Anda di halaman 1dari 15

PEMBERONTAKAN DI INDONESIA

ANTARA TAHUN 1945-1965


Disusun Oleh:
ARYA DIAN GALIH KUSUMA
XII TEKNIK AUDIO VIDEO 1
1. PERISTIWA MADIUN (MUSO) 1948
Terjadi pada tahun1948. Di pimpin oleh Muso, pimpinan
PKI
Memberontak dengan maksud ingin menjadikan RI sebagai
negara komunis. Pemberontakan ini dapat ditumpas oleh
TNI yang kembali merebut Madiun tanggal 30 september
1948.

2. PERISTIWA APRA DI BANDUNG 1950


Terjadi pada tanggal 23 Januari 1950. Di pimpin oleh
Raymond Westerling, Mantan Kapten KNIL.
Pemberontakan ini bermaksud untuk melakukan kudeta
terhadap Presiden Ir.Soekarno.
3. PERISTIWA ANDI AZIZ DI UJUNG PANDANG 1950
1) Terjadi pada tanggal 5 april 1950. Di pimpin oleh Andi Aziz
Adapun faktor yang menyebabkan pemberontakan adalah
: Menuntut agar pasukan bekas KNIL saja yang
bertanggung jawab atas keamanan di Negara Indonesia
Timur.
2) Menentang masuknya pasukan APRIS dari TNI.
3) Mempertahankan tetap berdirinya Negara Indonesia
Timur.
Kapten Andi Azis dihadapkan ke Pengadilan Militer di
Yogyakarta untuk mempertanggungjawabkan
perbuatannya dan dijatuhi hukuman 15 tahun penjara.

4. PERISTIWA RMS DI MALUKU 1950


Terjadi pada tanggal 1 nopember 1950. Dipimpin oleh
5. PEMBERONTAKAN DI/TII (KARTOSOEWIRYO)
Diproklamasikan pada tanggal 7 agustus 1949. Dipimpin
oleh Kartosoewiryo. Gerakan ini bertujuan menjadikan
Indonesia sebagai negara teokrasi dengan agama Islam
sebagai dasar negara. Proklamasi Negara Islam Indonesia
dengan tegas menyatakan kewajiban negara untuk
memproduk undang-undang yang berlandaskan syari'at
Islam, dan penolakan yang keras terhadap ideologi selain
Alqur'an dan Hadits Shahih. Setelah Kartosoewirjo
ditangkap TNI dan dieksekusi pada 1962, gerakan ini
menjadi terpecah, namun tetap eksis secara diam-diam
meskipun dianggap sebagai organisasi ilegal oleh
pemerintah Indonesia.
6. PEMBERONTAKAN PERMESTA DI SULAWESI
Perdjuangan Semesta disingkat Permesta adalah sebuah
gerakan pemberontakan di Indonesia. Gerakan ini
dideklarasikan oleh pemimpin sipil dan militer Indonesia
Timur pada 2 Maret 1957. Pusat pemberontakan ini berada
di Makassar yang pada waktu itu merupakan ibu kota
Sulawesi. Setahun kemudian, pada 1958 markas besar
Permesta dipindahkan ke Manado. Disini timbul kontak
senjata dengan pasukan pemerintah pusat sampai
mencapai gencatan senjata. Masyarakat di daerah Manado
waktu itu tidak puas dengan keadaan ekonomi mereka.
Pada waktu itu masyarakat Manado juga mengetahui
bahwa mereka juga berhak atas hak menentukan diri
sendiri (self determination) yang sesuai dengan sejumlah
persetujuan dekolonisasi. Di antaranya adalah Perjanjian
Linggarjati, Perjanjian Renville dan Konferensi Meja
Bundar yang berisi mengenai prosedur-prosedur
dekolonisasi atas bekas wilayah Hindia Timur.
7. GERAKAN DI/TII DAUD BUREUH
Pemberontakan DI/TII di Aceh dimulai dengan "Proklamasi"
Daud Beureueh bahwa Aceh merupakan bagian "Negara
Islam Indonesia" di bawah pimpinan Imam Kartosuwirjo
pada tanggal 20 September 1953.
Daued Beureueh pernah memegang jabatan sebagai
"Gubernur Militer Daerah Istimewa Aceh" sewaktu agresi
militer pertama Belanda pada pertengahan tahun 1947.
Sesudah bantuan datang dari Sumatera Utara dan
Sumatera Tengah, operasi pemulihan keamanan TNI
segera dimulai. Setelah didesak dari kota-kota besar, Daud
Beureuh meneruskan perlawanannya di hutan-hutan.
Penyelesaian terakhir Pemberontakan Daud Beureuh ini
dilakukan dengan suatu " Musyawarah Kerukunan Rakyat
Aceh" pada bulan Desember 1962 atas prakarsa Panglima
8. GERAKAN G30S/PKI
Gerakan 30 September atau yang sering disingkat G 30 S
PKI, G-30S/PKI, Gestapu (Gerakan September Tiga
Puluh), Gestok (Gerakan Satu Oktober) adalah sebuah
peristiwa yang terjadi pada tanggal 30 September 1965 di
mana enam pejabat tinggi militer Indonesia beserta
beberapa orang lainnya dibunuh dalam suatu usaha
pemberontakan yang disebut sebagai usaha Kudeta yang
dituduhkan kepada anggota Partai Komunis Indonesia.
LATAR BELAKANG
PKI merupakan partai komunis yang terbesar di seluruh
dunia, di luar Tiongkok dan Uni Soviet. Anggotanya
berjumlah sekitar 3,5 juta, ditambah 3 juta dari pergerakan
pemudanya. PKI juga mengontrol pergerakan serikat buruh
yang mempunyai 3,5 juta anggota dan pergerakan petani
Barisan Tani Indonesia yang mempunyai 9 juta anggota.
Termasuk pergerakan wanita (Gerwani), organisasi penulis
dan artis dan pergerakan sarjananya, PKI mempunyai lebih
dari 20 juta anggota dan pendukung. juga mengontrol
pergerakan serikat buruh yang mempunyai 3,5 juta
anggota dan pergerakan petani Barisan Tani Indonesia
yang mempunyai 9 juta anggota. Termasuk pergerakan
wanita (Gerwani), organisasi penulis dan artis dan
Pada bulan Juli 1959 parlemen dibubarkan dan Sukarno
menetapkan konstitusi di bawah dekrit presiden - sekali lagi
dengan dukungan penuh dari PKI. Ia memperkuat tangan
angkatan bersenjata dengan mengangkat para jendral
militer ke posisi-posisi yang penting. Sukarno menjalankan
sistem "Demokrasi Terpimpin". PKI menyambut "Demokrasi
Terpimpin" Sukarno dengan hangat dan anggapan bahwa
dia mempunyai mandat untuk persekutuan Konsepsi yaitu
antara Nasionalis, Agama dan Komunis yang dinamakan
NASAKOM.
Pada era "Demokrasi Terpimpin", kolaborasi antara
kepemimpinan PKI dan kaum burjuis nasional dalam
menekan pergerakan-pergerakan independen kaum buruh
dan petani, gagal memecahkan masalah-masalah politis
PERISTIWA
SUMUR LUBANG BUAYA
Pada 30 September 1965, enam jenderal senior dan
beberapa orang lainnya dibunuh dalam upaya kudeta yang
disalahkan kepada para pengawal istana (Cakrabirawa)
yang loyal kepada PKI dan pada saat itu dipimpin oleh
Letkol. Untung. Panglima Komando Strategi Angkatan
Darat saat itu, Mayjen Soeharto kemudian mengadakan
penumpasan terhadap gerakan tersebut.
KORBAN
Keenam pejabat tinggi yang dibunuh tersebut adalah:
Letjen TNI Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan
Darat/Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi)
Mayjen TNI Raden Suprapto (Deputi II Menteri/Panglima
AD bidang Administrasi)
Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III
Mayjen TNI Siswondo Parman (Asisten I
Menteri/Panglima AD bidang Intelijen)
Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan (Asisten IV
Menteri/Panglima AD bidang Logistik)
Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur
Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat)

