Anda di halaman 1dari 28

ANALISIS NOVEL

“ LASKAR PELANGI“
KARYA ANDREA HIRATA

Disusun oleh :

Athisya Rahma Putri ( 05 / XII MIPA 4 )

Dewi Aryani ( 10 / XII MIPA 4 )

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

SMAN 1 KUTOWINANGUN

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat serta hidayah – Nya kepada kita semua sehingga dapat menyelesaikan

laporan analisis novel ini tanpa suatu halangan apapun.

Laporan analisis novel ini berjudul “LASKAR PELANGI ” karya Andrea Hirata.

Adapun tujuan laporan ini adalah untuk memberikan gambaran isi dari novel

tersebut, serta menambah wawasan pembaca agar mampu merancang novel atau

novelet setelah melakukan analisis.

Dalam kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Sutrisno, S. Pd., selaku kepala SMA Negeri 1 Kutowinangun.

2. Bapak Drs. H. Kirwanto, MM.Pd., selaku guru pembimbing

3. Bapak Eka Gunawan, S. Pd, selaku wali kelas MIPA 4 dan juga sebagai

pembimbing dalam mendukung dan menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan analisis novel ini jauh dari

kesempurnaan ,oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis sangat

mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca semuanya.

Akhirnya, semoga laporan ini bermanfaat, di ridhoi oleh Allah SWT dan dapat

menemani penulis untuk meraih prestasi.

Kutowinangun, 23 November 2022.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................… i

Kata Pengantar................................................................................... ii

Daftar Isi ............................................................................................ iii

Bab I Sipnosis..................................................................................... 1

Bab II Analisis Unsr Instrinsik............................................................. 5

2.1 Tokoh dan Penokohan............................................................ 5

2.2 Alur.......................................................................................... 7

2.3 Latar / Setting.......................................................................... 9

2.4 Sudut Pandang ..................................................................... 13

2.5 Tema..................................................................................... 16

2.6 Amanat.................................................................................. 17

2.7 Bahasa.................................................................................. 17

Bab III Analisis Unsur Ekstrinsik...................................................... 19

3.1 Latar Belakang Pengarang.................................................. 19

3.2 Kondisi Masyarakat............................................................... 20

3.4 Budaya Masyarakat.............................................................. 20

Bab IV Analisis Nilai – Nilai ............................................................. 22

4.1 Nilai Moral............................................................................. 22

4.2 Nilai Religius ( Agama )......................................................... 22

4.3 Nilai Edukatif ( Pendidikkan )................................................ 23

Bab V PENUTUP…………………………………............................... 24

Daftar Pustaka.................................................................................. 25
iii
BAB I

SIPNOPSIS
Novel ini menceritakan kisah 10 anak yang memiliki semangat yang tinggi dalam

pendidikan. Ke - 10 anak itu disekolah SD Muhammadiyah dengan bapak K. A.

Harfan Effendi Noor sebagai kepala sekolah. Sekolah tersebut terancam ditutup

karena jumlah murid baru yang mendaftar di sekolah tersebut hanya 9 anak. Bahkan

pemerintah daerah mengumumkan bahwa sekolah itu harus memiliki minimal 10

anak agar sekolah tidak di tutup. Namun setelah di tunggu tidak kunjung datang, pak

Harfan bersiap siap memberikan pidato karena jumlah murid baru masih kurang.

Namun tiba - tiba datanglah seorang murid baru bernama Harun. Harun adalah anak

yang memiliki keterbelakangan mental namun memiliki semangat tinggi untuk

bersekolah. Novel ini juga menceritakan tentang keseharian dari anak - anak

tersebut. Mereka memiliki bakat tersendiri. Lintang dengan kejeniusannya dan

Mahar dengan bakat seninya. Karena kegemaran mereka terhadap pelangi, Bu Mus

menamai kelompok mereka 'Laskar Pelangi.'

Cerita terus berlanjut, anak - anak itu sudah berada di kelas 2 SMP. Suatu hari

giliran Ikal dan Syahdan yang di tugasi untuk membeli kapur. Ikal sudah terlalu

sering mendapatkan tugas untuk membeli kapur. Dia sampai hafal Kapan nona

misterius yang selalu memberikannya kapur memotong kukunya. Dia tidak bisa

mengetahui wajahnya karena kotak kapur di keluarkan melalui lubang kecil persegi

empat. Sehingga yang terlihat hanya tangan nona misterius itu. Ternyata nona

misterius itu adalah A Ling sepupu dari A Kiong. Mengetahui itu Ikal meminta A

Kiong untuk memberikan puisi yang dibuatnya untuk A Ling. Ikal merasa senang

ketika saat itu dia membaca tulisan di kotak kapur yang bertuliskan " jumpai aku di

acara sembahyang rebu." Kemudian Ikal pun menemui A Ling. Cerita berganti,

dimana ikal menceritakan tentang pekerjaan kuncen kluis yang memacu otak dan

jantung yaitu pekerjaan tuan pos. Kali ini tuan pos membawa surat untuk Ikal, inilah

surat pertama yang Ikal terima dari perum pos. Tuan pos tersenyum menggoda,
1
beliau mengeluarkan form X13 tanda terima kiriman penting. Sekarang ia paham

bahwa surat yang ia terima adalah surat dari A Ling berupa puisi yang berjudul

Rindu. Ikal terpaku memandangi kertas itu, tangannya gemetar dan menanggung

firasat sepi tak tertahankan yang diam - diam menyelinap. Ke - esokan paginya Ikal

dan kawan - kawannya pergi mendaki Gunung Selumar, mereka biasanya mendaki

75% dari ketinggian gunung tersebut. Namun kini Ikal ingin sampai puncak dengan

suatu tujuan. Setelah sesampainya di puncak terlihat lah pemandangan indah dan

atap rumah A Ling, ternyata sebuah puisi yang menjadi tujuan Ikal naik ke puncak.

