- Bagas Wijanarko
- Chintya Fibryan Yosiany
- Fitria Rizqi Anggarwati
- Mohammad Ilham Fauzan
- Putri Fadillah
- Rifqi Rahmatullah Darmawan
- Rizki Rahman
- Verra Juliani Latifah
Puji dan Syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
Rahmat-Nya dan Kemurahan-Nya kami dapat menyelesaikan tugas ilmiah ini
dengan baik dan semampunya. Tujuan kami membuat tugas kinerja ini agar
kami dapat memiliki nilai kinerja ilmiah mengetahui tentang. Pembrontakan DI
/ TII dalam mata pelajaran Sejarah. Selain itu juga tujuan kami yang lain adalah
agar kami dapat mengetahui penyebab dan perjuangan terjadinya
pemberontakan (DI/TII,) serta cara pemerintah pada saat itu untuk
menanggulanginya.
Dalam pembuatan ini juga kami mengucapkan terima kasih atas waktu
yang telah diberikan oleh Pa Tarya sebagai guru pembimbing pelajaran Sejarah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua teman – teman yang
membacanya untuk mengetahui pemberontakan yang pernah terjadi di
Indonesia. Maka dari itu kami berharap bagi pembaca/teman – teman yang
membacanya dapat memberi saran dan kritik bagi kami. Maaf apabila ada kata
atau pun ada kalimat yang salah digunakan dalam pengetikannya.
i
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR .............................................................................................................i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..................1
A. Latar Belakang…………………………………………………....................2
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………...2
C. Tujuan………………………………………………………….....................2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………........................3
1. Gerakan DI/TII
D.DI/TIIAceh ...................................................................................................5
A. Kesimpulan…………………………………………………..10
B. Saran…………………………………………………………10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat berawal dengan ditandatanganinya
Persetujuan Renville pada 17 Januari 1948 .Sekar Marijan Kartosuwiryo
mendirikan Darul Islam (DI) bersama pasukannya yang terdiri atas Hizbullah
dan Sabillah(kurang lebih sebanyak 4000 orang . Ia menolak untuk membawa
pasukannya ke Jawa Tengah dan tidak mengakui lagi keberadaan RI .
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana pemberontakan DI / TII ?
Apa yang melatar belakangi terjadinya pemberontakan ?
Bagaimana peran pemerintah dalam menghadapi ?
Siapa dalang dari peristiwa tersebut ?
C. TUJUAN
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuandan diharapkan
bermanfaat bagi kita semua.Khususnya dalam ilmu sosial masyarakat.
Dapat memberikan informasi tentang sejarah negara di masa silam mengenai DI / TII.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Gerakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII)
Gerakan NII ini bertujuan untuk menjadikan Republik Indonesia sebagai sebuah
Negara yang menerapkan dasar Agama Islam sebagai dasar Negara. Dalam proklamasinya
tertulis bahwa “Hukum yang berlaku di Negara Islam Indonesia adalah Hukum Islam” atau
lebih jelasnya lagi, di dalam undang-undang tertulis bahwa “Negara Berdasarkan Islam” dan
“Hukum tertinggi adalah Al Qur’an dan Hadist”. Proklamasi Negara Islam Indonesia (NII)
menyatakan dengan tegas bahwa kewajiban Negara untuk membuat undang-undang
berdasarkan syari’at Islam, dan menolak keras terhadap ideologi selain Al Qur’an dan Hadist,
atau yang sering mereka sebut dengan hukum kafir.
Saat pasukan Siliwangi tersebut berhijrah, kelompok DI/TII ini dengan leluasa
melakukan gerakannya dengan merusak dan membakar rumah penduduk, membongkar jalan
kereta api, serta menyiksa dan merampas harta benda yang dimiliki oleh penduduk di daerah
tersebut. Namun, setelah pasukan Siliwangi menjadwalkan untuk kembali ke Jawa Barat,
kelompok DI/TII tersebut harus berhadapan dengan pasukan Siliwangi.
