Anda di halaman 1dari 10

Makalah Pemberontakan Andi Aziz

dan RMS
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah, karena atas rahmat, taufik,
dan hidayah-Nylah sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah Sejarah Indonesia 
Mengenai “Pemberontakan Andi Aziz dan RMS”.

Pada kesempatan kali ini, saya mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
meluangkan waktunya untuk membantu saya dalam menyelesaikan makalah ini,
diantaranya :

1. Ricky
2. Uray Rizky Adha
3. Uray Wahyu

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini, tentu masih terdapat beberapa
kesalahan dan masih jauh dari yang diharapkan. Maka dari itu, kami membutuhkan
kritik dan saran yang bersifat membangun, agar kedepannya dapat mencapai
kesempurnaan.

Akhir kata, semoga Makalah ini dapat digunakan dan dimanfaatkan bagi kita semua.
Amin.

Singkawang 16 April  2018

Penulis
DAFTAR ISI

Kata
Pengantar………………………………………………………………………………i

Daftar Isi……...
………………………………………………………………………………ii

BAB I. Pendahuluan

1.1
Latar
Belakang……………………………………………………………………………...iii

1.2   
Rumusan
Masalah……………....…………………………………………………………..…...iii

1.3  Tujuan……..……………………………………….……………………………
iii

BAB II. Pembahasan

2.1     Latar Belakang Pemberontakan Andi


Aziz………………………………………………………..1

2.2      Upaya Penumpasan Pemberontakan Andi


Aziz…………………………………………………1

2.3      Dampak Pemberontakan Andi


Aziz……………………………………………………………….2

2.4      Hikmah di Balik Pemberontakan Andi


Azis……………………………………………………..2

2.5       Penyebab / Latar Belakang Pemberontakan


RMS………………………………………………3

2.6       Tujuan Pemberontakan RMS di


Maluku………………………………………………………….4

2.7       Upaya Penumpasan Pemberontakan RMS di Maluku


………………………………………..5

2.8       Dampak dari Pemberontakan RMS di


Maluku………………………………………………….6

BAB III. Penutup

3.1   Kesimpulan………………………………………………………………………8
3.2   Saran……………………………………………………………………………..8

Daftar Pustaka…………………………………………………………….
…………………..8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang

Pada masa pemerintahan RIS, muncul pemberontakan-pemberontakan yang


mengguncang stabilitas politik dalam negeri. Pemberontakan-pemberontakan tersebut
diantaranya adalah pemberontakan Andi Aziz dan Pemberontakan Republik Maluku
Selatan (RMS).Pemberontakan Andi Aziz terjadi di Sulawesi Selatan di bawah
pimpinan Kapten Andi Aziz. Latar belakang terjadinya pemberontakan ini disebabkan
karena adanya penolakan terhadap masukan pasukan APRIS dari unsur TNI ke
Sulawesi Selatan.

Sedangkan pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) adalah daerah yang


diproklamasikan merdeka pada 25 April 1950 dengan maksud untuk memisahkan diri
dari Negara Indonesia Timur (saat itu Indonesia masih berupa Republik Indonesia
Serikat). Namun oleh Pemerintah Pusat, RMS dianggap sebagai pemberontakan dan
setelah misi damai gagal, maka RMS ditumpas tuntas pada November 1950. Sejak
1966 RMS berfungsi sebagai pemerintahan di pengasingan, Belanda.

           

2.1       Rumusan Masalah

1. Apa yang melatar belakangi atau penyebab terjadinya pemberontakan Andi


Aziz?
2. Bagaimana upaya penumpasan pemberontakan Andi Aziz?
3. Apakah dampak dari pemberontakan Andi Aziz?
4. Adakah hikmah yang dapat kita petik dari pemberontakan Andi Aziz?
5. Apa yang melatar belakangi atau penyebab terjadinya pemberontakan RMS?
6. Apa tujuan dari pemberontakan RMS?
7. Bagaimana upaya penumpasan pemberontakan RMS?
8. Apakah dampak dari pemberontakan Andi Aziz?