Setelah jadi puisi tersebut ia membungkusnya menggunakan kertas berwana ungu

bermotif kembang api ,dan pergi menemui A Ling, namun ternyata bukan A Ling

yang ada ,dan bertemulah ia dengan A Miauw yang memberinya sebuah

bungkusan Kado sambil berkata bahwa A Ling telah pergi untuk tinggal di Jakarta,

Ikal tertegun putus asa,hari berlalu Ikal akhirnya membuka kado yang di titipkan A

Ling, di dalamnya terdapat sebuah buku berjudul ‘Seandainya Mereka Bisa Bicara

‘dan sebuah diary yang memuat berbagai catatan harian dan lirik-lirik lagu Yang

berisi kumpulan puisi yang ia kirimkan pada A Ling.

Kisah berlanjut pada hilangnya Flo di hutan yang membuat panik seluruh warga

Melayu maupun warga gedong, setelah beberapa hari Flo tidak ketemu, maka di

utus beberapa orang untuk menemui Tuk Bayan Tula yang tinggal di pulau terpencil

bernama pulau Lanun, seorang sakti tersebut memberikan sebuah surat yang

memberi tau dimana Flo berada, ditemukanlah Flo oleh Ikal dan kawan - kawan nya

itu disebuah gubuk bekas ladang sesuai pesan dari orang sakti tersebut. Itulah yang

membuat Mahar menjadi seorang yang tergila gila akan ilmu gaib, hal ini juga yang

pada akhirnya membuat Flo pindah dari sekolah PN ke sekolah Muhammadiyah

tempat Ikal dan kawan- kawannya sekolah. Flo hanya ingin duduk disamping Mahar

karena ia mempunya ketertarikan yang sama dengan Mahar yaitu ilmu gaib.

Sehingga mereka membentuk sebuah organisasi rahasia bernama Societeit de

limpai. Dalam sebuah bangunan berarsitektur art Deco, di ruangan oval yang ingat

bingar, Ikal, Sahara dan lintang terpojok kembali mereka dalam sebuah situasi yang

mempertaruhkan reputasi, lomba kecerdasan. Mereka yang awalnya berkecil hati


2
melihat murid murid dari sekolah PN terpecahkan oleh kecerdasan Lintang yang

mampu menjawab pertanyaan yang di berikan dengan mudah dan dapat

mengalahkan sekolah PN ,dan ini membuat Ikal merasa kagum pada lintang.

mereka pun kembali ke sekolah dengan sebuah kemenangan.

Seperti layaknya sesuatu yang sederhana, maka tragedi atau drama Opera

sabun tidak pernah terjadi di sekolah Muhammadiyah, namun kali ini berbeda

karena dua warganya semakin lama semakin tidak waras yaitu mahar dan Flo, nilai

mereka sangat turun, nilai - nilai Flo dan Mahar hancur karena agaknya mereka sulit

berkonsentrasi sebab terikat pada komitmen kegiatan organisasi, Flo dan Mahar pun

menyadari akan hal itu ,lalu tiba muncullah sebuah gagasan yaitu menemui Tuk

Bayan Tula, dengan penuh perjuangan dari hal ekonomi sampai perjalanan nya

mereka Mahar, Flo dan kelompok organisasi nya menemui Tuk Bayan Tula, dan

mereka di beri sebuah surat yang berisi pesan yang bertuliskan ' KALAU INGIN

LULUS UJIAN: BUKA BUKU, BELAJAR!! ' yang membuat Mahar dan Flo berubah

menjadi lebih baik dan membubarkan organisasi yang mereka bentuk. Beberapa

hari berlalu Lintang lama tak nampak batang hidung nya ,Bu Mus pun mencari

kabarnya , hari berlalu tibalah Senin, seorang kurus tak beralas kaki menyampaikan

surat pada Bu Mus yang memberi kabar bahwa ayah lintang meninggal, seorang

anak laki laki tertua keluarga pesisir miskin yang ditinggal mati ayahnya, harus

menanggung nafkah bagi keluarganya,Lintang tak punya peluang sedikit pun untuk

melanjutkan sekolah.

Dua belas tahun pun berlalu, diceritakan bahwa kini tokoh Ikal bekerja sebagai

tukang sortir surat di sebuah kantor pos. Ia telah bekerja lembur Berjam - jam untuk

membantu membiayai kuliah Eryn yaitu keponakannya. Saat ini Eryn sedang panik

karena proposal skripsi nya berulang kali di tolak, pembimbingnya menuntut Eryn

menulis sesuatu yang baru dan berbeda. Ia pun menemukannya, namun sayangnya

ini adalah kasus yang langka. Namun, agaknya nasib menyapa Eryn ,ketika Ikal

menyortir surat, ia menemukan sepucuk surat yang di tunjukkan ke kontrakannya

dari sebuah rumah sakit jiwa di sungai liat, Bangka. Eryn telah menemukan

3
kasusnya. Ini adalah kasus mother complek yang sangat ekstrim. Ia di ajak Eryn

untuk menemani ke rumah sakit jiwa tersebut. Sesampainya di sana ia melihat

seorang ibu dan anaknya. Hampir satu jam lamanya Eryn melakukan wawancara.

