Anda di halaman 1dari 2

MENGINGAT HARI BAKTI TNI AU

Belakangan ini media sedang dihebohkan dengan fenomena Citayam Fashion Week (CFW). Seiring
dengan pemberitaan CFW, masyarakat kini mengenal beberapa sosok baru seperti Bonge, maupun
Jeje yang menjadi icon dalam fenomena tersebut, serta tak luput melahirkan Fashion Week Kota lain
di Indonesia oleh kalangan berbagai generasi.

Hal yang membuat saya miris ketika mencoba bertanya kepada beberapa orang terdekat yang sering
melabeli dirinya sebagai orang yang selalu “up to date” dengan pertanyaan siapakah Bonge ataupun
Jeje, dengan mudah mereka menjawab, kemudian disaat saya menanyakan siapakah Komodor Muda
Udara Adisucipto? dan tanggal 29 Juli diperingati sebagai hari apa? Lantas mereka terdiam sembari
mengernyitkan dahi diikuti dengan senyuman dengan deretan gigi putihnya.

Sedikit kita simpulkan, pemberitaan yang deras terhadap suatu fenomena atau peristiwa, terkadang
membuat pemberitaan lain yang berkaitan dengan peringatan hari bersejarah, menjadi hilang begitu
saja. Sebagai bangsa yang besar, tentunya kita harus selalu mengingat sejarah perjalanan Negara ini,
sebagai wujud dari rasa cinta tanah air.

Tanggal 29 Juli 1947, adalah hari yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia khususnya bagi
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU). Hari tersebut diperingati sebagai Hari Bakti TNI
AU, yang setiap tahunnya diperingati pada tanggal 29 Juli. Dikutip dari laman resmi TNI AU, ada dua
hal yang menjadi latar belakang Hari Bakti TNI AU.

Pertama, adanya serangan pendudukan Belanda yang dilakukan oleh Kadet Penerbang Sutadjo Sigit,
Suharmoko Harbani, dan Mulyono, dibantu oleh tiga orang teknisi bertindak sebagai penembak
udara yaitu Sutardjo, Kaput, dan Dulrachman. Serangan udara dilakukan di Ambarawa, Salatiga, dan
semarang pada saat menjelang subuh, menggunakan dua buah pesawat Churen dan sebuah Guntai,

Kedua, penembakan yang dilakukan oleh pesawat Kitty Hawk milik Belanda yang menyebabkan
jatuhnya pesawat Dakota VT-CLA yang membawa obat-obatan bantuan dari Palang Merah Malaya,
yang kemudian berakibat gugurnya tiga pelopor dan perintis TNI AU yang ada didalam pesawat
tersebut, masing-masing Komodor Muda Udara Adisucipto, Komodor Muda Udara Prof. Dr.
Abdulrachman Saleh, dan Opsir Muda Udara Adisumarmo.

Perlu diketahui bahwa, pada saat tersebut perang melawan Belanda sedang berkecamuk di bumi
Negara Kesatuan Republik Indonesia, disebabkan oleh agresi militer Belanda I, yang ingin menguasai
kembali wilayah Indonesia.
Dari sejarah singkat, secara garis besar dapat kita simpulkan bahwa apa yang telah dilakukan oleh
para pahlawan yang gugur, secara langsung mengajarkan kita terhadap nilai-nilai bela negara dengan
rela berkorban untuk bangsa dan negara dan mendahulukan kepentingan bangsa dan negara dari
pada kepentingan pribadi.

Bela Negara memang tak harus selalu dimaknai dengan berperang. Dengan mengetahui, mengingat
dan kembali mempelajari sejarah bangsa kita, tentunya akan memberikan rasa bangga terhadap
bangsa dan negara Indonesia yang merupakan salah satu nilai sadar berbangsa dan bernegara yang
akan semakin memacu kecintaan kita kepada NKRI.

Tema yang diusung dalam Hari Bakti TNI AU 2022 adalah ‘Dilandasi Semangat Kepahlawanan 29 Juli
1947 TNI AU Siap Mewujudkan Angkatan Udara yang Disegani di Kawasan’. Dari tema tersebut dapat
kita maknai bahwa TNI AU benar-benar sadar akan ancaman serangan udara dan ingin menjaga
keutuhan NKRI dari ancaman serangan lawan demi menjaga keutuhan NKRI. Begitu pula kita harus
segera sadar akan ancaman lupa terhadap sejarah Bangsa dan Negara kita dan melupakan jasa-jasa
para pahlawan kita. Sebagaimana ungkapan seorang The Founding father bahwa “…hanya Bangsa
yang menghargai jasa para pahlawannya dapat menjadi Bangsa yang besar…”. Citayam boleh viral,
sejarah bangsa jangan sampai tak kenal.

Penulis : Sulung Nugroho, S.H., M.Kn. (Peserta latsar CPNS Angkatan XXVII Puslatbang KDOD)

Anda mungkin juga menyukai