3.1       Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan studi literatur serta penyusunan makalah ini adalah utuk    
mengetahui bagaimana latar belakang atau penyebab pemberontakan Andi Aziz dan
RMS, tujuan dari pemberontakan RMS, upaya penumpasan pemberontakan Andi
Aziz dan RMS, dampak dari pemberontakan Andi Aziz dan  RMS, hikmah
pemberontakan Andi Aziz.

BAB II
PEMBAHASAN

Pemberontakan Andi Aziz

2.1       Latar Belakang Pemberontakan Andi Aziz

Pemberontakan di bawah naungan Andi Azis ini terjadi di Makassar yang diawali
dengan adanya konflik di Sulawesi Selatan pada bulan April 1950. Kekacauan yang
berlangsung di Makassar ini terjadi karena adanya demonstrasi dari kelompok
masyarakat yang anti federal, mereka mendesak NIT supaya segera menggabungkan
diri dengan RI. Sementara itu di sisi lain terjadi sebuah konflik dari kelompok yang
mendukung terbentuknya Negara Federal. Keadaan tersebut menyebabkan terjadinya
kegaduhan dan ketegangan di masyarakat.

Untuk menjaga keamanan di lingkungan masyarakat, maka pada tanggal 5 April 1950
pemerintah mengutus pasukan TNI sebanyak satu Batalion dari Jawa untuk
mengamankan daerah tersebut. Namun kedatangan TNI ke daerah tersebut dinilai
mengancam kedudukan kelompok masyaraat pro-federal. Selanjutnya para kelompok
masyarakat pro-federal ini bergabung dan membentuk sebuah pasukan “Pasukan
Bebas” di bawah komando kapten Andi Azis. Ia menganggap bahwa masalah
keamanan di Sulawesi Selatan menjadi tanggung jawabnya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa lata belakang pemberontakan Andi Azis adalah :

1. Menuntut bahwa keamanan di Negara Indonesia Timur hanya merupakan


tanggung jawab pasukan bekas KNIL saja.
2. Menentang campur tangan pasukan APRIS (Angkatan Perang Republik
Indonesia Serikat) terhadap konflik di Sulawesi Selatan.
3. Mempertahankan berdirinya Negara Indonesia Timur.

2.2       Upaya Penumpasan Pemberontakan Andi Aziz

Untuk menanggulangi pemberontakan yang di lakukan oleh Andi Azis, pada tanggal
8 April 1950 pemerintah memberikan perintah kepada Andi Azis bahwa setiap 4 x 24
Jam ia harus melaporkan diri ke Jakarta untuk mempertanggungjawabkan perbuatan
yang sudah ia lakukan. Untuk pasukan yang terlibat dalam pemberontakan tersebut
diperintahkan untuk menyerahkan diri dan melepaskan semua tawanan. Pada waktu
yang sama, dikirim pasukan yang dipimpin oleh A.E. Kawilarang untuk melakukan
operasi militer di Sulawesi Selatan.

Tanggal 15 April 1950, Andi Azis pergi ke Jakarta setelah didesak oleh Sukawati,
Presiden dari Negara NIT. Namun karena keterlambatannya untuk melapor, Andi
Azis akhirnya ditangkap dan diadili untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya,
sedangkan untuk pasukan TNI yang dipimpin oleh Mayor H. V Worang terus
melanjutkan pendaratan di Sulawesi Selatan. Pada tanggal 21 April 1950, pasukan ini
berhasil menguasai Makassar tanpa adanya perlawanan dari pihak pemberontak.

Pada Tanggal 26 April 1950, anggota ekspedisi yang dipimpin oleh A.E Kawilarang
mendarat di daratan Sulawesi Selatan. Keamanan yang tercipta di Sulawesi Selatan-
pun tidak berlangsung lama karena keberadaan anggota KL-KNIL yang sedang
menunggu peralihan pasukan APRIS keluar dari Makassar. Para anggota KL-KNIL
memprovokasi dan memancing emosi yang menimbulkan terjadinya bentrok antara
pasukan KL-KNIL dengan pasukan APRIS.