Kemudian wawancara itu selesai dan Eryn memberikan isyarat untuk berpamitan

pada ibu dan anak itu. Setelah keluar dari ruangan tersebut Ikal terperanjat karena

seseorang memanggil namanya. Eryn, Profesor, dan Ikal kembali ke dalam ruangan.

Ia merasa kalut dan amat pedih karena ia mengenal dengan baik kedua anak

beranak yang malang ini. Mereka adalah Trapani dan Ibunya.

Ikal pun mengunjungi desanya, ia bertemu dengan A Kiong,yang telah menikah

dengan Sahara, lintang yang menjadi buruh PN, Samson yang bekerja di toko A

Kiong, Flo yang kini telah menikah dengan seorang teller bank BRI, Syahdan yang

menjadi Network designer, dan kucai yang telah menjadi politisi dan kini Ikal

berkuliah di luar negeri.

Lalu tokoh aku, Nurzaman, Mahar dan kucai mengunjungi ibu ikal, ketika bus

umum yang mereka tumpangi sampai di pasar Tanjong Pandan, ia melihat Trapani,

ia dinyatakan membaik setelah setahun lalu ia bertemu Ikal. Sesampainya di rumah

Ikal, ia menanyakan kabar ikal kepada ibunya, dan kemudian ibu ikal menunjukkan

sebuah foto yang di kirim Ikal. Ibu ikal marah - marah sambil menunjukkan foto

tersebut karena gambar tersebut telah di coret - coret yang menurut Ikal itu adalah

seni Gotik.

4
BAB II
ANALISIS UNSUR INSTRINSIK
2.1 Tokoh dan Penokohan

A. Tokoh utama ( Protagonis ).

1. Aku ( Ikal ).

Watak: Pemerhati.

Bukti kutipan: " Kemudian kulihat lagi pria Cemara angin itu. Melihat anaknya

demikian bergairah ia tersenyum getir.”

Watak: Pintar.

Bukti kutipan: " Aku berada di bawah bayang- bayangnya sekian lama sudah

terlalu lama malah. Rangking duaku abadi, tak berubah sejak caturwulan

pertama kelas 1 SD. "

2. Lintang.

Watak: Cerdas dan jenius.

Bukti kutipan: " Ia dengan cepat segera menguasai dekomposisi tetrahedral

yang rumit luar biasa, aksioma arah, dan teorema phytagorean. Semua ini

sangat jauh melampaui tingkat usia pendidikannya."

3. Trapani.

Watak: Pendiam dan pintar.

Bukti kutipan: " Trapani agak pendiam, otaknya lumayan, dan selalu

menduduki peringkat ketiga."

4. Sahara.

Watak: Pintar, tempramental.

Bukti kutipan: " Sahara sangat tempramental tapi ia pintar. Peringkatnya

bersaing ketat dengan Trapani. "

5. Harun.

Watak: Agak terbelakang mentalnya.

5
Bukti kutipan: " Pria itu adalah Harun, pria jenaka sahabat kami semua yang

sudah berusia lima belas tahun dan agak terbelakang mentalnya. "

6. Kucai.

Watak: Optimis dan sok tau.

Bukti kutipan: " Namun kucai adalah orang yang paling optimis yang pernah

kujumpai, maka jika digabungkan dengan sifat populis, sok tau dan

oportunitis dengan otaknya yang lemot kucai memiliki semua kualitas untuk

menjadi seorang politisi."

7. Syahdan.

Watak: sok tau.

Bukti kutipan: " Syahdan vulagar dan sok tau."

8. Mahar.

Watak: cerdas.

Bukti kutipan: " Kalian akan tampil dalam koreografi massal suku Masai dari

dari Afrika. Kami saling pandang tak percaya dengan pendengaran sendiri.

Ide itu begitu menyengat seperti belut listrik melilit lingkaran pinggang kami.

Kami masih kaget dengan ide luar biasa itu ketika Mahar kembali berteriak

menggelegar melambungkan gairah kami.”

B. Tokoh utama ( Antagonis ).

9. Borek.

Watak: Jahil.

Bukti kutipan: " Baru beberapa saat di kelas Borek sudah mencoreng muka

kucai dengan penghapus papan tulis."

C.Tokoh Pendukung ( Tritagonis ).

10. A Kiong.

Watak: Setia kawan.

Bukti kutipan: " Rupanya A Kiong menangkap keputusasaan dalam nada

suaraku. Ia adalah siswa yang tak terlalu pintar tapi ia setia kawan."

6
11. Bu Muslimah.

Watak: Pandai.

Bukti kutipan:" Bus Mus adalah seorang guru yang pandai, kharismatik, dan

memiliki pandangan jauh ke depan."

12. Pak Harfan.

Watak: Sabar.

Bukti kutipan: " Kita tunggu sampai 11. Kata Pak Harfan pada Bu Mus dan

seluruh orangtua yang telah pasrah."

13. Floriana / Flo.

Watak: Tomboi.

Bukti kutipan: " Floriana atau Flo yang tomboi, salah seorang siswa sekolah

PN, sedang les piano."

Watak: Randah hati

Bukti kutipan:“ Ternyata Flo adalah adalah pribadi yang sangat

menyenangkan. Ia cantik dan sangat rendah hati, sehingga kami betah di

dekatnya."

14. . A Ling.

Watak: Percaya diri.

Bukti kutipan: " Wanita seperti apakah A Ling?..Ia bukanlah pribadi mekanis

yang mengungkapkan perasaan secara eksplisit. Ia memiliki pendirian yang

kuat dan amat percaya diri."

