Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

PEMBERONTAKAN DI/TII JAWA BARAT

Disusun Oleh :

Nama : Feri Irawan S

No : 19

Kelas : XII TKR 2

SMK NEGERI 2 SRAGEN


2017
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat-Nya
dan Kemurahan-Nya ksaya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul (DI/TII
Jabar) ini dengan baik dan tepat waktu.
Saya tahu bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna termasuk, dalam
penulisan, tata bahasa, dll. Untuk itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari teman-teman maupun guru pembimbing, sehingga makalah ini
nantinya boleh dikatakan lengkap.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua teman teman yang
membacanya. Maka dari itu kita dapat mengetahui pemberontakan DI/TII JABAR.
Terimakasih.
Bab. 1 DI/TII Jawa Barat

a). Latar Belakang

Negara Islam Indonesia (disingkat NII; juga dikenal dengan nama Darul Islam
atau DI) yang artinya adalah "Rumah Islam" adalah gerakan politik yang
diproklamasikan pada 7 Agustus1949 (ditulis sebagai 12 Syawal 1368 dalamkalender
Hijriyah) oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo di Desa Cisampah,
Kecamatan Ciawiligar, KawedananCisayong, Tasikmalaya, Jawa Barat.
Diproklamirkan saat Negara Pasundan buatan belanda mengangkat Raden Aria Adipati
Wiranatakoesoema sebagai presiden.

Gerakan ini bertujuan menjadikan Republik Indonesia yang saat itu baru
saja diproklamasikan kemerdekaannya dan ada pada masa perang dengan tentara
Kerajaan Belanda sebagai negara teokrasi denganagama Islam sebagai dasar negara.
Dalam proklamasinya bahwa "Hukum yang berlaku dalam Negara Islam Indonesia
adalah Hukum Islam", lebih jelas lagi dalam undang-undangnya dinyatakan bahwa
"Negara berdasarkan Islam" dan "Hukum yang tertinggi adalah Al Quran dan Hadits".
Proklamasi Negara Islam Indonesia dengan tegas menyatakan kewajiban negara untuk
membuat undang-undang yang berlandaskan syari'at Islam, dan penolakan yang keras
terhadap ideologi selain Alqur'an dan Hadits Shahih, yang mereka sebut dengan
"hukum kafir", sesuai dalam Qur'aan Surah 5. Al-Maidah, ayat 50.

Dalam perkembangannya, DI menyebar hingga di beberapa wilayah, terutama


Jawa Barat Sejak Indonesia merdeka, tercatat lebih dari sepuluh kali aksi
pemberontakan besar, antara lain DI/TII (Daarul Islam/Tentara Islam Indonesia),
PRRI/PERMESTA (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia/Pemberontakan
Semesta), Gerakan Angkatan Perang Ratu Adil(APRA), PKI Madiun 1948 dan PKI
G30S, Andi Aziz Affair dan beberapa aksi ingin memisahkan diri dari NKRI seperti
GAM (Gerakan Aceh Merdeka), RMS (Republik Maluku Selatan) dan OPM
(Organisasi Papua Merdeka).

Salah satu pemberontakan paling besar yang pernah terjadi di tanah air adalah
DI/TII (Daarul Islam/Tentara Islam Indonesia). DI/TII Jawa Barat dipimpin oleh
Sekar Marijan Kartosuwiryo dengan tujuan menentang penjajah Belanda di Indonesia.
Akan tetapi, setelah makin kuat, Kartosuwiryo memproklamasikan berdirinya Negara
Islam Indonesia (NII) pada tanggal 17 Agustus 1949 dan tentaranya dinamakan Tentara
Islam Indonesia (TII). Pada saat dilantik sebagai Pejabat Wakil Panglima Tentara dan
Tetorium VII, Kahar Muzakar beserta para pengikutnya melarikan diri ke hutan dengan
membawa persenjataan lengkap dan mengadakan pengacauan. Kahar Muzakar
mengubah nama pasukannya menjadi Tentara Islam Indonesia dan menyatakan sebagai
bagian dari DI/TII Kartosuwiryo pada tanggal 7 Agustus 1953.
Bab. 2 Pembahasan