Jenderal TNI Abdul Harris Nasution yang menjadi sasaran


utama, selamat dari upaya pembunuhan tersebut.
Sebaliknya, putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan
ajudan beliau, Lettu CZI Pierre Andreas Tendean tewas
dalam usaha pembunuhan tersebut.
Selain itu beberapa orang lainnya juga turut menjadi
korban:
Bripka Karel Satsuit Tubun (Pengawal kediaman resmi
Wakil Perdana Menteri II dr.J. Leimena)
Kolonel Katamso Darmokusumo (Komandan Korem
072/Pamungkas, Yogyakarta)
Letkol Sugiyono Mangunwiyoto (Kepala Staf Korem
072/Pamungkas, Yogyakarta)
Para korban tersebut kemudian dibuang ke suatu lokasi di
Pondok Gede, Jakarta yang dikenal sebagai Lubang
Buaya. Mayat mereka ditemukan pada 3 Oktober.
PASCA KEJADIAN
Pemakaman para pahlawan revolusi. Tampak Mayjen
Soeharto di sebelah kanan
Pada tanggal 1 Oktober 1965 Sukarno dan sekretaris
jendral PKI Aidit menanggapi pembentukan Dewan
Revolusioner oleh para "pemberontak" dengan berpindah
ke Pangkalan Angkatan Udara Halim di Jakarta untuk
mencari perlindungan.
Pada tanggal 6 Oktober Sukarno mengimbau rakyat untuk
menciptakan "persatuan nasional", yaitu persatuan antara
angkatan bersenjata dan para korbannya, dan penghentian
kekerasan. Biro Politik dari Komite Sentral PKI segera
menganjurkan semua anggota dan organisasi-organisasi
massa untuk mendukung "pemimpin revolusi Indonesia"
Pada tanggal 12 Oktober 1965, pemimpin-pemimpin Uni-
Sovyet Brezhnev, Mikoyan dan Kosygin mengirim pesan
khusus untuk Sukarno: "Kita dan rekan-rekan kita
bergembira untuk mendengar bahwa kesehatan anda telah
membaik...Kita mendengar dengan penuh minat tentang
pidato anda di radio kepada seluruh rakyat Indonesia untuk
tetap tenang dan menghindari kekacauan...Imbauan ini
akan dimengerti secara mendalam."
Pada tanggal 16 Oktober 1965, Sukarno melantik Mayjen
Suharto menjadi Menteri/Panglima Angkatan Darat di
Istana Negara.
THANKS FOR YOUR ATTENTION

Anda mungkin juga menyukai