2
2. Upaya Penumpasan Pemberontakan DI/TII
Usaha untuk meruntuhkan organisasi DI/TII ini memakan waktu cukup lama di karenakan
oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Tempat tinggal pasukan DI/TII ini berada di daerah pegunungan yang sangat
mendukung organisasi DI/TII untuk bergerilya.
2. Pasukan Sekarmadji dapat bergerak dengan leluasa di lingkungan penduduk.
3. Pasukan DI/TII mendapat bantuan dari orang Belanda yang di antaranya pemilik
perkebunan, dan para pendukung Negara pasundan.
4. Suasana Politik yang tidak konsisten, serta prilaku beberapa golongan partai politik
yang telah mempersulit usaha untuk pemulihan keamanan.
3
B. DI/TII Jawa Tengah
Gerakan DI/TII di Jawa Tengah yang dipimpin oleh Amir Fatah dan Kyai Sumolangu
di bagian utara, yang bergerak di daerah Tegal, Brebes dan Pekalongan. Inti kekuataanya
adalah pasukan Hizbullah yang dibentuk di Tegal,1946 dan pada 23 Agustus 1949, Amir
Fatah memproklamasikan berdirinya Darul Islam dan menyatakan brgabung dengan DI/TII
S.M.kartosuwiryo.Pasukannya dinamakan Tentara Islam Indonesia (TII) dengan sebutan
Batalion Syarif Hidayat Widjaja Kusuma(SHWK).Untuk menghancurkan gerakan ini, Januari
1950 dibentuk Komando Gerakan Banteng Negara (GBN) dibawah Letkol Sarbini.
Pemberontakan di Kebumen dilancarkan oleh Angkatan
Umat Islam (AUI) yang dipimpin oleh Kyai Moh. Mahfudh Abdurrahman (Kyai
Sumolanggu) Gerakan ini berhasil dihancurkan pada tahun 1957 dengan operasi militer yang
disebut Operasi Gerakan Banteng Nasional dari Divisi Diponegoro. Gerakan DI/TII itu
pernah menjadi kuat karena pemberontakan Batalion 426 di Kedu dan Magelang/ Divisi
Diponegoro. Didaerah Merapi-Merbabu juga telah terjadi kerusuhan-kerusuhan yang
dilancarkan oleh Gerakan oleh Gerakan Merapi-Merbabu Complex (MMC). Gerakan ini juga
dapat dihancurkan. Untuk menumpas gerakan DI/TII di daerah Gerakan Banteng Nasional
dilancarkan operasi Banteng Raiders.
D. DI/TII Aceh
Adanya berbagai masalah antara lain masalah otonomi daerah, pertentangan
antargolongan, serta rehabilitasi dan modernisasi daerah yang tidak lancar menjadi penyebab
meletusnya pemberontakan DI/TII di Aceh.Daerah Aceh sebelumnya menjadi daerah
istimewa diturunkan statusnya menjadi daerah Karasidenan di bawah provinsi Sumatera
Utara. Gerakan DI/TII di Aceh dipimpin oleh Tengku Daud Beureueh yang pada tanggal 21
September 1953 memproklamasikan daerah Aceh sebagai bagian dari Negara Islam
Indonesia dibawah pimpinan S.M.Kartosuwiryo dan memutuskan hubungan dengan Jakarta.
4
Pemberontakan DI/TII di Aceh diselesaikan dengan diadakannya musyawarah
Kerukunan Rakyat Aceh pada tanggal 17 – 28 Desember 1962 atas inisiatif Pangdam I Bukit
Barisan, Kolonel Jasin. Dalam musyawarah ini, dibicarakan berbagai permasalahan yang
dihadapi dan kesalahpahaman yang terjadi.Akhirnya dari musyawarah bersama tersebut ialah
pulihnya kembali keamanan di daerah Aceh.