Pertempuran antara pasukan APRIS dengan KL-KNIL berlangsung pada tanggal 5


Agustus 1950. Kota Makassar pada saat itu sedang berada dalam kondisi yang sangat
menegangkan karena terjadinya peperangan antara pasukan KL-KNIL dengan
APRIS. Pada pertempuran tersebut pasukan APRIS berhasil menaklukan lawan, dan
pasukan APRIS-pun melakukan strategi pengepungan terhadap tentara-tentara KNIL
tersebut.

Tanggal 8 Agustus 1950, pihak KL-KNIL meminta untuk berunding ketika


menyadari bahwa kedudukannya sudah tidak menguntungkan lagi untuk perperang
dan melawan serangan dari lawan. Perundingan tersebut akhirnya dilakukan oleh
Kolonel A.E Kawilarang dari pihak RI dan Mayor Jendral Scheffelaar dari pihak KL-
KNIL. Hasil perundingan kedua belah pihakpun setuju untuk menghentikan baku
tembak yang menyebabkan terjadinya kegaduhan di daerah Makassar tersebut, dan
dalam waktu dua hari pasukan KNIL harus meninggalkan Makassar.

2.3       Dampak Pemberontakan Andi Aziz

Pada tanggal 5 April 1950, anggota pasukan Andi Azis menyerang markas Tentara
Nesional Indonesia (TNI) yang bertempat di Makassar, dan mereka pun berhasil
menguasainya. Bahkan, Letkol Mokoginta berhasil ditawan oleh pasukan Andi Azis.
Akhirnya, Ir.P.D Diapri (Perdana Mentri NIT) mengundurkan diri karena tidak setuju
dengan apa yang sudah dilakukan oleh Andi Azis dan ia digantikan oleh Ir. Putuhena
yang pro-RI. Pada tanggal 21 April 1950, Sukawati yang menjabat sebagai Wali
Negara NIT mengumumkan bahwa NIT bersedia untuk bergabung dengan NKRI
(Negara Kesatuan Republik Indonesia).

2.4       Hikmah di Balik Pemberontakan Andi Azis

Pada tanggal 30 Januari 1984 seluruh keluarga dari Andi Azis diselimuti oleh duka
yang mendalam karena kepergian sang Kapten, Andi Abdoel Azis. Di usianya yang
sudah menginjak 61 Tahun, ia meninggal di Rumah Sakit Husada Jakarta karena
serangan jantung yang dideritanya. Andi Azis meninggalkan seorang Istri dan
jenasahnya diterbangkan dari Jakarta Ke Sulawesi Selatan, lalu dimakamkan di
pemakaman keluarga Andi Djuanna Daeng Maliungan yang bertempat di desa
Tuwung, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Dalam suasana duka, mantan Presiden
RI, BJ. Habibie beserta istrinya Hasri Ainun, mantan Wakil Presiden RI, Try Sutrisno
dan para anggota perwira TNI turut berduka cita dan hadir dalam acara pemakaman
Andi Azis.

Kapten Andi Abdoel Azis, ia adalah seorang pemberontak yang tidak pernah
menyakiti dan membunuh orang untuk kepentingan pribadinya. Ia hanyalah korban
propaganda dari Belanda, karena kebutaannya terhadap dunia politik. Andi Azis
adalah seorang militer sejati yang mencoba untuk mempertahankan kesatuan Negara
Republik Indonesia pada masa itu, dan dalam kesehariannya, seorang Andi Azis
cukup dipandang dan dihargai oleh masyarakat suku Bugis Makassar yang bertempat
tinggal di Tanjung Priok, Jakarta. Disanalah Andi Azis diakui sebagai salah satu
sesepuh yang selalu dimintai nasehat oleh para penduduk tentang bagaimana cara
menjadikan suku Bugis Makassar supaya tetap dalam keadaan rukun dan sejahtera.

Andi Azis dikenal juga sebagai orang yang murah hati dan suka menolong. Ia selalu
berpesan kepada anak-anak angkatnya bahwa “Siapapun boleh dibawa masuk ke
dalam rumahnya kecuali 3 jenis manusia yaitu pemabuk, penjudi, dan pemain
perempuan.

