Anda di halaman 1dari 4

“DIBALIK MELONJAKNYA FILM KKN DI DESA PENARI”

KELOMPOK 7
DISUSUN OLEH:

1. ALFIATUS AULIA AZ ZAHRA (03)


2. M. SATRIA DIRGANTARA SAMBODO (22)
3. NABIL EMIR FATTAN BAIDLOWY (23)
4. REFANDA DWI ANGGRIANI (28)
Film KKN di Desa Penari

Karya sastra yang baik juga bisa menggambarkan hubungan antar manusia, manusia dengan
lingkungan, dan manusia dengan Tuhan. Ini karena dalam karya sastra seharusnya terdapat ajaran
moral, sosial sekaligus ketepatan dalam pengungkapan karya sastra.
Begitu pula yang ingin disampaikan oleh Manoj Punjabi sebagai produser film yang
berjudul KKN di Desa Penari. Film ini diadaptasi dari Novel KKN di Desa Penari karya
Simpleman. Film yang kemudian menjadi viral di dunia perfilman Indonesia, terutama yang
beraliran horor, karena kisah ini diambil dari kisah nyata dan film tersebut dihiasi dengan konflik-
konflik yang disusun dengan runtun oleh penulisnya.
Film ini mengisahkan 6 orang mahasiswa harus KKN supaya bisa lulus, tapi sialnya desa
yang mereka pilih adalah desa yang sungguh misterius. Lokasinya jauh didalam hutan, penghuninya
orang tua semua, banyak sesajen dimana-mana, dan sesekali terdengar suara gamelan entah dari
mana asalnya. Meskipun mengusung tema horor tidak lantas membuat film ini juga membahas cinta
segitiga yang dialami oleh Bima, Ayu, dan Widya. Dan juga budaya yang masih dilestarikan di
daerah tersebut.
Nilai dan budaya Jawa sangat kental yang dirasakan oleh penonton pada setiap adegannya.
Bahkan, hampir disetiap adegan kita akan menemukan pesan dan amanat. Katakan saja adegan yang
penuh dengan amanat, namun dengan bentuk seperti itu tidak kemudian membuat film ini menjadi
membosankan untuk dilihat karena film ini tidak tidak sekadar meniru formula film horor barat
melainkan mempunyai identitas lokal. Gaya penyampaian cerita yang dilakukan oleh produser
untuk mengungkapkan setiap pesan agar menyadarkan kita pentingnya menghormati adat istiadat
yang masih dilestarikan dan diyakini oleh setiap daerah.

Tema yang kurang mendalami genre mistis


Tema yang diangkat dari film ini adalah tema mistis. Tetapi mistis yang berada didalam film
kurang mengeksplorasi dikarenakan mistis tersebut hanya terlihat dari karakter Nur, sedangkan
peran pemain lainnya kurang greget. Seperti halnya pada karakter Badarawuhi, ia tidak terlihat
seperti sosok yang menggambarkan dirinya terlalu mistis.

Tokoh atau Penokohan yang tidak terlalu jelas


Satu hal yang ditemukan terlihat janggal dalam film ini adalah karakter tokoh, yaitu nenek
Sundari yang waktaknya tidak digambarkan terlalu jelas. Maksud Manoj Punjabi, mungkin ia ingin
menggambarkan sosok nenek yang karakter tokohnya digunakan untuk mengizinkan tinggal di
rumahnya. Hal yang menjadi janggal jika sosok yang digambarkan tersebut adalah saat nenek
Sundari tidak suka dengan kedatangan keenam mahasiswa tersebut.
Terdapat sosok khodam yang menjaga Nur, sosok nenek tersebut tidak dijelaskan alasan
lebih memilih melindungi Nur daripada mahasiswa lainnya. Sehingga penonton menebak-nebak
mengapa nenek tersebut lebih memilih melindungi Nur. Pada tokoh warga ghaib, mereka tidak
begitu menyeramkan saat memerankan sosok mahluk ghaib, karena riasan warga ghaib tidak terlalu
menunjukkan sosok yang menyeramkan dan tergolong seperti riasan zombie. Pada salah satu
pemeran yang mengikuti pesta hantu terdapat seorang nenek yang aktingnya tidak profesional.
Nenek tersebut tidak mendalami sebagai tokoh seorang mahluk ghaib, gerakan yang tidak sesuai
dengan mahluk ghaib yang lainnya.
Karakter dalam tokoh Nur dan Widya sangat menjiwai, karakter yang sangat menonjol
didalam filmnya yang membuat penonton merinding. Hal tersebut terdapat saat nur dirasuki oleh
sosok nenek yang melindunginya, Nur sangat menghayati saat dia menasehati Widya untuk
menyuruh agar Bima dan Ayu tidak melakukan hal dosa.

