibangun dalam suasana keharmonisan dan
kebahagiaan, namun banyak yang mengalami tindak kekerasan dari suaminya,
baik kekerasan fisik, psikis, seksual maupun ekonomi.
Akhir-akhir ini sering terlihat baik melalui media cetak maupun elektronik
yang menayangkan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga baik dari kalangan
biasa ataupun dari kalangan selebritis sekalipun, yang dilakukan oleh suami
terhadap istri, ayah terhadap anak, ibu terhadap anak dan pengasuh terhadap
anak asuhnya serta majikan terhadap pembantu rumah tangga. Kejadian
tersebut tidak hanya memelibatkan keluarga yang mampu yang bertempat tinggal
di perkotaan saja, melainkan telah melibatkan masyarakat yang tidak mampu
yang bertempat tinggal di pedesaan terutama yang menjadi korban kekerasaan
dalam rumah tangga adalah perempuan.
Kasus tindak kekerasan merupakan masalah serius. Akibat yang
ditimbulkan juga berdampak luas. Misalnya cacat, trauma, stress, timbul konfik
bahkan pembunuhan, serta bagi anak dapat menganggu proses tumbuh
kembang. Beberapa pakar, bahwa dampak KDRT terhadap perempuan dapat
dibedakan menjadi 2 yakni, dampak jangka pendek dan dampak jangka panjang.
Pertama, dampak jangka pendek biasanya berdampak secara langsung seperti
luka fisik, cacat, kehamilan, hilangnya pekerjaan, dan lain sebagainya. Kedua,
dampak jangka panjang biasanya berdampak dikemudian hari bahkan
berlangsung seumur hidup. Biasanya korban mengalami gangguan psikis
(kejiwaan), hilangnya rasa percaya diri, mengurung diri, trauma dan muncul rasa
takut hingga depresi.1 Dari dua hal dampak tersebut, hal yang dikhawatirkan
1
https://www.liputan6.com/health/read/2367902/4-dampak-kekerasan-dalam-rumah-tangga
diakses pada tanggal 14 Februari 2023 pukul 15.37 Wita.
Penyuluhan Hukum di Kelurahan Mangkupalas RT. 17 Kecamatan Samarinda5Seberang, Kota Samarinda -
Lembaga Konsultasi Dan Bantuan Hukum Fakultas Hukum Unmul
adalah munculnya kekerasan lanjutan. Artinya bahwa korban yang tidak
tertangani dengan baik dikhawatirkan menjadi pelaku kekerasan dikemudian
hari sebagai bentuk pelampiasan trauma masa lalu.
Emi Sutrisminah dalam penelitiannya mengungkapkan, dampak KDRT
juga berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi. Perempuan terganggu
kesehatan reproduksinya bila pada saat tidak hamil mengalami gangguan
menstruasi dapat mengalami penurunan libido. Sedangkan pada saat hamil,
dapat terjadi keguguran/abortus, persalinan formatur dan bayi meninggal dalam
rahim. Dampak lain yang juga mempengaruhi kesehatan organ reproduksi istri
dalam rumahtangga diantaranya adalah perubahan pola fikir, emosi dan ekonomi
keluarga.2
Dalam perkembangannya hingga kini, para korban kekerasan dalam
rumah tangga sulit mengajukan penderitaan yang dialaminya kepada penegak
hukum, karena kuatnya pandangan bahwa perlakuan kasar suami kepada istri
merupakan bagian dari peristiwa privat (urusan rumah tangga), 3 sehingga
muncul kengganan untuk melaporkan kepada aparat kepolisian.
Jika melihat dari sisi penegakan hukum, di Indonesia selain menggunakan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan KDRT juga
menggunakan KUHP dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang
perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Perlindungan Anak. Sanksi
pidana penjara antara 6 bulan hingga 2 tahun 6 bulan sering kali diputuskan
oleh Pengadilan Negeri dengan menggunakan pasal-pasal Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2004 diantaranya Pasal 49 jo Pasal 9 dan Pasal 279 KUHP untuk
tindak penelantaran dan suami menikah lagi tanpa ijin istri; Pasal 44 untuk
tindak kekerasan fisik; Pasal 45 untuk tindak kekerasan psikis berupa
pengancaman. Sedangkan putusan Pengadilan dengan sanksi pidana penjara
yang lebih tinggi hingga 6 tahun diputuskan terhadap sejumlah kasus dalam
relasi KDRT, yang didakwa dan dituntut dengan menggunakan pasal-pasal KUHP
(Pasal 351, 352, 285, 286 jo 287, 289 dan 335 untuk kasus penganiayaan anak
dan perkosaan anak); Pasal 81 dan 82 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
dan Pasal 287 & 288 KUHP untuk kasus perkosaan anak.
Kemudian berdasarkan data Kepala Dinas Kependudukan, Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak (DKP3A) Provinsi Kaltim pada Dialog Siang
2
Emi Sutriminah, Staff Pengajar Prodi D3 Kebidanan FIK Unissula, “Dampak Kekerasan Pada Istri
Dalam Rumah Tangga Terhadap Kesehatan Reproduksi” jurnal online dapat di unduh di
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/majalahilmiahsultanagung/article/view/62
3
Dikdik M. Arief Mansur dan Elisatris Gultom, Urgensi Perlindungan Korban Kejahatan Antara Norma
dan Realita (Edisi 1, Cet. I; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 135.
