100%(1)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
99 tayangan11 halaman
Dokumen tersebut membahas 7 kabinet yang berkuasa pada masa demokrasi liberal di Indonesia antara tahun 1950-1959. Kabinet-kabinet tersebut sering berganti akibat konflik politik dan mosi tidak percaya. Masing-masing kabinet memiliki programnya sendiri dalam membangun negara, namun umumnya mengalami tantangan seperti masalah keamanan, ekonomi, dan konflik antarpartai.
Deskripsi Asli:
Tentang 7 Kabinet Masa Demokrasi
Judul Asli
7 Kabinet Masa Demokrasi Liberal By Novryanto Ramadani Kelas 12 ips 1
Dokumen tersebut membahas 7 kabinet yang berkuasa pada masa demokrasi liberal di Indonesia antara tahun 1950-1959. Kabinet-kabinet tersebut sering berganti akibat konflik politik dan mosi tidak percaya. Masing-masing kabinet memiliki programnya sendiri dalam membangun negara, namun umumnya mengalami tantangan seperti masalah keamanan, ekonomi, dan konflik antarpartai.
Dokumen tersebut membahas 7 kabinet yang berkuasa pada masa demokrasi liberal di Indonesia antara tahun 1950-1959. Kabinet-kabinet tersebut sering berganti akibat konflik politik dan mosi tidak percaya. Masing-masing kabinet memiliki programnya sendiri dalam membangun negara, namun umumnya mengalami tantangan seperti masalah keamanan, ekonomi, dan konflik antarpartai.
Ditulis Oleh : Novryanto Ramadani Kelas : XII IPS 1 Latar Belakang
Pada masa orde lama, sistem
pemerintahan di Indonesia mengalami beberapa peralihan. Indonesia pernah menerapkan sistem pemerintahan presidensial, parlementer, demokrasi liberal, dan sistem pemerintahan demokrasi terpimpin. Kabinet-kabinet di Indonesia Pada Masa Demokrasi Liberal
Pada masa ini terjadi banyak pergantian
kabinet diakibatkan situasi politik yang tidak stabil. Tercatat ada 7 kabinet pada masa ini. Kabinet jatuh bangun karena munculnya mosi tidak percaya dari partai lawan. Di samping itu, terjadi perdebatan dalam Konstituante yang sering menimbulkan konflik berkepanjangan. 1.Kabinet Natsir pada Tahun 1950 - 1951
Kabinet Natsir memerintah sejak 6 September 1950 sampai
tanggal 20 Maret 1951. Kabinet ini merupakan kabinet koalisi. Inti kabinet ini merupakan Masyumi, namun terdapat juga tokoh-tokoh non partai yang dianggap ahli dalam bidangnya. Mereka adalah Mr. Asaat, Prof Sumitro Djojohadikusumo, Sultan Hamengkubuwono IX dan Ir.Djuanda. Terdapat beberapa program yang dijalankan oleh Kabinet Natsir seperti berikut ini: • Memperjuangkan penyelesaian Irian Barat • Mengembangkan dan memperkuat ekonomi rakyat • Meningkatkan keamanan dan ketenteraman Namun usaha untuk menyelesaikan permasalahan Irian Barat selalu menemui jalan buntu. Selain itu, masalah keamanan pada masa kabinet Natsir ini masih belum teratasi karena pada masa kabinet ini terjadi pemberontakan Republik Maluku Selatan dan DI/TII. Hal ini menimbulkan mosi tidak percaya sehingga kabinet Natsir menyerahkan mandatnya pada tanggal 21 Maret 1951. 2.Kabinet Sukiman pada Tahun 1951 - 1952 Jatuhnya kabinet Natsir membuat Ir.Soekarno menunjuk Mr.Sartono untuk membuat kabinet koalisi dari partai PNI-Masyumi. Setelah satu bulan menjabat, namun akhirnya beliau mengundurkan diri pada 18 April 1951 karena dianggap gagal. Presiden kemudian menunjuk Dr. Sukiman Wirjosandjojo (Masyumi) dan Sidik Djojosukarto dari PNI untuk membentuk kabinet koalisi yang diresmikan tanggal 27 April 1951. Adapun program-program yang dijalankan kabinet ini adalah: • Mengusahakan kemakmuran rakyat • Mempercepat persiapan Pemilu • Menjalankan politik luar negeri bebas aktif • Memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah RI secepatnya Adanya pertentangan antara Masyumi dan PNI menyebabkan kabinet ini tidak bertahan lama. Selain itu, kabinet ini jatuh akibat adanya persetujuan bantuan Mutual Security Act atau MSA yang merupakan bantuan ekonomi dan persenjataan dari Amerika Serikat kepada Indonesia. Hal ini dianggap bertentangan dengan politik luar negeri bebas aktif karena Indonesia dianggap pro terhadap Blok Barat. Kabinet Sukiman akhirnya menyerahkan mandatnya pada 23 Februari 1952 setelah sebelumnya Ahmad Soebardjo terlebih dahulu mengundurkan diri sebagai Menteri Luar Negeri. 