2.2 Alur / Plot

Alur pada novel yang berjudul Laskar Pelangi ini menggunakan alur maju.

Dengan struktur sebagai berikut :

a) Orientasi, yaitu bagian yang berisi pengenalan tokoh dan latar cerita.

Bukti kutipan:

“ Pagi itu, waktu aku masih kecil, aku duduk di bangku panjang didepan

sebuah kelas. sebatang pohon fillicium tua yang rindang meneduhiku.

Ayahku duduk disampingku, memeluk pundakku dengan kedua lengannya

7
dan tersenyum mengangguk – angguk pada setiap orang tua dan anak –

anaknya yang duduk berderet – deret di bangku panjang laindi depan kami.

Hari itu adalah hari yang agak penting: hari pertama masuk SD….”

“….Lalu siapa pria kesembilan dan kesepuluh?Lintang dan Mahar. Pelajaran

apa yang mereka tawarkan? Mereka adalah pria – pria muda yang sangat

istimewa. Memerlukan bab tersendiri untuk menceritakannya. Sampai di sini,

aku sudah merasa menjadi seorang anak kecil yang sangat beruntung.”

( halaman 1 – 86 ).

b) Komplikasi, yaitu bagian yang berisi rangkaian peristiwa menuju konflik.

Bukti kutipan:

“ Pagi ini lintang terlambat masuk kelas, kami tercengang mendengar

ceritanya….”

“….Angin sejuk dari lembah yang menampar - nampar wajahku. Aku

merasa tenang dan akan kutulis puisi demi seorang di balik tirai keong itu.

Puisi inilah misi rahasia ku….”( halaman 87 – 292 ).

c) Evaluasi, yaitu bagian yang berisi rangkaian puncak masalah.

Bukti kutipan:

“….Aku tertegun putus asa. Rasanya Tak percaya dengan apa yang

terdengar. Terjawab sudah firasatku ketika bodenga mengunjungiku.

Semangatku terkulai lumpuh….”

“….Itulah pertanyaan pertama Bu Mus pada Mahar sekaligusawal pidato

panjang ubtuk menasiahati tindakan – tindakannya yang sudah

keterlaluan….Mahar mengerut. Ia tampak sangat bersalah karena sudah

membuat ibu gurunya muntab. Bu mus ternyata bisa juga emosi

….”(halaman 294 – 352 ).

d) Resolusi, yaitu bagian yang berisi penyelesaian masalah.

Bukti kutipan:

“….Pada hari sabtu, sehari setelah Mahar membaca pesan Tuk, kami

berdesakandi jendela kelas menyaksikan Flo dan Mahar menemui Bu Mus di

bawah pohon Filicium. Ketiga orang itu berdiri mematung dan tidak banyak

8
bicara. Lalu tampak kedua anak berandal itu mencium tangan Bu Mus, guru

kami yang bersahaja. Perseteruan lama telah berakhir dengn damai.

Keesokan hari – Nya Mahar membubarkan Socientit the limpai, dan esoknya

lagi, pada senin pagi yang biasa saja, kami menerima kejutan yang luar

biasa, mengagetkan, dan amat terharu, Flo datang mengenakan jilbab….”

( halaman 352 – 473 ).

e) Koda, Yaitu akhir cerita pada sebuah novel yang bersifat optional.

Bukti kutipan:

“…. Demi mendengar kata – kata itu Kucai yang tengah memamah biak

sagon tak bisa menguasai diri. Dia berusaha keras menahan tawa tapi tak

berhasil sehingga serbuk kelapa sagon terhambur ke wajah Mahar, membuat

jambul pengarang berbakat itu kacau balau. Kucai berulang kali meminta

maaf pada ibu Ikal, bukan pada Mahar, tapi wajahnya mengangguk – angguk

takzim menghadap ke Nur Zaman.”( halaman 492 – 494 ).

2.3 Latar / Setting

A. Latar Tempat

1. Sekolah Muhammadiyah ( Balitong ).

Bukti kutipan:

“Adapun sekolah ini, SD Muhammadiyah, juga sekolah kampung yang

paling miskin.”

2. kelas.

Bukti kutipan:

a. “Di dalam kelas kami tidak terdapat tempelan poster operasi kali-

kalian seperti umumnya terdapat di kelas-kelas sekolah dasar.”

b. “Di depan kelas ia tak langsung menyanyikan lagu pilihannya, tapi

menatap kami satu per satu. “

3. Sekolah PN Timah.

Bukti kutipan:

9
“Gedung-gedung sekolah PN di desain dengan arsitektur yang tak kalah

indahnya dengan rumah bergaya Victoria di sekitarnya. Ruangan

kelasnya di cat warna-warni dengan tempelan gambar kartun yang

edukatif, poster operasi dasar matematika, tabel pemetaan unsur kimia,

peta dunia, jam dinding, termometer, foto para ilmuan dan penjelajah

yang memberi inspirasi, dan ada kapstok topi.”

4. Pantai Pangkalan Punai.

Bukti kutipan:

a. “Tak jauh dari pantai mengalirlah anak-anak sungai berair payau dan di

sanalah para penduduk lokal tinggal di dalam rumah panggung tinggi-

tinggi dengan foormasi berkeliling.”

b. “Namun, pemandangan semakin cantik jika kita mendaki bukit kecil di

sisi barat daya Pangkalan.”