Seorang Andi Azis patut kita jadikan sebagai bahan pembelajaran bahwa kita selama
hidup di dunia ini jangan terlalu percaya sama apa yang orang lain katakan,
percayalah kepada hati nurani, jangan terlalu percaya sama orang lain karena orang
itu belum tentu bisa mengajak kita ke jalan yang benar dan mungkin malah mengajak
kita untuk berbuat salah. Maka dari itu, alangkah lebih baiknya kita harus berwaspada
dan berhati-hati dalam mempercayai orang lain.

Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)

2.5       Penyebab / Latar Belakang Pemberontakan RMS

Pemberontakan Andi Azis, Westerling, dan Soumokil memiliki kesamaan tujuan


yaitu, mereka tidak puas terhadap proses kembalinya RIS ke Negara Kesatuan
Republik Indoneisa (NKRI). Pemberontakan yang mereka lakukan mengunakan unsur
KNIL yang merasa bahwa status mereka tidak jelas dan tidak pasti setelah KMB.
Keberhasilan anggota APRIS mengatasi keadaan yang membuat masyarakat semakin
bersemangat untuk kembali ke pangkuan NKRI. Namun, dalam usaha untuk
mempersatukan kembali masyarakat ke Negara Kesatuan Republik Indonesia terjadi
beberapa hambatan yang diantaranya terror dan intimidasi yang di tujukan kepada
masyarakat, terlebih setelah teror yang dibantu oleh anggota Polisi yang telah dibantu
dengan pasukan KNIL bagian dari Korp Speciale Troepen yang dibentuk oleh
seorang kapten bernama Raymond Westerling yang bertempat di Batujajar yang
berada di daerah Bandung. Aksi teror yang dilakukannya tersebut bahkan sampai
memakan korban jiwa karena dalam aksi terror tersebut terjadi pembunuhan dan
penganiayaan. Benih Separatisme-pun akhirnya muncul. Para biokrat pemerintah
daerah memprovokasi masayarakat Ambon bahwa penggabungan wilayah Ambon ke
NKRI akan menimbulkan bahaya di kemudian hari sehingga seluruh masyarakat
diingatkan untuk menghindari dan waspada dari ancaman bahaya tersebut.

Pada tanggal 20 April tahun 1950, diajukannya mosi tidak percaya terhadap parlemen
NIT sehingga mendorong kabinet NIT untuk meletakan jabatannya dan akhirnya
kabinet NIT dibubarkan dan bergabung ke dalam wilayah NKRI. Kegagalan
pemberontakan yang di lakukan oleh Andi Abdoel Azis (Andi Azis) menyebabkan
berakhirnya Negara Indonesia Timur. Akan tetapi Soumokil bersama para anggotanya
tidak akan menyerah untuk melepaskan Maluku Tengah dari wilayah Negara
Kesatuan Republik Indoneisa. Bahkan dalam perundingan yang berlangsung di
Ambon dengan pemuka KNIL beserta Ir. Manusaman, ia mengusulkan supaya daerah
Maluku Selatan dijadikan sebagai daerah yang merdeka, dan bila perlu seluruh
anggota dewan yang berada di daerah Maluku Selatan dibunuh. Namun, usul tersebut
ditolak karena anggota dewan justru mengusulkan supaya yang melakukan
proklamasi kemerdekaan di Maluku Selatan tersebut adalah Kepala Daerah Maluku
Selatan, yaitu J. Manuhutu. Akhirnya, J. Manuhutu terpaksa hadir pada rapat kedua di
bawah ancaman senjata.

