Anda di halaman 1dari 29

Gerakan 30 September

PKI
Partai Komunis Indonesia
1. Gestok ( Gerakan Satu Oktober )

Istilah ini digunakan oleh Presiden Soekarno

2. Gestapu ( Gerakan September Tiga Puluh )

Istilah yang digunakan Soeharto di era Orde Baru


Latar Belakang
• Kegagalan Demokrasi terpimpin yg menimbulkan banyak
penyimpangan yg dilakukan oleh Presiden.
• Diangkatnya D.N. Aidit sebagai ketua PKI
• Meluasnya ajaran NASAKOM (Nasionalis, Agama, dan Komunis)
• Munculnya 3 kekuatan di Indonesia, yaitu Soekarno, PKI, dan TNI
• Keinginan PKI membentuk angkatan ke-5
• Terpilihnya PKI sebagai Partai terbesar pada pemilu 1955
Sejak Dipa Nusantara Aidit terpilih menjadi ketua PKI
tahun 1951, ia dengan cepat membangun kembali PKI yang
porak-poranda akibat kegagalan pemberontakan tahun
1948. Usaha yang dilakukan D.N. Aidit berhasil dengan baik.
Dalam pemilihan umum tahun 1955, PKI berhasil meraih
dukungan rakyat dan menempatkan diri menjadi satu dari
empat partai besar di Indonesia, disamping PNI, Masyumi,
NU

Latar
Belakang
Tujuan PKI
Pemberontakan PKI tanggal 30 September 1965 bukanlah kali
pertama bagi PKI. Sebelumnya, pada tahun 1948 PKI sudah pernah
mengadakan pemberontakan di Madiun. Pemberontakan tersebut
dipelopori oleh Amir Syarifuddin dan Muso. Tujuan dari
pemberontakan itu adalah untuk menghancurkan Negara RI dan
menggantinya Ideologi Pancasila menjadi Ideologi Komunis
Organisasi Bentukan PKI
• Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia)

• SOBSI (Sentral Organisasi Buruh Seluruh


Indonesia)

• Pemuda Rakyat

• BTI (Barisan Tani Indonesia)

• Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat)


Isu yang disebarkan

• Isu Dewan Jenderal

• Isu Dokumen Gilchrist


Isu Dewan Jenderal

Pada saat-saat yang genting sekitar bulan September 1965 muncul


isu adanya Dewan Jenderal yang mengungkapkan adanya beberapa
petinggi Angkatan Darat yang tidak puas terhadap Soekarno dan berniat
untuk menggulingkannya. Menanggapi isu ini, Soekarno disebut-sebut
memerintahkan pasukan Cakrabirawa untuk menangkap dan membawa
mereka untuk diadili oleh Soekarno. Namun yang tidak diduga-duga,
dalam operasi penangkapan jenderal-jenderal tersebut, terjadi tindakan
beberapa oknum yang termakan emosi dan membunuh Letjen Ahmad
Yani, Panjaitan, dan Harjono

Isu yang
disebarkan
Isu Dokumen Gilchrist

Dokumen Gilchrist yang diambil dari nama duta besar Inggris untuk
Indonesia Andrew Gilchrist beredar hampir bersamaan waktunya dengan
isu Dewan Jenderal. Dokumen ini, yang oleh beberapa pihak disebut
sebagai pemalsuan oleh intelejen Ceko di bawah pengawasan Jenderal
Agayant dari KGB Rusia, menyebutkan adanya "Teman Tentara Lokal Kita"
yang mengesankan bahwa perwira-perwira Angkatan Darat telah dibeli
oleh pihak Barat. Kedutaan Amerika Serikat juga dituduh memberikan
daftar nama-nama anggota PKI kepada tentara untuk "ditindaklanjuti".