5. Toko kelontong.

Bukti kutipan:

“Setelah menunggu sekian lama sampai hampir pingsan di dalam toko

bau itu, A Miauw akan berteriak nyaring memerintahkan seseorang

mengambil sekotak kapur .”

6. Podium.

Bukti kutipan:

“Segera setelah ujung Marching Band PN meninggalkan arena podium

dan perlahan-lahan menghilang bersama lagu syahdu penutup sensasi:

Georgia on My Mind, diiringi tepuk tangan dan suitan panjang penonton,

seketika itu juga, tanpa membuang tempo, dengan amat jeli mencuri

momen, secara sangat mendadak Mahar bersama tiga puluh pemain

tabla menghambur tak beraturan menguasai arena depan podium.”

7. Masjid.

Bukti kutipan:

“Aku merangkak berlindung di balik pilar agar tak ketahuan Wak Haji

yang sedang membuka jendela-jendela masjid. Sempat kulihat Lintang,

10
Trapani, Mahar, Syahdan, dan Harun terbirit-birit menyerbu tempat

wudu.”

8. Gunung Selumar.

Bukti kutipan:

“Namun, kali ini aku amat bergairah dan bertekad untuk mendaki sampai

ke puncak.”

9. Gua

Bukti kutipan:

“Akhirnya kami tiba di sebuah rongga yang disebut gua oleh utusan dulu.

Gua itu adalah celah antara dua batu yang besar bersanding bersanding

tak simetris.

Kami tak langsung masuk karena dilanda ketakutan apalagi di dalam gua

terlihat kain tipis berkelebat lalu pelan-pelan seperti asap yang mengepul

dari tumpukan kayu basah yang dibakar muncul sebuah sosok tinggi

besar.”

10. Rumah.

Bukti kutipan:

“Sekarang kami duduk di beranda rumah panggung kuno khas Melayu,

rumah ibu Ikal.”

11. Majelis kecerdasan.

Bukti kutipan:

“Dan hari ini ia meraja di sini di majelis kecerdasan yang amat terhormat

ini. Seperti Mahar, Lintang berhasil mengharumkan nama perguruan

Muhammadiyah.”

B. Latar waktu.

1. Pagi hari.

Bukti kutipan:

a. “ Pada sebuah pasi yang lain, pukul sepuluh, seharusnya burung kut-

kut sudah datang. Tapi pagi ini senyap. Aku melamunkan sifat-sifat

kawan sekelasku.”

11
b.” Pagi ini Lintang terlambat masuk kelas. Kami tercengang mendengar

ceritanya.”

c.” Senin pagi yang cerah. Sepucuk puisi dibungkus kertas ungu bermotif

kembang api. Bunga-bunga kuning kelopak empat dan kembang jarum

merah primadona puncak gunung diikat pita rambut biru muda.”

2. Siang hari.

Bukti kutipan:

a. “ Dan di siang yang panas menggelak ini, Kartika pelajaran seni suara,

di salah satu sudut kumuh perguruan miskin Muhammadiyah, kami

menjadi saksi bagaimana nasib menemukan bakat Mahar. “

b.” Masih ada lima menit sebelum azan Zuhur. Ah, masih bisa satu lagu

lagi," kata Bu Mus sambil tersenyum simpul.”

3. Sore hari.

Bukti kutipan:

a. “ Sore ini, setelah hujan lebat sepanjang hari, terbentang pelangi

sempurna, setengah lingkaran penuh, terang benderang dengan enam

lapis warna. Pukul 3.55 Sudah 25 menit aku mematung di sini, tak ada

tanda-tanda kehadiran A Ling.”

b. “Inilah sore terindah dalam hidupku. Aku bertanya-tanya pada diri

sendiri: ke manakah nasib akan membawaku setelah ini?”

4. Malam hari.

Bukti kutipan:

a “ Lalu pada suatu ketika, saat hari sudah jauh malam, di bawah

temaram sinar lampu minyak, ditemani deburan ombak pasang dengan

wajah mungil dan matanya yang berbinar-binar, jari-jari kurus

Lintangmembentang lembar demi lembar buku lusuh stensilan berjudul

Astronomi dan Ilmu Ukur.”

b. “Tepat tengah malam salah seorang salah seorang paderi akan

memukul sebuah tempayan besar pertanda seluruh hadirin dapat

12
mengambil lebih tepatnya merebut semua barang yang ada di meja

besar tadi.

C. Latar suasana.

1. Genting.

Bukti kutipan:

“ Guru-guru yang sederhana ini berada dalam situasi genting karena

Pengawas Sekolah dari Depdikbud Sumsel telah memperingatkan

bahwa jika SD Muhammadiyah hanya mendapat murid baru kurang dari

sepuluh orang maka sekolah paling tua di Belitong ini harus ditutup.”

2. Menegangkan.

Bukti kutipan:

“Aku mulai frustasi. Suasana sunyi senyap. Yang ada hanya aku, seekor

buaya ganas yang, dan intaian maut.”

3. Bahagia.

Bukti kutipan:

“Kami adalah sekolah kampung pertama yang menjuarai perlombaan ini,

dan dengan sebuah kemenangan mutlak. Air mata yang menggenang

seperti kaca di mata Bu Mus dan laki-laki cemara angin itu kini menjadi

butiran-butiran yang berlinang, air mata kemenagan yang mengobati

harapan, pengorbanan, dan jerih payah.”

4. Mencekam.

Bukti kutipan:

“ Begitu cepat alam berubah dari pelayaran yang damai beberapa waktu

lalu hingga menjadi usaha mempertahankan hidup yang mencekam saat

ini.”

