Keamanan
A. Pemberontakan PKI Madiun 1948
Pemberontakan PKI Madiun bermula dengan ditandatanganinya
Perjanjian Renville. Akibat Perundingan Renville Kabinet Amir
Syarifuddin jatuh dan digantikan Kabinet Hatta. Salah satu program
Kabinet Hatta adalah mengadal rekonstruksi dan rasionalisasi Angkatan
Perang untuk menekan pengeluaran negara. Program rasionalisasi ini
mendapat tentangan dari golongan kiri karena dianggap sangat
merugikan mereka. Program tersebut telah memotong sayap militer
gerakan kiri sehingga pasukan atau laskar dari golongan kiri keluar dari
tentara dan kembali ke masyarakat.
1
tanggal 30 September 1948. Selanjutnya, Musso dapat ditembak mati
dan Amir Syarifuddin ditangkap. Dengan demikian, Republik Indonesia
selamat dari ancaman kaum pemberontak komunis.
2
2. DI/TII Jawa Tengah
Gerakan DI/TII di Jawa Tengah dipimpin oleh Amir Fatah. Pada tanggal
23 Agustus 1949, ia memproklamasikan berdirinya Negara Islam
Indonesia (NII) yang merupakan bagian dari DI/TII pimpinan
Kartosuwiryo. Daerah operasi gerakan ini mencakup wilayah Brebes,
Tegal, Pekalongan, Kebumen, Kudus, dan Magelang. Gerakan DI/TII
pimpinan Amir Fatah semakin kuat setelah bergabungnya Angkatan
Umat Islam (AUI) pimpinan Kyai Mohammad Mahfudz Abdurahman
(Kyai Somalangu) dan Batalion 426 yang beroperasi di daerah Kudus
dan Magelang.
3
Sulawesi Selatan (KGSS) kecewa karena pemerintah tidak memasukkan
mereka ke dalam anggota KGSS hanya dimasukkan ke dalam Corps
Tjadangan Nasional dengan letnan Kolonel Kahar Muzakar sebagai
pemimpinnya.
5. DI/TII Aceh
Gerakan DI/TII di Aceh dipimpin oleh Daud Beureueh, seorang
gubemur militer pada masa perang kemerdekaan. Munculnya gerakan
ini disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang memasukan Aceh ke
dalam wilayah Sumatera Utara. Aceh yang sebelumnya menjadi daerah
istimewa, statusnya diturunkan menjadi salah satu karesidenan dalam
wilayah Provinsi Sumatera Utara. Kebijakan pemerintah ini ditentang
oleh Daud Beureueh yang merasa kedudukannya sebagai gubernur
militer terancam. Pada tanggal 21 September 1953, Daud Beureueh
mengeluarkan pemyataan yang menyebutkan tentang penggabungan
4
Aceh ke dalam Negara Islam Indonesia (NII) pimpinan Kartosuwiryo.
5
pada kehidupan masyarakat sehingga tercapai suasana yang aman dan
tenteram.
6
daerah-daerah di bekas wilayah NIT ke dalam wilayah NKRI. Untuk
mewujudkan rencananya, Soumokil bekerja sama dengan Ir. Manusama
untuk mengadakan propaganda-propaganda terhadap para tokoh
setempat. Atas hasuan-hasutannya, para tokoh setempat tersebut
bersedia mendukung pembentukan sebuah wilayah yang lepas dari
kekuasaan NKRI. Pada tanggal 24 April 1950, Soumokil
memproklamasikan berdirinya Republik Maluku Selatan,
7
Pada tanggal 2 Maret 1957, Letkol Ventje Sumual memproklamasikan
berdirinya gerakan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta) di Makassar.
Secara terang-terangan, Permesta bergabung dan mendukung PRRI.
Tokoh-tokoh yang mendukung PRRI/Permesta, antara lain Brigjen Alex
E. Kawilarang, Letkol D.J. Somba, Kolonel Jacob F. Warouw, Letkol
M. Saleh Lahade, Syafruddin Prawiranegara, Burhanuddin Harahap, Dr.
Sumitro Joyohadi-kusumo.