3.Kabinet Wilopo pada Tahun 1952 -1953 Pada tanggal 1 Maret 1952, Presiden Soekarno menunjuk Sidik Djojosukarto dari PNI dan Prawoto Mangkusasmito dari Masyumi sebagai formatur. Akan tetapi, kedua formatur tersebut gagal menjalankan tugas. Tanggal 19 Maret 1952, mereka menyerahkan mandatnya kembali. Tugas selanjutnya diserahkan kepada Wilopo. Adapun program Wilopo diantaranya adalah: • Melaksanakan Pemilihan Umum untuk konstituante, DPR dan DPRD • Meningkatkan kemakmuran rakyat • Pengembalian Irian Barat ke pangkuan Indonesia • Menjalankan politik luar negeri bebas aktif Kabinet ini tidak bertahan lama karena adanya ancaman dari gerakan separatisme serta peristiwa Tanjung Morawa 17 Oktober 1952. Peristiwa ini merupakan peristiwa bentrokan antara aparat kepolisian dengan para petani liar mengenai persoalan tanah perkebunan di Sumatera Timur (Deli). Akibatnya muncullah mosi tidak percaya terhadap Kabinet Wilopo sehingga kabinet ini mengembalikan mandatnya pada tanggal 3 Juni 1953. 4. Kabinet Ali Sastroamidjojo pada Tahun 1953 -1955 Kabinet ini dikenal sebagai kabinet Ali I. Kabinet ini didukung PNI dan Masyumi. Adapun program dari kabinet ini antara lain: • Penyelesaian masalah Irian Barat secepatnya. • Pelaksanaan politik bebas-aktif dan peninjauan kembali persetujuan KMB. • Penyelesaian konflik politik Kabinet ini dianggap berhasil karena sukses menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955. Selain itu, pada masa kabinet ini juga dilakukan persiapan untuk Pemilihan Umum. Namun, kabinet ini juga mendapatkan tantangan yaitu karena memburuknya perekonomian dan meningkatnya kasus korupsi. Selain itu, pada masa ini juga timbul kemelut dalam tubuh TNI- AD. Sehingga kabinet ini mengembalikan mandatnya pada tanggal 24 Juli 1955. 5. Kabinet Burhanuddin Harahap pada Tahun 1955 -1956 Kabinet ini memiliki beberapa program di antaranya: • Melaksanakan pemilihan umum • Mengembalikan wibawa pemerintah • Perjuangan pengembalian Irian Barat • Politik Kerjasama Asia-Afrika berdasarkan politik luar negeri bebas aktif Kabinet ini menunjukkan keberhasilan yaitu dengan terselenggaranya penyelenggaraan pemilu pertama yang demokratis pada 29 September 1955 (memilih anggota DPR) dan 15 Desember 1955 (memilih konstituante). Pada pemilu tersebut 4 partai politik besar yang memperoleh suara terbanyak, yaitu PNI, NU, Masyumi, dan PKI. Kendala yang dialami oleh kabinet ini adalah banyaknya mutasi yang dilakukan oleh beberapa Kementerian sehingga menimbulkan ketidaktenangan. Hal ini memicu munculnya desakan agar Burhanuddin Harahap mengembalikan mandatnya pada tanggal 3 Maret 1956. 6. Kabinet Ali Sastroamidjojo II pada Tahun 1956 -1957
Pada tahun 1956, Presiden Soekarno menunjuk partai
pemenang pemilu yaitu PNI untuk mengajukan calonnya kepada Presiden. Saat itu diajukan 2 nama yaitu Wilopo dan Ali Sastroamidjojo. Namun, Ali Sastroamidjojo yang terpilih. Kabinet ini memiliki beberapa program jangka panjang yang disebut Rencana Lima Tahun. Program-program tersebut yaitu : • Perjuangan memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah RI • Pembentukan daerah-daerah otonom • Pemilihan anggota-anggota DPRD • Mewujudkan perubahan ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional berdasarkan kepentingan rakyat. • Memperbaiki keuangan negara Kabinet ini mendapatkan dukungan penuh dari Presiden. Namun, masalah datang akibat timbulnya semangat anti Tionghoa di masyarakat dan terjadinya konflik PRRI Permesta. Akibatnya Kabinet ini menyerahkan mandatnya pada tanggal 14 Maret 1957. 7. Kabinet Djuanda pada Tahun 1957 - 1959 Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang terdiri dari para pakar yang ahli dalam bidangnya. Adapun program dalam kabinet ini disebut Panca Karya sehingga sering juga disebut sebagai Kabinet Karya, programnya yaitu : • Membentuk Dewan Nasional • Normalisasi keadaan Republik Indonesia • Melancarkan pelaksanaan Pembatalan KMB • Perjuangan pengembalian Irian Jaya • Mempercepat proses Pembangunan Keberhasilan kabinet Djuanda adalah berhasil mendeklarasikan hukum laut teritorial yang dikenal sebagai Deklarasi Djuanda. Deklarasi membuat batas laut kontinen diubah dari 3 mil batas terendah menjadi 12 mil batas laut terluar sehingga luas wilayah Indonesia menjadi lebih luas dari sebelumnya. Berakhirnya kabinet ini adalah saat presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan mulailah babak baru sejarah RI yaitu Demokrasi Terpimpin. Thank you very much For Your Attention Bye – Bye See You Next Time
SMA39] Try Out 2 Ujian Nasional Mata Pelajaran: Bahasa Indonesia Kelas/Program Studi: XII / MIPA & IPS Hari/Tanggal: Rabu, 01 November 2017 Jam: 08. 15 - 08.45