Isu yang
disebarkan
Sasaran Penculikan PKI

1. Jenderal Abdul Haris Nasution


2. Letjen Ahmad Yani
3. Mayjen R. Suprapto
4. Mayjen Mas Tirtodarmo Haryono
5. Mayjen Suwondo Parman
6. Brigjen Donald Izacus Pandjaitan
7. Brigjen Sutoyo Siswomiharjo
Korban G 30 S / PKI
1. Letnan Jenderal Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat
atau Men Pangad) pemimpin penculikan adalah Tukijan dibawa dalam keadaan
terbunuh.
2. Mayor Jenderal R. Soeprapto (Deputy II Pangad) pemimpin penculikan
adalah Sulaiman.
3. Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono (Deputy III Pangad)
pemimpin penculikan adalah Gugus dibawa dalam keadaan terbunuh.
4. Mayor Jenderal Suwondo Parman (Asisten I Pangad) pemimpin
penculikan adalah Satar
5. Brigadir Jenderal Donald Izacus Pandjaitan (Asisten IV Pangad)
pemimpin penculikan adalah Sarjo dibawa dalam keadaan terbunuh.
6. Brigadir Jenderal Soetojo Siswomiharjo (Inspektur
Kehakiman/Oditur) pemimpin penculikan adalah Surono .
7. Letnan Satu Pierre Andreas Tendean (Ajudan Jenderal A.H.
Nasution) Jenderal AH.Nasution berhasil menyelamatkan diri, namun kakinya
tertembak. Sementara putri bungsu dari AH.Nasution, Ade Irma Suryani
Nasution menjadi korban penembakan dalam peristiwa ini. Dan ajudan AH
Nasution, Letnan Satu Pierre Tendean diculik oleh PKI karena berusaha
menyembunyikan keberadaan Jenderal AH.Nasution.
Foto-Foto Sasaran dan Korban

Jenderal A.H. Nasution Letjen Ahmad Yani


Foto-Foto Sasaran dan Korban

Mayjen R. Soeprapto Mayjen M. T. Haryono


Foto-Foto Sasaran dan Korban

Mayjen Suwondo Parman Brigjen D. I. Pandjaitan


Foto-Foto Sasaran dan Korban

Brigjen Soetojo Siswomiharjo Lettu P. A. Tendean


Foto-Foto Sasaran dan Korban

Lettu P.A. Tendean bersama Ade Irma Suryani


Tragedi Lubang Buaya
Persiapan
Pada 1958, Presiden Soekarno sedang sakit dan tim dokter dari RRC
mendiagnosa bahwa Presiden Soekarno dalam kondisi kritis, ada 2
kemungkinan yang akan terjadi terhadap kesehatan Presiden Soekarno
yaitu lumpuh atau meninggal dunia.

PKI berada dibawah pimpinan D.N Aidit dan tempat latihannya di


daerah Lubang Buaya, Kolonel Untung Suyatno dan Kolonel A.Latief juga
ikut dalam gerakan tersebut. PKI melatih Sukwan dan Sukwati (anggota
Pemuda Rakyat dan Gerwani). Pada tanggal 08-12 Agustus 1965 di Rumah
DN Aidit, Syam Kamaruzzaman memerintahkan untuk melancarkan isu
adanya Dewan Jenderal yang akan menggulingkan kekuasaan Soekarno.

Tragedi Lubang
Buaya
Persiapan
Pada tanggal 14 Agustus 1965, diadakan rapat PKI di rumah Syam
yang dihadiri oleh (Waluyo,Poco,dll ). Berikut pesan DN Aidit kepada
peserta rapat :
1. Gerakan yang akan dilancarkan bersifat terbatas dan akan merupakan
gerakan militer.
2. Sasaran utama gerakan adalah para jenderal yang tergabung dalam apa
yang dinamakan Dewan Jenderal dan tokoh-tokoh anti PKI.
3. Gerakan ini harus menguasai instalasi-instalasi vital seperti Telkom, RRI,
Kereta Api.
4. Untuk memimpin gerakan ini kita sepakat mengajukan 3 nama calon yaitu
Letnan Kolonel Untung, Kolonel A.Latief, dan Mayor Udara Suyono.

