Anda di halaman 1dari 10

Amira Azzahra Alatas (02)

XII MIA 1

Gangguan Keamanan Dalam Negeri


(1948-1965)

1. Peristiwa Madiun 1948


1.1 Tempat dan Waktu

Terjadi di Kota Madiun, Jawa Timur pada bulan September-Desember 1948.

1.2 Latar Belakang

a. Terbentuknya FDR (Front Demokrasi Rakyat) yang dipimpin oleh Amir


Syarifuddin.
b. Kedatangan Musso dari Uni Souviet yang membawa paham komunis.
c. Adanya kerja sama antara Musso dan Amir Syarifuddin.

1.3 Tokoh-Tokoh

a. Musso (Tokoh utama dan Pemimpin pemberontakan PKI Madiun tahun 1948)
b. Amir Syarifuddin (Pemimpin FDR)

1.4 Jalannya Pemberontakan

Pemberontakan PKI di Madiun berawal dari upaya FDR untuk menjatuhkan


Kabinet Hatta. Kegiatan FDR mendapat dukungan dari PKI yang dipimpin oleh
Musso. Aksi-aksi yang dilakukan oleh PKI beserta ormas-ormasnya antara lain:

a. Melancarkan propaganda anti pemerintah


b. Mengadakan aksi mogok kerja
c. Melakukan pmbunuhan-pembunuhan, korbannya antara lain, Kolonel Sutarto dan
Dr. Moewardi.

1.5 Upaya pemerintah mengatasi pemberontakkan

Untuk menumpas pemberontakan PKI di Madiun, pemerintah melakukan


beberapa kebijakan diantaranya:

a. Pidato presiden Seokarno yang mengajukan pilihan kepada rakyat untuk memilih
Soekarno Hatta atau Musso-Amir mendapat tanggapan positif dari rakyat.
b. Pengerahan pasukan militer dipimpin oleh Kolonel Gatot Subroto dan Kolonel
Soengkono
Dari upaya pemerintah tersebut, maka pemberontakan PKI dapat dipadamkan.
Tokoh-tokoh PKI, Musso tertembak mati sedangkan Amir Syarifudin tertangkap dan
dijatuhi hukuman mati.

2. Pemberontakkan DI/TII Jawa Barat


2.1 Waktu dan Tempat

Tasikmalaya,Jawa Barat pada tanggal 7 Agustus 1949.

2.2 Latar Belakang

Kekecewaan Kartosuwiryo terhadap isi Perjanjian Renville yang


mengharuskan wilayah Jawa Barat dikosongkan oleh tentara RI. Adanya kekosongan
kekuasaan militer di Jawa Barat (Divisi Siliwangi) kemudian dimanfaatkan
Kartosuwiryo untuk memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII).
Perjuangan Kartosuwiryo bermula dari upaya gagasannya ingin menggunakan islam
sebagai dasar negara. Hal ini sesuai dengan piagam Jakarta (jakarta Charter) yang
dihasilkan oleh panitia sembila pada sidang tanggal 22 juli 1945.

2.3 Tokoh-tokoh

a. Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo.

2.4 Jalannya Pemberontakkan

Ketika pasukan Siliwangi berhijrah, gerombolan DI/TII ini dapat leluasa


melakukan gerakannya dengan membakar rumah-rumah rakyat, mernbongkar rel
kereta api, menyiksa dan merampok harta benda penduduk. Akan tetapi setelah
pasukan Siliwangi mengadakan long march kembali ke Jawa Barat, gerombolan
DI/Tll ini harus berhadapan dengan pasukan Siliwangi.

