Anda di halaman 1dari 6

Nama : Muhammad Sultan Ramadhan

Kelas : XII MIPA 8


Tugas : Sejarah

Resensi Film Penghianatan G 30 S/PKI

 Sutradara : Arifin C. Noer


 Produser : G. Dwipayana
 Penulis : Arifin C. Noer dan Nugroho Notosusanto
 Pemeran :  Bram Adrianto
 Syubah Asa
 Ade Irawan
 Amoroso Katamsi
 Umar Kayam
 Didi Sadikin
 Kies Slamet
 Sofia W.D
 Wawan Wanisar
 Musik : Embie C. Noer
 Cinematografi : Hasan Basri
 Penyunting : Supandi
 Perusahaan : PPFN
Produksi
 Tahun rilis : 1984
 Durasi film : 271 menit
 Anggaran : Rp. 800 juta

Abstrak film :

”Cita-cita perjuangan kami untuk menegakkan kemurnian pancasila yang tak mungkin
dipatahkan hanya dengan menguburkan kami dalam lubang buaya (lubang buaya 1
Oktober 1965)”, begitulah kisah awal film ini.

Ketika pagi hari tanggal 13 januari 1965 di desa Kanigoro, terjadi sebuah
penyerangan oleh ribuan kelompok PKI, mereka menyerang pusat clining center pelajar
Indonesia yang baru saja melaksanakan shalat shubuh. Pada tanggal 15 januari 1965 di
suatu desa juga di daerah kediri ribuan PKI menyerang para petani Sudarno dengan dalih
persengketaan tanah sawah, kepala desa yang berusaha melerai tak luput dari
pengeroyokan, pada tahun yang sama di Sumatra Utara pihak PKI yang dikenal sebagai
peristiwa bandar bensin, persengketa tanah dengan milik negara dengan petani yang
menggarap tidak sah dan sebenarnya persoalannya telah diselesaikan dengan baik namun
pihak BTIPKI menghasut untuk meggarap kembali tanah itu secara sepihak melawan
pemerintah dalam peristiwa ini seorang petugas tewas, S.Soedjono tewas karena
dikeroyok.
Aksi-aksi sepihak yang dilakukan oleh PKI ini juga terjadi di Indramayu, Klaten,
Boyolali dan berbagai tempat di Indonesia lainnya. Sebenarnya bulan desember 1964
terungkap adanya dokumen tentang perebutan kekuasaan yang akan dilakukan PKI,
namun pihak PKI membantahnya dan menuduh ada yang memfitnah dan menuduh lawan
politiknya, partai murba. Dalam rangka persiapan perebutan kekuasaan negara, Partai
Komunis Indonesia membentuk biro khusus pada tahun 1964, yang tugasnya menyusun
gerakan 30 september 1965. Atas dasar perdana mentri Republik rakyat cina (cu in lai)
melancarkan pembentukan angkatan kelima agar para buruh tani dipersenjatai, namun
tuntutan ini disetujui oleh pimpinan angkatan udara, yaitu Mentri Panglima Udara Umar
Dani, sebaliknya mentri Panglima Angkatan Darat Jendral Ahmad Yani menyatakan tidak
setuju karena dengan pembentukan angkatan ke 5 menimbulkan keruwetan diskomando
maupun pengawasan kekuatan bersenjata di Indonesia, gagasan ini karena gagasan (cu in
lai) yang menjanjikan sepucuk senjata ringan secara cuma-cuma namun pemberian senjata
tersebut tidak terlepas dari penyusunan kekuatan bersenjata yang dilakukan PKI dalam
gerakan 30 september 1965. Karena sikap pimpinan Angkatan Darat yang tidak mau
mendukung tuntutan-tuntutan PKI dan juga PKI selalu mencurigai pimpinan angkatan
darat sebagai kekuatan utama yang akan merintangi semua perjuangan PKI sebagaimana
pengalaman-pengalaman sejarah kota Madiun 1948 maka diciptakan dewan Jendral yang
akan melancarkan penyerangan Cup. Seiring berkembangnya isu tersebut tersiar adanya
dokumen Gill Chriss yang menurut PKI di temukan dirumah welpamer seorang warga
amerika, Gill Chriss adalah duta inggris dalam dokumen palsu tersebut isi dokumen
tersebut ” i lockel a my friends” yang kemudian di interpretasikan sama dengan Dewan
Jendral.

