Anda di halaman 1dari 7

Shalma Dinda Anggraini Setiono Putri (31)

Siti Haura Nadhilah (32)


Rumah Kaca (Tetralogi Buru)
Pramoedya Ananta Toer
Lentera Dipantara
Cetakan 9, September 2011

Sampul Depan Novel Rumah Kaca


Buku ke-4 dari Tetralogi Buru karya Pramoedya Ananta Toer
(sumber gambar: goodreads)

"Menjadi perabot kekuasaan seperti ini, makin keatas makin besar mulut dan kuping hilang, makin
kebawah makin besar kuping dan mulut hilang."

"Betapa sederhana hidup ini sesungguhnya. Yang pelik cuma liku dan tafsirannya. Jutaan semut mati
setiap hari terinjak kaki manusia. Ribuan juta serangga mati setiap detik karena diberantas manusia di
ladang-ladang pertanian. Jiwa-jiwa itu punah dan yang tersisa berbiak kembali dalam laju yang sangat
erasnya. Juga manusia berjatuhan di medan-perang, sama dengan semut dan serangga. Juga yang tersisa
berbiak kembali dalam laju yang sama derasnya. Mengapa mesti sentimental terhadap kematian? Hanya
karena sejak kecil dipompakan dongeng tentang iblis, malaikat, neraka dan surga? Segalanya tafsiran
semata dan tetap tinggal tafsiran. Jutaan manusia telah lenyap dari muka bumi, termasuk peninggalannya
karena bencana alam lebar. Siapa akan sentimental? Mereka malah bersyukur karena sendiri tak
terkenai."

"Dua abad lebih mungkin lebih lama lagi orang juga sudah berselisih pikiran tentang makna hukum. Satu
pihak menyumbar hukum untuk keselamatan umum, pihak lain bertahan hukum adalah alat
mengendalikan umum. Dan berbelas makna lain. Yang paling tepat: hukum itu alat yang bisa
dipergunakan pada waktu dibutuhkan dan cocok untuk memenuhi kebutuhan."

"Hidup sungguh sangat sederhana. Yang hebat-hebat hanya tafsirannya."

Betapa mahal biaya keselamatan dan kesenangan sendiri. Orang-orang lain harus dijual dan dikurbankan
untuknya."
"Menumpas kejahatan dari muka bumi, betapapun kecil adalah kebajikan."
"...kekuasaan kolonial diatas bagian bumi mana pun jahat."
"Seorang tanpa prinsip adalah sehina-hina orang, manusia setengik-tengiknya."

"Jadilah orang-orang yang berhati murni, berprinsip, berpribadi, sebagaimana dicita-citakan peradaban
Eropa. Jadilah manusia bebas dari pretensi dan ambisi."
“Birokrasi di Hindia sama tengiknya dengan kekuasaan kolonial itu sendiri."
lah temukan jawabannya: Apa sebab dengan kesempatan yang sama, dengan syarat-syarat alam yang
sama, jumlah bangsa Jawa jauh lebih tinggi daripada bangsa-bangsa lain di Hindia? Mengapa Jawa punya
latar belakang sejarah lebih panjang dan lebih kaya? Meninggalkan warisan-warisan kebudayaan lebih
banyak, pada suatu kurun sejarah tertentu? Malahan dalam suatu jaman yang sama pernah melebihi
bangsa-bangsa Eropa tertentu dalam bidang-bidang tertentu?"
"Mengapa Jawa bisa dikalahkan oleh Eropa? Pertama-tama karena bangsa ini mempunyai watak selalu
mencari-cari kesamaan, keselarasan, melupakan perbedaan untuk menghindari bentrokan sosial. Dia
tunduk dan taat pada ini, sampai kadang tak ada batasnya. Akhirnya dalam perkembangannya yang
sering, ia terjatuh pada satu kompromi ke kompromi lain dan kehilangan prinsip-prinsip. Ia lebih suka
penyesuaian daripada cekcok urusan prinsip."

"Memang dibutuhkan waktu untuk mempelajari garis-garis pokok pemikiran dalam wayang. Mengerti
wayang adalah mengerti sejarah pandangan hidup dan pandangan dunia manusia Jawa. Menguasai
pewayangan sebagai subjek, berarti menguasai manusia Jawa. Ini salah satu dasar untuk jadi ahli kolonial
Hindia. Sekiranya ada orang Jawa yang menguasainya sebagai subjek, mampu melepaskan diri dari
cengkraman pewayangan itu sendiri, jalannya masih jauh untuk dapat merombak dirinya. Alam wayang
ini satu bangunan tersendiri yang tidak dapat disentuh oleh gagasan-gagasan modern. Apakah manusia
Jawa itu Kristen, apakah dia Islam, apakah dia tak beragama, mereka semua terhisap kedalamnya
sebagaimana dirumuskan oleh Prapanca dan Tantular."