Sekar Marijan Kartosuwiryo mendirikan Darul Islam (DI) dengan tujuan menentang
penjajah Belanda di Indonesia. Akan tetapi, setelah makin kuat, Kartosuwiryo
memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) pada tanggal 17 Agustus 1949
dan tentaranya dinamakan Tentara Islam Indonesia (TII). Upaya penumpasan dengan operasi
militer yang disebut Operasi Bharatayuda. Dengan taktis Pagar Betis. Pada tanggal 4 juni
1962, Kartosuwiryo berhasil ditanggap oleh pasukan Siliwangi di Gunung Geber, Majalaya,
Jawa Barat. Akhirnya Kartosuwiryo dijatuhi hukuman mati 16 Agustus 1962.
Ibnu Hadjar alias Haderi bin Umar alias Angli adalah seorang bekas Letnan Dua TNI
yang kemudian memberontak dan menyatakan gerakannya sebagai bagian DI/TII
Kartosuwiryo. Dengan pasukan yang dinamakannya Kesatuan Rakyat Yang Tertindas, Ibnu
Hadjar menyerang pos-pos kesatuan tentara di Kalimantan Selatan dan melakukan tindakan-
tindakan pengacauan pada bulan Oktober 1950.
Untuk menumpas pemberontakan Ibnu Hajar ini pemerintah menempuh upaya damai
melalui berbagai musyawarah dan operasi militer. Pada saat itu pemerintah Republik
Indonesia masih memberikan kesempatan kepada Ibnu Hadjar untuk menghentikan
petualangannya secara baik-baik, sehingga ia menyerahkan diri dengan kekuatan pasukan
beberapa peleton dan diterima kembali ke dalam Angkatan Perang Republik Indonesia.
Tetapi setelah menerima perlengkapan Ibnu Hadjar melarikan diri lagi dan melanjutkan
pemberontakannya. Pada akhir tahun 1954, Ibnu Hajar membulatkan tekadnya untuk masuk
Negara Islam. Ibnu Hajar diangkat menjadi panglima TII wilayah Kalimantan.
5
Perbuatan ini dilakukan lebih dari satu kali sehingga akhirnya Pemerintah
memutuskan untuk mengambil tindakan tegas menggempur gerombolan Ibnu Hadjar. Pada
akhir tahun 1959 pasukan gerombolan Ibnu Hadjar dapat dimusnahkan dan lbnu Hadjar
sendiri dapat ditangkap. Gerakan perlawanan baru berakhir pada bulan Juli 1963. Ibnu Hajar
dan anak buahnya menyerahkan diri secara resmi dan pada bulan Maret 1965 Pengadilan
Militer menjatuhkan hukuman mati kepada Ibnu Hajar.
Abdul Kahar Muzakkar (ada pula yang menuliskannya dengan nama Abdul Qahhar
Mudzakkar; lahir di Lanipa, Kabupaten Luwu, 24 Maret 1921 – meninggal 3 Februari 1965
pada umur 43 tahun; nama kecilnya Ladomeng)
adalah seorang figur karismatik dan legendaris dari tanah Luwu, yang merupakan pendiri
Tentara Islam Indonesia di Sulawesi. Ia adalah seorang prajurit Tentara Nasional Indonesia
(TNI) yang terakhir berpangkat Letnan Kolonel atau Overste pada masa itu. Ia tidak
menyetujui kebijaksanaan pemerintahan presiden Soekarno pada masanya, sehingga balik
menentang pemerintah pusat dengan mengangkat senjata. Ia dinyatakan pemerintah pusat
sebagai pembangkan dan pemberontak.
Pada awal tahun 1950-an ia memimpin para bekas gerilyawan Sulawesi Selatan dan
Sulawesi Tenggara mendirikan TII (Tentara Islam Indonesia) kemudian bergabung dengan
Darul Islam (DI), hingga di kemudian hari dikenal dengan nama DI/TII di Sulawesi Selatan
dan Tenggara. Pada tanggal 3 Februari 1960, melalui Operasi Tumpas, ia dinyatakan
tertembak mati dalam pertempuran antara pasukan TNI dari satuan Siliwangi 330 dan
anggota pengawal Kahar Muzakkar di Lasolo.