2.6       Tujuan Pemberontakan RMS di Maluku

Pemberontakan RMS yang didalangi oleh mantan jaksa agung NIT, Soumokil
bertujuan untuk melepaskan wilayah Maluku dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Sebelum diproklamasikannya Republik Maluku Selatan (RMS), Gubernur
Sembilan Serangkai yang beranggotakan pasukan KNIL dan partai Timur Besar
terlebih dahulu melakukan propaganda terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia
untuk memisahkan wilayah Maluku dari Negara Kesatuan RI. Di sisi lain, dalam
menjelang proklamasi RMS, Soumokil telah berhasil mengumpulkan kekuatan dari
masyarakat yang berada di daerah Maluku Tengah. Sementara itu, sekelompok orang
yang menyatakan dukungannya terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia
diancam dan dimasukkan ke penjara karena dukungannya terhadap NKRI dipandang
buruk oleh Soumokil. Dan pada tanggal 25 April 1950, para anggota RMS
memproklamasikan berdirinya Republik Maluku Selatan (RMS), dengan J.H
Manuhutu sebagai Presiden dan Albert Wairisal sebagai Perdana Menteri. Para
menterinya terdiri atas Mr.Dr.C.R.S Soumokil, D.j. Gasperz, J. Toule, S.J.H
Norimarna, J.B Pattiradjawane, P.W Lokollo, H.F Pieter, A. Nanlohy, Dr.Th.
Pattiradjawane, Ir.J.A. Manusama, dan Z. Pesuwarissa.

Pada tanggal 27 April 1950 Dr.J.P. Nikijuluw ditunjuk sebagai Wakil Presiden RMS
untuk daerah luar negeri dan berkedudukan di Den Haang, Belanda, dan pada 3 Mei
1950, Soumokil menggantikan Munuhutu sebagai Presiden Rakyat Maluku Selatan.
Pada tanggal 9 Mei, dibentuk sebuah Angkatan Perang RMS (APRMS) dan Sersan
Mayor KNIL, D.J Samson diangkat sebagai panglima tertinggi di angkatan perang
tersebut. Untuk kepala staf-nya, Soumokil mengangkat sersan mayor Pattiwale, dan
anggota staf lainnya terdiri dari Sersan Mayor Kastanja, Sersan Mayor Aipassa, dan
Sersan Mayor Pieter. Untuk sistem kepangkatannya mengikuti system dari KNIL.

2.7       Upaya Penumpasan Pemberontakan RMS di Maluku

Dalam upaya penumpasan, pemerintah berusaha untuk mengatasi masalah ini dengan
cara berdamai. Cara yang dilakukan oleh pemerintah yaitu, dengan mengirim misi
perdamaian yang dipimpin oleh seorang tokoh asli Maluku, yakni Dr. Leimena.
Namun, misi yang diajukan tersebut ditolak oleh Soumokil. Selanjutnya misi
perdamaian yang dikirim oleh pemerintah terdiri atas para pendeta, politikus, dokter,
wartawan pun tidak dapat bertemu langsung dengan pengikut Soumokil.

Karena upaya perdamaian yang diajukan oleh pemerintah tidak berhasil, akhirnya
pemerintah melakukan operasi militer untuk membersihkan gerakan RMS dengan
mengerahkan pasukan Gerakan Operasi Militer (GOM) III yang dipimpin oleh
seorang kolonel bernama A.E Kawilarang, yang menjabat sebagai Panglima Tentara
dan Teritorium Indonesia Timur. Setelah pemerintah membentuk sebuah operasi
militer, penumpasan pemberontakan RMS pun akhirnya dilakukan pada tanggal 14
Juli 1950, dan pada tanggal 15 Juli 1950, pemerintahan RMS mengumumkan bahwa
Negara Republik Maluku Selatan sedang dalam bahaya. Pada tanggal 28 September,
pasukan militer yang diutus untuk menumpas pemberontakan menyerbu ke daerah
Ambon, dan pada tanggal 3 November 1950, seluruh wilayah Ambon dapat dikuasai
termasuk benteng Nieuw Victoria yang akhirnya juga berhasil dikuasai oleh pasukan
militer tersebut.

Dengan jatuhnya pasukan RMS yang berada di daerah Ambon, maka hal ini membuat
perlawanan yang dilakukan oleh pasukan RMS dapat ditaklukan. Pada tanggal 4
sampai 5 Desember, melalui selat Haruku dan Saparua, pusat pemerintahan RMS
beserta Angkatan Perang RMS berpindah ke Pulau Seram. Pada tahun 1952, J.H
Munhutu yang tadinya menjabat sebagai presiden RMS tertangkap di pulau Seram,
Sementara itu sebagian pimpinan RMS lainnya melarikan diri ke Negara Belanda.
Setelah itu, RMS kemudian mendirikan sebuah organisasi di Belanda dengan
pemerintahan di pengasingan (Government In Exile).