2.5 Upaya pemerintah mengatasi pemberontakkan

Upaya damai dilakukan pemerintah RI melalui Moh. Natsir (pemimpin


Masyumi) melalui surat tetapi tidak berhasil. Bahkan upaya untuk membentuk
komite yang dipimpin oleh Moh. Natsir pada bulan September 1949 tetapi upaya
tersebutpun gagal mengajak Kartosuwiryo untuk kembali ke pangkuan RI. Operasi
militer untuk menumpas gerakan DI/TII dimulai pada tanggal 27 Agustus 1949.
Operasi ini menggunakan taktik pagar betis yang dilakukan dengan menggunakan
tenaga rakyat berjumlah ratusan ribu untuk mengepung gunung tempat gerombolan
bersembunyi. Tujuan taktik ini adalah untuk mempersempit ruang gerak DI/TII.
Selain itu digunakan juga Operasi tempur Bharatayudha dengan sasaran menuju basis
pertahanan DI/TII. Operasi tersebut baru berhasil pada tanggal 4 Juni 1962
dengan tertangkapnya Kartosuwiryo di daerah Gunung Geber, Majalaya oleh
pasukan Siliwangi.

3. DII/TII Jawa Tengah


3.1 Waktu dan Tempat

Terjadi di Jawa Tengah pada Januari 1950.

3.2 Latar Belakang

Kartosuwiryo memproklamasikan Negara Islam Indonesia (NII), Amir Fatah


menyatakan bergabung dengan DI/TII dan Jawa Tengah menjadi bagian NII.
Gerombolan DI/TII ini tidak hanya di Jawa Barat akan tetapi di Jawa Tengah juga
muncul pemberontakan yang didalangi oleh DI/ TII.

3.3 Tokoh-Tokoh

a. Amir Fatah
b. Mahfudz Abdurachman (Kyai Sumolangu)

3.4 Jalannya Pemberontakkan

Amir Fatah yang merupakan komandan Laskar Hizbullah yang berdiri sejak
1946 menggabungkan diri dengan TNI battalion 52 dan berdomisili di Brebes-Tegal.
Dia mendapatkan pengikut yang banyak dengan cara menggabungkan laskar-laskar
untuk masuk ke dalam TNI.Ia menyatakan gerakannya bergabung dengan Gerakan
DI/TII Jawa Barat pimpinan Kartosuwiryo. Di Kebumen juga terdapat gerakan yang
bernama Angkatan Umat Islam yang dipimpin Mohammad Mahfud Abdurrahman
(Kyai Somolangu). Gerakan tersebut juga bermaksud membentuk Negara Islam
Indonesia dan bergabung dengan Kartosuwiryo.Pemberontakan DI/TII Jawa Tengah
meliputi kota Tegal, Pekalongan, Brebes dan Kebumen. Gerakan DI/TII Jawa Tengah
semakin kuat dengan bergabungnya Batalyon 426 Kedu dan Magelang serta Gerakan
Merapi-Merbabu Complex (MMC).

3.5 Upaya pemerintah mengatasi pemberontakkan

Pemberontkaan DI/TII Jawa Tengah ditumpas dengan Operasi Gerakan


Banteng Negara (GBN) dipimpin oleh Letkol Sarbini (digantikan oleh Letkol M.
Bachrun dan kemudian Ahmad Yani). GBN membentuk tentara khusus yang diberi
nama Banteng Raiders. Sedangkan guna menumpas pemberontkan Batalyon 426
pemerintah membentuk Operasi Merdeka Timur yang dipimpin Letkol Soeharto.
Pada awal tahun 1952 pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah berhasil dipadamkan.
4. DI/TII Aceh
4.1 Waktu dan Tempat

Terjadi di Aceh pada tanggal 20 September 1953.

4.2 Latar Belakang

Penyebab timbulnya pemberontakaan DI/TII Aceh adalah ketidakpuasan Daud


Beureuh terhadap kebijakan pemerintah RI yang memasukan Aceh di bawah
Karesidenan Sumatera Utara.

4.3 Tokoh-tokoh

a. Tengku Daud Beureuh.

4.4 Jalannya pemberontakkan

Pada tanggal 21 September 1953, Daud Beureuh mengeluarkan pernyataan


bahwa Aceh termasuk bagian dari DI/TII Kartosuwiryo.