"Dan apa yang ada dalam kenyataan hanya yang kuatlah yang berhak menentukan hidup, dan segalanya.
Bahwa yang kuat yang berhak menentukan mana benar dan mana salah, mana yang adil dan mana yang
lalim, mana yang baik dan mana yang buruk. Siapa kuat, dia boleh lakukan segala-galanya sampai datang
yang lebih kuat membatasi geraknya atau menindasnya sama sekali. Maka kehidupan kolonial bukanlah
kehidupan Eropa demokratis. Kehidupan kolonial hanya harus mengabdi pada yang kuat dan lebih kuat,
yakni kekuasaan kolonial itu sendiri."

"Dalam tigaratus tahun sejarahnya di Hindia, Belanda telah membuat piramida dari mayat Pribumi, dan
itulah tahtanya."

"Tak ada yang lebih baik daripada persahabatan yang ikhlas, teman-temanku yang kukasihi. Terimakasih
atas kebaikan kalian. Tak ada manusia hidup tanpa persahabatan dan kebaikan, karena yang bukan
demikian bukan manusia. Selamat tinggal semua yang tersayang dan tercinta."

"Bertindak terhadap perorangan dan terhadap massa membutuhkan pengertian dan cara yang berlain-
lainan, Tuan. Massa lebih mudah dihasut dan digerakkan, tergantung pada kualitas pimpinannya."

"Sejak runtuhnya Majapahit sampai sekarang, bangsa ini tidak pernah lagi bisa membuat peninggalan
untuk umat manusia, juga tidak dirinya sendiri."

"Kesamaan gaji tidak bisa diperoleh tanpa perjuangan. Perjuangan tidak bisa berjalan tanpa organisasi --
organisasi yang berani, cerdas dan berwatak."

"Jaman ini jaman kejayaan imperialisme, jaman kemenangan bagi yang kuat. Sepandai-pandainya orang
biarpun segudang ilmunya, dia harus mengabdi kepada yang kuat, yang jaya."

"Mereka berorganisasi karena demam, bukan karena kebutuhan."

"Pandai bicara adalah juga satu syarat dalam kehidupan diantara orang banyak yang berbeda-beda
kepentingan dan perhatiannya."
"Orang menjadi besar karena tindakannya besar, pikirannya besar, jiwanya besar."
"Jangan jadi kuli mereka. Jangan bikin mereka jadi lebih kaya dan lebih berkuasa karena keringatmu.
Rebut ilmu-pengetahuan dari mereka sampai kau sama pandai dengan mereka. Pergunakan ilmumu itu
kemudian untuk menuntun bangsamu ke luar dari kegelapan yang tiada habis-habisnya ini."
"Perampasan tanah dan lapangan hidup menyebabkan orang jadi patriotik, lebih dari itu, menjadi
nasionalis dengan kemiripan Eropa."

"Orang-orang kolonial di seluruh dunia sama saja: kebencian rasial merupakan pedoman
hidup." "Dalam setiap kegiatan sosial selamanya ada kejahatan yang membonceng."
"Anak-anak, aku sering membawa kalian ke alam terbuka dengan hanya satu tujuan agar kalian mengenal
tanah air kalian sendiri, karena memang disitulah kalian kelak akan hidup dan berkembang. Cintailah
alam sekelilingmu, karena semua itu adalah milikmu sendiri. Aku akan sangat bersenang hati bila ada
salah seorang diantara kalian sungguh-sungguh mencintainya, dan mengerti, bahwa semua itu adalah
milik kalian sendiri."

"Dari semua kegiatan Pribumi itu, ternyata yang dianggap mahkota kegiatan adalah jurnalistik. Dan
barang tentu bukan jurnalistik sebagaimana dikenal oleh Eropa, tapi menulis di koran atau majalah
dengan nama terpampang, baik nama benar, nama pena atau inisial. Gejala baru ini langsung berasal dari
Raden Mas Minke. Ia pernah mengatakan pada salah seorang temannya: orang boleh pandai setinggi
langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Ucapan
lain dari si Gadis Jepara: menulis adalah bekerja untuk keabadian. Dan jurnalistik gaya Hindia merupakan
perpaduan alamiah dari gerakan Pribumi untuk kepemimpinan dan keabadian."