5. Sedih.

Bukti kutipan:

“ Perpisahan belum dimulai tapi Trapani sudah menangis terisak-isak.

Sahara dan Harun duduk bergandengan tangan sambil tersedu-sedu.”

2.4 Gaya Bahasa


13
1. Majas metafora.

Bukti kutipan:

a “Ibu Muslimah yang beberapa menit lalu sembab, gelisah, dan coreng

moreng kini menjelma menjadi sekuntum Crinum gigaanteum.”

b. “Ayahnya telah melepaskan belut yang licin itu, dan anaknya baru saja

meloncati nasib, merebut pendidikan.”

c.” Bu Mus menghampiri ayah Lintang. Pria itu berpotongan seperti pohon

cemara angin yang mati karena disambar petir: hitam, meranggas, kurus,

dan kaku. “

d.” Ketika aku menyusul Lintang ke dalam kelas ia menyalamiku dengan kuat

seperti pegangan tangan calon mertua yang menerima pinangan.”

e.” Ia seperti pilea, bunga meriam itu, yang jika butiran air jatuh di atas

daunnya, ia melontarkan tepung sari, semarak, spontan mekar dan penuh

daya hidup.”

f.” Konon hanya mereka yang bertangan dingin, berhati lembut putih bersih

yang mampu membiakkannya, ialah Bu Muslimah, guru kami.”

g.” Di depan mulut gua kami melihat empat lembar pelepah pinang raja

tempat duduk telah tergelar, seolah beliau telah tahu jauh sebelumnya kalau

kami akan datang.”

2. Majas Hiperbola.

Bukti kutipan:

a.” Sekarang sudah hampir tengah hari, udara semakin panas. Berada di

tengah toko ini serasa direbus dalam panci sayur lodeh yang mendidih.

b. Aku berbalik meninggalkan toko dan merasa kehilangan seluruh bobot

tubuhku dan beban hidupku.”

3. Majas personifikasi.

Bukti kutipan:

a.” Kadang-kadang mereka hinggap di jendela kelas sambil menjerit sejadi-

jadinya menimbulkan suara bising yang memusingkan bagi perut-perut yang

keroncongan.”

14
b.” Tapi harus diakui bahwa pesan ini mengandung sebuah tenaga.”

c.” Wanita anggun itu tersentak kaget karena pertanyaannya secara

mendadak dipotong oleh suara sebuah tombol meraung-raung tak sabar.”

d.” Kalau ada siswanya yang sakit maka ia akan langsung mendapatkan

pertolongan cepat secara profesional atau segera dijemput oleh mobil –

mobil ambulans yang meraung – raung.”

4. Majas Simile.

Bukti kutipan:

a.” Karena penampilan Pak Harfan agak seperti beruang madu maka ketika

pertama kali melihatnya kami merasa takut.”

b.” Lapar membuat mereka tampak seperti semut-semut hitam yang

sarangnya terbakar, lebih tergesa dibanding waktu mereka berangkat pagi

tadi.”

c.” Asap itu membuat penghuni rumah terbatuk-batuk, namun ia amat

diperlukan guna menyalakan gemuk sapi yang dibeli bulan sebelumnya dan

digantungkan berjuntai-juntai seperti cucian di atas perapian.”

5. Majas alegori.

Bukti kutipan:

a.” Merekalah mentor, penjaga, sahabat, pengajar dan guru spiritual.”

b.” Di balik tubuhnya yang tak terawat, kotor, miskin, serta berbau hangus,

dia memiliki an absolutely beautiful mind. Maka jika ditanyakan padanya

bagaimana seekor cacing melakukan hajat kecilnya, siap-siap saja

mendengarkan penjelasan yang rapi, kronologis, terperinci, dan sangat

cerdas mengenai cara kerja rambut getar di dalam sel-sel api, lalu dengan

santai saja, seumpama seekor monyet sedang mencari kutu di punggung

pacarnya, ia akan membuat analogi buang hajat cacing itu pada sistem

ekskresi protozoa dengan anatomi vakuola kontraktil yang rumit itu, bahkan

jika tidak di stop, ia akan dengan senang hati menjelaskan fungsi-fungsi

korteks, simpai bowman,medulla, lapisan malpigi, dan dermis dalam sistem

ekskresi manusia.”

15
c.” Aku terus-menerus memanggil-manggil nama Syahdan, tapi ia diam saja,

kaku, tak bernyawa, Syahdan telah mati.”

2.5 Amanat

Dalam novel ini terdapat beberapa amanat, diantaranya:

1. Jangan mengeluh dengan keadaan.

Bukti kutipan:

“ Mulai saat itu kami tak pernah lagi memprotes keadaan sekolah kami.

Pernah suatu ketika hujan turun amat lebat, petir sambar menyambar.

Trapani dan Mahar memakai terindak, topi kerucut dari daun lais khas

tentara Vietkong, untuk melindungi jambul mereka. Kucai, Borek, dan Sahara

memakai jas hujan kuning bergambar gerigi metal besar di punggungnya

dengan tulisan "UPT Bel" (Unit Penambangan Timah Belitong)- jas hujan

jatah PN Timah milik bapaknya. Kami sisanya hampir basah kuyup. Tapi

sehari pun kami tak pernah bolos, dan kami tak pernah mengeluh, tidak,

sedikit pun kami tak pernah mengeluh.”