4.5 Upaya pemerintah mengatasi pemberontakkan

Dalam menghadapi pemberontakan DI/TII di Aceh ini semula pemerintah


menggunakan kekuatan senjata. Selanjutnya atas prakarsa Kolonel M. Yasin,
Panglima Daerah Militer Iskandar Muda, pada tanggal 17-21 Desember 1962
diselenggarakan Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh yang mendapat
dukungan tokoh-tokoh masyarakat Aceh sehingga pemberontakan DI/TIl di Aceh
dapat dipadamkan.

5. DI/DII Sulawesi Selatan


5.1 Waktu dan Tempat

Terjadi di Sulawesi Selatan pada tanggal 30 April 1950.

5.2 Latar Belakang

Penyebab dari pemberontakan DI/TII Sulawesi Selatan adalah ketidakpuasan


Kahar Muzakar terhadap kebijakan pemerintah mengenai rasionalisasi militer. Kahar
Muzakar menginginkan agar Komando Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS) yang
dipimpinnya diangkat tanpa melalui seleksi menjadi tentara Angkatan Perang
Republik Indonesia Serikat (APRIS).
5.3 Tokoh-Tokoh

a. Kahar Muzakar

5.4 Jalannya Pemberontakkan

Pada tanggal 30 April 1950 Kahar Muzakar mengirim surat kepada pemerintah
agar tentara KGSS dapat bergabung dengan APRIS. Pemerintah melakukan
pendekatan kepada Kahr Muzakar dengan memberi pangkat Letnan Kolonel Pada
tanggal 17 Agustus 1951, Kahar Muzakar beserta anak buahnya melarikan diri ke
hutan dan melakukan aksi dengan melakukan teror terhadap rakyat dan menyatakan
bergabung dengan DI/TII Kartosuwiryo..

5.5 Upaya pemerintah mengatasi pemberontakkan

Untuk mengatasi pemberontakan Kahar Muzakar, pemerintah melancarkan


operasi militer dengan mengirimkan pasukan dari Devisi Siliwangi. Pemberontakan
Kahar Muzakar cukup sulit untuk ditumpas, mengingat pasukan Kahar Muzakar
sangat mengenal medan pertempuran. Akhirnya pada bulan februari 1965 Kahar
Muzakar tewas dalam sebuah pertempuran. Pembrontakan benar-benar dapat
ditumpas pada Juli 1965.

6. DI/TII Kalimantan Selatan


6.1 Waktu dan Tempat

Terjadi di Kalimantan Selatan pada bulan Oktober 1950.

6.2 Latar Belakang

Pembentukan gerakan Kesatuan Rakyat Yang Tertindas (KRYT) oleh Ibnu Hajar

6.3 Tokoh-Tokoh

a. Ibnu Hajar (Haderi Bin Umar)

6.4 Jalannya Pemberontakkan

Para pemberontak melakukan pengacauan dengan menyerang pos-pos kesatuan


TNI. Dalam menghadapi gerombolan DI/TII tersebut pemerintah pada mulanya
melakukan pendekatan kepada Ibnu Hajar dengan diberi kesempatan untuk
menyerah, dan akan diterima menjadi anggota TNI. Ibnu Hajar pun menyerah, akan
tetapi setelah menyerah melarikan diri dan melakukan pemberontakan lagi.
6.5 Upaya pemerintah mengatasi pemberontakkan

Pemerintah melakukan Gerakan Operasi Militer (GOM) ke Kalimantan


Selatan. Pada tahun 1959, Ibnu Hajar berhasil ditangkap dan dihukum mati pada 22
Maret 1965.

7. Pemberontakan APRA
7.1 Waktu dan Tempat

Terjadi di Bandung pada tanggal 23 Januari 1950.

7.2 Latar Belakang

Pada hari Kamis tanggal 5 Januari 1950, Westerling mengirim surat kepada
pemerintah RIS yang isinya adalah suatu ultimatum. Ia menuntut agar Pemerintah
RIS menghargai negara-negara bagian, terutama Negara Pasundan serta Pemerintah
RIS harus mengakui APRA sebagai tentara Pasundan. Pemerintah RIS harus
memberikan jawaban positif dalm waktu 7 hari dan apabila ditolak, maka akan
timbul perang besar.

