Anda di halaman 1dari 12

Makalah Tentang

Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia


(DI/TII)

Disusun oleh : - Albi Muhammad Minandar

- Bagas Wijanarko
- Chintya Fibryan Yosiany
- Fitria Rizqi Anggarwati
- Mohammad Ilham Fauzan
- Putri Fadillah
- Rifqi Rahmatullah Darmawan
- Rizki Rahman
- Verra Juliani Latifah

Kelas : XII MIPA 5

SMA NEGERI 1 CILEUNYI


Jl. Pendidikan No. 6 Cibiru Wetan Cileunyi Kab.Bandung. Tlp. 022 7805592
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
Rahmat-Nya dan Kemurahan-Nya kami dapat menyelesaikan tugas ilmiah ini
dengan baik dan semampunya. Tujuan kami membuat tugas kinerja ini agar
kami dapat memiliki nilai kinerja ilmiah mengetahui tentang. Pembrontakan DI
/ TII dalam mata pelajaran Sejarah. Selain itu juga tujuan kami yang lain adalah
agar kami dapat mengetahui penyebab dan perjuangan terjadinya
pemberontakan (DI/TII,) serta cara pemerintah pada saat itu untuk
menanggulanginya.
Dalam pembuatan ini juga kami mengucapkan terima kasih atas waktu
yang telah diberikan oleh Pa Tarya sebagai guru pembimbing pelajaran Sejarah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua teman – teman yang
membacanya untuk mengetahui pemberontakan yang pernah terjadi di
Indonesia. Maka dari itu kami berharap bagi pembaca/teman – teman yang
membacanya dapat memberi saran dan kritik bagi kami. Maaf apabila ada kata
atau pun ada kalimat yang salah digunakan dalam pengetikannya.

Bandung, 04 Agustus 2016

i
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR .............................................................................................................i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………...ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..................1

A. Latar Belakang…………………………………………………....................2

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………...2

C. Tujuan………………………………………………………….....................2

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………........................3

1. Gerakan DI/TII

A.DI/TII Jawa Barat ..........................................................................................3

B. DI/TII Jawa Tengah ......................................................................................3

C. DI/TII Sulawesi Selatan ...............................................................................4

D.DI/TIIAceh ...................................................................................................5

E. DI/TII Kalimantan Selatan ..........................................................................6

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………

A. Kesimpulan…………………………………………………..10

B. Saran…………………………………………………………10

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat berawal dengan ditandatanganinya
Persetujuan Renville pada 17 Januari 1948 .Sekar Marijan Kartosuwiryo
mendirikan Darul Islam (DI) bersama pasukannya yang terdiri atas Hizbullah
dan Sabillah(kurang lebih sebanyak 4000 orang . Ia menolak untuk membawa
pasukannya ke Jawa Tengah dan tidak mengakui lagi keberadaan RI .

B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana pemberontakan DI / TII ?
Apa yang melatar belakangi terjadinya pemberontakan ?
Bagaimana peran pemerintah dalam menghadapi ?
Siapa dalang dari peristiwa tersebut ?

C. TUJUAN
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuandan diharapkan
bermanfaat bagi kita semua.Khususnya dalam ilmu sosial masyarakat.
Dapat memberikan informasi tentang sejarah negara di masa silam mengenai DI / TII.

1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Gerakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII)

1. Latar Belakang dan Tujuan Pemberontakan DI/TII

Gerakan NII ini bertujuan untuk menjadikan Republik Indonesia sebagai sebuah
Negara yang menerapkan dasar Agama Islam sebagai dasar Negara. Dalam proklamasinya
tertulis bahwa “Hukum yang berlaku di Negara Islam Indonesia adalah Hukum Islam” atau
lebih jelasnya lagi, di dalam undang-undang tertulis bahwa “Negara Berdasarkan Islam” dan
“Hukum tertinggi adalah Al Qur’an dan Hadist”. Proklamasi Negara Islam Indonesia (NII)
menyatakan dengan tegas bahwa kewajiban Negara untuk membuat undang-undang
berdasarkan syari’at Islam, dan menolak keras terhadap ideologi selain Al Qur’an dan Hadist,
atau yang sering mereka sebut dengan hukum kafir.

