Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH BAHASA INDONESIA

UNSUR INSTRINSIK DAN EKSTRINSIK


Guru Mata Pelajaran : Ibu Efa Wahyuni

Dibuat Oleh :
Vidya Shahnaz Reynal
XII IPA II

SMA Islam As-Syafi’iyah 02


Jatiwaringin, Bekasi
Tahun Pelajaran 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, salah satu dari lima jenis karya seni. Salah

satu diantara karya sastra adalah novel. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, novel

adalah tulisan berupa karangan prosa yang panjang dan menceritakan sebuah kisah.

Novel yang saya coba analisis unsur instrinsik dan ekstrinsiknya novel Memoar

Sherlock Holmes (Tuan Tanah di Reigate), karya Sir Arthur Conan Doyle. Saya memilih

novel ini karena memiliki cerita yang menarik dengan pembawaan yang asyik dan mudah

dibaca.

Adapun unsur intrinsik itu adalah unsur yang terkandung dalam suatu karya

sastra, yang meliputi tema, tokoh dan penokohan, gaya bahasa, latar, alur, sudut pandang dan

amanat dan unsur ekstrinsik adalah latar belakang pengarang dengan nilai-nilai yang

terkandung dalam kehidupan.

1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, saya mencoba mengidentifikasi beberapa

unsur yang terkandung di novel ini, yaitu:

1. Apa saja unsur instrinsik yang terkandung dalam novel?

2. Apa saja unsur ekstrinsik yang terkandung dalam novel?


3. Bagaimana sinopsis novelnya?

1.3 Tujuan Penulisan


Makalah ini disusun untuk memenuhi syarat ujian praktek Bahasa Indonesia

oleh guru bidang studi Bahasa Indonesia dan sebagai sarana bagi kamu untuk mengetahui
secara mendalam unsur-unsur intrinsik yang terdapat pada novel tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Novel


Dari Wikipedia Bahasa Indonesia, novel adalah sebuah karya fiksi yang ditulis

secara naratif; biasanya dalam bentuk cerita. Penulis novel disebut novelis. Kata novel

berasal dari bahasa Italia, novella yang berarti “sebuah kisah atau sepotong berita”.

Novel lebih panjang (setidaknya 40.000) kata dan lebih kompleks dari cerpen, dan

ketidakterbatasan struktural.

Novel dalam Bahasa Indonesia dibedakan dari roman. Sebuah roman alur

ceritanya lebih kompleks dan jumlah pemeran atau tokoh cerita juga lebih banyak.

2.2 Unsur Instrinsik


A. Tema : Kasus di Reigate

B. Tokoh

1) Tokoh utama : Sherlock Holmes dan Dr. Watson


2) Tokoh pembantu : Kolnel Hayter, Inspektur Forroster, Mr. Cunningham, Mr.
alec Cunningham, dan Acton.
3) Tokoh figuran : pelayan colonel

 Protagonis : Dr. Watson, colonel Hayter, Acton, inspektur Forroster


 Antagonis : Mr. Cunningham dan Mr. Alec Cunningham
 Tritagonis : Sherlock Holmes

C. Penokohan

a) Sherlock Holmes
 Ketus
“’huh, coba lihat wajah mereka!’ teriak Holmes dengan ketus.”
 Jujur
“Sherlock Holmes menepati kata-katanya.”
b) Dr. Watson
 Peduli
“ Tapi aku langsung mengangkat jariku untuk memperingatkanny. ‘Kau kemari untuk
istirahat, sobat. Demi Tuhan, jangan mengutak-utik masalah baru dulu, berhubung
sarafmu lagi tak beres.’”
 Prihatin
“ Aku prihatin atas kesalahan ini, karena aku tahu betapa dalamnya kekecewaaan
yang diderita Holmesmenyadari dirinya sampai membuat kesalahan seperti itu.”
 Mengetahui semua tingkah sahabatnya
“dari ekspresi wajahnya, aku tahu bahwa dia sedang mencium sesuatu, tapi aku tak
bisa menduga ke arah mana pikirannya berjalan.”
“Aku tahu temanku sengaja menyalahkan diriku untk tujuan tertentu.”

