Anda di halaman 1dari 21

UPAYA BANGSA

INDONESIA
DALAM MENGHADAPI
ANCAMAN
DISINTEGRASI BANGSA
Dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia, pemerintah
Indonesia menghadapi berbagai pergolakan dan pemberontakan dari dalam
negeri. Berikut pergolakan dan pemberontakan yang mengancam keutuhan
negara:
1. Pemberontakn PKI Madiun
2. Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII):
a. Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat
b. Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah
c. Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan
d. Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan
e. Pemberontakan DI/TII di Aceh
3. Peberontakan APRA (Angkatan Perang Ratu Adil)
4. Pemberontakan Andi Azis
5. Gerakan Republik Maluku Selatan (RMS)
6. Pemberontakan PRRI/Persemesta
7. G30-S/PKI
1. Pemberontakan PKI Madiun

Pemberontakan ini berawal dari upaya yang


dilakukan oleh Amir Syarifuddin untuk menjauhkan
Kabinet Hatta. Pada tanggal 28 Februari 1948
Amir Syarifuddin membentuk Front Demokrasi
Rakyat (FDR) di Surakarta. FDR terdiri dari Partai
Sosialis Indonesia, PKI, Pesindo, PBI, dan Sarbupri.

Kegiatan FDR dikendalikan oleh PKI sejak Muso


kembali dari Uni Soviet. Atas anjuran dari Muso,
partai yang tergabung dalam FDR melburkan diri
dalam PKI. Selanjutnya PKI menyusun politbiro
(dewan politik) dengan ketuanya Muso dan
sekretaris pertahanan Amir Syarifuddin.
Dalam rangka untuk menjatuhkan wibawa pemerintah, Muso dan Amir
Syarifuddin berkeliling ke sejumlah kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur untuk
mempropagandakan PKI beserta programnya. Sambil menjelek-jelekan
pemerintah, PKI mempertajam persaingan antara pasukan TNI yang pro-PKI
dan propemerintah. Adanya persaingan tersebut turut memicu terjadinya
pemberontakan PKI Madiun (Madiun Affair).

Sumarsono dari Pesindo dan Letnal Kolonel Dahlan dari Brigade 29 yang
pro-PKI melakukan perebutan kekuasaan di Madiun pada tanggal 18
Semptember 1948. Tindakan PKI tersebut disertai dengan penangkapan dan
pembunuhan pejabat sipil, militer, dan pemuka masyarakat. Kemudian
mereka mendirikan pemerintahan Soviet Republik Indonesia di Madiun.
Untuk mengatasi pemberontakan tersebut, pemerintah bersikap
tegas. Presiden Soerkarno memberikan pilihan kepada rakyat ikut
Muso dengan PKI-nya atau ikut Soekarno-Hatta. Tawaran Presiden
tersebut disambut dengan sikap mendukung pemerintah RI.
Selanjutnya pemerintah menginstruksikan kepada Kolonel Sadikin
dari Divisi Siliwangi untuk merebut kota Madiun. Kota Madiun
diserang oleh pasukan Siliwangi dan dari arah timur oleh pasukan yang
dipimpin oleh Kolonel Sungkono.

Dengan bantuan rakyat pada tanggal 30 September 1948 kota


Madiun berhasil dikuasai TNI. Muso tertembak dalam pengejaran di
Ponorogo dan Amir Syarifuddin tertangkap di Purwodadi.
Kemudian dilakukan operasi pembersihan di daerah-daerah dan pada
bulan Desember 1948 operasi dinyatakan selesai
2. Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia
A. Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat
Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat dipimpin oleh
Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo.Pemberontakan DI/TII
merupakan suatu usaha untuk mendirikan negara islam di
Indonesia. Sejak perjanjian Renville ditandatangani pada
tanggal 8 Desember 1947, pasukan TNI harus
meninggalkan wilayah Jawa Barat dan hijrah ke Jawa
tengah.
Pasukan Hisbullah dan Sabilillah yang dipimpin oleh S.M Kartosuwiryo tidak ikut dalam
hijrah tersebut. Kemudian Kartosuwiryo membentuk Gerakan Darul Islam dan seluruh
pasukannya dijadikan Tentara Islam Indonesia. Pemberontakan DI/TII ini bertujuan untuk
mendirikan negara sendiri yang terpisah dari Republik Indonesia.
Pada tanggal 7 Agustus 1949 Kartosuwiryo memproklamasikan
berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) di Tasikmalaya Jawa Barat.
Kemudian, terjadilah bentrokan antara pasukan DI/TII Kartosuwiryo
dan pasukan TNI yang baru pulang dari hijrah.

