Anda di halaman 1dari 12

G 30 S/PKI 1965

Kharisma Gita K. S.
Lailita Ramadhianty

11
12

Kondisi Politik Menjelang G 30 S/PKI

Doktrin Nasakom yang dikembangkan oleh Presiden Soekarno memberi


keleluasaan PKI untuk memperluas pengaruh. Usaha PKI untuk mencari
pengaruh didukung oleh kondisi ekonomi bangsa yang semakin
memprihatinkan. Dengan adanya nasakomisasi tersebut, PKI menjadi salah
satu kekuatan yang penting pada masa Demokrasi Terpimpin bersama
Presiden Soekarno dan Angkatan Darat. Pada akhir tahun 1963, PKI
melancarkan sebuah gerakan yang disebut aksi sepihak. Para petani dan
buruh, dibantu para kader PKI, mengambil alih tanah penduduk, melakukan
aksi demonstrasi dan pemogokan. Untuk melancarkan kudeta, maka PKI
membentuk Biro Khusus yang diketuai oleh Syam Kamaruzaman.
Biro Khusus tersebut mempunyai tugas-tugas berikut:
a. Menyebarluaskan pengaruh dan ideologi PKI ke dalam tubuh ABRI.
b. Mengusahakan agar setiap anggota ABRI yang telah bersedia menjadi
anggota PKI dan telah disumpah dapat membina anggota ABRI lainnya.
c. Mendata dan mencatat para anggota ABRI yang telah dibina atau menjadi
pengikut PKI agar sewaktu-waktu dapat dimanfaatkan untuk kepentingannya.

Memasuki tahun 1965 pertentangan antara PKI dengan Angkatan


Darat semakin meningkat. D.N. Aidit sebagai pemimpin PKI beserta
Biro Khususnya, mulai meletakkan siasat-siasat untuk melawan
komando puncak AD. Berikut ini siasat-siasat yang ditempuh oleh Biro
Khusus PKI.
a. Memojokkan dan mencemarkan komando AD dengan tuduhan
terlibat dalam persekongkolan (konspirasi) menentang RI, karena
bekerja sama dengan Inggris dan Amerika Serikat.
b. Menuduh komando puncak AD telah membentuk Dewan Jenderal
yang tujuannya menggulingkan Presiden Soekarno.
c. Mengorganisir perwira militer yang tidak mendukung adanya
Dewan Jenderal.
d. Mengisolir komando AD dari angkatan-angkatan lain.
e. Mengusulkan kepada pemerintah agar membentuk Angkatan
Kelima yang terdiri dari para buruh dan petani yang dipersenjatai.
Ketegangan politik antara PKI dan TNI AD mencapai puncaknya
setelah tanggal 30 September 1965 dini hari, atau awal tanggal 1
Oktober 1965. Pada saat itu terjadi penculikan dan pembunuhan
terhadap para perwira Angkatan Darat.

Seputar Penculikan Para Jenderal AD,


Usaha Kudeta, dan Operasi Penumpasan

Peristiwa penculikan dan pembunuhan terhadap para perwira AD, kemudian


dikenal Gerakan 30 S/PKI. Secara rinci para pimpinan TNI yang menjadi
korban PKI ada 10 orang, yaitu 8 orang di Jakarta dan 2 orang di Yogyakarta.
Mereka diangkat sebagai Pahlawan Revolusi.
a. Di Jakarta
1) Letjen Ahmad Yani, Men/Pangad.
2) Mayjen S.Parman, Asisten I Men/Pangad.
3) Mayjen R. Suprapto, Deputi II Men/Pangad.
4) Mayjen Haryono, M.T, Deputi III Men/Pangad.
5) Brigjen D.I. Panjaitan, Asisten IV Men/Pangad.
6) Brigjen Sutoyo S, Inspektur Kehakiman/Oditur Jendral TNI AD.
7) Lettu Piere Andreas Tendean, Ajudan Menko Hankam/ Kepala Staf
Angkatan Bersenjata.
8) Brigadir Polisi Karel Sasuit Tubun, Pengawal rumah Wakil P.M. II Dr. J.
Leimena.
b. Di Yogyakarta
1) Kolonel Katamso D, Komandan Korem 072 Yogyakarta.
2) Letnan Kolonel Sugiyono M., Kepala Staf Korem 072 Yogyakarta.

Jenderal Nasution berhasil meloloskan diri. Akan tetapi


putrinya Ade Irma Suryani tertembak yang akhirnya
meninggal tanggal 6 Oktober 1965, dan salah satu
ajudannya ditangkap.
Ketujuh mayat kemudian dimasukkan dalam sebuah
sumur yang sudah tidak dipakai lagi di Lubang Buaya.
Untuk mengenang peristiwa yang mengerikan tersebut,
di Lubang Buaya dibangun Monumen Pancasila Sakti.
Peristiwa pembunuhan juga terjadi di daerah
Yogyakarta.

Foto-foto Pahlawan Revolusi

Letjen Ahmad Yani

Mayjen R. Suprapto

Mayjen S.Parman

Brigjen Sutoyo S.

Lettu Piere Andreas Tendean

Mayjen Haryono, M.T

Brigjen D.I. Panjaitan

Kolonel Katamso

Penumpasan G 30 S/PKI
Pada tanggal 2 Oktober 1965 Presiden Soekarno
memanggil semua panglima angkatan ke Istana Bogor.
Dalam pertemuan tersebut Presiden Soekarno
mengemukakan masalah penyelesaian peristiwa G 30
S/PKI.
Dalam rangka penjelasan G 30 S/PKI, presiden
menetapkan kebijaksanaan berikut.
a. Penyelesaian aspek politik akan diselesaikan sendiri
oleh presiden.
b. Penyelesaian aspek militer dan administratif
diserahkan kepada Mayjen Pranoto
c. Penyelesaian militer teknis, keamanan, dan ketertiban
diserahkan kepada Mayjen Soeharto

Upaya penumpasan G 30 S/PKI


dari Aspek Militer

Dampak Sosial Politik dari Peristiwa


G 30 S/PKI
a. Secara politik telah lahir peta kekuatan politik
baru yaitu tentara AD.
b. Sampai bulan Desember 1965 PKI telah
hancur sebagai kekuatan politik di Indonesia.
c. Kekuasaan dan pamor politik Presiden
Soekarno memudar.
d. Secara sosial telah terjadi penangkapan dan
pembunuhan terhadap orang-orang PKI
ataudianggap PKI, yang tidak semuanya
melalui proses pengadilan dengan jumlah yang
relatif banyak.

Anda mungkin juga menyukai