Tragedi Lubang
Buaya
Persiapan
Pada tanggal 28 Agustus 1965, dilaksanakannya Sidang Politbiro PKI
yang dihadiri oleh DN.Aidit, Nyono, Sanusi, Sakirman, Lukman, dll. DN
Aidit menegaskan agar tidak membocorkan nama-nama demi
keselamatan partai PKI.

Pada tanggal 6, 9, 13, dan 19 September 1965 di Rumah Kolonel


Latif, diadakan rapat PKI. PKI menyebarkan isu adanya Dewan Jenderal dan
rapat juga menjelaskan bahwa yang pemimpin gerakan militer adalah
Letnan Kolonel Untung. PKI memerintahkan untuk membawa ketujuh
jenderal dalam keadaan hidup atau mati.

Tragedi Lubang
Buaya
Aksi
Dalam rapat tanggal 22 September 1965 PKI membagi tiga
pasukan yang harus melakukan tugas-tugas berbeda, yaitu :
1. Pasukan Pasopati untuk menculik dan membunuh para
Jenderal Angkatan Darat.
2. Pasukan Bimasakti untuk menguasai RRI dan Telekomunikasi.
3. Pasukan Gatotkaca untuk mengoordinasikan kegiatan di
Lubang Buaya.

Tragedi Lubang
Buaya
Aksi
Secara fisik militer gerakan dimpimpin oleh Letnan Kolonel
Untung, Komandan Batalion I Resimen Cakrabirawa, selaku
pimpinan formal seluruh gerakan. Mereka bergerak dini hari 1
Oktober 1965 dimulai dengan penculikan dan pembunuhan
terhadap 6 perwira tinggi dan seorang perwira pertama AD.
Semuanya dibawa ke desa Lubang Buaya di sebelah selatan
Pangkalan Udara Utama Halim Perdanakusuma. Semua jenazah
dimasukkan ke dalam sumur tua lalu ditimbun dengan sampah
dan tanah.
Tragedi Lubang
Buaya
Aksi
Bersamaan dengan itu mereka juga menguasai dua
buah sarana komunikasi yang vital yaitu RRI dan gedung
P.N. Telekomunikasi. Melalui RRI itu Untung menyiarkan
pengumuman bahwa Gerakan 30 September ditujukan
kepada Jenderal-Jenderal, Anggota Dewan Jenderal yang
akan mengadakan kudeta dan bahwa G-30-S/PKI
dilancarkan oleh perwira-perwira yang berfikiran maju,
pembentukan Dewan Revolusi, serta pembubaran kabinet
Dwikora.
Tragedi Lubang
Buaya
Penumpasan
Pada hari itu juga, Panglima Komando Strategi Angkatan
Darat (Pangkostrad) Mayor Jenderal Soeharto segera bertindak
cepat untuk mengatasi keadaan. Sambil menunggu aturan lebih
lanjut dari Presiden/Panglima Tertinggi ABRI, Soekarno yang saat itu
berada di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma yang dikuasai PKI,
maka Soeharto mengambil langkah-langkah mengadakan koordinasi
di antara kesatuan-kesatuan ABRI, khususnya yang ada di Jakarta. Ia
menggunakan unsur-unsur Kostrad yang ada di Jakarta dan RPKAD,
maka gerakan penumpasan pun dimulai.
Kesaksian Sukitman

Bapak Sukitman adalah seorang Agen Polisi II yang ikut diculik oleh
Cakrabirawa. Beliau diikat dan matanya pun ditutup, beliau ikut dibawa
ketempat eksekusi di Lubang Buaya. Bp. Sukitman hanya mendengar
teriakan-teriakan yang saat itu terjadi. Beliau pun berhasil kabur dan
melaporkan kejadian yang dia alami kepada atasannya.
“Cita-cita perjuangan kami untuk menegakkan kemurnian
Pancasila tidak mungkin dipatahkan

hanya dengan mengubur kami di dalam sumur ini”

Lubang Buaya,1 Oktober 1965


Selesai

Anda mungkin juga menyukai