Pemerintah RI menempuh cara tegas dengan melakukan operasi


militer. Di tahun 1960 dilakukan Operasi Pagar Betis di Gunung Geber
oleh pasukan TNI bersama rakyat. Menghadapi serangan tersebut,
pasukan Kartosuwiryo semakin terdesak sehingga banyak yang
menyerah.Kartosuwiryo terkurung dan kemudian tertangkap di puncak
geber pada tanggal 4 juli 1962 dan kemudian dijatuhi hukuman mati
B. Pemberontakan DI/TII di Jawa
Tengah
Terjadinya pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah terjadi
setelah masa pengakuan kedaulatan. Pemberontakan terjadi di
tempat yang terpisah, namun saling berhubungan. Oleh
Kartosuwiryo, Amir Fatah diangkat menjadi komandan
pertempuran di Jawa Tengah. Untuk mengatasi pemberontakan
yang dilakukan oleh Amir Fatah, Divisi Diponegoro membentuk
pasukan khusus yang bernama Banteng Raiders.

Di Kudus dan Magelang terjadi pemberontakan Batalion 426. Mereka menyatakan diri
bergabung dengan DI/TII. Akibat dari pemberontakan tersebut, gerakan DI/TII di Jawa Tengah
menjadi masalah yang serius. Untuk menumpas pemberontakan tersebut, Divisi Diponegoro
melancarkan operasi militer yang bernama Operasi Merdeka Timur yang dipimpin oleh Letnan
Kolonel Soeharto.
C. Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan
Pemberontakan ini dipimpin oleh Ibnu Hajar (mantan letnan
dua TNI). Ibnu Hajar menggalang gerakan yang bernama Kesatuan
Rakyat Yang Tertindas (KRYT) dan menyatakan gerakan KRYT
sebagai bagian dari DI/TII yang dipimpin Kartosuwiryo. KRYT
sejak pertengahan bulan Oktober 1950 menyerang pos-pos TNI
dan mengacau di sejumlah wilayah di Kalimantan Selatan.
Awalnya pemerintahan memberi kesempatan kepada pemberontak DI/TII di
Kalimantan Selatan untuk menyerahkan diri. Hal itu dimanfaatkan oleh Ibnu Hajar
untuk mengelabuhi pemerintah untuk memperoleh senjata. Setelah terpenuhi
keinginannya, Ibnu Hajar kembali memberontak. Untuk menghadapi pemberontakan
tersebut, pemerintah bertindak tegas dengan melaksanakan operasi militer.akhirnya
ibnu Hajar dapat ditangkap pada bulan Juli 1963, dua tahun kemudian diadili oleh
Mahkamah Militer dan dijatuhi hukuman mati
D. Pemberontakan DI/TII di Sulawesi
Selatan
Pemberontakan ini dipimpin oleh Kahar Muzakar.
Pada tanggal 30 April 1950 Kahar Muzakar mengirim
surat kepada pemerintah pusat. Dalam surat tersebut
Kahar Muzakar menyatakan agar semua anggota dari
(Komando Gerilya Sulawesi Selatan) dimasukkan dalam
APRIS. Namun, permintaan Kahar Muzakar tersebut
ditolak oleh pemerintah pusat.
Pada tahun 1952 Kahar Muzakar menyatakan bahwa wilayah Sulawesi Selatan
menjadi bagian dari Negara Islam Indonesia pimpinan Kartosuwiryo. Untuk mengatasi
pemberontakan tersebut, pemerintah bertindak tegas dengan mengadakan operasi
militer. Penumpasan bemberontak tersebut mengalami berbagai kesulitan, namun
akhirnya pada bulan Februari 1965 Kahar Muzakar berhasil ditembak dan menahan
seluruh pasukannya
E. Pemberontakan DI/TII di Aceh

Pemberontakan ini dipimpin oleh Daud Beureuh Daud


Beureuh yang mengeluarkan maklumat tentang penyatuan
Aceh ke dalam Negara Islam Indonesia yang dipimpin
Kartosuwiryo. dan dipicu karena aceh diturunkan statusnya
dari daerah istimewa menjadi karesidenan.

