(DI/TII )
Selanjutnya pemberontakan DII/TII terjadi beberapa kali dan tersebar di beberapa daerah.
Diantaranya di Jawa Barat dipimpin oleh Kartosuwirdjo, di Jawa Tengah dipimpin oleh Amir
Fatah, di Sulawesi Selatan dipimpin oleh Kahar Mazakkar, di Aceh dipimpin oleh Daud
Beureuh, dan di Kalimantan Selatan dipimpin oleh Ibnu Hajar.
a. Latar Belakang
Gagasan untuk mendirikan Negara Islam Indonesia (NII) sebenarnya
sudah muncul pada masa pendudukan Jepang. Untuk merealisasikan gagasannya,
langkah awal yang ditempuh Krtosuwirjo adalah mendirikan Institut (pesantren)
Suffah untuk merekrut para pengikutnya. Selain sebagai tempat pendidikan
Islam, juga digunakan sebagai tempat latihan kemiliteran bagi pemuda Islam,
yaitu Hizbullah dan Sabilillah, serta pusat penyebaran propaganda tentang
pembentukan negara Islam.
Setelah Agresi Militer Belanda I, tepatnya pada 14 Agustus 1947,
Kartosuwirjo menyatakan perlawanannya terhadap Belanda. Kartosuwirjo
menolak hasil Persetujuan Renville yang ditunjukkan dengan melaksanakan
hijrah. Yang dimaksud disini adalah pasukan RI dari daerah – daerah yang berada
di dalam garis Van Mook harus pindah ke daerah yang dikuasai RI. Divisi
Siliwangi dipindahkan ke Jawa Tengah karena Jawa Barat dijadikan negara
bagian Pasundan oleh Belanda. Akan tetapi Kartosuwirjo bersama pasukan
Hizbullah dan Sabilillah yang berjumlah 400.000 orang tetap memilih tinggal di
wilayah Jawa Barat.
b. Jalannya pemberontakan
Operasi militer
a. Latar belakang
b. Jalannya pemberontakan
a. Latar belakang
b. Jalannya pemberontakan
Pada 16 Agustus 1951, karena kecewa tuntutannya tidak dipenuhi, Kahar
Muzakkar mengajak pengikutnya masuk ke hutan dengan membawa senjata. Ia
kemudian mengubah nama pasukan KGSS menjadi Tentara Islam Indonesia dan
menyatakan sebagai bagian DI/TII kartosuwirjo pada tanggal 7 Agustus 1953.
b. Jalannya pemberontakan
Pada akhir tahun 1954, Ibnu Hajar memilih untuk bergabung dengan
pemerintahan DI/TII Kartosuwiryo. Ia dianggkat menjadi Panglima TII
Kalimantan.
5. DII/TII Aceh
a. Latar belakang
b. Jalannya pemberontakan
Daud Beureuh membangun kekuatan untuk menentang pemerintah. Guna
menghimpun dukungan rakyat, Daud mengobarkan sentiment agama (Islam) dan
kedaerahan. Ia juga menjalin komunikasi dengan Kartosuwiejo.
Pada 21 September 1953, Daud Beureuh mengeluarkan maklumat bahwa
Aceh merupakan bagian dari NII di bawah Kartosuwirjo. Segera setelah
maklumat diumumkan, dilaksanakan gerakan secara serentak untuk menguasai
kota – kota di Aceh dan melakukan propaganda kepada rakyat Aceh untuk tidak
mendukung pemerintah RI.
Rachmawati, Hesti Dwi. 2016. Mandiri Sejarah Indonesia Jilid 3 untuk SMA/MA Kelas
XII. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama.
Ratna Hapsari dan M. Adil. 2019.Sejarah Indonesia SMA/MA Kelas XII. Jakarta:
Erlangga.