Namun tidak pernah diperlihatkan pusaranya, mengakibatkan para bekas pengikutnya
mempertanyakan kebenaran berita kejadiannya. Menurut kisah, jenazahnya dikuburkan di
Kilometer 1 jalan raya Kendari,sulawesi tengara. Tapi sampai saat ini banyak yang tidak
percaya atas kepergiannya karena belum ada bukti nyata tentang keberadaannya di sana.
6
Amir Fatah (Jawa Tengah)
Amir Fatah bernama lengkap Amir Fatah Wijaya Kusumah, adalah salah satu
pimpinan Hizbullah Fisabilillah di daerah Besuki, Jawa Timur sebelum bergolaknya
pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah. Ketika Perjanjian Renville ditanda tangani oleh pihak
Belanda dan Indonesia, maka semua kekuatan Republik diharuskan hijrah ke Jawa Tengah,
termasuk kesatuan Hizbullah dan Fisabilillah yang dipimpinnya.
Pada tahun 1950, ia memproklamirkan wilayahnya merupakan bagian DI/TII
Kartosuwiryo. Melalui operasi yang dilakukan oleh TNI untuk sementara waktu kekuatan
mereka melemah tetapi akibat ada pembelot, kekuatan DI/TII Amir Fatah kembali kuat. Pada
akhirnya pasukan Amir Fatah dapat ditaklukkan di perbatasan Pekalongan - Banyumas .
7
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dalam pembahasan ini adalah sebagai berikut:
1.Eksistensi ulama dalam masyarakat sebelum kehadiran Belanda ke Ace adalah sangat besar
artinya. Ulama tidak hanya dipandang sebagai orang yang memiliki ilmu keagamaan semata,
melainkan juga dianggap orang yang mampu menguasai adat istiadat serta pengetahuan
lainnya.
2. Keterlibatan ulama sangat besar artinya terhadap kondisi sosial dan politik di Aceh. Secara
politis, sejak awal kemerdekaan ulama Aceh sudah memegang peran yang sangat strategis,
seperti yang dilakukan oleh Tgk. Muhammad Daud Beureueh dalam memperjuangkan status
Daerah Istimewa bagi Aceh.
3. Pengaruh keterlibatan ulama Aceh dalam kancah politik adalah dapat menjadi pelopor
dalam menyuarakan aspirasi masyarakat Aceh (umat Islam). Ulama juga ikut berperan dalam
menggagas perdamaian di Aceh, seperti halnya dalam penyelesaian DI/TII dan juga ikut pro
aktif dalam mengupayakan perundingan Helsinki, yaitu perundingan antara pemerintah RI
dengan GAM.
Saran
1. Diharapkan kepada para pembaca kiranya dapat mengambil suri tauladan dari perjuangan
para ulama Aceh dalam menyuarakan aspirasi umat Islam, serta turut pro aktif dalam
menggagas perdamaian di Aceh.
2. Diharapkan kepada para guru dan calon guru sejarah dapat lebih giat berupaya untuk
menanamkan semangat kebangsaan dan cinta tanah air. Upaya ini salah satunya adalah
dengan semakin memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.
8
DAFTAR PUSTAKA
1. http://benazirblog.blogspot.com/2009/03/pemberontakan-ditii-di-sejumlah-daerah.html
2. http://smpn1banjar-pdg.net/index.php?
iew=article&catid=34:artikel&id=52:diitii&tmpl=component&print=1&page=
3. http://osdir.com/ml/culture.region.indonesia.sunda/2006-04/msg00200.html
4. http://www.crayonpedia.org/mw/BSE:Strategi_Nasional_dalam_Menghadapi_Peristiwa_
Madiun/PKI,_DI/TII,_G_30_S/_PKI,_dan_Konflik-
Konflik_Internal_Lainnya_9.2_(BAB_13)#1._Pemberontakan_DI_.2F_TII _di_Jawa_Barat
5. http://lukulo.blogspot.com/2008/01/peristiwa-tragedi-nasional.html
6. http://banisurahman.blogspot.com/2009/10/perjuangan-bangsa-indonesia.html