Dalam perkembangannya, Negara Islam Indonesia ini menyebar sampai ke beberapa


wilayah yang berada di Negara Indonesia terutama Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan
Selatan, Aceh, dan Sulawesi Selatan. Setelah Sekarmadji ditangkap oleh Tentara Nasional
Indonesia (TNI) dan dieksekusi pada tahun 1962, gerakan Darul Islam tersebut menjadi
terpecah. Akan tetapi, meskipun dianggap sebagai gerakan ilegal oleh Negara Indonesia,
pemberontakan DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) ini masih berjalan meskipun
dengan secara diam-diam di Jawa Barat, Indonesia.

Pada Tanggal 7 Agustus 1949, di sebuah desa yang terletak di kabupaten


Tasikmalaya, Jawa Barat. Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo mengumumkan bahwa Negara
Islam Indonesia telah berdiri di Negara Indonesia, dengan gerakannya yang disebut dengan
DI (Darul Islam) dan para tentaranya diberi julukan dengan sebutan TII (Tentara Islam
Indonesia). Gerakan DI/NII ini dibentuk pada saat provinsi Jawa Barat ditinggalkan oleh
Pasukan Siliwangi yang sedang berhijrah ke Jawa Tengah dan Yogyakarta dalam rangka
melaksanakan perundingan Renville.

Saat pasukan Siliwangi tersebut berhijrah, kelompok DI/TII ini dengan leluasa
melakukan gerakannya dengan merusak dan membakar rumah penduduk, membongkar jalan
kereta api, serta menyiksa dan merampas harta benda yang dimiliki oleh penduduk di daerah
tersebut. Namun, setelah pasukan Siliwangi menjadwalkan untuk kembali ke Jawa Barat,
kelompok DI/TII tersebut harus berhadapan dengan pasukan Siliwangi.

2
2. Upaya Penumpasan Pemberontakan DI/TII

Usaha untuk meruntuhkan organisasi DI/TII ini memakan waktu cukup lama di karenakan
oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Tempat tinggal pasukan DI/TII ini berada di daerah pegunungan yang sangat
mendukung organisasi DI/TII untuk bergerilya.
2. Pasukan Sekarmadji dapat bergerak dengan leluasa di lingkungan penduduk.
3. Pasukan DI/TII mendapat bantuan dari orang Belanda yang di antaranya pemilik
perkebunan, dan para pendukung Negara pasundan.
4. Suasana Politik yang tidak konsisten, serta prilaku beberapa golongan partai politik
yang telah mempersulit usaha untuk pemulihan keamanan.

Selanjutnya, untuk menghadapi pasukan DI/TII, pemerintah mengerahkan Tentara Nasional


Indonesia (TNI) untuk meringkus kelompok ini. Pada tahun 1960 para pasukan Siliwangi
bekerjasama dengan rakyat untuk melakukan operasi “Bratayudha” dan “Pagar Betis” untuk
menumpas kelompok DI/TII tersebut. Pada Tanggal 4 Juni 1962 Sekarmadji Maridjan
Kartosoewirjo dan para pengawalnya di tangkap oleh pasukan Siliwangi dalam operasi
Bratayudha yang berlangsung di Gunung Geber, Majalaya, Jawa Barat. Setelah Sekarmadji
ditangkap oleh pasukan TNI, Mahkamah Angkatan Darat menyatakan bahwa Sekarmadji
Maridjan Kartosoewirjo dijatuhi hukuman mati, dan dan setelah Sekarmadji meninggal,
pemberontakan DI/TII di Jawa Barat dapat dimusnahkan.