"Kalau pada suatu kali bertemu dengan seorang Jawa yang terpelajar, cobalah ajak dia bicara tentang
keris, wayang, puji-pujian ketinggian gamelan dan tarinya, kata Tuan L. selanjutnya, pujilah ketinggian
filsafatnya, kebatinannya. Kalau dia menjadi antusias dan membenarkan puji-pujian Tuan, dia tidak akan
mencapai sesuatu apa pun dengan keterpelajarannya. Pada akhirnya setiap kemenangan adalah
kemenangan filsafat, pandangan dan sikap batin terhadap manusia, diri sendiri, masyarakat dan alamnya.
Jawa terus menerus kalah. Kalau dia termakan oleh puji-pujian itu sebenarnya dia tidak tahu apa-apa
tentang apa yang terjadi di dunia selama ini. Orang itu akan kalah pada ujian yang pertama-tama. Kalau
Tuan mempelajari sejarah Jawa, terlalu sedikit pemimpin-pemimpin itu yang mati di medan perang
karena membela pendirian filsafatnya. Semua goyah, menyerah pada Belanda, dan dengan demikian juga
mengakui keunggulan Eropa, filsafat Eropa, bukan hanya ilmu dan pengetahuan."

"Sejak jaman nabi sampai kini, tak ada manusia yang bisa terbebas dari kekuasaan sesamanya, kecuali
mereka yang tersisihkan karena gila. Bahkan pertama-tama mereka yang membuang diri, seorang diri
ditengah-tengah hutan atau samudra masih membawa padanya sisa-sisa kekuasaan sesamanya. Dan
selama ada yang diperintah dan memerintah, dikuasai dan menguasai, orang berpolitik. Selama orang
berada ditengah-tengah masyarakatnya, betapapun kecil masyarakat itu, dia berorganisasi."

Kita harus menerima kenyataan, tapi menerima kenyataan saja adalah pekerjaan manusia yang tak
mampu lagi berkembang, karena manusia juga bisa membikin kenyataan-kenyataan baru. Kalau tak ada
orang mau membikin kenyataan-kenyataan baru, maka kemajuan sebagai kata dan makna sepatutnya
dihapuskan dari kamus umat manusia."
"Bagaimana pun masih baik dan masih beruntung pemimpin yang dilupakan oleh pengikut daripada
seorang penipu yang jadi pemimpin yang berhasil mendapat banyak pengikut."
"Pada akhirnya persoalan hidup adalah persoalan menunda mati, biarpun orang-orang yang bijaksana
lebih suka mati sekali daripada berkali-kali."
"Betapa bedanya bangsa-bangsa Hindia ini dari bangsa Eropa, terutama Perancis. Di Perancis setiap orang
yang memberikan sesuatu yang baru pada umat manusia dengan sendirinya mendapat tempat yang
selayaknya di dunia dan di dalam sejarahnya. Di Hindia, pada bangsa-bangsa Hindia, nampaknya setiap
orang takut tak mendapat tempat dan berebutan untuk menguasainya."
"Gairah kerja adalah pertanda daya hidup. Selama orang masih suka bekerja, dia masih suka hidup; dan
selama orang tidak suka bekerja sebenarnya ia sedang berjabatan tangan dengan maut."

TUGAS ANALISIS
ISI DAN KEBAHASAAN NOVEL
Nama: 1. Shalma Dinda Anggraini Setiono Putri (31)
2. Siti Haura Nadhilah (32)

A. Setelah membaca dan menyimak materi pembelajaran, analisislah isi novel dan kebahasaan novel
di atas dengan cara mengisi kolom tabel berikut!
B. Kirimlah lembar kerja Anda ke GCR kelas Anda!
1. Isi Novel:
a. Unsur Intrinsik