Beberapa tokoh dari pimpinan sipil dan militer RMS yang tertangkap akhirnya
dimajukan ke meja hijau. Pada tanggal 8 Juni 1955, hakim menjatuhi sanksi hukuman
tehadap :

1. J.H Munhutu, Presiden RMS di Hukum selama 4 Tahun


2. Albert Wairisal, menjabat sebagai Perdana Menteri Dalam Negeri di jatuhi
hukuman 5 Tahun
3. D.J Gasper, menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri di jatuhi hukuman 4 ½
Tahun
4. J.B Pattirajawane, menjabat sebagai Menteri Keuangan di jatuhi hukuman
selama 4 ½ Tahun
5. G.G.H Apituley, menjabat sebagai Menteri Keuangan di jatuhi hukuman
selama 5 ½ Tahun
6. Ibrahim Oharilla, menjabat sebagai Menteri Pangan di jatuhi hukuman selama
4 ½ Tahun
7. J.S.H Norimarna, menjabat sebagai Menteri Kemakmuran di jatuhi hukuman
selama 5 ½ Tahun
8. D.Z Pessuwariza, menjabat sebagai Menteri Penerangan di jatuhi hukuman
selama 5 ½ Tahun
9. Dr. T.A Pattirajawane, menjabat sebagai Menteri Kesehatan di jatuhi hukuman
selama 3 Tahun
10.F.H Pieters, menjabat sebagai Menteri Perhubungan di jatuhi hukuman selama
4 Tahun
11.T. Nussy, menjabat sebagai Kepala Staf Tentara RMS di jatuhi hukuman
selama 7 tahun
12.D.J Samson, menjabat sebagai Panglima Tertinggi Tentara RMS di jatuhi
hukuman selama 10 Tahun

Sementara itu, Dr. Soumokil, pada masa itu ia masih bertahan di hutan-hutan yang
berada di pulau Seram sampai akhirnya ditangkap pada tanggal 2 Desember 1963.
Pada Tahun 1964, Soumokil dimajukan ke meja hijau. Selama persidangan Soumokil
berlangsung, meskipun ia bisa berbahasa Indonesia, namun pada saat itu ia selalu
memakai Bahasa Belanda, sehingga pada saat persidangan di mulai, hakim mengutus
seorang penerjemah untuk membantu persidangan Soumokil. Akhirnya pada tanggal
24 April 1964, Soumokil akhirnya dijatuhi hukuman mati. Eksekusi pun dilaksanakan
pada tanggal 12 April 1966 dan berlangsung di Pulau Obi yang berada di wilayah
kepulauan Seribu di sebelah Utara Kota Jakarta.

Sepeninggal Soumokil, sejak saat itu RMS berdiri di pengasingan di Negeri Belanda.
Pengganti Soumokil adalah Johan Manusama. Ia menjadi presiden RMS pada tahun
1966-1992, selanjutnya digantikan oleh Frans Tutuhatunewa sampai tahun 2010 dan
kemudian digantikan oleh John Wattilete.

2.8       Dampak dari Pemberontakan RMS di Maluku

Pada Tahun 1978 anggota RMS menyandera kurang lebih 70 warga sipil yang berada
di gedung pemerintahan Belanda di Assen-Wesseran. Teror tersebut juga dilakukan
oleh beberapa kelompok yang berada di bawah pimpinan RMS, seperti kelompok
Bunuh Diri di Maluku Selatan. Dan pada tahun 1975 kelompok ini pernah merampas
kereta api dan menyandera 38 penumpang kereta api tersebut.