a). Berdirinya DI/TII Jabar


Dibalik kemunculan dari Darul Islam itu sendiri sebenarnya ada dua tokoh yang
tercatat berperan dalam membentuk gerakan ini. Tokoh pertama adalah Kiai Jusuf
Tauziri, ia sebutkan sebagai pendiri gerakan Darul Islam pada tahap pertama, sebagai
gerakan Islam yang damai. Yang kemudian ia menarik dukungannya dari Kartosuwirjo
dikarenakan memberontak terhadap pemerintah Republik Indonesia.
Namun, tokoh yang benar-benar identik dengan gerakan Darul Islam ini adalah
Kartosuwirjo, sosok yang bernama lengkap Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo ini
adalah keturunan Jawa. Meski hampir seluruh karirnya banyak terjadi di Jawa Barat. Ia
bukanlah pribumi Jawa Barat. Ia lahir di Cepu ( Jawa Tengah), antara Blora dan
Bojonegoro, di perbatasan dewasa ini antara Jawa Tengah dan Jawa Timur, pada 7
Februari 1905.
Ia mendapat pendidikan Barat pada sekolah dasar dan sekolah menengah yang
menggunakan bahasa Belanda. Jadi, ia bukan seorang santri dari sebuah pesantren.
Bahkan diceritakan ia tidak pernah mempunyai pengetahuan yang benar tentang Bahasa
Arab dan Agama Islam. Dari tahun 1923 sampai tahun 1926 ia mengikuti kursus
persiapan pada Nederlands Indische Artsen School (NIAS), yaitu Sekolah Ketabiban
Hindia Belanda di Surabaya. Di Kota itu kemudian ia bertemu dengan H. Oemar Said
Tjokroaminoto, yang kemudian menjadi ketua PSII, serta menjadi bapak angkatnya.
Menurut Pinardi, Kartosuwirjo berhasil memulai studinya dalam ilmu kedokteran
dalam tahun 1926, tetapi setahun kemudian ia dikeluarkan dikarenakan kegiatan politik
yang dilakukannya. Dari tahun 1927 sampai tahun 1929 menjadi sekretaris pribadi
Tjokroaminoto. Dan disebutkan dari pengalaman yang didapatkan dari pemimpin PSII
inilah, terbesit niat Kartosuwirjo untuk mendirikan negara Indonesia yang berdasarkan
Islam.
Tahun 1929 Kartosuwirjo pindah ke daerahMalangbong dekat Garut, bagian
timur Jawa Barat, daerah asal istrinya. Ia kemudian bekerja pada PSII di daerah
tersebut. Dan sewaktu berusia 26 tahun ia terpilih sebagai sekretaris jenderal PSII pada
tahun 1931. Dan kemudian setelah meninggalnya Tjokroaminoto (1934),
Wondoamiseno terpilih menjadi ketua PSII, dan Kartosuwirjo sebagai wakilnya pada
tahun 1936.
Kemudian pada tahun-tahun berikutnya terjadi pertentangan ditubuh PSII
sendiri, berkaitan dengan kerjasama dengan pemerintah kolonial. Kartosuwirjo berada
pada pihak nonkooperasi, ia kemudian dianggap radikal dan dikeluarkan dari PSII.
Namun Kartosuwirjo tidak berhenti sampai disitu, ia kemudian membentuk PSII
tandingan pada tanggal 24 April 1940 di Malangbong bersama Kamran, yang kemudian
menjadi komandan Darul Islam. Pada saat itu Kartosuwirjo juga mendirikan pesantren
di daerah Malangbong. Bernama institute Supah atau Institut Suffah. Semula institute
ini dimaksudkan sebagai latihan kepemimpinan dalam bidang politik-keagamaan.
Namun kemudian berubah menjadi suatu pusat latihan untuk pasukan gerilya dimasa
mendatang (seperti Hizbullah dan Sabilillah) dikarenakan pada masa pendudukan
Jepang, semua kegiatan partai politik dibekukan. Dimana hal ini sebenarnya merupakan
bentuk penyebaran propaganda dari Kartosuwirjo untuk membentuk Negara Islam
Berkaitan dengan Darul Islam Kartosuwirjo dikatakan sempat memproklamirkan
Negara Islam Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1945, karena gagasan mendirikan
Negara Islam Indonesia itu sendiri sebenarnya telah dicanangkan oleh Kartosuwirjo
sejak tahun 1942. Namun ia dan gerakannya kemudian kembali ke Republik, saat
Indonesia diproklamirkan. Ia juga kemudian menjadi anggota pengurus besar partai
Masyumi. Ia merangkap sebagai Komisaris Jawa barat, dan sekretaris I partai tersebut.
Selain itu pada masa jabatan cabinet Amir Sjarifuddin tanggal 3 Juli 1947, Kartosuwirjo
sempat ditawari sebagai menteri muda pertahanan kedua, yang kemudian ditolak oleh
sosok itu.
Pada saat agresi militer pertama Belanda, Kartosuwirjo bersama gerakan DI-nya
bergerak mendukung Republik untuk menghancurkan kekuatan Belanda. Tapi
kemudian saat dilakukan persetujuan perjanjian Renville, 8 Desember 1947. Pasukan
TNI harus meninggalkan wilayah Jawa Barat, namun, Kartosuwirjo yang memimpin
Hizbullah dan Sabilillah tidak hijrah, dan bertahan di Jawa Barat. Sehingga kemudian ia
membentuk Darul Islam dan mengganti tentaranya menjadi TII (Tentara Islam
Indonesia), yang bermarkas di Gunung Cepu. Pada akhirnya ini berujung pada sebuah
proklamasi pembentukan Negara Islam Indonesia, dengan Kartosuwirjo sebagai
Imamnya.
Menurut C.A.O. Van Nieuwenhuijze menyebutkan bahwa seorang Kiai bernama
Jusuf Tauziri sebagai pemimpin kerohanian gerakan DI (Darul Islam) selama tahap
pertama. Kemudian seperti yang dikatakan oleh Hiroko Horikoshi, Kiai Jusuf Tauziri
menarik dukungannya ketika Kartosuwirjo memberontak terhadap Republik 1949.
Setelah memutuskan hubungan dengan Kartosuwirjo, dia menjadi pemimpin Darul
Islam, Dunia Perdamaian, suatu gerakan untuk mendirikan negara Islam dengan cara
damai.
Namun, banyak literatur sejarah mengungkapkan bahwa Kartosuwiryo-lah
pemimpin atau pendiri dari Darul Islam. Ia jugalah yang memproklamirkan Negara
Islam Indonesia pada hari-hari sekitar menyerahnya Jepang.
Pembentukan Darul Islam dan TII (tentara Islam Indonesia) sendiri disebutkan
sebagai respon negative yang diberikan oleh pihak Kartosuwirjo atas adanya perjanjian
Renville, antara pemerintah dan pihak Belanda. Kesepakatan yang mengharuskan TNI
menarik diri dari Jawa Barat, hal ini ditolak oleh Kartosuwirjo, dan Pasukannya, yang
kemudian membentuk gerakan Darul Islam dengan pasukan yang berganti nama
menjadi TII (tentara Islam Indonesia)

