Tim Pelaksana:
Dr. Nur Arifudin, SH., MH
Rika Erawaty,SH., MH.
Erna Susanti, SH., MH
Alfian, SH., MH.
Setiyo Utomo, S.H., M. Kn.
Grizelda, SH., MH
Sofwan Rizko R, SH., M.Kn
Agustina Wati, SH., MH.
Aristya Windiana Pamuncak, SH., MH
Reza Pramasta G, S.H., M.Kn.
TIM PELAKSANA
Ketua Tim
Nama Lengkap : Dr. Nur Arifudin, SH., MH.
NIP : 198004262006041002
Pangkat/Golongan : Penata/IIIc
Anggota
NIP 197810092209122001
Pangkat/Golongan Penata/IIIc
NIP 197706292005012002
Pangkat/Golongan Penata/IIIc
NIP 198608162008122002
NIP 199211262019031015
NIP 199209302019031014
NIP 199201162020122009
NIP 198911152022031004
Pangkat/Golongan Dosen
NIP 198709062022032005
Pangkat/Golongan Dosen
NIP 199302242022031008
Pangkat/Golongan Dosen
NIM 21080161204
NIM 218016116
NIM 2108016281
NIM 21080162136
NIM 2208016129
NIM 2208016135
Pemateri/Narasumber:
1. Sulung Nugroho, SH., M.Kn.
2. Amsari Damanik, SH., M.Kn.
Mengesahkan,
Dekan
A. Pendahuluan
Perlindungan anak merupakan suatu upaya untuk menciptakan kondisi
dimana anak dapat melaksanakan hak dan kewajibanya. Berdasarkan konsep
parents patriae, yaitu negara memberikan perhatian dan perlindungan kepada
anak-anak sebagaimana layaknya orang tua kepada anak-anaknya, maka
penanganan anak-anak yang berhadapan dengan hukum juga harus dilakukan
demi kepentingan terbaik bagi anak serta berpijak pada nilai-nilai Pancasila. 1
Perhatian terhadap anak sudah lama ada sejalan dengan peradaban
manusia itu sendiri, yang hari-kehari semakin berkembang. Anak adalah masa
depan suatu bangsa, oleh karena itu seluruh anak baik anak tersebut melakukan
atau tidak melakukan tindak pidana tetap perlu dibina dan dilindungi hak-
haknya agar kelak anak-anak tersebut tumbuh menjadi manusia pembangunan
yang berkualitas tinggi. Salah satu cara pembinaan dan perlindungan adalah
dengan adanya hukum.2
Indonesia sendiri, telah mengesahkan Undang-Undang perlindungan anak
sejak 2002 dan telah dilakukan perubahan Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2002 tentang
Perlindungan anak.
Mengenai tanggung jawab Negara, pemerintah dan pemerintah daerah dala
m Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 diatur dalam beberapa pasal yang dian
taranya mewajibkan dan memberikan tanggung jawab untuk menghormati peme
nuhan hak anak tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin,
etnik, budaya dan bahasa, status hukum, urutan kelahiran, dan kondisi fisik dan
/atau mental, serta melindungi, dan menghormati hak anak dan bertanggung jaw
ab dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan di bidang penyelenggaraan
perlindungan anak. Kemudian dalam undang-undang ini pemerintah daerah berk
ewajiban dan bertanggung jawab untuk melaksanakan dan mendukung kebijaka
1
Nur Rochaeti, 2008, “Model Restorative Justice sebagai Alternatif Penanganan bagi Anak Delinkuen
di Indonesia”, MMH Jilid 37 No. 4, Desember, hlm. 239
2
Syafruddin Hasibuan (ed), Penerapan Hukum Pidana Formal Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana
Oleh Marlina dalam Bunga Rampai Hukum Pidana Dan Kriminologi Serta Kesan Pesan Sahabat
Menyambut 70 Tahun Muhammad Daud, Medan, Pustaka Bangsa Press, hlm. 78.
Penyuluhan Hukum di Yayasan Bumi Pelangi Mantaaba, Perumahan 5 Bumi Sambutan Asri
Blok K9, Kelurahan Sambutan, Kecamatan Sambutan, Kota Samarinda - Lembaga Konsultasi
Dan Bantuan Hukum Fakultas Hukum Unmul
n nasional dalam penyelenggaraan perlindungan anak di daerah yang dapat diwu
judkan melalui upaya daerah membangun kabupaten/kota layak anak, serta me
mberikan dukungan sarana, prasarana, dan ketersediaan sumber daya manusia
dalam penyelenggaraan perlindungan anak.