Pada tahun 2002, pada saat peringatan proklamasi RMS yang ke-15 dilakukan,
diadakan acara pengibaran bendera RMS di Maluku. Akibat dari kejadian ini, 23
orang ditangkap oleh aparat kepolisian. Setelah penangkapan aktivis tersebut
dilakukan, mereka tidak menerima penangkapan tersebut karena dianggap tidak
sesuai dengan hukum yang berlaku. Selanjutnya mereka memperadilkan Gubernur
Maluku beserta Kepala Kejaksaan Tinggi Maluku  karena melakukan penangkapan
dan penahanan terhadap 15 orang yang diduga sebagai propokator dan pelaksana
pengibaran bendera RMS tersebut. Aksi pengibaran bendera tersebut terus dilakukan,
dan pada tahun 2004, ratusan pendukung RMS mengibarkan bendera RMS di
Kudamati. Akibat dari pengibaran bendera ini, sejumlah aktivis yang berada di bawah
naungan RMS ditangkap dan akibat dari penangkapan tersebut, terjadilah sebuah
konflik antara sejumlah aktivis RMS dengan Kelompok Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI)

Tidak cukup dengan aksi tersebut, Anggota RMS kembali menunjukkan


keberadaannya kepada masyarakat Indonesia. Kali ini mereka tidak segan-segan
untuk meminta pengadilan negeri Den Haang untuk menuntut Presiden SBY (Susilo
Bambang Yudhoyono) dan menangkapnya atas kasus Hak Asasi Manusia (HAM)
yang dilakukan terhadap 93 aktivis RMS. Peristiwa paling parah terjadi pada tahun
2007, dimana pada saat itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sedang menghadiri
hari Keluarga Nasional yang berlangsung di Ambon, Maluku. Ironisnya, pada saat
penari Cakalele masuk ke dalam lapangan, mereka tidak tanggung-tanggung untuk
mengibarkan bendera RMS di hadapan presiden SBY.

BAB III

PENUTUP

3.1       Kesimpulan

Pemberontakan Andi Aziz terjadi di Sulawesi Selatan di bawah pimpinan Kapten


Andi Aziz pada tanggal 5 April 1950. Latar belakang terjadinya pemberontakan ini
disebabkan karena adanya penolakan terhadap masukan pasukan APRIS dari unsur
TNI ke Sulawesi Selatan.

Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) ) merupakan sebuah gerakan


sparatisme yang bertujuan bukan hanya ingin memisahkan diri dari NIT melainkan
untuk membentuk Negara sendiri terpisah dari RIS.  RMS adalah daerah yang
diproklamasikan merdeka pada 25 April 1950 dengan maksud untuk memisahkan diri
dari Negara Indonesia Timur (saat itu Indonesia masih berupa Republik Indonesia
Serikat). Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) yang dipimpin oleh Mr.
Dr. Christian Robert Steven Soumokil (mantan jaksa agung NIT Namun oleh
Pemerintah Pusat, RMS dianggap sebagai pemberontakan dan setelah misi damai
gagal, maka RMS ditumpas tuntas pada November 1950. Sejak 1966 RMS berfungsi
sebagai pemerintahan di pengasingan, Belanda.

3.2       Saran

Sebagai bangsa yang baik, kita seharusnya mengetahui sejarah peristiwa peristiwa di
masa lampau yang dapat kita jadikan pelajaran untuk  dapat turut serta membangun
bangsa Indonesia semakin baik kedepannya. Diantaranya peristiwa dua
pemberontakan yakni pemberontakan Andi Aziz dan pemberontakan Republik
Maluku Selatan (RMS).

Penulis berharap kepada pembaca umumnya dan khususnya kepada penulis sendiri,
untuk dapat mengetahui dan memahami peristiwa pemberontakan Andi Aziz dan
pemberontakan Repulik Maluku Selatan (RMS). Kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

 http://perpustakaancyber.blogspot.com/2014/03/peristiwa-pemberontakan-
andi-azis-di-makassar.html
 http://perpustakaancyber.blogspot.com/2014/03/peristiwa-pemberontakan-
republik-maluku-selatan-rms.html
 http://www.sejarah-negara.com/2013/04/pemberontakan-apra-andi-azis-dan-
rms.html
 http://brainly.co.id/tugas/1115000

Anda mungkin juga menyukai