c) Kolonel Hayter
 Baik
“Hayter seorang pensiunan tentara yang baik.”
 Waspada
“kurasa sebaiknya aku membawa salah satu pistol ini ke atas, kalau-kalau ada bahaya
mengancam.’”
 Tertawa
“’Ya, Tuhan!,”teriak pak colonel sambil tertawa,”

d) Inspektur Forroster
 Gagah, masih muda, dan penuh semangat
“seorang petugas polisi yang gagah, masih muda, dan penuh semangat memasuki
ruangan.”

e) Mr. Cunningham
 Dingin
“’saya rasa itu cukup jelas’,kata Mr. Cunningham dengan dingin……”
 Tidak sabar
“’tuan yang baik hati,’ kata Mr. Cunningham dengan rasa tak sabar,…”
 Membunuh
“Atas tuduhan membunuh kusir mereka, William Kirwan.”

f) Mr. Alec Cunningham


 Membunuh
“Atas tuduhan membunuh kusir mereka, William Kirwan”
 Sok dan penuh gaya
“sebaliknya, penampilan anaknya telah berubah sama sekali dari yang sebelumnya
sok dan penuh gaya.”
 Matanya hitam legam
“Matanya yang hitam legam memancarkan kekejaman.”

g) Mr. Acton
 Tua
“Si tua Acton, salah satu tokoh di daerah ini”
 Bertubuh kecil
“Dia ditemani oleh seorang pria bertubuh kecil”
h) Kepala pelayan pak Kolonel
 Gemetaran
“kami sedang makan pagi ketika kepala pelayan pak kolonel berlari masuk dengan
gemetaran.”

C. Gaya Bahasa

 Bahasa Inggris
“namun yang hilang cuma satu set Homer”
 Majas metafora
“Walaupun selama ini dia dijuluki si Tulang Bajam”
“Memang benar, penyelidikannya sukses besar dan menjadi buah bibir di seluruh
benua Eropa”
 Metonimia
“aku menerima telegram dari Lyons”
“kami menerima sepucuk telegram”
 Asosiasi
“nampak bagaikan bayang-bayang gelap tanpa bentuk di tengah-tengah lingkaran
kuning yang pekat.”
 Hiperbola
“Kabut tebal bergulung-gulung di antara deretan rumah-rumah yang berwarna suram.”
 Prifuse
“Dua malam berikutnya saya kebetulan sempat melongok dari jendela saya pada jam
dua fajar.”
 Antonomasic
“Pria itu, apakah dia seorang dermawan ataukah seorang bajingan?”
 Personafikasi
“Deretan pepohonan dengan daun berwarna gelap yang bersinar bagaikan logam yang
menyala dalam cahaya matahari yang hampir terbenam.”