7.3 Tokoh-Tokoh

a. Kapten Raymond Westerling.

7.4 Jalannya Pemberontakkan

APRA yang bersenjata lengkap menyerbu kota Bandung dan secara membabi
buta membunuh anggota TNI yang dijumpai. Gerakan tersebut berhasil menduduki
Markas Divisi Siliwangi setelah membunuh hampir seluruh anggota regu jaga
termasuk Letnan Kolonel Lembong. Banyak penduduk yang menjadi
korban. Pemerintah segera mengirim pasukan bantuan ke Bandung. Sementara di
Jakarta segera diadakan perundingan antara Perdana Mentri RIS dengan Komisaris
Tinggi Belanda. Di Bandung Kepala Staf Divisi Siliwangi Letnan Kolonel Eri
Sudewo menemui Panglima Divisi C tentara Belanda, Mayor Jendral Engels
(Komandan Tentara Belanda) dan hasilnya Mayor Jendral Engels mendesak agar
APRA segera meninggalkan kota Bandung. Setelah meninggalkan kota Bandung
gerombolan APRA menyebar ke berbagai tempat dan terus dikejar oleh tentara
APRIS dan dengan bantuan penduduk gerombolan tersebut berhasil
dilumpuhkan.Gerakan APRA juga diarahkan ke Jakarta. Westerling bekerja sama
dengan Sultan Hamid II yang menjadi menteri Negara dalam kabinet RIS.

Mereka akan menyerang gedung tempat berlangsungnya sidang kabinet dan


merencanakan akan membunuh Menteri Pertahanan yaitu Sultan Hamengkubuwono
IX, Sekertaris Jendral Kementrian Pertahanan yaitu Mr. Ali Budiardjo, dan Pejabat
Kepala Staf Angkatan Perang Kolonel T.B. Simatupang.

7.5 Upaya pemerintah mengatasi pemberontakkan

Berkat kesigapan dari APRIS, usaha APRA di Jakarta berhasil digagalkan.


Pada tanggal 22 Februari 1950, Westerling berhasil melarikan diri ke luar negeri
dengan pesawat Catalina, sementara Sultan HamidII berhasil ditangkap pada tanggal
4 April 1950.

Kegagalan gerakan APRA menyebabkan perasaan anti federal semakin


meningkat. Pada 30 Januari 1950, R.A.A Wiranatakusumah, mengundurkan diri
sebagai Wali Negara Pasundan. Pada 8 Februari 1950, Perdana Mentri Moh. Hatta
mengangkat Sewaka sebagai penggantinya dengan jabatan Komisaris RIS di
Pasundan.

8. Pemberontakkan Andi Azis


8.1 Waktu dan Tempat

Terjadi di Makassar pada tanggal 5 April 1950.

8.2 Latar Belakang

Pasukan Andi Azis ini akhirnya menjadi salah satu punggung pasukan
pemberontak APRIS selama bulan April sampai Agustus di Makassar, disamping
pasukan Belanda lain yang desersi dan tidak terkendali. Seperti yang terjadi dalam
pemberontakan APRA Westerling yang terlalu mengandalkan pasukan khusus
Belanda Regiment Speciale Troepen yang pernah dilatih Westerling maka dalam
pemberontakan Andi Azis hampir semua unsur pasukan Belanda terlibat terutama
KNIL non pasukan komando. Andi Azis adalah pemimpin TII (Tentara Islam
Indonesia) di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara kemudian bergabung
dengan Darul Islam (DI), hingga di kemudian hari dikenal dengan nama DI/TII
di Sulawesi Selatan dan Tenggara.