Selain kewajiban dan tanggung jawab sebagaimana di atas Negara, pemeri
ntah, dan pemerintah daerah juga menjamin perlindungan, pemeliharaan, dan ke
sejahteraan anak dengan memperhatikan hak dan kewajiban orang tua, wali, ata
u orang lain yang secara hukum bertanggung jawab terhadap anak, mengawasi p
enyelenggaraan perlindungan anak, menjamin anak untuk mempergunakan hakn
ya dalam menyampaikan pendapat sesuai dengan usia dan tingkat kecerdasan an
ak, serta kewajiban dan tanggung jawab yang paling penting adalah menyelengga
rakan pendidikan dasar minimal 9 (sembilan) tahun untuk semua anak dan mem
berikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak untuk memperoleh pendid
ikan serta memberikan biaya pendidikan atau bantuan cuma-cuma atau pelayan
an khusus bagi anak dari kurang mampu, anak terlantar, dan anak yang tinggal
didaerah terpencil. Semoga amanah besar yang diberikan oleh undang-undang in
i dapat dilaksanakan oleh negara, pemerintah dan pemerintah daerah demi mewu
judkan tanggung jawab dan kewajibannya terhadap anak yang merupakan gener
asi bangsa.3
Dalam Pasal 54 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubaha
n atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak, meng
atur juga bahwa anak wajib mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan ke
kerasan fisik yang dilakukan oleh pendidik dan tenaga kependidikan. Namun
meski telah diatur dalam Undang-Undang, kekerasan dilingkungan pendidikan,
masih saja terus terjadi.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) melaporkan pada November
2022, terdapat 4.124 aduan terkait kasus perlindungan anak sepanjang Januari-
November 2022. Jumlah tersebut turun 30,7% dibandingkan sepanjang tahun
2021 yang sebanyak 5.953 aduan. Sebanyak 2.222 kasus pengaduan yang
diterima KPAI dalam 11 bulan tahun 2022 terkait pemenuhan hak anak.
Jumlahnya turun 25,2% dibandingkan pada 2021 yang sebanyak 2.971 aduan.
Dari jumlah tersebut, 1.706 kasus pemenuhan hak anak berasal dari klaster
lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif. Sebanyak 376 kasus dari klaster
3
https://pn-palopo.go.id/index.php/publikasi/artikel/164-paradigma-baru-hukum-
perlindungan-anak-pasca-perubahan-undang-undang-perlindungan-anak diakses pada
tanggal 2 Maret 2023, Pukul 14.30 Wita.
Penyuluhan Hukum di Yayasan Bumi Pelangi Mantaaba, Perumahan
6 Bumi Sambutan Asri
Blok K9, Kelurahan Sambutan, Kecamatan Sambutan, Kota Samarinda - Lembaga Konsultasi
Dan Bantuan Hukum Fakultas Hukum Unmul
pendidikan, pemanfaatan waktu luang, serta kegiatan budaya dan agama. Ada
pula 101 kasus terkait dengan hak kesehatan dasar dan kesejahteraan.
Sedangkan, 39 kasus terkait dengan hak sipil dan kebebasan. Di sisi lain, KPAI
juga mencatat 1.903 aduan terkait kasus perlindungan khusus anak sepanjang
tahun 2022 berjalan. Jumlah itu juga menurun 27,27% dibandingkan sepanjang
tahun lalu yang sebanyak 2.615 aduan. Kasus perlindungan khusus anak yang
paling banyak dilaporkan terkait dengan anak menjadi korban kejahatan seksual,
yakni 746 kasus. Ada pula 454 kasus terkait dengan anak korban kekerasan fisik
dan/atau psikis. Kemudian, 187 kasus anak berhadapan dengan hukum sebagai
pelaku. Lalu, anak yang dieksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual sebanyak
80 kasus. Sedangkan, ada 70 kasus anak yang menjadi korban pornografi dan
kejahatan siber.4
Berbicara kekerasan pada anak dilingkungan pendidikan, berdasarkan
data dari Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mencatat di awal 2023
dari Januari hingga 18 Februari ada 10 kasus kekerasan terhadap anak di
satuan pendidikan baik di satuan pendidikan berasrama maupun yang
nonasrama. Jumlah korban yang ditemukan FSGI ada 86 anak. Data tersebut
didapat sejak Januari sampai 18 Februari 2023.
FSGI menemukan sebanyak 50 persen kasus kekerasan terjadi di jenjang
SD atau MI, 10 persen di jenjang SMP, dan 40 persen di Pondok Pesantren. Dari
10 kasus tersebut, 60 persen satuan pendidikan tersebut di bawah kewenangan
Kementerian Agama dan 40 persen di bawah kewenangan Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). 5 Sedangkan
korban total 86 anak, baik laki-laki maupun perempuan. Anak korban laki-laki
sebanyak 37,20 persen dan korban anak perempuan mencapai 62,80 persen.
Berdasarkan jenjang Pendidikan sepanjang 2022, kasus kekerasan terjadi
di Jenjang Sekolah Dasar (SD) sebanyak 2 (kasus, jenjang SMP sebanyak 3 kasus,
jenjang SMA 2 kasus, Pondok Pesantren 6 kasus, Madrasah tempat mengaji/tem
pat ibadah 3 kasus, dan 1 tempat kursus musik bagi anak usia TK dan SD. Rent
ang usia korban antara 5-17 tahun.
Korban berjumlah 117 anak dengan rincian 16 anak laki-laki dan 101 ana
k perempuan. Sedangkan pelaku total berjumlah 19 orang yang terdiri dari: 14 g
4
https://dataindonesia.id/ragam/detail/kpai-catat-4124-kasus-perlindungan-anak-
hingga-november-2022 diakses pada tanggal 2 Maret 2023, Pukul 15.00 Wita.
