Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN TUGAS SENI MUSIK

Tentang Jenis Musik yang ada di Lingkungan Sekitar

MUSIK KENTONGAN
Nama : Ardiansyah Desmont P. (05)

Kelas : XII MIA 7

SMA NEGERI 5 PURWOKERTO


TAHUN PELAJARAN 2015/2016
BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang memiliki beraneka jenis suku, adat


dan budaya. Dan disetiap daerah pasti memiliki seni budayanya sendiri.
Mereka memiliki simbol tersendiri yang dapat membedakan daerah
mereka dengan daerah lain. Bisa dibilang setiap daerah memiliki simbol
daerahnya sendiri, baik dibidang seni, budaya dan lain-lain. Adapun di
daerah sekitar saya, Kabupaten
Banyumas, atau lebih jelasnya
Purwokerto memiliki simbol seni musik yang sering disebut Kentongan.
Kita tahu apa arti simbol budaya. Simbol budaya adalah suatu hal atau
barang yang menjadi ciri khas atau identik setiap masing-masing budaya.
Maka dari itu lewat laporan ini saya harap kita bisa lebih mengenal
apa itu kesenian kentongan dari Banyumas. Dengan begitu kita semua
dapat mengenal baik budaya kita sendiri dan dapat menjaga serta
melestarikannya agar kekayaan budaya kita tetap lestari.

B. Tujuan

Tujuan laporan ini adalah memberikan gambaran tentang salah satu


kesenian budaya yang berasal dari Banyumas yaitu alat musik kentongan
atau bisa disebut juga tek-tek Banyumasan kepada pembaca yang ingin
mengenal tentang alat musik kentongan. Dengan harapan kita sebagai
bangsa Indonesia dapat mengenal tentang alat musik kentongan dan
dapat melestarikan kebudayaan tersebut untuk anak cucu kita di masa
depan dan melalui itu tumbuh rasa sayang dan cinta terhaadap
kebudayaan bangsa sendiri.

BAB II
ISI
A. KENTONGAN
Musik kentongan merupakan musik khas masyarakat banyumas, Jawa
Tengah. Kesenian yang mulai ramai pada tahun 1990 hingga 2000-an ini
dimainkan oleh 15-20 orang, dengan dipimpin seseorang atau dua orang
mayoret. Sejarah budaya kentongan ini sebenarnya dimulai dari legenda
Cheng Ho dai China, yang mengadan perjalanan dengan misi keagamaan.
Dalam perjalanan tersebut, Cheng Ho menemukan kentongan ini sebagai
alat komunikasi ritual keagamaan. Penemuan kentongan tersebut dibawa
ke China, Korea, dan Jepang. Kentongan ini sudah ditemukan sejak awal
masehi. Dan setiap daerah tentunya memiliki sejarah penemuan yang
berbeda dengan nilai sejarah yang tinggi. Di Nusa Tenggara Barat,
kentongan ditemukan ketika Raja anak Agung Gede Ngurah yang
berkuasa di sekitar abad XIX, mereka menggunakannya untuk
mengumpulkan massa. Di Yogyakarta ketika masa kerajaan Majapahit,
kentongan Kyai Gorobangsa sering dipakai untuk mengumpulkan warga.
Di Pengasih, kentongan ditemukan sebagai alat untuk menguji kejujuran
calon pemimpin daerah. Sebenarnya kentongan tidak jauh beda dengan
calung, karena sama-sama dibuat dari bahan dasar bambu. Kentongan
juga sering disebut tek-tek. Pada saat itu daerah yang sedang tenartenarnya menunjukan kesenian tek-tek yaitu Banyumas dan Purbalingga.
Kegiatan kentongan ini awalnya hanya untuk kesenangan orang meronda,
jumlahnya hanya 4-5 orang yang menggunakan kentongan untuk keliling
desa.
Alat musik yang digunaka selain menggunakan kentongan itu
sendiri antara lain angklung dan calung, untuk rhytme, suling, bass, untuk
perkusi biasanya menggunakan kompan atau terbang di kombinasikan
dengan ketipung, simbal, dan drum mini. Dalam memainkan kentongan
dibutuhkan pemain yang cukup banyak untuk menghasilkan irama musik
yang ramai, karena satu pemain memukul satu irama kentongan yang
sama sepanjang lagu, sehingga tiap-tiap kentongan memiliki variasi
memukul yang berbeda-beda untuk membuat musik kentongan lebih
menarik dan biasanya pada musik kentongan di sertai dengan tarian khas
Banyumasan.
Musik kentongan paling cocok untuk mengiringi lagu dengan irama
yang cepat seperti dangdut dan sebagainya, namun tidak menutup
kemungkinan musik kentongan digunakan untuk mengiringi lagu dengan
irama yang lambat atau slow.