Adapun faktor yang menyebabkan pemberontakan adalah :

a. Menuntut agar pasukan bekas KNIL saja yang bertanggung jawab atas keamanan
di Negara Indonesia Timur.
b. Menentang masuknya pasukan APRIS dari TNI
c. Mempertahankan tetap berdirinya Negara Indonesia Timur
8.3 Tokoh- tokoh

a. Andi Azis
b. Kolonel Alex Kawilarang

8.4 Jalannya Pemberontakkan

Pada tanggal 5 April 1950, anggota pasukan Andi Azis menyerang markas
Tentara Nesional Indonesia (TNI) yang bertempat di Makassar, dan mereka pun
berhasil menguasainya. Bahkan, Letkol Mokoginta berhasil ditawan oleh pasukan
Andi Azis. Akhirnya, Ir.P.D Diapri (Perdana Mentri NIT) mengundurkan diri karena
tidak setuju dengan apa yang sudah dilakukan oleh Andi Azis dan ia digantikan oleh
Ir. Putuhena yang pro-RI. Pada tanggal 21 April 1950, Sukawati yang menjabat
sebagai Wali Negara NIT mengumumkan bahwa NIT bersedia untuk bergabung
dengan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).

8.5 Upaya pemerintah mengatasi pemberontakkan

Untuk menumpas pemberontakkan Andi Azis pemerintah melakukan operasi


militer di bawah pemimpin Kolonel Alex Kawilarang.

9. Pemberontakkan RMS (Republik Maluku Selatan)


9.1 Waktu dan tempat

Terjadi di Ambon pada tanggal 25 April 1950.

9.2 Latar belakang

Republik Maluku Selatan (RMS) adalah daerah yang diproklamasikan


merdeka pada 25 April 1950 dengan maksud untuk memisahkan diri dari Negara
Indonesia Timur (saat itu Indonesia masih berupa Republik Indonesia Serikat).
Namun oleh Pemerintah Pusat, RMS dianggap sebagai pemberontakan dan setelah
misi damai gagal.

9.3 Tokoh-tokoh

a. Dr. Ch. R. S. Soumokil (mantan Jaksa Agung Negara Indonesia Timur).

9.4 Jalannya Pemberontakkan

Sebelum diproklamasikannya Republik Maluku Selatan (RMS), Gubernur


Sembilan Serangkai yang beranggotakan pasukan KNIL dan partai Timur Besar
terlebih dahulu melakukan propaganda terhadap Negara Kesatuan Republik
Indonesia untuk memisahkan wilayah Maluku dari Negara Kesatuan RI. Di sisi lain,
dalam menjelang proklamasi RMS, Soumokil telah berhasil mengumpulkan kekuatan
dari masyarakat yang berada di daerah Maluku Tengah. Sementara itu, sekelompok
orang yang menyatakan dukungannya terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia
diancam dan dimasukkan ke penjara karena dukungannya terhadap NKRI dipandang
buruk oleh Soumokil. Dan pada tanggal 25 April 1950, para anggota RMS
memproklamasikan berdirinya Republik Maluku Selatan (RMS), dengan J.H
Manuhutu sebagai Presiden dan Albert Wairisal sebagai Perdana Menteri. Para
menterinya terdiri atas Mr.Dr.C.R.S Soumokil, D.j. Gasperz, J. Toule, S.J.H
Norimarna, J.B Pattiradjawane, P.W Lokollo, H.F Pieter, A. Nanlohy, Dr.Th.
Pattiradjawane, Ir.J.A. Manusama, dan Z. Pesuwarissa. Pada tanggal 27 April 1950
Dr.J.P. Nikijuluw ditunjuk sebagai Wakil Presiden RMS untuk daerah luar negeri dan
berkedudukan di Den Haang, Belanda, dan pada 3 Mei 1950, Soumokil
menggantikan Munuhutu sebagai Presiden Rakyat Maluku Selatan. Pada tanggal 9
Mei, dibentuk sebuah Angkatan Perang RMS (APRMS) dan Sersan Mayor KNIL,
D.J Samson diangkat sebagai panglima tertinggi di angkatan perang tersebut. Untuk
kepala staf-nya, Soumokil mengangkat sersan mayor Pattiwale, dan anggota staf
lainnya terdiri dari Sersan Mayor Kastanja, Sersan Mayor Aipassa, dan Sersan Mayor
Pieter. Untuk sistem kepangkatannya mengikuti system dari KNIL.