Pemerintah kemudian menggunakan pendekatan persuasif dan operasi militer,


dengan dua pendekatan tersebut, pemerintah berhasil memulihkan kepercayaan
rakyat dan berhasil menciptakan keamanan rakyat Aceh. Pemerintah memberikan
amnesti (penghapusan hukuman) dari hasil musyawarah kepada Daud Beureuh
yang menandakan bahwa pemberontakan telah berakhir
3. Pemberontakan APRA ( Angkatan Perang Ratu Adil )
Gerakan APRA dipimpin oleh Kapten Westerling dan
dipelopori oleh golongan kolonialis Belanda dan bertujuan
untuk mempertahankan bentuk negara federal di
Indonesia. APRA menyerang kota Bandung dan berhasil
menduduki Markas Divisi Siliwangi. Akibatnya 79 anggota
APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat) gugur
termasuk Letnan Kolonel Lembong.

Pemerintah melakukan tekanan terhadap pimpinan tentara Belanda


dan melakukan operasi militer. Westering didesak untuk meninggalkan
kota Bandung. Gerakan APRA semakin terdesak dan terus dikejar
oleh pasukan APRIS bersama rakyat dan akhirnya gerakan APRA dapat
dilumpuhkan.
4. Pemberontakan Andi Azis
Pemberontakan ini dipicu oleh gerombolan Andi Azis yang
menolak masuknya pasukan APRIS dan TNI. Gerombolan Andi
Azis melakukan penyerangan dan menawan Panglima Teritorium
Indonesia Timur Letnan Kolonel A.J. Mokoginta.
Pemerintah mengirimkan pasukan ekspedisi di bawah
pimpinan Kolonel Alex Kawilarang dan mendaratkan pasukan di
Makassar setelah Andi Aziz menolak untuk menarik pasukannya.
Terjadi pertempuran selama 2 hari. Andi Azis akhirnya dapat
ditangkap dan diadili di Pengadilan Militer Yogyakarta pada tahun
1953 dan dijatuhi hukuman 15 tahun penjara
5. Gerakan Republik Maluku Selatan (RMS)
Pada tanggal 25 April 1950 diproklamasikan berdirinya Republik
Maluku Selatan (RMS) dibawah pimpinan Mr.Dr. Christian Robert
Steven Soumokil, Soumokil menolak terbentuknya NKRI dan tidak
menyetujui penggabungan daerah-daerah Negara Indonesia Timur
ke dalam wilayah kekuasaan Republik Indonesia. Bahkan Soumokil
minta bantuan dan pengakuan dari negara lain terutama da Belanda,
Amerika Serikat, dan komisi PBB untuk Indonesia.

Usaha damai yang telah dilakukan oleh pemerintah RIS menemui jalan buntu. Pemerintah RIS
memutuskan untuk melaksanakan ekspedisi militer. Pada tanggal 12 Desember 1963, Soumokil
baru dapat ditangkap dan kemudian dihadapkan pada Mahkamah Militer Luar Biasa di Jakarta
dan dijatuhi hukuman mati
6. Pemberontakan PRRI dan Permesta
Penyebab langsung pemberontakan ini karena adanya hubungan yang tidak
harmonis antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah di Sumatra dan Sulawesi
mengenai masalah otonomi daerah serta perimbangan keuangan antara pusat dan
daerah. Sikap tidak puas tersebut mendapat dukungan dari sejumlah perwira militer.
Para panglima militer itu membentuk dewan sebagai berikut:

1. Dewan Banteng oleh Letnan Kolonel Ahmad Husein.


2. Dewan Gajah oleh Letnan Kolonel Maludin Simbolon.
3. Dewan Garuda oleh Letnan Kolonel Berlian.
4. Dewan Manguni oleh Mayor Somba.
Kemudiann para tokoh militer dan sipil pada tanggal 9 Januari 1958 mengadakan
pertemuan di Sungai Dareh, Sumatra Barat. Dalam pertemuan tersebut dibicarakan
masalah pembentukan pemerintah baru dan hal-hal yang berhubungan dengan
pemerintah baru tersebut. Kemudian pada tanggal 15 Februari 1958, Letnan Kolonel
Ahmad Husei memproklamasikan berdirinya Pemerintah Revolusioner Republik
Indonesia (PRRI) dengan Perdana Menteri Syafruddin Prawiranegara.