A. DI/TII Jawa Barat


Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat berawal dengan ditandatanganinya Persetujuan
Renville pada 17 Januari 1948 .Sekar Marijan Kartosuwiryo mendirikan Darul Islam (DI)
bersama pasukannya yang terdiri atas Hizbullah dan Sabillah(kurang lebih sebanyak 4000
orang . Ia menolak untuk membawa pasukannya ke Jawa Tengah dan tidak mengakui lagi
keberadaan RI. dan tujuannya juga menentang penjajah Belanda di Indonesia. Akan tetapi,
setelah makin kuat, S.M.Kartosuwiryo memproklamasikan berdirinya Negara Islam
Indonesia (NII) pada tanggal 17 Agustus 1949 di Desa Cisayong,Jawa Barat dan tentaranya
dinamakan Tentara Islam Indonesia (TII) saat itu lah tidak sedikit rakyat yang menjadi
korban.
Upaya pemerintah untuk menghadapi gerakan DI/TII pemerintah bekerja sama
dengan rakyat setempat.Dan dijalankan lah taktik dan strategi baru yang disebut Perang
Wilayah.Pada 1 April 1962 dilancarkan Operasi Bharatayuda yaitu operasi penumpasan
gerakan DI/TII. Dengan taktis Pagar Betis. Pada tanggal 4 juni 1962, S.M.Kartosuwiryo
beserta para pengikutnya berhasil ditanggap oleh pasukan Siliwangi di Gunung Geber,
Majalaya, Jawa Barat.Ia sempat mengajukan grasi kepada Presiden,tetapi di tolak. Akhirnya
S.M.Kartosuwiryo dijatuhi hukuman mati di hadapan regu tembak dari keempat angkatan
bersenjata RI 16 Agustus 1962.

3
B. DI/TII Jawa Tengah
Gerakan DI/TII di Jawa Tengah yang dipimpin oleh Amir Fatah dan Kyai Sumolangu
di bagian utara, yang bergerak di daerah Tegal, Brebes dan Pekalongan. Inti kekuataanya
adalah pasukan Hizbullah yang dibentuk di Tegal,1946 dan pada 23 Agustus 1949, Amir
Fatah memproklamasikan berdirinya Darul Islam dan menyatakan brgabung dengan DI/TII
S.M.kartosuwiryo.Pasukannya dinamakan Tentara Islam Indonesia (TII) dengan sebutan
Batalion Syarif Hidayat Widjaja Kusuma(SHWK).Untuk menghancurkan gerakan ini, Januari
1950 dibentuk Komando Gerakan Banteng Negara (GBN) dibawah Letkol Sarbini.
Pemberontakan di Kebumen dilancarkan oleh Angkatan
Umat Islam (AUI) yang dipimpin oleh Kyai Moh. Mahfudh Abdurrahman (Kyai
Sumolanggu) Gerakan ini berhasil dihancurkan pada tahun 1957 dengan operasi militer yang
disebut Operasi Gerakan Banteng Nasional dari Divisi Diponegoro. Gerakan DI/TII itu
pernah menjadi kuat karena pemberontakan Batalion 426 di Kedu dan Magelang/ Divisi
Diponegoro. Didaerah Merapi-Merbabu juga telah terjadi kerusuhan-kerusuhan yang
dilancarkan oleh Gerakan oleh Gerakan Merapi-Merbabu Complex (MMC). Gerakan ini juga
dapat dihancurkan. Untuk menumpas gerakan DI/TII di daerah Gerakan Banteng Nasional
dilancarkan operasi Banteng Raiders.

C. DI/TII Sulawesi Selatan


Gerakan DI/TII di Sulawesi Selatan dipimpin oleh Kahar Muzakar.Latar belakang
pemberontakan ini berbeda dari yang terjadi di Jawa barat dan Jawa tengah. Pada tanggal 30
April 1950 Kahar Muzakar mengirim surat kepada Pemerintah pusat untuk membubarkan
Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS) dan anggotanya disalurkan ke dalam APRIS.
Tenyata Kahar Muzakar menuntut agar Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan dan kesatuan
gerilya lainnya dimasukkan delam satu brigade yang disebut Brigade Hasanuddin di bawah
pimpinanya.
Tuntutan itu ditolak karena banyak diantara mereka yang tidak memenuhi syarat
untuk dinas militer. Pemerintah mengambil kebijaksanaan menyalurkan bekas gerilyawan itu
ke Corps Tjadangan Nasional (CTN). Pada saat dilantik sebagai Pejabat Wakil Panglima
Tentara dan Tetorium VII, Kahar Muzakar beserta para pengikutnya melarikan diri ke hutan
dengan membawa persenjataan lengkap dan mengadakan pengacauan serta pada tahun 1952,
ia menyatakan bahwa wilayah Sulawesi Selatan menjadi bagian dari Negara Islam Indonesia
pimpinan S.M.Kartosuwiryo di Jawa Barat pada tanggal 7 Agustus 1953.
Penumpasan pemberontakan Kahar Muzakar memakan waktu lebih dari 14 tahun.
Faktor yang menjadi penyebab lamanya adalah rasa kesukuan yang ditanamkan dan
gerombolan ini telah berakar di Hati rakyat Kahar Muzakar dan gerombolannya mengenal
sifat rakyat dan memanfaatkan lingkungan alam yang sangat dikenalnya. Tanggal 3 Februari
1965, Kahar Muzakar tertembak mati dalam sebuah kontak senjata dengan pasukan RI.