Isi Film Penghianatan G 30 S / PKI :

Di Istana Negara Bogor, rombongan dokter RRC sedang mengobati Soekarno karena
Presiden sedang sakit. Setelah selesai Dokter RRC mengatakan kepada D.N Aidit bahwa
keadaan Presiden dalam keadaannya kritis memiliki 2 kemungkinan yaitu lumpuh atau
meninggal . Pada masa itu terjadi krisis ekonomi. Di Daerah lubang buaya, disana ada
sebuah latihan militer yang dipimpin oleh Sukwan dan Sukwati.

Menurut Aidit yang berhasil hembuskan dan menyebarkan kepada masyarakat


tentang isu bahwa Dalam TNI-AD terdapat suatu “Dewan Jendral” yang mengadakan cup
atau perebutan dan mendesak bung karno agar tutup mulut terhadap musuh – musuh PKI.
Mereka juga membicarakan mengenai kelangsungan politik mereka jika kekuasaan bung
karno tergeser. Dan lagi AD akan menyerang angkatan progresif revolusi. Untuk itu Aidit
harus bertindak “siapa cepat dia dapat, siapa tepat dia selamat”. Maka dia memerintahkan
kepada temannya untuk menghubungi seluruh perwira yang mendukung PKI dan
mengumpulkan pasukan baik pusat maupun daerah.

Pada 14 Agustus 1965 Waluyo dan Pono membahas tentang pesan Aidit untuk
melakukan penyerangan yang sifatnya terbatas, sasaran gerakan adalah para dewan
Jendral yang komuniskopi dan gerakan ini harus menguasai instalasi-instalasi vital. Ketika
soekarno menyampaikan amanatnya dan disiarkan melalui RRI, masyarakat yang
mendengarnya pun sudah resah atas ulah para komunis yang haus akan kekuasaan.

Pada tanggal 28 Agustus 1965 diadakan sidang Partai Komunis Indonesia, dihadiri
oleh Ir.soekirman, Anwar, Sanusi, Nyono, Lukman. Sidang tersebut berisi :
1. Sidang sepakat kemungkinan Gubernur Dewan Jendral lebih baik mendahului aksi
dalam bentuk operasi militer, serta membentuk dewan revolusi guna mengganti
kandidat Dwikora
2. Menetapkan dewan kerja, yaitu :
a. Soal-soal yang berhubungan dengan operasi militer termasuk penentuan hari H
diserahkan kepada ketua
b. Soal-soal politik terutama komposisi dewan revolusi diserahkan dewan harian
politik biro.
c. Pengelompokan kader-kader untuk dikirim ke daerah-daerah terutama di luar
jawa yang di serahkan kepada Sutisman.
d. Penentuan tenaga cadangan sebanyak 2000 orang yg diserahkan kepada Nyono,
termasuk koordinatornya untuk dilatih di lubang buaya.
e. Agar semua petugas berada di pos-pos masing-masing untuk mendengarkan
intruksi selanjutnya.

(Rumah Letkol Latief 6,9,13 & 19 September 1965) Syam menyampaikan bahwa ada
Dewan Jendral yang akan melakukan suatu gerakan apabila bung karno wafat. Untuk itu ia
mengajak untuk merapat barisan yang progresif revolusioner saling bekerjasama dalam
menyikapi hal tersebut. Mereka menggandeng brigjen 1 kodam raya, 2 kompi yang
dikuasai oleh letkol untung, dan 60.000 orang terdiri dari kodam, kodim, kostart termasuk
RPKD. Juga bantuan dari pasukan sukirno dari Batalyon A4 54 dan Batalyon 30 juga akan
ikut dikerahkan. Dalam hal tersebut Letkol Untung dipercaya untuk memimpin gerakan
tersebut karena ia adalah orang baru di jakarta dan tidak banyak yang mengenalnya dan
dia juga sebagai pimpinan pasukan cakrabirawa dengan tema menyelamatkan pemimpin
revolusi.