Untuk menumpas pemberontakan ini, pemerintah malakukan operasi militer gabungan


yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Rukminto Hendranigrat. Operasi menumpas
Permesta ini sangat kuat karena musuh memiliki persenjataan modern buatanAmerika
Serikat. Pada Agustus 1958, pemberontakan Permesta baru akhirnya dapat ditumpas.
7. Peristiwa G-30-S/PKI

Peristiwa G-30-S/PKI diawali dengan adanya


pertentangan antara PKI dan Angkatan Darat (AD) yang
disebabkan adanya perbedaan ideologi serta kepentingan
antara PKI dan Angkatan Darat menyebabkan keduanya
bersaing satu sama lain.

Pada bulan Januari 1965 PKI mengajukan gagasan pembentukan angkatan kelima.
Angkatan Darat secara tegas menolak gagasan pembentukan angkatan kelima. Menurut
Men/Pangad Letnan Jenderal Ahmad Yani, pembentukan angkatan kelima tidak efisien
dan merugikan revolusi Indonesia. Mereka hanya dapat menerima jika angkatan kelima
berada dalam lingkungan ABRI dan ditangan komando perwira yang profesional.
Di tengah persaingan antara PKI dan Angkatan Darat, muncul berita tentang
memburuknya kesehatan Presiden Soekarno. Menurut tim dokter, ada kemungkinan
presiden akan lumpuh atau meninggal. Pimpinan PKI yang mengetahui berita itu segera
mengambil tindakan pemberontakan yang dinamakan Gerakan 30 September atau yang
dikenal dengan nama G-30-S/PKI.

Letnan Kolonel Untung sebagai pimpinan gerakan memerintahkan kepada seluruh


anggota gerakan untuk mulai bergerak pada dini hari 1 Oktober 1965. Pada dini hari itu,
mereka melakukan serangkaian penculikan dan pembunuhan terhadap enam perwira
tinggi dan seorang perwira pertama dari Angkatan Darat. Para perwira Angkata Dara
tersebut disiksa dan dibunuh yang kemudian dimasukkan ke dalam satu sumur tua di
Lubang Buaya yang terletak di sebelah selatan Pangkalan Udara Utama Halim
Perdanankusuma.
7 Jendral yang menjadi korban keganasan g30s PKI
adalah

Jenderal TNI (Anumerta) Mayjen (Anumerta) Mayjen (Anumerta) DI Letjen (Anumerta)


Achmad Yani MT Haryono Panjaitan Siswondo Parman

Letjen (Anumerta) Mayjen (Anumerta) Letnan (Anumerta)


Soeprapto Soetoyo Siswomihardjo Pierre Andreas Tendean
Penumpasan G-30-S/PKI dilakukan setelah menerima laporan
terjadinya penculikan para pemimpin TNI Angkatan Darat, Mayor Jenderal
Soeharto sebagai panglima Kostrad segera mengamibl langkah-langkah
untuk memulihkan keamanan di ibu kota dengan menyelamatkan dua
objek vital, yaitu Gedung RRI dan pusat telekomunikasi.

Operasi penumpasan dilanjutkan dengan sasaran Pangkalan Udara


Utama yang menjadi basis kekuatan G-30-S/PKI. Operasi ini bertujuan
untuk mencari tempat dan mengusut nasib para Jenderal yang diculik. Atas
petunjuk dari Ajudan Brigadir Polisi Sukitman ditemukan sumur tua tempat
penguburan jenazah para perwira Angkatan Darat, kemudian pada tanggal
5 Oktober para perwira dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.
Para perwira dianugerahi gelar Pahlawan Revolusi serta diberikan pangkat
setingkat lebih tinggi secara anumerta.
TERIMA
KASIH!!
OLEH KELOMPOK 6

 HAYDAR ALWI
YAHYA (11)
 DAFI ANI A (05)
 FARIDHOUL U (09)
 JANNATIN A (13)

Anda mungkin juga menyukai