D. DI/TII Aceh
Adanya berbagai masalah antara lain masalah otonomi daerah, pertentangan
antargolongan, serta rehabilitasi dan modernisasi daerah yang tidak lancar menjadi penyebab
meletusnya pemberontakan DI/TII di Aceh.Daerah Aceh sebelumnya menjadi daerah
istimewa diturunkan statusnya menjadi daerah Karasidenan di bawah provinsi Sumatera
Utara. Gerakan DI/TII di Aceh dipimpin oleh Tengku Daud Beureueh yang pada tanggal 21
September 1953 memproklamasikan daerah Aceh sebagai bagian dari Negara Islam
Indonesia dibawah pimpinan S.M.Kartosuwiryo dan memutuskan hubungan dengan Jakarta.

4
Pemberontakan DI/TII di Aceh diselesaikan dengan diadakannya musyawarah
Kerukunan Rakyat Aceh pada tanggal 17 – 28 Desember 1962 atas inisiatif Pangdam I Bukit
Barisan, Kolonel Jasin. Dalam musyawarah ini, dibicarakan berbagai permasalahan yang
dihadapi dan kesalahpahaman yang terjadi.Akhirnya dari musyawarah bersama tersebut ialah
pulihnya kembali keamanan di daerah Aceh.

E. DI/TII Kalimantan Selatan


Pada akhir tahun 1950,Kesatuan Rakyat Jang Tertindas(KRJT) melakukan
penyerangan ke pos-pos TNI di Kalimantan Selatan. KRJT dipimpin seorang mantan Letnan
dua TNI yang bernama Ibnu Hadjar alias Haderi alias Angli.Ibnu Hadjar sendiri kemudian
menyerahkan diri. Akan tetapi , setelah merasa kuat dan memperoleh peralatan perang, ia
kembali membuat kekacauan dengan bantuan Kahar Muzakar dan S.M.kartosuwiryo. Pada
tahun 1954, Ibnu Hadjar diangkat sebagai panglima TII wilayah Kalimantan. Akhirnya,
Pemerintah melalui TNI berhasil mengatasi gerakan yang dilakukan oleh Ibnu Hadjar pada
tahun 1959 dan Ibnu Hadjar berhasil ditangkap dan pada 22 maret 1965 dan ia dijatuhkan
hukuman mati oleh pengadilan militer.

Biografi Singkat 5 Pemimpin DI/TII


Sekar Marijan Kartosuwiryo (Jawa Barat)

Sekar Marijan Kartosuwiryo mendirikan Darul Islam (DI) dengan tujuan menentang
penjajah Belanda di Indonesia. Akan tetapi, setelah makin kuat, Kartosuwiryo
memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) pada tanggal 17 Agustus 1949
dan tentaranya dinamakan Tentara Islam Indonesia (TII). Upaya penumpasan dengan operasi
militer yang disebut Operasi Bharatayuda. Dengan taktis Pagar Betis. Pada tanggal 4 juni
1962, Kartosuwiryo berhasil ditanggap oleh pasukan Siliwangi di Gunung Geber, Majalaya,
Jawa Barat. Akhirnya Kartosuwiryo dijatuhi hukuman mati 16 Agustus 1962.

