Anda di halaman 1dari 14

ANSLISIS NOVEL

SHERLOCK HOLMES

Nama : Juan Manuel Kidingallo


Kelas : XII MIPA 5
Judul : MEMOAR SHERLOCK HOLMES (Tuan Tanah di Reigate)
Pengarang : Sir Arthur Conan Doyle
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Kesembilan
Tahun Terbit : Februari 2012
Tempat Terbit: Jakarta
Sinopsis
Sherlock Holmes terbaring sakit di Hotel Dulongs karena kecapekan
setelah mengadakan penyelidikan nonstop selama dua bulan penuh,
dengan jam kerja tak kurang dari lima belas jam seharinya. Tiga hari
kemudian, Watson meluangkan waktu seminggu di pedesaan untuk
pergantian suasana bersama Holmes. Mereka akan menginap di
rumah teman lama Watson, Kolonel Hayter. Ternyata akhir-akhir ini
penduduk pedesaan di Reigate dilanda ketakutan. Pencuri memasuki
rumah si tua Acton! Namun yang hilang hanya satu set Homer
karangan Pope, dua tempat lili berlapis emas, bandul pemberat dari
gading, barometr yang terbuat dari batang ek, dan segelondong
benang. Itu saja. Keesokan harinya, bukan kasus pencurian lagi yang
membuat panik penduduk,tetapi kasus pembunuhan si William, kusir
Mr.Cunningham! apakah ada hubungannya dengan pencurian yang
sempat terjadi di pedesaan ini ? siapakah pelaku dibalik misteri ini ?

Unsur intrinsik
1. Tema
Kasus di Reigate

2. Tokoh & Penokohan


1) Sherlock Holmes
 Ketus
"huh, coba lihat wajah mereka!' teriak Holmes dengan ketus."
 Jujur
"Sherlock Holmes menepati kata-katanya."
2) Dr. Watson
 Peduli
"Tapi aku langsung mengangkat jariku untuk
memperingatkannya.nKau kemari untuk istirahat, sobat. Demi
Tuhan, jangan mengutak-utik masalah baru dulu, berhubung
sarafmu lagi tak beres. "
 Prihatin
"Aku prihatin atas kesalahan ini, karena aku tahu betapa dalamnya
kekecewaaan yang diderita Holmes menyadari dirinya sampai
membuat kesalahan seperti itu."

3) Kolonel Hayter
 Baik
"Hayter seorang pensiunan tentara yang baik."
 Waspada
"kurasa sebaiknya aku membawa salah satu pistol ini ke atas,
kalau-kalau ada bahaya mengancam."

4) Inspektur Forroster
 Gagah, masih muda, dan penuh semangat
"seorang petugas polisi yang gagah, masih muda, dan penuh
semangat memasuki ruangan."

5) Mr. Cunningham
 Membunuh
"Atas tuduhan membunuh kusir mereka, William Kirwan"
 Dingin
"saya rasa itu cukup jelas kata Mr. Cunningham dengan dingin. "
 Tidak sabar
"tuan yang baik hati," kata Mr. Cunningham dengan rasa tak
sabar...."

6) Mr. Alec Cunningham


 Membunuh
"Atas tuduhan membunuh kusir mereka, William Kirwan"
 Sok dan penuh gaya
"sebaliknya, penampilan anaknya telah berubah sama sekali dari
yang sebelumnya.nsok dan penuh gaya."

 Matanya hitam legam


"Matanya yang hitam legam memancarkan kekejaman."

7) Mr. Acton
 Tua
"Si tua Acton, salah satu tokoh di daerah ini"
 Bertubuh kecil
"Dia ditemani oleh seorang pria bertubuh kecil"

8) Kepala pelayan pak Kolonel


 Gemetaran
"kami sedang makan pagi ketika kepala pelayan pak kolonel
berlari masuk dengan gemetaran."

3. Gaya Bahasa
 Bahasa Inggris
"namun yang hilang cuma satu set Homer"
 Majas metafora
"Walaupun selama ini dia dijuluki si Tulang Bajam"
 Personafikasi
"Deretan pepohonan dengan daun berwarna gelap yang
bersinar bagaikan logam yang menyala dalam cahaya
matahari yang hampir terbenam."

4. Latar
Latar tempat
 Hotel Dulongs
"bahwa Holmes sedang terbaring sakit di Hotel Dulongs,"
 Eropa.
"penyelidikannya sukses besar dan menjadi buah bibir di
seluruh benua Eropa."
 Baker Street
"Tiga hari kemudian, kami kembali ke Baker Street bersama-
sama"
 Reigate, Surrey
"dan kini dia bertempat tinggal di dekat Reigate, Surrey."