D. Latar

 Latar Tempat
a. Hotel Dulongs
“bahwa Holmes sedang terbaring sakit di Hotel Dulongs.”
b. Eropa
“penyelidikannya sukses besar dan menjadi buah bibir di seluruh benua Eropa.”
c. Baker Street
“Tiga hari kemudian, kami kembali ke Baker Street bersama-sama”
d. Reigate, Surrey
“dan kini dia bertempat tinggal di dekat Reigate, Surrey.”
e. Rumah pak Kolonel
“kami sudah berada di rumah pak Kolonel.”
f. Ruang senjata pak Kolonel
“setelah makan malam kami duduk di ruang senjata pak colonel.”
g. Lapangan
“kami mendapati Holmes sedang berjalan kesana kemari di lapangan,…”
h. Pondik mungil
“kami melewati pondok mumgil yang tadinya ditempati oleh korban.”
i. Lyons
“seminggu setelah kami pulang dari Lyons”
j. Rumah kuno bergaya Ratu Anne (Rumah Mr. Cunningham)
“lalu berjalan naik ke rumah kuno bergaya Ratu Anne yang masih dalam keadaan
baik itu.”
k. Tangga, Ruang keluarga, beberapa kamr tidur, termasuk kamar tidur Mr.
Cunningham dan putranya
“setelah menaiki tangga, kami tiba di ruang keluarga, dan beberapa kamar tidur,
termasuk kamar Mr. Cunningham dan putranya.”
l. Ruang untuk merokok
“sekitar jam satu siang dia sudah kembali bersama kami di ruang untuk merokok.”
 Latar Waktu
a. Tahun 1887
“saat itu musim semi 1887”
b. 14 April
“aku membaca bahwa pada tanggal 14 April aku”
c. 15 April
“Dua puluh emapt jam kemudian, aku sudah berada di sampingnya”
d. 18 April
“Tiga hari kemudian kami kembal ke Baker Street bersama-sama”
e. Malam
“Pada malam kedatangan kami, setelah makan malam kami duduk di ruang
senjata pak Kolonel.”
f. Pagi
“kami sedang makan pagi ketika kepala pelayan pak Kolonel berlari masuk
dengan gemetaran.”
g. Sekitar jam satu siang
“sekitar jam satu siang dia sudah kembali bersama kami di ruang untuk merokok.”
 Latar Suasana
a. Musim Semi
“Saat itu musim semi 1887.”
b. Menyenangkan
“Menurutku, meluangkan waktu seminggu di pedesaan sangat menyenangkan”
c. Tegang
“’Bahaya mengancam ?’ tanyaku.”
“ Pembunuhan!”
d. Kaget
“Wajah temanku tiba-tiba berubah menjadi sangat mengerikan. Matanya melotot
ke atas, seluruh otot wajahnya mengejang, dan sambil megerang dia jatuh
tertelungkup di tanah.”
“Kata-katana terputus oleh teriakan yang tiba terdengar ‘Tolong! Tolong! Ada
pembunuhan!’”
e. Santai
“Sekitar jam satu siang dia sudah kembali bersama kami di ruang untuk
merokok.”
f. Lega
“’Ya, Tuhan!’ teriak pak Kolonel sambil tertawa. ‘Jadi Anda tadi Cuma pura-pura,
ya ? Padahal kami sempat prihatin setengah mati.’”
g. Tenang
“Watson, rencana istirahat kita di desa yang tenang ternyata membawa hasil.”

E. Alur Cerita

Alur yang digunakan dalam cerita novel ini adalah alur maju atau progresif.

“Saat itu cuaca di pagi hari sangat dingin di awal musim semi, dan kami sedang
duduk bersebelahan di depan perapian di kamar tua kami di Baker Street setelah sarapan.”

F. Sudut Pandang

Novel ini menggunakan sudut pandang orang pertama. Penulis memilih menceritakan
kisah petualangan yang ada dinovel ini melalui sudut pandang Dr. Watson, sahabat baik
Sherlock Holmes. Sepanjang novel ini penulis menggunakan kata “aku” yang mana
merupakan penuturan dari sudut pandang Dr. Watson.
“dari ekspresi wajahnya, aku tahu bahwa dia sedang mencium sesuatu, tapi aku tak
bisa menduga ke arah mana pikirannya berjalan.”
“Aku tahu temanku sengaja menyalahkan diriku untk tujuan tertentu.”

G. Amanat

Dalam novel ini ada begitu banyak amanat yang tersimpan. Amanat yang terdapat
dalam novel ini menurut saya antara lain:

1. Janganlah mendendam, biarkan Tuhan menjadi hakim yang Maha Adil atas segala
perbuatan manusia.
2. Janganlah memaksakan keyakinan dan kehendak kita seseorang.
3. Dalam membantu dan menolong orang, kita haruslah tulus dan ikhlas.
4. Bersikaplah rendah hati.