Latar yang dilukis sempurna


Hal yang pantas untuk diunggulkan dalam film ini adalah kemampuan Manoj Punjabi untuk
melukiskan latar dari setiap peristiwa, baik itu latar tempat, waktu, maupun suasananya. Ia dapat
begitu fasih untuk menggambarkan tiap lekuk bagian tempat yang ia jadikan latar dalam film
tersebut. Tempat yang digunakan dalam pembuatan film tersebut sangat menyatu dengan setiap
adegan. Berupa sebuah kampung di hutan yang dijadikan sebagai tempat untuk adegan mahasiswa
yang melakukan tugas KKN dan juga adanya rumah tradisional yang menambah kesan bahwasanya
rumah tersebut mendukung suasana zaman dulu, sehingga dalam film tersebut sungguh terlihat
bagus. Ditambah dengan gambaran suasana yang mendukung sehingga seakan-akan mengajak kita
untuk merasakan pengalaman horor. Seperti pada adegan Widya sedang mandi di bilik mandi dekat
bekas pemandian penari, saat itu ia menyiramkan air keseluruh tubuh dan merasakan adanya sosok
Badarawuhi yang berada di depannya. Tetapi Widya tidak melihat Badarawuhi tersebut. Latar
waktu yang digunakan dalam pembuatan film ini juga sangat mendukung adegan yang dilakukan.
Seperti saat Widya sedang memergoki Bima pada malam hari yang entah pergi kemana, Widya
mengikuti Bima memasuki hutan dan menemukan Bima disebuah gubuk. Widya terkejut dengan
adanya Bima bersama Seorang perempuan siluman ular, kemudian ia berbalik badan lalu tiba-tiba ia
berada di sebuah padepokan.

Alur cerita dikemas secara lugas


Alur ceritanya jelas tidak berputar putar dan memiliki satu kesatuan meskipun kurang
mulus. Intro diawal film lumayan panjang durasinya sehingga membuat penonton mulai bosan dan
mengantuk kedalam ceritanya, berdurasi sekitar 18 menit. Film ini sudah dinantikan oleh
masyarakay Indonesia dari tahun 2019 tetapi dibatalkan karena munculnya pandemi covid-19 dan
ditunggu sampai tahun 2022. Namun, endingnya tidak sesuai dengan ekspektasi atau bisa disebut
kurang memuaskan yang lebih satu tahun membuat masyarakat Indonesia penasaran dengan
filmnya. Pada akhir cerita tidak dijelaskan bagaimana akhir dari tugas kuliahnya dan kelanjutan
cerita Ayu, Bima yang berada di alam ghaib.

Penggabungan sudut pandang yang menarik


Sudut pandang yang diambil dari Nur dan Widya mampu memvisualisasikan setiap adegan
yang menarik dalam cerita yang pernah viral di Twitter. Walaupun tidak sepenuhnya diambil
ceritanya sesuai dengan cerita yang pernah viral di twitter.

Gaya bahasa yang melokal


Gaya bahasa yang digunakan oleh para tokoh yang menggunakan bahasa jawa sangatlah
jelas. Tokoh yang memerankannya yaitu Nur, Widya, Ayu, Bima, dan Badarawuhi tidak begitu
cocok menggunakan bahasa jawa. Karena saat di luar kegiatan shooting, mereka menggunakan
bahasa Indonesia. Meskipun hal demikian, mereka tetap berhasil memerankan adegan yang
menggunakan bahasa jawa dengan jelas dan benar.
Amanat yang disampaikan secara tersirat
Di dalam film KKN di Desa Penari bahwa semuanya adalah soal menghormati dan
mematuhi. Betapa pun tidak logisnya aturan dan tahayul di hutan, diikuti saja. Bukan soal percaya
atau tidak percaya, melainkan soal menghormati yang punya tempat atau penduduk lokal. Dialog di
akhir cerita saat orang desa merasa bersalah atas tragedi yang menimpa Nur dan kawan-kawan,
sementara Nur juga merasa bersalah karena lalai menjaga kepercayaan benar-benar menunjukkan
bahwa dimana pun, kapan pun, siapa pun, sebenarnya sama-sama ingin menjaga. Amanat yang
diberikan dari film ini tentunya sangat memberikan pelajaran bagi kita semua.

Transisi kamera yang sempurna


Sinematik yang detail dan sosok ghaib yang unik membuat kita yang tadinya merasa bosan
akan membuat kita menjadi menikmati film tersebut, dan juga karena kisah ini mengangkat mahluk
ghaib yang lekat dengan kehidupan kita dan kenal dengan ritual pedesaan tanah jawa. Terlihat pada
saat adegan Widya dan Wahyu mengunjungi sebuah pesta desa tak terlihat, penyutingan pesta
begitu menggambarkan pesta yang dilakukan orang zaman dahulu. Dengan adanya gending-
gending dan penari yang begitu memesona. Dalam adegan tersebut terdapat bagian yang
mengganjal, yaitu salah satu orang yang bermain gending-gending ia membawa biola. Pada
dasarnya, zaman dahulu tidak mungkin ada biola di dalam pedesaan tengah hutan, jadi hal tersebut
tidak masuk akal.
Transisi kamera yang digunakan begitu bagus, yang menyajikan perubahan mulus dari pagi
ke malam dan penari KKN di Desa Penari. Seperti pada awal cerita yang menyajikan panorama
pedesaan yang begitu mengesankan. Dan setelah Bima berkata jujur kepada Nur bahwa ia telah
melakukan perjanjian dengan Dawuh, setelah itu terlihat transisi perubahan dari malam ke pagi hari
dengan waktu yang bersamaan. Dilihat dari pemandangan sawah dan bukit yang membentang luas
cocok dengan suasana menegangkan pada cerita. Dan saat adegan penari mereka terlihat lemah
gemulai saat menarikannya dan juga sangat cantik ditambah transisi kamera yang begitu bagus.

Anda mungkin juga menyukai