5
https://www.detik.com/edu/sekolah/d-6577189/awal-2023-fsgi-catat-86-anak-jadi-
korban-kekerasan-seksual-di-satuan-pendidikan diakses pada tanggal 2 Maret 2023,
Pukul 15.21 Wita.
Penyuluhan Hukum di Yayasan Bumi Pelangi Mantaaba, Perumahan
7 Bumi Sambutan Asri
Blok K9, Kelurahan Sambutan, Kecamatan Sambutan, Kota Samarinda - Lembaga Konsultasi
Dan Bantuan Hukum Fakultas Hukum Unmul
uru, 1 pemilik pesantren, 1 anak pemilik pesantren, 1 staf perpustakaan, 1 calon
pendeta, dan 1 kakak kelas korban. Adapun rincian guru yang dimaksud di antar
anya adalah guru Pendidikan agama dan Pembina ekskul, Pembina OSIS, guru m
usik, guru kelas, guru ngaji, dll. Dari total 19 pelaku kekerasan seksual di satuan
pendidikan, 73,68% berstatus guru.6
Sedangkan di Samarinda, baru-baru ini sempat dihebohkn dengan kasus
seorang santri senior berusia 20 tahun diamankan Polsek Sungai Pinang, Kota
Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim) yang diduga menganiaya juniornya yang
berusia 14 tahun, di salah satu pondok pesantren di Kota Samarinda, hingga
meninggal dunia.
Dari data dan salah satu contoh kasus yang ada di Samarinda saat ini,
maka bagi Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum Fakultas Hukum
Universitas Mulawarman merasa bahwa perlu diadakan pemberdayaan hukum
kepada masyarakat mengenai Kesadaran Hukum Bagi Masyarakat Untuk
Menghilangkan Tindak Kekerasan Pada Anak Di Lingkungan Pendidikan
Agar masyarakat di dunia pendidikan memiliki pemahaman terhadap
bagaimana negara mengatur dan memberikan jaminan hukum kepada anak-
anak di tempat dia menuntut ilmu, selain itu pemberdayaan hukum ini
dimaksudkan juga agar kasus yang sama tidak terulang kembali di dunia
pendidikan khususnya di pesantren.
B. Tujuan Penyuluhan Hukum
Penyuluhan hukum ini bertujuan untuk:
1. Tujuan kegiatan penyuluhan hukum ini adalah untuk meningkatkan dan
menghimbau kepedulian bagi tenaga pendidik terhadap tindak kekerasan
terhadap anak dimanapun berada, serta dapat berperan aktif dalam
pencegahan dan penanganan kasus kekerasan terhadap anak.
2. Membangun kesadaran kepada para santri, untuk dapat menjadi pelopor
dalam memberantas tindak kekerasan pada anak dilingkungan pendidikan
C. Lokasi dan Peserta Kegiatan
Kegiatan Penyuluhan Hukum ini diselenggarakan pada:
Hari, Tanggal : Rabu, 31 Mei 2023
Waktu : 09.00 - 10.30 WITA
Tempat : Yayasan Bumi Pelangi Mantaaba, Perumahan
Bumi Sambutan Asri Blok K9, Kelurahan
6
https://kumparan.com/kumparannews/bullying-hingga-kekerasan-seksual-jadi-catatan-
kelam-di-sekolah-pada-2022-1zYjRZ897nj/3 diakses pada tanggal 2 Maret 2023, Pukul
15.28 Wita.
Penyuluhan Hukum di Yayasan Bumi Pelangi Mantaaba, Perumahan
8 Bumi Sambutan Asri
Blok K9, Kelurahan Sambutan, Kecamatan Sambutan, Kota Samarinda - Lembaga Konsultasi
Dan Bantuan Hukum Fakultas Hukum Unmul
Sambutan, Kecamatan Sambutan, Kota
Samarinda
Peserta : Santri
Panitia
08.30 –09.00 Registrasi
Pembukaan
1. Pembukaan oleh MC
2. Pembacaan Doa Panitia
09.00 – 09.30
3. Sambutan Ketua Yayasan Bumi Pelangi MC
Mantaaba
4. Sambutan Ketua LKBH FH Unmul
Sesi 1:
09.30 – 09.45 Moderator
Pemaparan Akademisi Fakultas Hukum Unmul
Sesi 2:
09.45 – 10.00 Moderator
Pemaparan Akademisi Fakultas Hukum Unmul
Gambar 1.
Foto Acara Pembukaan Kegiatan Penyuluhan Hukum di Yayasan Bumi Pelangi Mantaaba
Gambar 2.
Foto Bersama dengan pihak Yayasan Bumi Pelangi Mantaaba, Panitia Penyuluhan Hukum dan
Narasumber
Gambar 4.
Foto narasumber dan peserta
Gambar 6.
Foto peserta penyuluhan hukum
Gambar 8.
Foto Bersama Narasumber dan Siswa yang Menjawab Pertanyaan
Gambar 10.
Foto Narasumber saat pemaparkan materi penyuluhanhukum