Ibnu Hadjar (Kalimantan Selatan)

Ibnu Hadjar alias Haderi bin Umar alias Angli adalah seorang bekas Letnan Dua TNI
yang kemudian memberontak dan menyatakan gerakannya sebagai bagian DI/TII
Kartosuwiryo. Dengan pasukan yang dinamakannya Kesatuan Rakyat Yang Tertindas, Ibnu
Hadjar menyerang pos-pos kesatuan tentara di Kalimantan Selatan dan melakukan tindakan-
tindakan pengacauan pada bulan Oktober 1950.
Untuk menumpas pemberontakan Ibnu Hajar ini pemerintah menempuh upaya damai
melalui berbagai musyawarah dan operasi militer. Pada saat itu pemerintah Republik
Indonesia masih memberikan kesempatan kepada Ibnu Hadjar untuk menghentikan
petualangannya secara baik-baik, sehingga ia menyerahkan diri dengan kekuatan pasukan
beberapa peleton dan diterima kembali ke dalam Angkatan Perang Republik Indonesia.
Tetapi setelah menerima perlengkapan Ibnu Hadjar melarikan diri lagi dan melanjutkan
pemberontakannya. Pada akhir tahun 1954, Ibnu Hajar membulatkan tekadnya untuk masuk
Negara Islam. Ibnu Hajar diangkat menjadi panglima TII wilayah Kalimantan.

5
Perbuatan ini dilakukan lebih dari satu kali sehingga akhirnya Pemerintah
memutuskan untuk mengambil tindakan tegas menggempur gerombolan Ibnu Hadjar. Pada
akhir tahun 1959 pasukan gerombolan Ibnu Hadjar dapat dimusnahkan dan lbnu Hadjar
sendiri dapat ditangkap. Gerakan perlawanan baru berakhir pada bulan Juli 1963. Ibnu Hajar
dan anak buahnya menyerahkan diri secara resmi dan pada bulan Maret 1965 Pengadilan
Militer menjatuhkan hukuman mati kepada Ibnu Hajar.

Daud Beureueh (Jawa Tengah)

Teungku Muhammad Daud Beureu'eh (lahir di Beureu'eh, kabupaten Pidie, Aceh, 17


September 1899 – meninggal di Aceh, 10 Juni 1987 pada umur 87 tahun) atau yang nama
lengkapnya adalah Teungku Muhammad Daud Beureu'eh adalah mantan Gubernur Aceh,
pendiri NII di Aceh dan pejuang kemerdekaan Indonesia. Ketika PUSA (Persatuan Ulama
Seluruh Aceh) didirikan untuk menentang pendudukan Belanda, Daud Beureu'eh terpilih
sebagai ketuanya.
Pada masa perang revolusi, Daud Beureu'eh menjabat sebagai Gubernur Militer Aceh.
Sejak 21 September 1953 sampai dengan 9 Mei 1962, ia melakukan pemberontakan kepada
pemerintah dengan mendirikan NII akibat ketidakpuasannya atas pemerintahan Soekarno.
Namun akhirnya ia kembali ke pangkuan Republik Indonesia setelah dibujuk kembali oleh
Mohammad Natsir.
Kahar Muzakkar (Sulawesi Selatan)

Abdul Kahar Muzakkar (ada pula yang menuliskannya dengan nama Abdul Qahhar
Mudzakkar; lahir di Lanipa, Kabupaten Luwu, 24 Maret 1921 – meninggal 3 Februari 1965
pada umur 43 tahun; nama kecilnya Ladomeng)
adalah seorang figur karismatik dan legendaris dari tanah Luwu, yang merupakan pendiri
Tentara Islam Indonesia di Sulawesi. Ia adalah seorang prajurit Tentara Nasional Indonesia
(TNI) yang terakhir berpangkat Letnan Kolonel atau Overste pada masa itu. Ia tidak
menyetujui kebijaksanaan pemerintahan presiden Soekarno pada masanya, sehingga balik
menentang pemerintah pusat dengan mengangkat senjata. Ia dinyatakan pemerintah pusat
sebagai pembangkan dan pemberontak.
Pada awal tahun 1950-an ia memimpin para bekas gerilyawan Sulawesi Selatan dan
Sulawesi Tenggara mendirikan TII (Tentara Islam Indonesia) kemudian bergabung dengan
Darul Islam (DI), hingga di kemudian hari dikenal dengan nama DI/TII di Sulawesi Selatan
dan Tenggara. Pada tanggal 3 Februari 1960, melalui Operasi Tumpas, ia dinyatakan
tertembak mati dalam pertempuran antara pasukan TNI dari satuan Siliwangi 330 dan
anggota pengawal Kahar Muzakkar di Lasolo.
Namun tidak pernah diperlihatkan pusaranya, mengakibatkan para bekas pengikutnya
mempertanyakan kebenaran berita kejadiannya. Menurut kisah, jenazahnya dikuburkan di
Kilometer 1 jalan raya Kendari,sulawesi tengara. Tapi sampai saat ini banyak yang tidak
percaya atas kepergiannya karena belum ada bukti nyata tentang keberadaannya di sana.