(Rumah Syam 21,23,26 & 27 September 1965) Pihak PKI sudah menyusun rencana
untuk membunuh ketujuh dewan Jendral yaitu Jendral Ahmad yani, Jendral A.H Nasution,
Jendral Suprapto, Jendral Haryono, Jendral Parman, Jendral Pandjaitan, dan Jendral Sutoyo.
Dalam operasi ini dibagi atas 3 komando yaitu Komando Penculikan dan Penyergapan
(Pasukan Pasupati di pimpin oleh Letnan 1 Dul Arif), Komando Penguasaan Kota (Pasukan
Bima Sakti di pimpin oleh Suradi) dan Komando Kopasus (Pasukan Gatot Kaca dipimpin
oleh Jendral mayor udara Gatot Sutrisno).

Pada tanggal 29 September 1965, sebelum melakukan aksinya Para anggota PKI
mengadakan rapat terakhir dan menamai gerakannya dengan gerakan 30 S/PKI dan
menetapkan hari H adalah 1 Oktober pada Pukul 04:00.

PKI sudah mulai beraksi. Mereka mendatangi Kediaman Dewan Jendral satu per
satu lalu di bunuh. Mereka dijemput oleh tentara-tentara PKI dengan dalih agar segera
menghadap Presiden karena keadaan darurat. Jika mereka tidak mau maka mereka
menggunakan cara kasar, melakukan penembakan dan mengobrak – abrik rumah para
Dewan Jendral.

Pada 1 oktober 1965, para Dewan Jendral yang sudah tertangkap yaitu 4 orang dan
yang masih hidup yaitu Sutoyo, Mayjen S.Parman, Suprapto, sedangkan A.H Nasution lolos
dalam penculikan tersebut, tetapi ajudannya yaitu Letnan 1 Pierre Andreas Tendean dan 3
orang lagi yaitu Ahmad yani, D.I Pandjaitan, dan Mayjen M.T Haryono sudah tak bernyawa,
para kaum PKI tidak suka dengan mereka, mereka pun menginginkan agar para Jendral-
Jendral tersebut mati.

Para pengikut PKI senang sekali mereka bersuka ria dengan menyanyikan lagu
Genjer-genjer. Lagu ini dinyanyikan ketika mereka akan menyiksa tawanan mereka.
Kemudian salah seorang gerwani mengatakan bahwa “penderitaan ini sangat pedih
Jendral, sepedih sayatan silet ini, tapi tak sepedih penderitaan rakyat”, kemudian sang
gerwani menyayat muka sang Jendral dengan siletnya. Ada juga yang dipaksa untuk
mengakui bahwa dewan Jendral itu ada dan menanyakan dimana keberadaan Jendral
Nasution. Mereka disiksa habis-habisan dipukuli, dicucus dengan rokok, disiksa
menggunakan celurit, dan di tembak hingga mati, tetapi para Jendral tetap tutup mulut.
Setelah mereka tewas mereka kemudian dimasukkan dalam sebuah sumur yang sekarang
diberi nama dengan lubang buaya.

Letkol Untung menyelamatkan Presiden Soekarno dari Dewan Jendral, hari kamis
30 September 1965 di Ibu kota republik Indonesia telah terjadi gerakan militer dalam
Angkatan Darat dengan dibantu oleh pasukan angkatan bersenjata lainnya. Gerakan 30
September yang dikepalai letkol Untung. Pasukan pribadi Presiden Soekarno ini ditujukan
Jendral-Jendral anggota dewan Jendral. Dalam gerakan 30 September para dewan Jendral
tewas, sementara Presiden Soekarno selamat atas lindungan gerakan 30 September dan
diduga para tokoh-tokoh masyarakat lainnya juga ikut dalam pembunuhan oleh PKI.