 Rumah pak Kolonel


"kami sudah berada di rumah pak Kolonel,"
 Ruang senjata pak Kolonel
"setelah makan malam kami duduk di ruang senjata pak
colonel."
 Lapangan
"kami mendapati Holmes sedang berjalan kesana kemari di
lapangan,..."
 Pondik mungil
"kami melewati pondok mumgil yang tadinya ditempati oleh
korban."
 Ruang untuk merokok
"sekitar jam satu siang dia sudah kembali bersama kami di
ruang untuk merokok."
Latar waktu
 Tahun 1887
"saat itu musim semi 1887"
 14 April
"aku membaca bahwa pada tanggal 14 April aku"
 Malam.
"Pada malam kedatangan kami, setelah makan malam kami
duduk di ruang senjata pak Kolonel."
 Pagi
"kami sedang makan pagi ketika kepala pelayan pak Kolonel
berlari masuk gemetaran."
 Sekitar jam satu siang
"sekitar jam satu siang dia sudah kembali bersama kami di
ruang untuk merokok."
Latar suasana
 Musim Semi
"Saat itu musim semi 1887."

 Menyenangkan
"Menurutku, meluangkan waktu seminggu di pedesaan sangat
menyenangkan"
 Tegang
"Bahaya mengancam?" tanyaku."
"Pembunuhan!"
 Kaget
"Wajah temanku tiba-tiba berubah menjadi sangat mengerikan.
Matanya melotot ke atas, seluruh otot wajahnya mengejang,
dan sambil megerang dia jatuh tertelungkup di tanah."
"Kata-katana terputus oleh teriakan yang tiba terdengar Tolong!
Tolong! Ada pembunuhan!"
 Santai
"Sekitar jam satu siang dia sudah kembali bersama kami di
ruang untuk merokok."
 Lega
"Ya, Tuhan!" teriak pak Kolonel sambil tertawa. "Jadi Anda
tadi Cuma pura-pura, ya? Padahal kami sempat prihatin
setengah mati."

 Tenang
"Watson, rencana istirahat kita di desa yang tenang ternyata
membawa hasil."

5. Alur
Alur yang digunakan dalam cerita novel ini adalah alur maju. "Saat itu
cuaca di pagi hari sangat dingin di awal musim semi, dan kami sedang
duduk bersebelahan di depan perapian di kamar tua kami di Baker Street
setelah sarapan."

Abstraksi :
SAAT itu musim semi 1887. Temanku, Mr. Sherlock Holmes, belum
pulih benar dari kelelahannya akibat kerja keras. Keseluruhan masalah
yang ber- bubungan dengan Perusahaan Belanda-Sumatra dan juga kasus-
kasus besar Baron Maupertuis masih hangat dalam ingatan banyak orang.
Namun berhu- bung kasus-kasus itu terlalu erat kaitannya dengan dunia
politik dan keuangan, maka tak cocoklah untuk dimasukkan dalam serial
kisah yang kutuliskan. Tapi, kasus-kasus itu telah membuka kesempatan
bagi temanku untuk menangani sebuah masalah lain yang unik dan rumit,
dan sempat pula dia mendemonstrasikan sebuah jurus baru di antara
jurus-jurus lainnya yang selama ini dipakai- nya untuk melawan
kejahatan.

Orientasi :
Ketika mengamati catatan-catatanku, aku membaca bahwa pada tanggal
14 April aku menerima telegram dari Lyons yang mengabarkan bahwa
Holmes sedang terbaring sakit di Hotel Dulong. Dua puluh empat jam
kemudian, aku sudah berada di sampingnya dan aku merasa lega karena
sakitnya tak terlalu mengkhawatirkan. Walaupun selama ini dia kujuluki
si Tulang Baja, toh akhirnya dia jatuh sakit juga karena kecapekan setelah
mengadakan penyelidikan nonstop selama dua bulan penuh, dengan jam
kerja tak kurang dari lima belas jam seharinya. Memang benar,
penyelidikannya sukses besar dan menjadi buah bibir di seluruh benua
Eropa, dan banyak orang mengirim telegram ucapan selamat kepadanya,
tapi dia malah terserang depresi berat. Bahkan ketika dia tahu bahwa
kesuksesannya itu sangat luar biasa, karena sebelumnya polisi dari tiga
negara telah gagal menangani kasus itu, dan bahwa dia telah
membuktikan diri lebih cerdik dari penjahat yang pa- ling cerdik di Eropa
sekalipun, hal ini pun tak cukup membangkitkan sarafnya yang melemah.

Komplikasi :
Pada malam kedatangan kami, setelah makan malam kami duduk di
ruang senjata Pak Kolonel. Holmes duduk sambil melemaskan kaki di
sofa, sementara aku dan Hayter melihat-lihat beberapa koleksi senjatanya.

"Omong-omong," katanya tiba-tiba, "kurasa sebaiknya aku membawa


salah satu pistol ini ke atas, kalau-kalau ada bahaya mengancam."
"Bahaya mengancam?" tanyaku. "Ya, akhir-akhir ini penduduk dilanda
ketakutan. Si tua Acton, salah satu tokoh di daerah ini, rumahnya
dimasuki pencuri hari Senin malam yang lalu. Memang tak terjadi
kerusakan yang parah, tapi para pencuri itu masih berkeliaran di sekitar
sini."

"Tak adakah petunjuk?" tanya Holmes sambil menatap Pak Kolonel


dengan tajam. "Belum ada. Tapi pencurian ini cuma kecil- kecilan saja,
kok, pasti tak akan menarik perhatian Anda, Mr. Holmes, setelah berhasil
menangani masalah internasional yang begitu besar."Holmes seolah tak
mengacuhkan pujian itu, walau senyumnya menunjukkan bahwa dia
sebetulnya sangat senang.

"Apakah ada ciri-ciri yang menarik?" "saya rasa tidak. Pencuri-pencuri


itu mengobrak-abrik perpustakaan, dan hanya mendapatkan barang yang
tak seberapa nilainya. Semua laci dibuka dengan paksa dan rak-rak
dibongkar, namun yang hilang cuma satu set Homer karangan Pope, dua
tempat lilin berlapis emas, bandul pemberat dari gading, barometer yang
terbuat dari batang ek, dan segelondong benang. Itu saja."

"Aneh, ya. Yang dicuri kok barang-barang ma- cam begitu!" teriakku.

"Oh, para pencuri itu jelas hanya membawa lari apa yang mereka bisa
ambil secepatnya."

Holmes mendengus. "Polisi wilayah seharusnya memperhatikan hal itu,"


katanya. "Wah, jelas sekali..." Tapi aku langsung mengangkat jariku
untuk memperingatkannya. "Kau kemari untuk istirahat, sobat. Demi
Tuhan, jangan mulai mengutak-utik masalah baru dulu, berhubung
sarafmu lagi tak beres." Holmes mengangkat bahu dengan sikap seolah-
olah pasrah, sambil melirik Pak Kolonel dengan jenaka. Pembicaraan
kami lalu beralih ke hal-hal yang lebih ringan.

Tapi rupanya peringatanku itu sia-sia, karena keesokan harinya masalah


pencurian itu kembali menyita perhatian kami, sehingga kunjungan kami
ke pedesaan berubah tujuannya tanpa kami duga- duga sebelumnya. Kami
sedang makan pagi ketika kepala pelayan gemetaran. Pak Kolonel berlari
masuk dengan

"Sudah Anda dengar beritanya, sir?" dengusnya. Di rumah Mr.


Cunningham, "Pencurian lagi?" teríak Pak Kolonel, cangkir kopinya
masih terangkat."Pembunuhan!" Pak Kolonel bersiul. "Ya, Tuhan,"
katanya. "Si- apa yang terbunuh? Si J.P. atau anaknya? "Bukan keduanya,
sir. Tapi si William, kusir mereka. Ditembak di jantungnya, sir, dan
langsung tewas"Siapa yang menembaknya?" "Pencuri itu, sir. Dia lalu
kabur secepat kilat dan tak ada jejaknya. Mungkin pencuri itu baru saja
mendongkel jendela di dekat ruang makan ketika William
memergokinya, dan pencuri itu langsung menembaknya."

Resolusi :
Tolong! Tolong! Ada pembunuhan!" Aku bergidik ketika menyadari
bahwa itu suara temanku. Bagaikan orang gila, aku berlari keluar dari
kamar itu menuju ke dekat tangga. Teriakan minta tolong yang sudah
berubah menjadi teriakan-teriakan tak menentu itu berasal dari kamar
yang tadi kami masuki. Aku berlari masuk sampai ke ruang pakaian di
sebelahnya. Mr.Cunningham dan putranya sedang membungkuk di atas
tubuh Sherlock Holmes. Cunningham muda mencekik leher temanku
dengan kedua tangannya, sedangkan ayahnya nampak memelintir salah
satu pergelangan tangannya. Dalam sekejap, kami bertiga berusaha
melerai mereka, dan Holmes lalu berusaha berdiri dengan terhuyung-
huyung. Wajahnya sangat pucat dan kelelahan. "Tangkap mereka,
Inspektur," katanya dengan terengah-engah.
"Atas tuduhan apa?"
Atas tuduhan membunuh kusir mereka, William Kirwan." Pak Inspektur
menatap sekeliling dengan bingung. "Oh, ayolah, Mr. Holmes," katanya
pada akhirnya. "Saya yakin Anda tak bersungguh-sungguh dengan..."

"Huh, coba lihat wajah mereka!" teriak Holmes dengan ketus. Tak pernah
sebelumnya aku melihat ekspresi

wajah yang sedemikian gamblangnya menyatakan pengakuan fasa


bersalah. Yang tua nampak begitu bingung dan terkejut, wajahnya
menjadi kusam dan murung. Sebaliknya, penampilan anaknya telah
berubah sama sekali dari yang sebelumnya sok dan penuh gaya. Matanya
yang hitam legam memancarkan kekejaman, sehingga wajahnya yang
tampan berubah menjadi menakutkan. Tanpa ber- kata apa-apa, Pak
Inspektur melangkah ke pintu, lalu meniup peluitnya. Dua bawahannya
segera datang menghampirinya.

"Saya tak bisa bertindak lain, Mr. Cunningham," katanya. "Semoga ini
merupakan suatu kekeliruan yang tak masuk akal, tapi Anda bisa
melihat... Eh, Anda mau apa? Letakkan!" Secepat kilat tangan- nya
menyambar sesuatu, yang ternyata sebuah pis- toi yang baru saja hendak
ditembakkan oleh Cunningham muda. Pistol itu lalu terjatuh ke lantai.
Simpan pistol itu," kata Holmes sambil dengan cepat menginjaknya.
"Anda akan membutuhkannya di persidangan. "

Koda :
Mereka berdua menyadari bahwa saya telah tahu rahasia mereka, dan
posisi mereka yang berubah begitu drastis itu membuat mereka nekat.
"Setelah itu, saya sempat berbicara sejenak dengan Mr. Cunningham
untuk menanyakan motif pembunuhan itu. Dia langsung mengaku,
walaupun anaknya berusaha menyangkal dengan sikap ke setanan. Kalau
saja si Alec itu bersenjata, pasti akan ada nyawa yang tercabut. Semangat
Mr. Cunningham terbang ketika dia menyadari bahwa kasusnya tergolong
berat, maka tanpa banyak cincong dia menceritakan semuanya. Rupanya
ulah mereka di rumah Mr. Acton dipergoki oleh William, yang memang
dengan sengaja mengekor. Dia lalu mengancam akan menyebarluaskan
kejadian itu. Ternyata Mister Alec adalah seseorang yang sangat
berbahaya untuk permainan semacam itu. Dengan kecerdikannya, dia lalu
merencanakan untuk menghabisi nyawa orang yang ingin memeras nya
itu. Maka William pun diumpaninya lalu ditembak, dan kecurigaan jatuh
pada pencuri yang memang sedang ramai dibicarakan di daerah itu. Kalau
saja mereka tak meninggalkan jejak berupa robekan kertas di genggaman
tangan korban dan lebih saksama dalam hal-hal kecil, kemungkinan besar
mereka tak akan pernah dicurigai."

"Dan surat itu?" aku bertanya. Sherlock Holmes meletakkan surat yang
telah ditambal itu di hadapan kami.
"Persis seperti yang saya duga," katanya. "Tentu saja kita masih belum
tahu bagaimana hubungan Alec Cunningham, William Kirwan, dan
Annie Morrison. Yang jelas, perangkapnya telah dipasang dengan sangat
jitu. Nah, coba lihat kemiripan hu ruf p dan ekor huruf g itu. Menarik,
kan? Huruf i tanpa titik yang ditulis oleh orang yang lebih tua juga
merupakan ciri khusus. Watson, rencana is tirahat kita di desa yang
tenang ternyata membawa hasil. Maka besok pagi, dengan penuh
semangat, sebaiknya kita kembali ke Baker Street."

6. Sudut pandang
Novel ini menggunakan sudut pandang orang pertama. Penulis memilih
menceritakan kisah petualangan yang ada dinovel ini melalui sudut
pandang Dr. Watson, sahabat baik Sherlock Holmes. Sepanjang novel ini
penulis menggunakan kata "aku" yang mana merupakan penuturan dari
sudut pandang Dr. Watson.
"dari ekspresi wajahnya, aku tahu bahwa dia sedang mencium sesuatu,
tapi aku tak bisa menduga ke arah mana pikirannya berjalan."

"Aku tahu temanku sengaja menyalahkan diriku untk tujuan tertentu."

7. Amanat
 Janganlah mendendam, biarkan Tuhan menjadi hakim yang
Maha Adil atas segala perbuatan manusia.

 Janganlah memaksakan keyakinan dan kehendak kita


seseorang.
 Dalam membantu dan menolong orang, kita haruslah tulus dan
ikhlas.

 Bersikaplah rendah hati.

Unsur Ekstrinsik
1. Latar belakang pengarang
IR ARTHUR CONAN DOYLE dilahirkan pada tahun 1859. Dia
mendapat gelar dokter dari Universitas Edinburgh dan membuka praktek
di Southsea, Inggris, pada tahun1882. Dia pernah menulis dua novel yang
tak pernah diterbitkan, dan juga kisah-kisah lainnya. Pada tahun 1886, dia
menciptakan tokoh Sherlock Holmes yang sangat ahli dalam mengambil
kesimpulan. Dia mendapat ilham tentang kemampuan Sherlock Holmes
ini dari Dr. Joseph Bell, salah satu bekas dosennya. Kisah Holmes yang
pertama, yang berjudul A Study in Scarlet, diterima oleh publik dengan
baik. Tapi baru mulai tahun 1891, ketika Conan. mengetengahkan kisah
petualangan Holmes dalam bentuk serial, nama penulis dan detektif
temuannya itu menjadi terkenal dimana-mana.

Petualangan Sherlock Holmes diterbitkan pada tahun 1891. Sesudah itu


menyusul The Memoirs of Sherlock Holmes pada tahun 1894. Para
pembaca menjadi ketagihan, permintaan akan cerita tentang Sherlock
Holmes terus meningkat. Tapi Conan Doyle lama-kelamaan menjadi
bosan dengan tokoh ciptaannya yang satu ini. Maka dia lalu mengakhiri
kisah Sherlock Holmes dengan mematikan tokoh ini. Tapi tuntutan
pembaca. memaksanya untuk menghidupkan kembali detektif ini dalam
kisah The Return of Sherlock Holmes (1905). Holmes tampil lagi dalam
novel The Valley of Fear (1915), dan dua kumpulan cerita lainnya.
Diantara buku-buku cerita yang amat digemari pembaca, kisah- kisah
Holmes adalah salah satu diantaranya.

Sir Conan Doyle adalah penganut Katolik yang begitu-begitu saja, tapi
dia adalah seorang dokter yang amat berdedikasi pada profesinya. Selama
hidupnya, dia tertarik pada masalah-masalah spiritualisme. Akhirnya dia
percaya bahwa orang mati bisa berhubungan dengan orang yang masih
hidup. Dia lalu menghabiskan masa tuanya dengan menulis dan memberi
ceramah tentang adanya roh-roh halus di dunia ini. Dia juga menyelidiki
tentang dukun-dukun yang bisa berhubungan dengan roh-roh halus.
Kegiatannya ini mengundang perhatian banyak orang, namun ada juga
yang mengejek. Karya-karyanya yang lain tidak menokohkan Holmes
antara lain The White Company (1889), beberapa roman sejarah, dan
sebuah novel fiksi ilmiah The Lost World (1911). Sir Arthur Conan
Doyle meninggal pada tahun 1930.
2. Nilai Nilai yang Terkandung
 Nilai agama: Selalu ingat kepada Tuhan atas apa yang telah kita
lakukan, maaka kita tahu apa yang benar dan apa yang salah.

 Nilai Sosial: Keserakahan selalu merugikan orang lain, bersikap


ramah dan apa adanya akan membangun kerja sama antar individu
dengan baik.

 Nilai moral: Harusnya kita sadar, tindakan mana yang baik dan
mana yang benar, menahan emosi ntuk tidak berbuat negative bisa
kita lakukan jika kita meiliki kesadaran

Anda mungkin juga menyukai