2. Janganlah berbohong.

Bukti kutipan:

“Sifat lain Sahara yang amat menonjol adalah keju- jurannya yang luar biasa

dan benar-benar menghargai ke- benaran. Ia pantang berbohong. Walaupun

diancam akan dicampakkan ke dalam lautan api yang berkobar-kobar, tak

satu pun dusta akan keluar dari mulutnya.”

3. Jangan bersikap angkuh karena kepintaran yang kamu miliki.

Bukti kutipan:

“Jika kami kesulitan, ia mengajari kami dengan sabar dan selalu

membesarkan hati kami. Keunggulannya tidak menimbulkan perasaan

terancam bagi sekitarnya, ke- cemerlangannya tidak menerbitkan iri dengki,

dan kehe- batannya tidak sedikit pun mengisyaratkan sifat-sifat angkuh. Kami

bangga dan jatuh hati padanya sebagai seorang sahabat dan sebagai

seorang murid yang cerdas luar biasa.”

16
4. Sesulit apapun hidup kita jangan patah semangat untuk mendapat ilmu.

Bukti kutipan:

“Lintang hanya dapat belajar setelah agak larut karena rumahnya gaduh, sulit

menemukan tempat kosong, dan karena harus berebut lampu minyak.

Namun sekali ia me- megang buku, terbanglah ia meninggalkan gubuk

doyong berdinding kulit itu. Belajar adalah hiburan yang membuat- nya lupa

pada seluruh penat dan kesulitan hidup.”

2.6 Sudut Pandang

Dalam novel ini menggunakan sudut pandang orang pertama pelaku utama

dalam novel ini penulis menggunakan kata 'aku' dalam penceritaan.

Bukti kutipan:

1. “Aku termenung mendengar cerita Lintang. Aku memang tidak pernah

menyaksikan langsung Bodenga beraksi tapi aku mengenal Bodenga lebih dari

Lintang mengenalnya.”

2. “Aku pernah mengenal berbagai jenis orang cerdas. Ada orang genius yang

jika menerangkan sesuatu lebih bodoh dari orang yang paling bodoh. Semakin

keras ia berusaha menjelaskan, semakin bingung kita dibuatnya. Hal ini

biasanya dilakukan oleh mereka yang sangat cerdas.”

3. "Begini," kata Lintang sabar menghadapi ketololanku. Ketika itu ia sedang

memaku sandal cunghai-nya yang menganga seperti buaya lapar.”

2.7 Tema

Tema dalam novel "Laskar Pelangi" ini adalah pendidikan dan persahabatan.

Bukti kutipan:

1. “ ketika sampai pada bab ilmu ukur ia tersenyum riang karena nalarnya

demikian ringan mengikuti logika matematis pada simulasi ruang berbagai

dimensi.”

17
2. “Maka sepatuku yang seperti sepatu bola itu kupin- jamkan padanya.

Borek rela menukar dulu bajunya dengan baju Syahdan. Lalu Syahdan pun,

yang memang berpembawaan ceria, kali ini terlihat sangat gembira. Ia tak

peduli kalau baju Borek kebesaran dan sebenarnya tak lebih bagus dari

bajunya.”

18
BAB III
ANALISIS UNSUR EKSTRINSIK
3.1 Latar Belakang Pengarang

Andrea Hirata Seman Said Harun atau lebih dikenal sebagai Andrea Hirata

(lahir 24 Oktober 1967) adalah novelis Inonesia yang berasal dari Pulau Belitung,

provinsi Bangka Belitung. Novel pertamanya adalah Laskar Pelangi yang

menghasilkan tiga sekuel.

Hirata lahir di Gantung, Belitung. Saat dia masih kecil, orang tuanya mengubah

namanya tujuh kali. Mereka akhirnya memberi nama Andrea, yang nama Hirata

diberikan oleh ibunya. Dia tumbuh dalam keluarga miskin yang tidak jauh dari

tambang timah milik pemerintah, yakni PN Timah (sekarang PT Timah Tbk.)

Hirata memulai pendidikan tinggi dengan gelar di bidang ekonomi dari

Universitas Indonesia. Meskipun studi mayor yang diambil Andrea adalah ekonomi,

ia amat menggemari sains—fisika, kimia, biologi, astronomi dan sastra. Andrea lebih

mengidentikkan dirinya sebagai seorang akademisi dan backpacker. Sedang

mengejar mimpinya yang lain untuk tinggal di Kye Gompa, desa di Himalaya.

Setelah menerima beasiswa dari Uni Eropa, dia mengambil program master di

Eropa, pertama di Universitas Paris, lalu di Universitas Sheffield Hallam di Inggris.

Tesis Andrea di bidang ekonomi telekomunikasi mendapat penghargaan dari

universitas tersebut dan ia lulus cum laude. Tesis itu telah diadaptasikan ke dalam

Bahasa Indonesia dan merupakan buku teori ekonomi telekomunikasi pertama yang

ditulis oleh orang Indonesia. Buku itu telah beredar sebagai referensi ilmiah.

Hirata merilis novel Laskar Pelangi pada tahun 2005. Novel ini ditulis dalam

waktu enam bulan berdasarkan pengalaman masa kecilnya di Belitung. Ia kemudian

menggambarkannya sebagai sebuah ironi tentang kurangnya akses pendidikan bagi

anak-anak di salah satu pulau terkaya di dunia. Novel ini terjual lima juta eksemplar,

19
dengan edisi bajakan terjual 15 juta lebih. Novel ini menghasilkan trilogi novel, yakni

Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov.

3.2 Kondisi Masyarakat

Kondisi masyarakat pada novel laskar pelangi adalah masyarakat miskin. Pada

novel ini terjadi perbedaan yang tajam antar warga miskin Belitong dan warga

Gedong pertambangan PN.