No. Unsur Intrinsik Jawaban


1. Tema : Cara pengarsipan atas semua tindak perlawanan pribumi.
2. Tokoh dan penokohan : a. Raden Mas Minke, merupakan seorang terpelajar yang sangat
bijaksana dalam menyusun rencana dalam pertentangan melawan Belanda
pada masanya.
b. Tokoh Aku, merupakan tokoh yang sangat mencintai alam dan juga
mencintai tanah air
3. Setting : Jawa / abad ke - 20
4. Alur : Novel ini menggunakan alur campuran. Secara keseluruhan alur novel ini
adalah alur maju, tetapi pada bagian-bagian tertentu pembaca kembali
dibawa pada peristiwa-peristiwa masa lalu.
5. Sudut pandang : Orang pertama terlibat dalam cerita.
6. Amanat : Hidup tanpa prinsip, tidak punya komitmen atau pendirian yang tetap
akan membuat jalan hidupmu tidak menentu, bagaikan perubahan angin.
Dan janganlah kamu menggunakan cara yang kotor untuk menghalalkan
segala cara demi mendapatkan sesuatu yang kamu inginkan. Jalan yang
haram akan membawamu larut ke lumpur dosa, dan kamu akan tenggelam
di dalamnya. Pramoedya dengan bahasa yang indah dan melalui sebuah
fiksi sejarah, sungguh mengajak setiap pembaca untuk merenung,
merefleksikan hidupnya, dan menghakimi diri sendiri.

b. Unsur Ekstrinsik

No. Unsur Estrinsik Jawaban


1. Biografi pengarang : Pramoedya Ananta Toer lahir tanggal 6 Februari 1925 di Blora, Jawa
Tengah, secara luas dianggap sebagai salah satu pengarang yang produktif
dalam sejarah sastra Indoneia. Pramoedya telah menghasilkan lebih dari 50
karya dan diterjemahkan ke dalam lebih dari 41 bahasa asing. Ia adalah putra
sulung dari seorang guru yang nasionalis. Ayahnya adalah putra tertua
seorang naib, sementara Ibunya putri tengah seorang petinggi keagamaan
dari Rembang. Pramoedya Ananta Toer, anak dari Bapak Mastoer dan Ibu
Oemi Saidah, Ayahnya yang lahir pada 5 Januari 1896 berasal dari kalangan
yang dekat dengan agam Islam, seperti misalnya jelas dari nama orang
tuanya,
Imam Badjoeri dan Sabariyah.
Pramoedya menempuh pendidikan pada Sekolah Kejuruan Radio di
Surabaya, dan kemudian bekerja sebagai juru ketik untuk surat kabar Jepang
di Jakarta selama pendudukan Jepang di Indonesia. Pramoedya bertempat
tinggal di Jalan Multikarya II No. 26, Utan Kayu, Jakarta Timur.
2. Situasi dan kondisi : Kekesalan, Kemarahan, dan Kesedihan
3. Nilai-nilai
a. Sosial : “Pandai bicara adalah juga satu syarat dalam kehidupan di antara orang
banyak yang berbeda-beda kepentingan dan perhatiannya.”

“Menjadi perabot kekuasaan seperti ini, makin ke atas makin besar mulut dan
kuping hilang, makin ke bawah makin besar kuping dan mulut hilang.”
b. Budaya : “Betapa bedanya bangsa-bangsa Hindia ini dari bangsa Eropa, terutamaa
Perancis. Di Perancis setiap orang yang memberikan sesuatu yang baru pada
umat manusia dengan sendirinya mendapat tempat yang selayaknya di dunia
dan di dalam sejarahnya. Di Hindia, pada bangsa-bangsa Hindia, nampaknya
setiap orang takut tak edapat tempat dan berebutan untuk menguaaninya.”

“Mengerti wayang adalah mengerti sejarah pandangan hidup dan pandangan


dunia manusia Jawa.”
. c. Agama : “Apakah manusia Jawa itu Kristen, apakah dia Islam, apakah dia tak
beragama, mereka semua terhisap ke dalamnya sebagaimana dirumuskan
oleh Prapanca dan Tantular.”
d. Moral : “Gairah kerja adalah pertanda daya hidup. Selama orang masih sukaa
bekerja, dia masih suka hidup; dan selama orang tidak suka bekerja
sebenarnya ia sedang berjabatan tangan dengan maut.”

“Bagaimana pun masih baik dan masih beruntung pemimpin yang dilupakan
oleh pengikut dari pada seorang penipu yang jadi pemimpin yang berhasil
mendapat banyak pengikut.

