Anda di halaman 1dari 3

UNSUR INTRINSIK BIDADARI-BIDADARI SURGA

TERELIYE

A. Tema : Cerita dari novel ini bertemakan perjuangan seorang kakak kepada
adik-adiknya

B. Penokohan :

1. Laisa, memiliki karakter pekerja keras, rela berkorban apapun untuk kebahagiaan adik
- adiknya, bahkan hingga nyawa sekalipun. Laisa juga sering memendam perasaan,
menyembunyikan rasa sakit, nekat untuk melakukan hal yang mungkin tidak akan
pernah dilakukan oleh orang lain, tegas, tidak pemalu dan ia sangat pemberani.
2. penelitian dan penemuan, rela berkorban tapi tidak begitu berani seperti Laisa
kakaknya. Dalimunte juga orang yang serius, selalu mencari tahu tentang hal yang
ingin diketahuinya.
3. Wibisana, memiliki karakter brontak. Tidak senang dengan aturan, karena itulah ia
tidak begitu menyukai sekolah, ia lebih senang melakukan hal yang menegangkan,
penuh tantangan, gemar bermain dan menjahili adik bungsunya.
4. Ikanuri, memiliki karakter yang hampir sama dengan Wibisana. Sama – sama
brontak, jahil, tidak senang dengan aturan, sangat gemar bermain. Tapi Ikanuri
terkadang juga bisa melakukan hal yang tidak pernah disangka sebelumnya, yaitu
memberikan apa yang diinginkan si bungsu.
5. Yashinta, si bungsu yang ceria. Yashinta juga banyak menuruni sifat Dalimunti.
Senang mencari tahu hal baru, baik dan penurut. Yashinta sangat senang menggambar
dan senang meneliti kehidupan beberapa binatang langka yang ada di atas gunung.
6. Mamak Lainuri (ibu dari lima bersaudara tersebut). Memiliki karakter yang hampir
sama dengan Laisa, bekerja keras agar tetap bisa membiayai sekolah anak–anaknya,
keras mendidik anak – anaknya agar mereka tidak menjadi anak yang manja, sangat
menyayangi anak – anaknya.

C. Alur / Plot :Novel ini bercerita dengan menggunakan alur campuran. Diawal cerita
menggunakan alur maju, lalu alur mundur, dan begitu seterusnya.
D. Latar :
v Tempat:
1. Lembah Lahambay sebagai kampung dimana mereka tinggal.
2. Gubuk yang tua dan seadanya sebagai rumah mereka.
3. Hutan yang terletak dikaki gunung kendeng.
4. Auditorium tempat seminar.
5. Bandara
6. Pesawat terbang
7. Stasiun kereta
8. Gunung Semeru

v Waktu : Pagi dan Malam


v Suasana :
· Menegangkan, pada saat Dalimunte mempresentasikan hasil penelitiannya, dan tiba –
tiba ia harus segera pulang karena mendapat sms dari mamaknya.
· Mencekam, pada saat Wibisana dan Ikanuri tersesaat dihutan Gunung Kendeng dan
dihadang oleh tiga harimau ( Sang Siluman ), yang dulu merupakan tempat dimana ayah
mereka hilang dan ditemukan sudah tak bernyawa dengan wajah telah tercabik – cabik.
· Sedih, saat Ikanuri mengatakan bahwa Laisa bukanlah kakak mereka, karena fisik
mereka yang berbeda. Juga saat Dalimunte tiba di Lembah Lahambay dan mendapati
kakaknya sedang terbaring dikamarnya dengan berbagai macam alat medis.
· Bahagia, saat Laisa berhasil menanam buah strawberry di ladang dan hasil penjualan
buah strawberry tersebut mendatangkan banyak keuntungan.
· Lucu, ketika Dalimunte sedang terburu-buru ke bandara dari rumahnya.

E. Sudut Pandang : Sudut pandang yang digunakan penulis dalam novel ini yaitu sudut
pandang Impersonal, dimana penulis tidak melibatkan dirinya dalam cerita.

F. Gaya Bahasa : Gaya bahasa yang digunakan adalah gaya bahasa yang hidup dan
deskriftif.
G. Amanat : Pesan moral yang terkandung dalam novel ini yaitu tentang ketulusan
seorang kakak terhadap adiknya. Kita dapat mengambil pelajaran bahwa ketulusan itu akan
membuahkan kebahagiaan. Dan kisah ini juga mengajarkan kita untuk tidak pamrih atas
pengorbanan yang telah dilakukan. Pelajaran agar kita terus bekerja keras menjalani hidup
sesulit apapun tantangan dan kondisinya.

Anda mungkin juga menyukai