Bukti kutipan :

" Tak disangsikan lagi, jika di-zoom out, kampung kami adalah kampung terkaya

di Indonesia. Inilah kampung tambang yang menghasilkan timah dengan harga

segenggam lebih maha puluhan kali lipat di banding segantang padi. Triliunan rupiah

aset tertanam di sana, miliaran rupiah uang berputar sangat cepat seperti putaran

mesin parut, dan miliaran dolar devisa mengalir deras, seperti kawanan tikus

terpanggil pemain seruling ajaib Der Rattenfanger Von Hameln. Namun jika di Zoom

in, kekayaan itu terperangkap di satu tempat, ia tertimbun di dalam batas tembok -

tembok tinggi gedong. Hanya beberapa jengkal di luar lingkaran tembok tersaji

pemandangan kontras seperti langit dan bumi. Berlebihan jika disebut daerah kumuh

tapi tak keliru jika diumpamakan kota yang dilanda gerhana berkepanjangan sejak

era pencerahan revolusi industri...., Di luar tembok feodal tadi berdirilah rumah

rumah kami, beberapa sekolah negeri, dan satu sekolah kampung Muhammadiyah.

Tak ada orang kaya di sana, yang ada hanya kerumunan toko miskin di pasar

tradisional dan rumah - rumah panggung yang renta dalam berbagai ukuran...."

3.3 Budaya Masyarakat

Menceritakan budaya masyarakat berkasta kasta yang bertempat tinggal di

Belitong.

Bukti kutipan :

“ PULAU Belitong yang makmur seperti mengasingkan diri dari tanah Sumatra

yang membujur dan di sana mengalir kebudayaan Melayu yang tua. Pada abad ke-

20
19, ketika korporasi secara sistematis mengeksploitasi timah, kebuda- yaan

bersahaja itu mulai hidup dalam karakteristik sosiologi tertentu yang atribut-

atributnya mencerminkan perbedaan sangat mencolok seolah berdasarkan status

berkasta-kasta.”

21
BAB IV
ANALISIS NILAI – NILAI

4.1 Nilai Moral

Nilai moral yaitu nilai-nilai dalam cerita yang berkaitan dengan akhlak/perangai

atau etika. Berikut nilai - nilai nya:

1. Budi pekerti

Bukti kutipan:

"Fondasi budi pekerti islam dan kemuhamadiyahan yang telah diajarkan kepada

kami tak akan pernah berubah jauh dari tuntunan islam bagaimanapun ibadahku

sering berflukturasi dalam kisaran yang lebar. "

2. Hormat pada Guru / jangan melawan guru.

Bukti kutipan:

"Melawan guru sama hukumannya dengan melawan orangtua, durhaka! Siksa

dunia yang segera kau terima adalah burut ! Pangkal pahamu akan membesar

seperti timun suri hingga langkahmu ngangkang !”

3. Saling menasihati.

Bukti kutipan:

"Cita-cita adalah do'a, Dan ,”begitulah nasihat bijak dari Sahara.”

4.2 Nilai Religiusitas (Agama)

Kehadiran unsur religius dan keagamaan dalam sastra adalah suatu keberadaan

sastra itu sendiri. Berikut nilai - nilainya:

1. Rajin beribadah

22
Bukti kutipan:

“Shalatlah tepat waktu, biar dapat pahala lebih banyak,” demikian bu Mus

menasehati kami."

2. Tidak boleh syirik

Bukti kutipan:

“Orang islam tidak diperbolehkan memprediksi ramalan namun ingin

merasakannya mengenang mimpi Mahar bertahun-tahun yang lalu di gua gambar

tentang kehancuran sebuah kekuatan besar di Belitong.”

4.3 Nilai Pendidikan ( Edukatif )

Nilai yang berhubungan dengan pendidikan dan ilmu pengetahuan dalam

kehidupan baik pendidikan formal , informal dan non formal. Berikut nilai - nilainya :

1. Rajin belajar

Bukti kutipan:

“Lintang memasuki suatu tahap kreatif yang melibatkan instuisi dan

mengembangkan fikiran divergen yang orisinil. Ia ingin tahu dan tak henti-hentinya

mencoba. Indikasi kegeniusannya dapat dilihat dari kefasihannya dalam berbahasa

numerik yaitu ia terampil mengeluarkan pernyataan matematis mulai dari hipotesis

sampai pada kesimpulan. Ia membuat penyangkalan berdasarkan teorema bukan

hanya membuktikan pembuktian dari simulasi. Dalam usia muda ini ia telah

memasuki area yang sangat teoritis.”

23
BAB V
PENUTUP

Akhirnya penulis ucapkan puja dan puji syukur kepada Allah Yang Maha Esa

karena telah mampu menyelesaikan laporan analisis ini dengan baik. penulis

menyadari sepenuhnya masih banyak kekurangan baik dalam penulisan maupun

bahasa.

Penulis panjatkan doa kepada Allah Yang Maha Esa, semoga laporan analisis

yang penulis buat dapat bermanfaat amin ya robbal ‘ alamin.

Kutowinangun, 23 November 2022

penulis

24
DAFTAR PUSTAKA
Hirata, Andrea. 2006. Laskar Pelangi.Yogyakarta: Penerbit Bentang.

Novia, Dm.2020.”Bab III. Biografi Penulis.”dalam repo.iain.tulung agung. Di akses

pada 23 November 2022.

25

Anda mungkin juga menyukai