2. Struktur Novel

No. Contoh Kutipan


1. Abstraksi Menjadi perabot kekuasaan seperti ini, makin keatas makin besar mulut
dan kuping hilang, makin kebawah makin besar kuping dan mulut
hilang.
2. Orientasi Betapa sederhana hidup ini sesungguhnya. Yang pelik cuma liku dan
tafsirannya. Jutaan semut mati setiap hari terinjak kaki manusia. Ribuan
juta serangga mati setiap detik karena diberantas manusia iladangladang
pertanian. Jiwa-jiwa itu punah dan yang tersisa berbiak kembali dalam
laju yang sangat erasnya.
3. Pemunculan masalah Betapa mahal biaya keselamatan dan kesenangan sendiri. Orang-orang
atau peristiwa atau peristiwa lain harus dijual dan dikurbankan untuknya
4. Komplikasi/ klimaks Dan apa yang ada dalam kenyataan hanya yang kuatlah yang berhak
menentukan hidup, dan segalanya. Bahwa yang kuat yang berhak
menentukan mana benar dan mana salah, mana yang adil dan mana yang
lalim, mana yang baik dan mana yang buruk. Siapa kuat, dia boleh
lakukan segala-galanya sampai datang yang lebih kuat membatasi
geraknya atau menindasnya sama sekali. Maka kehidupan kolonial
bukanlah kehidupan Eropa demokratis. Kehidupan kolonial hanya harus
mengabdi pada yang kuat dan lebih kuat, yakni kekuasaan kolonial itu
sendiri
5. Evaluasi/ Resolusi Cintailah alam sekelilingmu, karena semua itu adalah milikmu sendiri.
Aku akan sangat bersenanghati bila ada salah seorang diantara kalian
sungguh-sungguh mencintainya, dan mengerti, bahwa semua itu adalah
milik kalian sendiri
6. Koda Kita harus menerima kenyataan, tapi menerima kenyataan saja adalah
pekerjaan manusia yang tak mampu lagi berkembang, karena manusia
juga bisa membikin kenyataan-kenyataan baru

3. Kebahasaan Novel

No. Unsur kebahasaan Contoh kutipan dalam Novel tersebut


1. Kalimat bermakna masa : "Dua abad lebih mungkin lebih lama lagi orang juga sudah berselisih
lampau pikiran tentang makna hukum.

"Sejak runtuhnya Majapahit sampai sekarang, bangsa ini tidak pernah lagi
bisa membuat peninggalan untuk umat manusia, juga tidak dirinya
sendiri."
"Sejak jaman nabi sampai kini, tak ada manusia yang bisa terbebas dari
kekuasaan sesamanya, kecuali mereka yang tersisihkan karena gila.

2. Kalimat yang : Pertama-tama karena bangsa ini mempunyai watak selalu mencari-cari
menggunakan kata yang kesamaan, keselarasan, melupakan perbedaan untuk menghindari
menyatakan kronologis bentrokan sosial. Dia tunduk dan taat pada ini, sampai kadang tak ada
batasnya. Akhirnya dalam perkembangannya yang sering, ia terjatuh pada
satu kompromi ke kompromi lain dan kehilangan prinsip-prinsip. Ia lebih
suka penyesuaian daripada cekcok urusan prinsip.
3. Kalimat yang : "Anak-anak, aku sering membawa kalian ke alam terbuka dengan hanya
menggunakan kata kerja satu tujuan agar kalian mengenal tanah air kalian sendiri, karena memang
material disitulah kalian kelak akan hidup dan berkembang.
4. Kalimat yang : "Mereka berorganisasi karena demam, bukan karena kebutuhan."
menggunakan kata kerja Selama orang berada ditengah-tengah masyarakatnya, betapapun kecil
mental masyarakat itu, dia berorganisasi."
5. Kaliamt dialog/langsung : "Kalau pada suatu kali bertemu dengan seorang Jawa yang terpelajar,
cobalah ajak dia bicara tentang keris, wayang, puji-pujian ketinggian
gamelan dan tarinya, kata Tuan L.
6. Kalimat yang : "Betapa sederhana hidup ini sesungguhnya.
menggunakan kata sifat "Hidup sungguh sangat sederhana.

7. Kalimat yang : Mengerti wayang adalah mengerti sejarah pandangan hidup dan
menggunakan majas. pandangan dunia manusia Jawa. Menguasai pewayangan sebagai subjek,
berarti menguasai manusia Jawa.
8. Kalimat yang "Menjadi perabot kekuasaan seperti ini, makin keatas makin besar
menggunakan idiom menggunakan majas. mulut dan kuping hilang, makin kebawah makin
besar kuping dan mulut hilang."
9. Peribahasa “Sepandai-pandainya orang biarpun segudang ilmunya, dia harus
mengabdi kepada yang kuat, yang jaya."
10. Menggunakan kata kias/ : "Dalam tigaratus tahun sejarahnya di Hindia, Belanda telah membuat
konotasi piramida dari mayat Pribumi, dan itulah tahtanya.”

Anda mungkin juga menyukai