2.3 Unsur Ekstrinsik

a. Latar Belakang Pengarang


IR ARTHUR CONAN DOYLE dilahirkan pada tahun 1859. Dia mendapat gelar
dokter dari Universitas Edinburgh dan membuka praktek di Southsea, Inggris, pada tahun
1882. Dia pernah menulis dua novel yang tak pernah diterbitkan, dan juga kisah-kisah
lainnya. Pada tahun 1886, dia menciptakan tokoh Sherlock Holmes yang sangat ahli dalam
mengambil kesimpulan. Dia mendapat ilham tentang kemampuan Sherlock Holmes ini dari
Dr. Joseph Bell, salah satu bekas dosennya. Kisah Holmes yang pertama, yang berjudul A
Study in Scarlet, diterima oleh publik dengan baik. Tapi baru mulai tahun 1891, ketika Conan
mengetengahkan kisah petualangan Holmes dalam bentuk serial, nama penulis dan detektif
temuannya itu menjadi terkenal dimana-mana.
Petualangan Sherlock Holmes diterbitkan pada tahun 1891. Sesudah itu
menyusul The Memoirs of Sherlock Holmes pada tahun 1894. Para pembaca menjadi
ketagihan, permintaan akan cerita tentang Sherlock Holmes terus meningkat. Tapi Conan
Doyle lama-kelamaan menjadi bosan dengan tokoh ciptaannya yang satu ini. Maka dia lalu
mengakhiri kisah Sherlock Holmes dengan mematikan tokoh ini. Tapi tuntutan pembaca
memaksanya untuk menghidupkan kembali detektif ini dalam kisah The Return of Sherlock
Holmes (1905). Holmes tampil lagi dalam novel The Valley of Fear (1915), dan dua
kumpulan cerita lainnya. Diantara buku-buku cerita yang amat digemari pembaca, kisah-
kisah Holmes adalah salah satu diantaranya.
Sir Conan Doyle adalah penganut Katolik yang begitu-begitu saja, tapi dia adalah
seorang dokter yang amat berdedikasi pada profesinya. Selama hidupnya, dia tertarik pada
masalah-masalah spiritualisme. Akhirnya dia percaya bahwa orang mati bisa berhubungan
dengan orang yang masih hidup. Dia lalu menghabiskan masa tuanya dengan menulis dan
memberi ceramah tentang adanya roh-roh halus di dunia ini. Dia juga menyelidiki tentang
dukun-dukun yang bisa berhubungan dengan roh-roh halus. Kegiatannya ini mengundang
perhatian banyak orang, namun ada juga yang mengejek. Karya-karyanya yang lain tidak
menokohkan Holmes antara lain The White Company (1889), beberapa roman sejarah, dan
sebuah novel fiksi ilmiah The Lost World (1911). Sir Arthur Conan Doyle meninggal pada
tahun 1930.

b. Nilai – Nilai yang Terkandung


 Nilai agama : Selalu ingat kepada Tuhan atas apa yang telah kita lakukan, maaka kita
tahu apa yang benar dan apa yang salah.
 Nilai Sosial : Keserakahan selalu merugikan orang lain, bersikap ramah dan apa
adanya akan membangun kerja sama antar individu dengan baik.
 Nilai moral : Harusnya kita sadar, tindakan mana yang baik dan mana yang benar,
menahan emosi ntuk tidak berbuat negative bisa kita lakukan jika kita meiliki
kesadaran.

2.4 Sinopsis
Berlatar pada abad 19, Dr. John Watson, seorang dokter yang merupakan pensiunan
tenaga medis angkatan darat, mulai menjalani kehidupan barunya di kota London. Berawal
dari kebutuhannya untuk berbagi tempat tinggal, dia akhirnya bertemu dengan seorang teman
misterius yang kelak menjadi sahabat baiknya. Sherlock Holmes, laki-laki dengan
kepribadian yang sangat ekstentrik, aneh, dan luar biasa cerdas ini telah membuat Dr. Watson
sangat penasaran. Holmes ternyata berprofesi sebagai seorang detektif konsultan. Sang
detektif yang piawai memainkan biola ini merupakan detektif yang luar biasa cerdas dalam
mengungkap berbagai kasus kriminal. Tak jarang banyak detektif profesional yang datang
padanya untuk meminta bantuan. Sayangnya, Holmes tak pernah dikenal publik meski
hampir setiap kasus yang terungkap merupakan hasil jerih payahnya. Meskipun begitu, Dr.
Watson, sahabatnya, selalu menuliskan setiap petualangan mereka dalam catatan pribadinya.
Suatu hari London dihebohkan dengan terbunuhnya seorang pria bernama Enoch J.
Drebber di Lauriston Gardens No. 3, sebuah rumah kosong yang terletak tak jauh dari
Brixton Road. Dengan ekspresi mengerikan yang terpampang pada wajahnya, pria ini
ditemukan telah terbujur kaku tanpa luka apapun didalam rumah tak berpenghuni tersebut.
Siapakah pembunuh pria tersebut? Apa motif dari pembunuhan ini? Apa maksud dari kata
“RACHE” yang dituliskan oleh sang pembunuh didinding dengan darah? Semua ini
merupakan misteri yang mengguncang kota London dikala itu. Gregson dan Lestrade, dua
orang detektif Scotland Yard, meminta bantuan Holmes dalam mengungkap misteri
pembunuhan ini. Dengan caranya yang luar biasa, Holmes mencoba mengungkap benang
merah dari kasus pembunuhan misterius ini. Pembunuhan kedua pun terjadi, dan kali ini
korbannya adalah Joseph Stangerson, sekretaris pribadi Enoch J. Drebber.
Dengan mengunakan ilmu deduksi dan bantuan dari anak-anak jalanan yang menjadi
anak buahnya, Holmes mampu mengungkap detail-detail petunjuk yang membawanya
kepada sang pembunuh. Jefferson Hope, pembunuh kedua pria tersebut, akhirnya berhasil
ditangkap. Tanpa menunjukkan penyesalan, Hope tersenyum penuh bangga dan kemenangan
ketika mengakui dan menjelaskan bagaimana ia menghabisi kedua pria tersebut. Perbuatan
kedua korbannya terhadap seorang petani tua bernama John Ferrier dan putrinya, Lucy
Ferrier di masa lalu merupakan alasan mengapa Hope menghukum mati kedua korbannya itu.
Mormonisme dan cinta menjadi poin penting yang sangat berkaitan dengan kedua kasus
pembunuhan ini. Usai membalaskan dendamnya, Hope yang telah ditahan dalam keadaan
sekarat, ditemukan dalam kondisi tak bernyawa pada suatu pagi dengan senyum damai
tersungging diwajahnya. Sekali lagi, kasus ini malah melambungkan nama Gregson dan
Lestrade di masyarakat. Sambil tersenyum geli, Holmes yang membenci publisitas,
mengungkapkan dirinya sudah merasa beruntung dapat menyelidiki dan mengungkapkan
kasus yang menurutnya merupakan kasus terbaik yang pernah ditanganinya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang saya peroleh adalah, pentingnya mengetahui dan memahami unsur

intrinsik dan ekstrinsik suatu novel. Dengan mengetahui dan memahaminya kita dapat

memahami isi suatu novel.

Untuk mengatahui unsur intrinsik dan ekstrinsik suatu novel kita perlu kegiatan

analisis. Menganalisis merupakan salah satu upaya untuk melakukan pemeriksaan mendalam

pada suatu persoalan untuk memperoleh suatu hasil dari novel tersebut.

Dari kegiatan analisis itu kita dapatkan suatu karya yang dianamakan karya tulis, yang

bisa bermanfaat bagi banyak orang.

3.2 Saran
- Sebaiknya karya ilmiah ini apabila akan dirawat oleh sekolah, disimpan di perpustakaan,

memang masih jauh dari sempurna, mungkin banyak orang membutuhkannya, terutama adik

kelas yang kelak ingin membuat karya ilmiah.

- Untuk para pembaca, apabila masih banyak kekurangan, mohon untuk memberikan kritik dan

saran yang membangun kepada saya.

- Untuk para pembaca, mohon untuk tidak membaca sekilas karya ilmiah saya. Agar apabila

ada kesalahan, dapat memberitahu saya. Dan untuk mengetahui lebih dalam makna unsur
intrinsik dalam novel.

Anda mungkin juga menyukai