Penyuluhan Hukum di Kelurahan Mangkupalas RT. 17 Kecamatan Samarinda6Seberang, Kota Samarinda -
Lembaga Konsultasi Dan Bantuan Hukum Fakultas Hukum Unmul
Ngapeh yang berlangsung di Studio TVRI Kaltim, Senin (11/7/2022), untuk kasu
s kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kaltim per 1 Juli 2022 kemarin, m
encapai 443 kasus. Kasus terbanyak berada di Kota Samarinda sebanyak 220 ka
sus, dengan total korban kekerasan adalah 464 korban terdiri dari 218 korban an
ak atau 47% dan 246 korban dewasa atau 53%.4
Dari 443 kasus korban kekerasan sebanyak 446 orang diketahui bahwa ko
rban terbanyak berasal dari Kota Samarinda sebesar 221 korban, sementara korb
an kekerasan difabel terbanyak berasal dari Kota Bontang sebesar 5 korban. Korb
an kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebanyak 158 korban dengan korban
KDRT terbanyak berasal dari Kota Samarinda sebanyak 80 korban.5
Sedangkan kekerasan anak terbanyak terdapat pada kekerasan seksual
sebanyak 133 korban sedangkan pada dewasa terdapat pada kekerasan fisik
sebesar 165 korban, dan kekerasan anak dan perempuan terbanyak terjadi pada
rumah tangga yaitu 91 korban anak dan 150 korban dewasa.6
Dari penjelasan singkat diatas, untuk dapat menekan terjadinya KDRT,
dirasa perlu adanya penyebaran informasi secara luas mengenai bagiamana
upaya masyarakat dalam rangka bersama-sama untuk menghapuskan KDRT
disekitar kita. Selain itu, Lembaga bantuan hukum juga tidak hanya memberikan
bantuan hukum disaat adanya kasus, namun adanya sosialisasi dalam proses
penyuluhan hukum salah satunya peran LKBH FH Unmul untuk memberikan
pemahaman terhadap kesadaran hukum bagi masyarakat, dalam upaya
pencegahan tindak pidana KDRT
B. Tujuan Penyuluhan Hukum
Penyuluhan hukum ini bertujuan untuk:
1. Memahamkan dan memberikan informasi hukum kepada masyarakat di
Kelurahan Mangkupalas Gang Ampera RT.17 Kecamatan Samarinda
Seberang mengenai dampak negatif Kekerasan Dalam Rumah Tangga
(KDRT);
2. Membangun kesadaran hukum kepada masyarakat, untuk berperan aktif
memberantas Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) terutama di
Kelurahan Mangkupalas Gang Ampera RT. 17 Kecamatan Samarinda
Seberang Kota Samarinda.
C. Lokasi dan Peserta Kegiatan
4
https://dkp3a.kaltimprov.go.id/2022/07/12/sampai-juli-2022-kasus-kekerasan-di-kaltim-
mencapai-443-kasus/ diakses pada tanggal 21 Februari 2023 pkl. 08.15 Wita
5
Ibid.
6
Ibid.
SUSUNAN ACARA
Panitia
08.00 –08.30 Registrasi
Pembukaan
1. Pembukaan oleh MC
2. Pembacaan Doa
3. Sambutan Kepala Rukun Tetangga 17
Gang Ampera yaitu Bapak H. La Saroni Panitia
08.30 – 09.00
4. Sambutan dari Kelurahan Mangkupalas MC
yang diwakili oleh Sekretaris Lurah yaitu
Ibu Sri Puji Rahayu, S.H.
5. Sambutan Ketua LKBH FH Unmul yaitu
Bapak Dr. Nur Arifudin, S.H., M.H.
Sesi 1:
09.00 – 09.10 Pemaparan Akademisi Fakultas Hukum Moderator
Unmul
Sesi 2:
09.10 – 09.20 Pemaparan Akademisi Fakultas Hukum Moderator
Unmul
09.20 – 09.50 Diskusi/Tanya Jawab Moderator
09.50 - 10.00 Penutup MC
Gambar 1.
Foto Bersama Tim Pelaksana, Narasumber dan Warga RT.17
Gambar 2.
Foto Bersama Tim Pelaksana, Narasumber dan Sekretaris Lurah Kelurahan Mangkupalas
Gambar 4.
Foto Warga Gang Ampera RT.17
Gambar 6.
Foto Sekretaris Lurah Kelurahan Mangkupalas Memberikan Sambutan
Gambar 8.
Foto Narasumber Kedua
Lampiran 4
Penyuluhan Hukum di Kelurahan Mangkupalas RT. 17 Kecamatan Samarinda19
Seberang, Kota Samarinda -
Lembaga Konsultasi Dan Bantuan Hukum Fakultas Hukum Unmul
Surat Tugas Narasumber Penyuluhan Hukum