Dewan Jendral ini didukung oleh pihak CIA. Mereka sangat aktif apalagi ketika
Presiden Sakit pada bulan pertama pada Agustus. Mereka berharap kelak Presiden
Soekarno meninggal karena sakitnya tidak terkabul, maka dari itu Dewan Jendral
merencanakan pameran kekuatan pada hari kekuatan bersenjata 5 Oktober, dengan
mendatangkan pasukan-pasukan dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat. Dewan
Jendral sudah akan melaksanakan cup terlebih dahulu sebelum 5 Oktober 1965 untuk
mencegah kontra gub revolusi, Letkol Untung mengadakan gerakan 30 September yang
ternyata berhasil dengan baik. Menurut keterangan dari Letkol Untung komandan gerakan
30 September, gerakan ini semata-mata dalam gerakan angkatan darat yang ditujukan
Dewan Jendral yang telah berbuat mencemarkan nama angkatan darat yang bermaksud
buruk terhadap RI dan Presiden Soekarno. Letkol Untung dalam gerakan ini adalah satu
keharusan baginya sebagai masyarakat jawa yang harus menjaga keselamatan Presiden.

Komandan gerakan 30 September ini selanjutnya menerangkan bahwa tindakannya


telah dilakukan di Jakarta terhadap Dewan Jendral akan diikuti tindakan-tindakan di
seluruh Indonesia yakni ditujukan kepada kaki tangan dan simpatisan dewan Jendral yang
terdapat didaerah-daerah. Menurut ketua gerakan 30 September, akan dibentuk Dewan
Revolusi di Indonesia Pusat dan Revolusi Provinsi, Dewan Revolusi Kabupaten, Dewan
Revolusi Kecamatan, dan Dewan Revolusi Desa. Anggota dewan-dewan revolusi itu terdiri
atas orang-orang sipil militer yang mendukung gerakan mereka tanpa reserver. Dewan
yang akan dibentuk dalam gerakan 30 September dengan melaksanakan panca
ajikonstitusi melaksanakan ketetapan-ketetapan MPRS, utusan DPRD dan putusan DPA.
Dewan revolusi tidak akan merubah politik luar negeri indonesia yang bebas dan aktif,
adinikolin dan perdamaian di Asia tenggara dan dunia dan mengenai KAA II dan gonevo
dan konvontasi terhadap Malaysia tidak akan berubah serta kegiatan internasional lainnya
yang di selenggarakan.

Letkol Untung sebagai komandan gerakan 30 September menghimbau kepada


rakyat agar berwaspada dan membantu gerakan 30 September untuk menyelamatkan RI
dari pengaruh dewan jendral untuk memperjuangkan penderitaan rakyat. Sebagian tentara
diperintahkan untuk mengawasi Presiden Soekarno, tetapi pada saat itu Presiden tidak
sedang berada di istana negara.

Menjelang pemilihan MPR tahun 1965 dewan revolusi indonesia sesuai dengan UUD
1945 yaitu :
1. Dewan Revolusi Indonesia menjadi sumber dari segala-segalanya kekuasaan dari
indonesia.
2. Dewan Revolusi Indonesia dalam kegiatan kesehariannya akan di wakili presedir dewan
revolusi dari komandan gerakan 30 September
3. Dengan jatuhnya setiap kekuasaan negara dewan revolusi indonesia agar kabinet
dwikora dengan segenap status revolusioner sampai dilakukan dewan Jendral baru oleh
dewan revolusi indonesia pada pentas mentri ditugaskan melakukan kerjaan rutin
menjaga ketertiban dalam departemen masing-masing, dilarang dalam pengangkatan
anggota baru dan dilarang mengambil tindakan yang bisa berakibat fatal, semua harus
memberi laporan terhadap dewan revolusi.
4. Sebagai alat dewan revolusi di daerah dibentuk dewan provinsi sebanyak 35 orang,
dewan revolusi kabupaten 15 orang, dewan revolusi kecamatan 10 orang, dewan
revolusi desa 7 orang yang terdiri dari orang-orang sipil dan militer yang mendukung
gerakan 30 September.
Dalam sebuah acara RRI telah di bacakan tentang amanat dari soeharto
bahwasannya telah menguasai seluruh daerah, seluruh angkatan darat ada terkendali dan
untuk sementara waktu angkatan darat dipegang dewan revolusi Alri dan akri telah untuk
bekerjasama dalam menumpas perbuatan kontrarevolusioner yang dilakukan gerakan 30
September. Gerakan 30 September telah membentuk dewan revolusioner mereka telah
mengambil alih kekuasaan negara dari tangan Presiden Sukarno, melempar kedudukan
kabinet Dwikora dan telah menculik para perwira angkatan darat. Untuk itu agar
masyarakat berjuang sesuai dengan Pancasila, kemudian Suharto memerintahkan untuk
merebut kembali kawasan Halim Perdana Kusuma yang dulu dikuasai oleh PKI.
Karena ada informasi AURI akan melaksanakan pemboman sekitar tengah malam, di
markas kostrad dipindahkan.