b). Gerakan DI/TII Jabar


Pada tanggal 7 Agustus 1949 di suatu desa di Kabupaten Tasikmalaya ( Jawa
Barat ). Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo memproklamirkan berdirinya Negara Islam
Indonesia. Gerakannya di namakan Darul Islam (DI) sedang tentaranya dinamakan
Tentara Islam Indonesia ( TII ). Gerakan ini dibentuk pada saat Jawa Barat di tinggal
oleh Pasukan Siliwangi yang berhijrah ke Yogyakarta dan Jawa Tengah dalam Rangka
melaksanakan ketentuan dalam Perundingan Renville.
Ketika pasukan Siliwangi berhijrah, gerombolan DI/TII ini dapat leluasa
melakukan gerakannya dengan membakar Rumah Rumah Rakyat, Membongkar Rel
Kereta Api, menyiksa dan merampok harta benda penduduk. Akan tetapi setelah
pasukan Siliwangi mengadakan Long March kembali ke Jawa Barat, gerombolan
DI/TII ini harus berhadapan dengan pasukan Siliwangi.
Usaha Untuk menumpas pemberontakan DI/TII ini memerlukan waktu yang lama
disebabkan oleh beberapa faktor, yakni :
- Medannya berupa daerah pegunungan pegunungan sehingga sangat
mendukung pasukan DI/TII untuk bergerilya,
- Pasukan Kartosuwirjo dapat bergerak dengan leluasa di Kalangan Rakyat,
- Pasukan DI/TII mendapat bantuan dari beberapa orang Belanda, antara lain
pemilik pemilik perkebunan dan para pendukung negara Pasundan,
- Suasana Politik yang tidak stabil dan sikap beberapa kalangan partai politik telah
mempersulit usaha usaha pemulihan keamanan.
Selanjutnya dalam menghadapi aksi DI/TII pemerintah mengerahkan pasukan
TNI untuk menumpas gerombolanini. Pada tahun 1960 pasukan Siliwangi bersama
rakyat melakukan operasi Pagar Betis dan operasi Bratayudha Pada tanggal 4
Juni 1962 Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo beserta para pengawalnya dapat ditangkap
oleh pasukan Siliwangi dalam operasi Bratayudha di Gunung Geber, daerah
Majalaya, Jawa Barat. Kemudian Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo oleh Mahkamah
Angkatan Darat dijatuhi hukuman mati sehingga pemberontakan DI/TII di Jawa Barat
dapa di padamkan.
c). Upaya Penumpasan Oleh Pemerintah.
DI/TII Jawa Barat Sekar Marijan Kartosuwiryo mendirikan Darul Islam (DI)
dengan tujuan menentang penjajah Belanda Di Indonesia. Akan tetapi, setelah semakin
kiat, Kartoswiryo memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) pada
tanggal 1Ju7 agustus 1949, dan tentaranya dinamakan Tentara Islam Indonesia (TII).

Upaya penumpasan DI/TII dilakukan dengan operasi militer yang disebut


Operasi Bharata Yuda. Dengan taktik pagar betis. Pada tanggal 4 juni 1962, Kartoswiryo
berhasil ditangkap oleh pasukan siliwangi di Gunung Geber, Majalaya jawa barat.
Akhirnya Kartoswiryo dijatuhi hukuman mati 16 Agustus 1962.

Anda mungkin juga menyukai