Kesenian kentongan biasa di tampilkan untuk menyambut


pengunjung dan meramaikan tempat wisata, disamping itu juga
dimaksudkan untuk menjaga dan melestarikan budaya lokal yang mulai
hilang oleh budaya modern. Menurut dinas pariwisata dan kebudayaan
Kabupaten Banyumas pada tahun 2004 perkumpulan kentongan di daerah
Banyumas berjumlah 368 grup.
Berikut beberapa foto-foto kesenian ini :

B. Keunikan dan Keunggulan Kentongan

Kesenian musik tradisional kentongan yang semulaberfungsi


sebagai penggugah sahur di bulan ramadhan, dan sebagai alat
komunikasi atau penyambung informasi kini berkembang dan
menjadi sebuah kesenian yabg dibanggakan oleh masyarakat
Banyumas.
Kentongan jika diamati seolah-olah tidak ada artinya. Ia
merupakan kayu yang dilubangi hampir sama panjang dan besarnya
kentongan. Kunci untuk membedakan dilihat dari kode suara dan
penabuhnya.
Letak Banyumas yang berada di perbatasan antara budaya
jawa dan sunda, mempunyai warna musik tersendiri. Pengaruh
sunda terlihat dari cara memainkaninstrumen perbendaharaan
teknik cara memukul kendang, penyajian suara penyanyi dan
penggunaan instrumen seperti angklung. Semua musik
banyumasan memiliki tangga nada slendro (lima nada). Susunan
gubahan vokal sering menggunakan nada minor yang sama dengan
pelog (sistem 7 nada), namun dinyatakan dengan instrumen
gamelan bernada slendro.

C. Cerita melalui tataran tema yang dipaparkan berikut:

1. Bagaimana kondisi dan perkembangan seni tersebut?

Jawab: Kondisi seni musik kentongan pada saat ini kurang


berkembang karena disini masyarakatnya hanya menggunakan
kentongan untuk ronda malam saja.
2. Kapan dan dalam acara apa biasanya seni musik itu dipertunjukan?
Jawab : Biasanya kentongan ini dimainkan saat ada perlombaan di
kelurahan, saat ronda malam, bahkan hanya sekedar bermain
main saja.
3. Bagaimana cara melestarikannya? Siapa saja tokoh yang
berpengaruh di dalamnya? Dan siapa pula pengelolanya?
Jawab : Dengan mengajak para generasi muda untuk mengikuti
lomba kentongan di kelurahan. Tokoh yang berpengaruh adalah
seluruh warga RT 09/01 Kober. Pengelolanya adalah Bapak Saeful.

4. Adakah generasi penerus yang terjun di dalamnya?


Jawab : Ada generasi penerus yang terjun di dalamnya bahkan
dalam lomba terakhir yang mengikuti lomba tersebut seluruhnya
adalah remaja dan anak anak.
5. Dimana lokasi keberadaannya?
Jawab : Lokasinya berada di RT 09/01 Kober tepatnya di Pos
Rondanya.
6. Apa fungsi seni tersebut dalam kehidupan masyarakat?
Jawab : fungsinya yaitu sebagai media hiburan, sarana edukasi, seni
kebudayaan, media komunikasi, dan lain sebagainya.

BAB III
PENUTUP
Demikian laporan tentang kentongan yang dapat say
sampaikan, mohon maaf apabila terdapat kesalahan-kesalahan di
dalamnya. Semoga bermanfaat.

A. Kesimpulan

Kentongan sebagai ciri khas atau simbol daerah Banyumas


harus kita ketahui, jaga dan lestarikan. Tentu saja tidak hanya
kesenian kentongan saja tetapi kesenian yang lainnya juga karna
itu tugas kita sebagai generasi muda bangsa. Ayo mari bersamasama kita lestarikan Budaya Indonesia.

*SUMBER LAPORAN :
Sumber : http://www.scribd.com/mobile/doc/214952826/MAKALAHKESENIAN-BANYUMAS

Anda mungkin juga menyukai