Pihak PKI sangat resah karena keberadaan mereka diincar oleh RPKAD, mereka pun
tak mau bila gerakan mereka dihancurkan. Mereka pun tak berdiam diri, mereka juga
mengerahkan seluruh anggotanya. Untuk sementara gerakan mereka dibubarkan tetapi
mereka tetap melanjutkan gerakan mereka tetapi gerakan mereka itu tidak berbentuk
tetapi efeknya harus nyata seperti hantu.

2 Oktober 1965, Presiden Soekarno mengangkat Soeharto sebagai yang


diperintahkan untuk pemulihan keamanan dan ketertiban. Sementara itu Para RPKAD
mencari keberadaan tempat dimana para dewan jendral dihabisi dan disiksa. Brigjen
Sukirman salah satu tawanan PKI yang berhasil lolos menunjukkan tempat yang dulu
digunakan untuk menyiksa para Dewan Jendral. Mereka pun mencurigai suatu tempat yang
disitu terdapat tanaman pohon pisang, kemudian mereka membongkarnya.

Soeharto memberikan pidatonya ketika dilakukan pembongkaran jenazah "Pada hari ini 4
Oktober 1965, kita bersama-sama dengan mata kepala masng-masing, kita menyaksikan
pembongkaran jenazah para jenderal kita dengan satu perwira pertama dalam satu lubang
sumur lama. Jenderal-jenderal kita dan perwira pertama ini telah menjadi korban
kebiadaban dari petualang yang dinamakan Gerakan 30 September.

Kalau melihat daerah ini ada di kawasan lubang buaya. Daerah Lubang Buaya termasuk
Lapangan Halim. Kalau saudara melihat fakta dekat sumur ini, telah menjadi pusat latihan
dari sukwan dan sukwati yang dilaksanakan oleh Angkatan Udara. Mereka melatih anggota
Pemuda Rakyat dan Gerwani. Satu fakta mungkin mereka latihan dalam rangka pertahanan
pangkalan tapi menurut anggota Gerwani yang dilatih di sini dan ditangkap di Cirebon,
adalah pulang dari Jateng, jauh dari daerah tersebut.

Jadi, kalau melihat fakta-fakta, apa yang diamanatkan Presiden dan Pemimpin Besar
Revolusi yang sangat kita cintai, bahwa Angkatan Udara tidak terlibat, mungkin ada
benarnya. Tapi, tidak mungkin, tidak ada hubungan dari peristiwa ini daripada oknum-
oknum Angkatan Udara. Saya sebagai anggota daripada Angkatan Darat mengetok jiwa dan
perasaan daripada patriot Angkatan Udara bilamana benar-benar ada oknum yang terlibat
dengan pembunuhan yang kejam dari para jenderal kita yang tidak berdosa ini.

Saya berharap anggota patriot Angkatan Udara membersihkan anggota Angkatan Udara
yang terlibat petualangan ini.

Saya berterimakasih akhirnya Tuhan memberikan petunjuk yang terang jelas pada kita
sekalian. Bahwa setiap tindakan yang tidak jujur, bahwa setiap tindakan yang tidak baik
akan terbongkar. Saya berterimakasih pada satuan-sartuan khususnya resimen Parako,
KKO, satuan lainnya serta rakyat, yang membantu menemukan bukti ini dan turut serta
mengangkat jenazah ini. Sehingga seluruh korban bisa ditemukan."

Anda mungkin juga menyukai