9.5 Upaya pemerintah mengatasi pemberontakkan

Dalam upaya penumpasan, pemerintah berusaha untuk mengatasi masalah ini


dengan cara berdamai. Cara yang dilakukan oleh pemerintah yaitu, dengan mengirim
misi perdamaian yang dipimpin oleh seorang tokoh asli Maluku, yakni Dr. Leimena.
Namun, misi yang diajukan tersebut ditolak oleh Soumokil. Selanjutnya misi
perdamaian yang dikirim oleh pemerintah terdiri atas para pendeta, politikus, dokter,
wartawan pun tidak dapat bertemu langsung dengan pengikut Soumokil. Karena
upaya perdamaian yang diajukan oleh pemerintah tidak berhasil, akhirnya
pemerintah melakukan operasi militer untuk membersihkan gerakan RMS dengan
mengerahkan pasukan Gerakan Operasi Militer (GOM) III yang dipimpin oleh
seorang kolonel bernama A.E Kawilarang, yang menjabat sebagai Panglima Tentara
dan Teritorium Indonesia Timur. Setelah pemerintah membentuk sebuah operasi
militer, penumpasan pemberontakan RMS pun akhirnya dilakukan pada tanggal 14
Juli 1950, dan pada tanggal 15 Juli 1950, pemerintahan RMS mengumumkan bahwa
Negara Republik Maluku Selatan sedang dalam bahaya.

Pada tanggal 28 September, pasukan militer yang diutus untuk menumpas


pemberontakan menyerbu ke daerah Ambon, dan pada tanggal 3 November 1950,
seluruh wilayah Ambon dapat dikuasai termasuk benteng Nieuw Victoria yang
akhirnya juga berhasil dikuasai oleh pasukan militer tersebut..Dengan jatuhnya
pasukan RMS yang berada di daerah Ambon, maka hal ini membuat perlawanan
yang dilakukan oleh pasukan RMS dapat ditaklukan. Pada tanggal 4 sampai 5
Desember, melalui selat Haruku dan Saparua, pusat pemerintahan RMS beserta
Angkatan Perang RMS berpindah ke Pulau Seram. Pada tahun 1952, J.H Munhutu
yang tadinya menjabat sebagai presiden RMS tertangkap di pulau Seram, Sementara
itu sebagian pimpinan RMS lainnya melarikan diri ke Negara Belanda. Setelah itu,
RMS kemudian mendirikan sebuah organisasi di Belanda dengan pemerintahan di
pengasingan (Government In Exile).Beberapa tokoh dari pimpinan sipil dan militer
RMS yang tertangkap akhirnya dimajukan ke meja hijau. Sementara itu, Dr.
Soumokil, pada masa itu ia masih bertahan di hutan-hutan yang berada di pulau
Seram sampai akhirnya ditangkap pada tanggal 2 Desember 1963. Pada Tahun 1964,
Soumokil dimajukan ke meja hijau. Selama persidangan Soumokil berlangsung,
meskipun ia bisa berbahasa Indonesia, namun pada saat itu ia selalu memakai Bahasa
Belanda, sehingga pada saat persidangan di mulai, hakim mengutus seorang
penerjemah untuk membantu persidangan Soumokil. Akhirnya pada tanggal 24 April
1964, Soumokil akhirnya dijatuhi hukuman mati.

Eksekusi pun dilaksanakan pada tanggal 12 April 1966 dan berlangsung di


Pulau Obi yang berada di wilayah kepulauan Seribu di sebelah Utara Kota Jakarta.
Sepeninggal Soumokil, sejak saat itu RMS berdiri di pengasingan di Negeri Belanda.
Pengganti Soumokil adalah Johan Manusama. Ia menjadi presiden RMS pada tahun
1966-1992, selanjutnya digantikan oleh Frans Tutuhatunewa sampai tahun 2010 dan
kemudian digantikan oleh John Wattilete.

Anda mungkin juga menyukai