6
Amir Fatah (Jawa Tengah)

Amir Fatah bernama lengkap Amir Fatah Wijaya Kusumah, adalah salah satu
pimpinan Hizbullah Fisabilillah di daerah Besuki, Jawa Timur sebelum bergolaknya
pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah. Ketika Perjanjian Renville ditanda tangani oleh pihak
Belanda dan Indonesia, maka semua kekuatan Republik diharuskan hijrah ke Jawa Tengah,
termasuk kesatuan Hizbullah dan Fisabilillah yang dipimpinnya.
Pada tahun 1950, ia memproklamirkan wilayahnya merupakan bagian DI/TII
Kartosuwiryo. Melalui operasi yang dilakukan oleh TNI untuk sementara waktu kekuatan
mereka melemah tetapi akibat ada pembelot, kekuatan DI/TII Amir Fatah kembali kuat. Pada
akhirnya pasukan Amir Fatah dapat ditaklukkan di perbatasan Pekalongan - Banyumas .

7
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dalam pembahasan ini adalah sebagai berikut:

1.Eksistensi ulama dalam masyarakat sebelum kehadiran Belanda ke Ace adalah sangat besar
artinya. Ulama tidak hanya dipandang sebagai orang yang memiliki ilmu keagamaan semata,
melainkan juga dianggap orang yang mampu menguasai adat istiadat serta pengetahuan
lainnya.

2. Keterlibatan ulama sangat besar artinya terhadap kondisi sosial dan politik di Aceh. Secara
politis, sejak awal kemerdekaan ulama Aceh sudah memegang peran yang sangat strategis,
seperti yang dilakukan oleh Tgk. Muhammad Daud Beureueh dalam memperjuangkan status
Daerah Istimewa bagi Aceh.

3. Pengaruh keterlibatan ulama Aceh dalam kancah politik adalah dapat menjadi pelopor
dalam menyuarakan aspirasi masyarakat Aceh (umat Islam). Ulama juga ikut berperan dalam
menggagas perdamaian di Aceh, seperti halnya dalam penyelesaian DI/TII dan juga ikut pro
aktif dalam mengupayakan perundingan Helsinki, yaitu perundingan antara pemerintah RI
dengan GAM.

Saran
1. Diharapkan kepada para pembaca kiranya dapat mengambil suri tauladan dari perjuangan
para ulama Aceh dalam menyuarakan aspirasi umat Islam, serta turut pro aktif dalam
menggagas perdamaian di Aceh.
2. Diharapkan kepada para guru dan calon guru sejarah dapat lebih giat berupaya untuk
menanamkan semangat kebangsaan dan cinta tanah air. Upaya ini salah satunya adalah
dengan semakin memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.

8
DAFTAR PUSTAKA
1. http://benazirblog.blogspot.com/2009/03/pemberontakan-ditii-di-sejumlah-daerah.html
2. http://smpn1banjar-pdg.net/index.php?
iew=article&catid=34:artikel&id=52:diitii&tmpl=component&print=1&page=
3. http://osdir.com/ml/culture.region.indonesia.sunda/2006-04/msg00200.html
4. http://www.crayonpedia.org/mw/BSE:Strategi_Nasional_dalam_Menghadapi_Peristiwa_
Madiun/PKI,_DI/TII,_G_30_S/_PKI,_dan_Konflik-
Konflik_Internal_Lainnya_9.2_(BAB_13)#1._Pemberontakan_DI_.2F_TII _di_Jawa_Barat
5. http://lukulo.blogspot.com/2008/01/peristiwa-tragedi-nasional.html
6. http://banisurahman.blogspot.com/2009/10/perjuangan-bangsa-indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai