Anda di halaman 1dari 23

ANALISIS UNSUR

INTRINSIK DAN EKSTRINSIK NOVEL INDONESIA


HAFALAN SHALAT DELISA
TERE LIYE

Oleh:
Vira Mustika
Satya Irada
NIS 2084
XII MIPA 5

SMA Negeri 10 Samarinda


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat,
taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga saya dapat
menyelesaikan penulisan ini.
Dalam penulisan ini, tentu tidak berjalan dengan cepat melainkan memerlukan
kurun waktu yang tidak sebentar. Namun berkat kegigihan serta bantuan dari beberapa
pihak, akhirnya penulisan ini dapat terselesaikan. Berkat bantuan tersebut, pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Kedua orang tua dirumah yang telah memberikan bantuan materil maupun
doanya, sehingga penulisan ini dapat terselesaikan;

2. Bapak Masrani, sebagai guru pembimbing mata pelajaran Bahasa Indonesia yang
telah banyak membantu sehingga penulisan ini dapat berjalan lancar;

3. Teman-teman yang telah memberi semangat kepada saya, sehingga penulisan ini
bisa selesai dengan baik. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu yang membantu penulisan ini.

Akhir kata semoga penulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Penulis
menyadari bahwa dalam pembuatan penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan
kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan terima kasih.

Samarinda, 07 Oktober 2016

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
BAB II URAIAN
2.1 Identifikasi Novel......................................................................................2
2.2 Unsur Intrinsik..........................................................................................2
2.3 Unsur Ekstrinsik........................................................................................11
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan...................................................................................................15
3.2 Saran..........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................16
LAMPIRAN...............................................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

Dalam kehidupan terdapat berbagai ilmu yang dapat


dipelajari. Mulai dari ilmu tentang makhluk hidup, agama, alam dan
lain sebagainya. Namun ada salah satu ilmu yang menarik, yaitu
ilmu bahasa dan sastra serta kehidupan. Ilmu tersebut tidak lain
merupakan ilmu yang diaplikasikan langsung melalui komunikasi
dan kehidupan nyata antarmanusia. Ilmu tersebut juga memiliki
cakupan yang luas.

Pada penulisan ini lebih tepatnya akan membahas tentang


sebuah novel. Novel merupakan salah satu bentuk komunikasi,
perbedaannya adalah novel lebih kepada tulisan dan penggunaan
bahasanya pun mengikuti aturan yang telah ditetapkan. Di dalam
sebuah novel, tentunya terdapat berbagai macam cerita dan dari
cerita tersebut dapat diambil sebuah pesan kebaikan.

Untuk mendapatkan pesan itu, tentu harus dilakukan dengan


dibaca. Setelah itu, akan lebih baik jika diketahui hal-hal apa saja
yang ada di dalam novel tersebut yang dilakukan dengan cara
dianalisis. Oleh karena itu, peulis akan meninjau lagi mengenai
analisis dari novel itu yang berjudul Hafalah Shalat Delisa.
BAB II

URAIAN

2.1 Identifikasi Novel

Judul : Hafalan Shalat Delisa


Pengarang : Tere Liye
Penerbit : Republika
Tahun Terbit : 2008
Tempat Terbit : Jakarta
Tebal Buku : 304 halaman

2.2 Unsur Intrinsik

A. Tema : Perjuangan dan Ketegaran Delisa dalam Menghafal Bacaan


Sholat.
B. Tokoh :

1. Delisa 8. Tiur
2. Ummi Salamah 9. Ustadz Rahman
3. Abi Usman 10. Bu Guru Nur

4. Kak Fatimah 11. Koh Acan

5. Kak Zahra 12. Sersan Ahmad

6. Kak Aisyah 13. Sophi

7. Umam 14. Prajurit Salam /


Smith

C. Penokohan

Tokoh Sifat Kutipan


Delisa Susah bangun
Yeee, Delisa jangankan digerak
gerakkan kencang-kencang,
speaker meunasah ditaruh di
kupingnya saja, ia nggak bakal
bangun-bangun juga! Aisyah
membela diri. (Hal 2)
Pelupa Delisa tuh selalu lupa untuk mengecek
di atas mejanya dulu, kalau nyari
sesuatu! Fatimah mengingatkan.
(Hal 49)
Penyayang
Delisa.. cinta Ummi karena Allah!
Ia pelan sekali mengatakan
itu,Tetapi suara itu berharga. Amat
menggetarkan. Kalimat yang bisa
meruntuhkan tembok hati. (Hal 53)
Suka berbagi
Kak Aisyah tenang aja, Nanti
Delisa kasih pinjam deh! Delisa
sudah berseru duluan. (Hal 14)

Delisa buru-buru membuka


bungkus coklatnya. Memotongnya
separuh. Menyerahkan potongan
itu pada kak Aisyah. (Hal 62)

Kak Copi potong aja separuhnya..


Delisa berkata sambil tersenyum saat

Shopi hendak menyerahkan lagi


cokelat yang sudah terbuka. Shopi
tertegun. Ia mengerti sekarang,
gadis kecil di hadapannya ternyata
hendak berbagi. (Hal 135)
Tegar
Kaki Kaki Delisa dipotong Bi!
Delisa menyeringai. Abi
mengeluh Ya Allah,
pemandangan ini sungguh sangat
menyakitkan, teramat menusuk
hatinya. Lihatlah, Delisa ringan
saja menyampaikan semua berita
itu. (Hal 144)
Taat pada Allah
Delisa mendengar suara
mengerikan itu. Tetapi Delisa
sedang khusyuk. Delisa ingin
menyelesaikan shalatnya dengan
baik. Ya Allah Delisa ingin
berpikiran satu. Maka Ia tidak
bergeming dari berdirinya. (Hal 71)
Mempunyai sikap Ia justru banyak berpikir sekarang. Pasti
optimis ada cara yang lebih baik untuk
menghafal bacaan-bacaan itu. Pasti
ada.
Pantang Badannya terus terseret. Ya Allah,
menyerah Delisa ditengan sadar dan tidaknya
ingin sujud Ya Allah, Delisa ingin sujud
dengan sempurna. Delisa sekarang
hafal bacaannya Delisa tidak lupa
seperti tadi shubuh (Hal 71)
Ummi Salamah Bijaksana Tidak! Ummi memang sengaja
menunjuk Aisyah melakukan pekerjaan
itu, agar Aisyah lebih bertanggung-
jawab atas adiknya.
Nah, kalau bukan untuk kalung, kamu
nggak sepantasnya cemburu dengan
hadiah adikmu kan? Ah iya, besok lusa
kan kita bisa pergi ke tempat Koh Acan
lagi masing-masing nanti beli huruf
untuk kalungnya.
Penyayang Ummi Cinta Delisa karena Allah!
Ummi Salamah terisak memluk
bungsunya. Memeluknya erat. (Hal 53)
Abi Usman Pekerja keras Abi bekerja sebagai pelaut di salah satu
kapal tanker perusahaan minyak asing
Arun yang pulangnya 3 bulan sekali.
Pengertian Tentu saja Delisa bisa menghafalnya
kembali. Insya Allah jauh lebih cepat
sekarang Kan, Delisa pernah
menghafal sebelumnya. (Hal 151)
Perhatian Bagaimana sayang, apakah Delisa
sudah merasa baikan?(Hal 226)
Kak Fatimah Tegas Ais, kamu memangnya nggak bisa
bangunin delisa nggak pakai teriak-
teriak apa? (Hal 2)
Sabar Delisa bangun, sayang Shubuh! (Hal
2)
Kak Aisyah Keras kepala Yee, Delisa jangankan digerak-
gerakkan kencang-kencang, speaker
meunasah di taruh di kupingnya saja, ia
nggak bakal bangun-bangun juga (Hal
2)
Egois Makanya kamu cepetan menghafal
bacaannya. bikin repot saja! (Hal 8)
Iri Kenapa Delisa dapat kalung yang lebih
bagus! kenapa kalung Delisa lebih
bagus dibandingkan dengan kalung
Aisyah lebih bagus dari kalung
Zahra kalung Kak Fatimah. (Hal 32)
Kak Zahra Sabar Iya! Tapi kamu nyarinyakan bisa lebih
pelan sedikit? Nggak mesti merusak
lipatan pakaian yang lainkan? (Hal 49)
Pendiam Hening tak memperdulikan kegiatan
Delisa. Lebih hening dari pada Zahra
yang memang pendiam. (Hal 25)
Umam Nakal Maafin Umam, Umi. Umam ngaku,
Umam yang ngambil uang belanja Umi
Jahil Ustadz Rahman yang barusan melolotin
Teuku Umam yang lagi ijeng menjawil
Jilbab Tiur. (Hal 38)
Tiur Baik Ayo Delisa, aku ajarin naik sepedanya
(Hal 47)
Ustadz Rahman Pengertian Biar nggak kebolak-balik kamu mesti
menghafalnya berkali-kali Baca
berkali-kali nanti nggak lagi! Nanti
pasti terbiasa. (Hal 38)
Bijaksana Bukan Ustadz Rahman tidak mau
menjelaskan panjang lebar. Tetapi
mengajari anak kecil seperti Delisa,
harus ada tehniknya. (Hal 39)
Bu Guru Nur Pintar Ibu Guru Nur sungguh pintar
membesarkan membesarkan hati. (Hal 66)
hati
Koh Acan Baik Hati TidaklahKalau untuk hadiah hafalan
shalat ini, Ummi Salamah bayar
separuh saja, haiya! (Hal 20)
Sersan Ahmad Tegas CARI TERUS! KUMPULKAN MAYAT
SEBANYAK MUNGKIN! PERIKSA SELURUH
TEMPAT! Sersan Ahmad galak menatap
pasukannya yang begitu lamban.
Sophie Perhatian Kamu hari ini mandi, ya Sebentar,
kakak siapkan dulu airnya ( Hal 132)
Smith Perhatian Bagaimana Shopie? Apakah keadaan
anak itu berubah?

D. Alur

Novel Hafalan Shalat Delisa menggunakan alur maju, hal


ini dibuktikan oleh beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Pengenalan/Awal Cerita

Awal cerita dalam novel ini didahului oleh sebuah


keluarga yang memiliki seorang anak bernama Delisa. Delisa
adalah anak kecil berumur 6 tahun yang sedang berusaha
menghafal bacaan shalatnya. Delisa selalu susah untuk
menghafal bacaan shalatnya. Setiap shalat Kak Aisyah membaca
keras-keras bacaan shalatnya agar Delisa lebih mudah untuk
menghafal bacaan shalatnya. Kak Aisyah selalu menjahili Delisa.
Abi Delisa bekerja di pertambangan minyak sehingga Abi Delisa
pulang 3 bulan sekali.

2. Timbulnya Konflik
Awal pertikaian ditunjukan ketika delisa akan dibelikan
kalung oleh ibu sebagai hadiah telah menghafal bacaan
shalatnya. Namun kalung yang delisa beli berbeda dengan
kalung yang dibelikan ibu kepada kakak-kakaknya. Hal tersebut
membuat Kak Aisyah merasa cemburu atau iri terhadap kalung
yang dibelikan ibu kepada Delisa.

3. Puncak Konflik

Titik puncak certita adalah ketika Delisa sedang menjalani


tes hafalan bacaan shalat oleh Ibu Guru Nur. Ketika itu tiba-tiba
saja kota Aceh dilanda gempa yang sangat kuat. Gempa itu
berskala 9.1 SR. Delisa yang sedang tes tetap melanjutkannya,
tidak peduli kondisi sekitar seperti apa. Padahal semua murid
yang sedang menunggu giliran sudah berhamburan keluar
sekolah. Namun Ibu Guru Nur tetap setia menemani Delisa.

Setelah gempa mereda, air laut seketika naik sangat


tinggi, menyebabkan para nelayan berlari kesana-kesini.
Ternyata gempa itu disertai dengan tsunami. Air dengan arus
yang sangat dahsyat menerjang tubuh mungil Delisa yang
sedang menjalani tes. Abi yang tau berita ini lewat televisi,
langsung meminta cuti ke bosnya untuk kembali ke aceh dan
segera mengetahui kondisi keluarganya. Namun ketika Abi
sampai di Aceh, dia mendapat berita yang menyedihkan. Abi di
beritahu oleh Koh Acan bahwa semua anggota keluarganya telah
meninggal. Hanya tinggal Delisa sajalah yang sampai saat ini
belum ditemukan juga.

4. Antiklimaks

Antiklimaks dalam novel ini ketika Delisa telah merelakan


kepergian seluruh anggota keluarganya kecuali Abi. Delisa tidak
akan pernah membahas Ummi didepan Abi. Delisa tidak ingin
membuat Abi sedih. Dan semenjak kejadian itu Delisa lupa akan
semua hafalan shalat yang pernah ia hafal. Delisa berusaha
untuk menghafalnya lagi namun hal terserbut malah semakin
sulit untuk dihafal.

5. Penyelesaian Masalah

Pada akhirnya, Delisa tersadar hal apa yang dapat


membuat lupa akan hafalan shalatnya itu. Hal itu adalah Delisa
menghafal bacaan shalatnya hanya demi mendapat kalung dari
Ummi. Delisa menghafal bacaan shalatnya agar mendapat
imbalan dari Ummi. Dan sekarang Delisa sudah dapat mengingat
seluruh hafalan shalatnya karena Delisa memiliki satu niat, yaitu
ikhlas dalam melakukan apapun dan jangan mengharapkan
suatu imbalan.

E. Latar

Latar Keterangan Kutipan

Tempat Lhok Nga Menggetarkan langit-langit Lhok


Nga yang masih gelap (Hal 1)

Kamar Rawat Shopi melangkah keluar kamar,


entah mengambil apa (Hal 132)

Hutan Sersan Ahmed berlari menuju


semak belukar tersebut. (Hal
109)

Sersan Ahmed berlari menuju


semak belukar tersebut. (Hal
109)

Tenda Darurat Delisa menatap tenda-tenda


yang berjejer rapi tersebut. (Hal
156)

Delisa menatap tenda-tenda


yang berjejer rapi tersebut (Hal
156)

Waktu Pagi Hari Adzan shubuh dari meunasah


terdengar syahdu (Hal 1)

Cahaya matahari menyemburat


dari balik bukit yang memagari
kota (Hal 5)

Siang Hari Sinar terik matahari


mengembalikan panca-indranya.
(Hal 92)

Sore Hari Matahari bergerak menghujam


bumi semakin rendah. Jingga
memenuhi langit (Hal 46)

Dini Hsri Malam ketiga ketika Delisa


terbaring tak berdaya. Pukul
02.45 (Hal 112)

Suasana Ramai Pasar Lhok Nga ramai sekali. Hari


Ahad begini. Semua seperti sibuk
berbelanja. (Hal 19)

Senang Delisa boleh pilih kalungnya


sendiri, kan? Seperti punya Kak
Fatimah, punya Kak Zahra atau,
seperti punya Kak Aisyah! (Hal
17)

Sedih Sungguh semua hancur. Sungguh


semuanya musnah. Ya Allah,
kami belum pernah melihat
kehancuran seperti ini. Kota ini
tak bersisa, kota ini luluh lantak
hanya meninggalkan berbilang
kubah masjid, kota itu menjadi
cokelat, kota ini tak berpenghuni
lagi. Kota ini! Kota itu! (Hal 81)

F. Sudut Pandang

Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam novel


tersebut yaitu sudut pandang orang ketiga serba tahu. Hal ini
dibuktikan oleh pengarang yang selalu menyebut nama tokoh-tokoh
pemeran dalam novel tersebut, dimana seakan-akan pengarang
begitu mengerti perasaan yang dialami tokoh dalam cerita. Hal ini
dibuktikan dalam percakapan berikut: Ummi Salamah terpana. Ya
Allah, kalimat itu sungguh indah. Ya Allah kalimat itu membuat
hatinya meleleh seketika (Hal 53).

G. Gaya Bahasa

Gaya Bahasa Kutipan


Hiperbola Ya Allah kalimat itu membuat hatinya meleleh
seketika (Hal 53)
Ya Allah, tubuh itu bercahaya. Tubuh yang
ditatapnya bercahaya. Berkemilauan-menakjubkan.
Lihatlah! lebih indah dari tujuh pelangi dijadikan
satu. (Hal 108)
Personifikasi Gelombang tsunami sudah menghantam bibir
pantai (Hal 70)
Terlambat, gelombang itu menyapu lebih cepat.
(Hal 70)
Metafora Pohon-pohon bertumbangan bagai kecambang
tauge yang akarnya lemah menunjang. (Hal 70)

H. Amanat

Amanat yang dapat diambil dari novel Hafalan Shalat


Delisa yaitu Apabila kita memiliki kemauan pasti ada jalannya.
Namun apabila kita ingin mencapai suatu harapan hanya untuk
sebuah imbalan itu percuma, karena hal yang kita lakukan tersebut
tidak berasal dari hati kita sendiri tapi berasal dari nafsu kita untuk
mendapat imbalan tersebut. Sebaiknya kita melakukan apapun
sesuai dengan hati kita, jangan pernah mengharapkan suatu
imbalan apapun terhadap perkejaan atau suatu harapan yang kita
inginkan. Dan sebaiknya kita juga melakukan apapun dengan hati
yang lapang dan ikhlas.

Kehidupan dan kematian memang kehendak dari Allah SWT.


Kehidupan yang kekal yakni kehidupan akhirat. Kenikmatan akan
diberikan pada setiap hamba yang beramal sholeh dan siksaan
serta kepedihan hanyalah untuk hamba yang ingkar. Maka
hendaknya dimanfaatkan kehidupan kita di dunia hanyalah untuk
beribadah pada Allah. Tanamkan sikap zuhud dan senantiasa
beramal sholeh. Hidup untuk Yang Maha Hidup.

2.3 UNSUR EKSTRINSIK

A. Latar Belakang Penulis

Tere Liye merupakan nama pena dari seorang novelis


Indonesia yang diambil dari bahasa India yang memiliki arti, yaitu
untukmu. Tere Liye lahir pada tanggal 21 Mei 1979 dan telah
menghasilkan 14 buah novel. Nama asli dari pengarang ini adalah
Darwis ,yang beristrikan Riski Ameli dan seorang ayah dari
Abdullah Pasai. Lahir dan besar dipedalaman Sumatera, berasal dari
keluarga petani, anak keenam dari tujuh bersaudara.

Riwayat pendidikannya antara lain, SDN 2 Kikim Timur


Sumatera Selatan, SMPN 2 Kikim Timur Sumsel, SMUN 9 Bandar
Lampung, Fakultas Ekonomi UI. Profesinya sekarang sebagai penulis
dan sebagai pemateri dalam forum diskusi. Berkat dari kerja
kerasnya itu membuat novelnya itu sampai kepasaran Internasional,
oleh sebab itu ia dijuluki sebagai novelis terbaik Indonesia. Novelnya
ada yang sampai ke mancanegara yang diterjemahkan dalam
bahasa inggris. Karya-karyanya yang telah dipublikasikan antara
lain berjudul Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, Pukat,
Burlian, Hafalan Shalat Delisa, Moga Bunda Disayang Allah, Ayahku
bukan Pembohong, The Gogons Series: James & Incridible, Bidadari-
Bidadari Surga, Sang Penandai, Rembulan Tenggelam di Wajahmu,
Mimpi-mimpi Si Patah Hati, Cintaku Antara Jakarta & Kuala Lumpur,
Senja Bersama Rosie dan Eliana serial anak-anak. Semua dari karya-
karyanya itu mendapatkan tanggapan positif dari setiap pembaca.
Hampir semua dari novel-novelnya itu menjadi best seller.

Dibandingkan dengan novel sesudah maupun sebelumnya,


novel Hafalan Shalat Delisa ini lebih memberikan wawasan yang
banyak terutama mengenai ibadah seperti menjaga kekhusyukan
dalam shalat. Pada novel ini penulis memakai bahasa yang
sederhana sehingga mudah dipahami oleh pembaca, berbeda
dengan novelnya yang berjudul Ayahku Bukan Pembohong yang
banyak menggunakan kata-kata kiasan dan juga majas-majas yang
sulit dipahami bagi pembaca terutama bagi pembaca pemula.

Novel Hafalan Shalat Delisa lebih banyak problema yang


terjadi tidak hanya terfokus pada satu permasalahan saja dan
semua nya itu dipecahkan atau diselesaikan dengan bijaksana,
sedangkan pada novel Ayahku Bukan Pembohong hanya terfokus
pada satu permasalahan yaitu hanya terfokus pada kebohongan
ayahnya dan penyelesaian dari permasahannya itu juga kurang
memuaskan. Novel itu juga membuat pembaca sangat terharu
olehnya, karena semagat hidup dari Delisa, hal itu memotivasi para
pembaca untuk selalu semangat dalam melawan kehidupan dan tak
mengenal putus asa.

Novel Hafalan Shalat Delisa ini mengangkat cerita mengenai


anugerah dibalik keikhlasan. Kita dapat melihat dari keikhlasan yang
dimiliki Delisa ketika menghafal hafalan shalat, ikhlas menerima
keadaannya setelah tsumani seperti kaki yang teramputasi dan
ikhlas menerima kepergian Umi Salamah.

Novel ini sangat bagus bagi pembacanya, karena membuat


emosi kita ikut dalam setiap yang dirasakannya. Novel ini ditulis
dengan bahasa yang sederhana namun menyentuh hati pembaca.
Bukti-bukti yang diberikan pada setiap kejadian membuat kisah-
kisah ini seperti nyata. Bagian yang berkesan, yaitu ketika
pengambilan nilai praktek shalat Delisa sekaligus pada saat itu
terjadinya tsunami (pada bab yang berjudul 26 Desember 2004 itu)
dan ketika penggambaran bagaimana Delisa terjepit oleh sela-sela
semak belukar (pada halaman 112), karena pada bagian ini
pembaca dapat menggambarkan seperti apa kejadian ketika
tsunami itu. Dan tokoh-tokoh pendukung dari bab itu membuat
suasana menjadi hidup.

Tere Liye ingin menyebarkan pemahaman bahwa hidup ini


sederhana melalui tulisannya. Berikut sedikit kutipan dari salah satu
novelnya yang sangat berkesan: Bekerja keras, namun selalu
merasa cukup, mencintai berbuat baik dan berbagi, senantiasa
bersyukur dan berterima-kasih maka tereliye percaya, sejatinya kita
sudah menggenggam kebahagiaan hidup ini.

B. Nilai yang Terkandung


1. Budaya
Budaya yang ada di dalam novel ini adalah ketika semua anak
Ummi Salamah telah lulus dalam hafalan membaca shalatnya maka
sebagai hadiahnya, Ummi membelikan sebuah kalung sebagai hadiahnya.
Hal ini dibuktikan dalam percakapan berikut: Delisa boleh pilih kalungnya
sendiri, kan? Seperti punya Kak Fatimah, punya Kak Zahra atau, seperti
punya Kak Aisyah! (Hal 17).
2. Agama
Dalam novel ini nilai agama yang terkandung sangat kuat, karena
semua anak-anak Ummi Salamah diwajibkan menghafal bacaannya
shalatnya dan diwajibkan untuk shalat sesuai dengan waktunya. Semua
anak Ummi Salamah belajar mengaji di TPA bersama Ustadz Rahman. Hal
ini dibuktikan dalam percakapan berikut : Delisa bangun, sayang
Shubuh! (Hal 2).
3. Moral
Digambarkan nilai-nilai moral yang sangat kental. Dapat dianalisis
dari keadaan sosial dan kegiatan masyarakat didaerah tersebut. Sangat
sopan dan juga sangat mengutamakan nilai-nilai agama dan budaya
Islam.
4. Sosial
Banyak sekali nilai sosial yang tertoreh pada novel ini, sebagai
contoh kebersamaan seorang ibu yang menyayangi ke-4 anaknya dengan
sabar. Walau dalam keluarganya tersebut tidak hadirnya seorang ayah.
Namun keluarga tersebut dapat hidup sejahtera dan tentram.
5. Realita
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang tua yang kurang
peduli dengan nilai keagamaan anaknya. Kita juga dapat melihat sekitar
kita, banyak anak-anak yang kurang peduli dengan kegiatan
keagamaannya seperti contoh kurang minat untuk menghafalkan doa-doa
sholat dan membaca Al-Quran. Hafalan Shalat Delisa sangat baik untuk
diterapkan dalam kehidupan beragama dan berkeluarga.
6. Situasi Masyarakat
Situasi masyarakat saat penulisan novel ini yaitu tepat pada
peristiwa tsunami di Banda Aceh tertanggal 26 Desember 2004.

C. Penilaian Novel
1. Kelebihan
Novel ini sangat tepat untuk dibaca untuk semua kalangan. Baik
anak-anak maupun remaja bahkan orang tua sekalipun. Pesan yang
tersirat dalam novel ini memberikan banyak inspirasi bagi para
pembacanya.
Tiap bait puisi dibeberapa kalimatnya menambah poin plus untuk
novel ini. Alur cerita yang sangat menghanyutkan membuat para
pembaca (khususnya saya) untuk selalu ikhlas dalam menerima segala
cobaan yang telah ditakdirkan dari Allah SWT.
Bahasa yang digunakan penulis sederhana namun mampu
menyentuh hati pembaca,tidak susah dipahami dan dimengerti oleh
semua kalangan pembaca baik pembaca pemula atau sudah tingkat
lanjut.
2. Kekurangan
Kekurangan dari novel ini, yaitu tidak adanya biografi penulis
yang disediakan pada bagian akhir halaman novel, pengarang
menggunakan nama samaran tidak nama asli (Tere Liye) dan tidak
adanya sinopsis yang disediakan pada bagian belakang cover sehingga
ketika ada yang ingin membeli, ada keraguan terhadap apa yang akan
diceritakan oleh novel ini.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Simpulan yang dapat diambil dari penulisan ini, yaitu cara
menganalisis dengan mengetahui unsur intrinsik dan ekstrinsik. Selain itu
juga dapat diketahui bahwa dalam menganalisis diperlukan pengetahuan
lebih mengenai novel yang akan dianalisis, selain dibaca juga harus dipahami
agar dapat mengetahui tokoh, alur, latar belakang penulis dan lain
sebagainya. Hal lainnya juga berkaitan dengan pesan-pesan yang
disampaikan oleh penulis berupa amanah dari novel tersebut.

3.2 Saran
Ketika menganalisis novel, sebaiknya penulis harus paham mengenai
isi dari novel tersebut. Bahkan jika diperlukan, hal-hal yang akan dianalisis
dapat ditandai dibagian mana saja. Hal itu guna mempermudah proses
analisis, sehingga pengerjaannya pun segera selesai.
DAFTAR PUSTAKA
...
LAMPIRAN
Lampiran 1
Cover Novel
Lampiran 2
SINOPSIS

Delisa gadis kecil kebanyakan yang periang, tinggal di Lhok Nga desa
kecil di pantai Aceh, mempunyai hidup yang indah. Sebagai anak bungsu dari
keluarga Abi Usman, Ayahnya bertugas di sebuah kapal tanker perusahaan
minyak Internasional. Delisa sangat dekat dengan ibunya yang dia panggil
Ummi, serta ketiga kakaknya yaitu Fatimah, dan si kembar Aisyah dan Zahra.
26 Desember 2004, Delisa bersama Ummi sedang bersiap menuju ujian
praktek shalat ketika tiba-tiba terjadi gempa. Gempa yang cukup membuat
ibu dan kakak-kakak Delisa ketakutan. Tiba-tiba tsunami menghantam,
menggulung desa kecil mereka, menggulung sekolah mereka, dan
menggulung tubuh kecil Delisa serta ratusan ribu lainnya di Aceh serta
berbagai pelosok pantai di Asia Tenggara. Delisa berhasil diselamatkan
Prajurit Smith, setelah berhari-hari pingsan di cadas bukit. Sayangnya luka
parah membuat kaki kanan Delisa harus diamputasi. Penderitaan Delisa
menarik iba banyak orang. Prajurit Smith sempat ingin mengadopsi Delisa bila
dia sebatang kara, tapi Abi Usman berhasil menemukan Delisa. Delisa
bahagia berkumpul lagi dengan ayahnya, walaupun sedih mendengar kabar
ketiga kakaknya telah pergi ke surga, dan Ummi belum ketahuan ada di
mana. Delisa bangkit, di tengah rasa sedih akibat kehilangan, di tengah rasa
putus asa yang mendera Abi Usman dan juga orang-orang Aceh lainnya,
Delisa telah menjadi malaikat kecil yang membagikan tawa di setiap
kehadirannya. Walaupun terasa berat, Delisa telah mengajarkan bagaimana
kesedihan bisa menjadi kekuatan untuk tetap bertahan. Walau air mata
rasanya tak ingin berhenti mengalir, tapi Delisa mencoba memahami apa itu
ikhlas, mengerjakan sesuatu tanpa mengharap balasan. "Delisa cinta Ummi
karena Allah."

Anda mungkin juga menyukai