SHERLOCK HOLMES
Unsur intrinsik
1. Tema
Kasus di Reigate
3) Kolonel Hayter
Baik
"Hayter seorang pensiunan tentara yang baik."
Waspada
"kurasa sebaiknya aku membawa salah satu pistol ini ke atas,
kalau-kalau ada bahaya mengancam."
4) Inspektur Forroster
Gagah, masih muda, dan penuh semangat
"seorang petugas polisi yang gagah, masih muda, dan penuh
semangat memasuki ruangan."
5) Mr. Cunningham
Membunuh
"Atas tuduhan membunuh kusir mereka, William Kirwan"
Dingin
"saya rasa itu cukup jelas kata Mr. Cunningham dengan dingin. "
Tidak sabar
"tuan yang baik hati," kata Mr. Cunningham dengan rasa tak
sabar...."
7) Mr. Acton
Tua
"Si tua Acton, salah satu tokoh di daerah ini"
Bertubuh kecil
"Dia ditemani oleh seorang pria bertubuh kecil"
3. Gaya Bahasa
Bahasa Inggris
"namun yang hilang cuma satu set Homer"
Majas metafora
"Walaupun selama ini dia dijuluki si Tulang Bajam"
Personafikasi
"Deretan pepohonan dengan daun berwarna gelap yang
bersinar bagaikan logam yang menyala dalam cahaya
matahari yang hampir terbenam."
4. Latar
Latar tempat
Hotel Dulongs
"bahwa Holmes sedang terbaring sakit di Hotel Dulongs,"
Eropa.
"penyelidikannya sukses besar dan menjadi buah bibir di
seluruh benua Eropa."
Baker Street
"Tiga hari kemudian, kami kembali ke Baker Street bersama-
sama"
Reigate, Surrey
"dan kini dia bertempat tinggal di dekat Reigate, Surrey."
Menyenangkan
"Menurutku, meluangkan waktu seminggu di pedesaan sangat
menyenangkan"
Tegang
"Bahaya mengancam?" tanyaku."
"Pembunuhan!"
Kaget
"Wajah temanku tiba-tiba berubah menjadi sangat mengerikan.
Matanya melotot ke atas, seluruh otot wajahnya mengejang,
dan sambil megerang dia jatuh tertelungkup di tanah."
"Kata-katana terputus oleh teriakan yang tiba terdengar Tolong!
Tolong! Ada pembunuhan!"
Santai
"Sekitar jam satu siang dia sudah kembali bersama kami di
ruang untuk merokok."
Lega
"Ya, Tuhan!" teriak pak Kolonel sambil tertawa. "Jadi Anda
tadi Cuma pura-pura, ya? Padahal kami sempat prihatin
setengah mati."
Tenang
"Watson, rencana istirahat kita di desa yang tenang ternyata
membawa hasil."
5. Alur
Alur yang digunakan dalam cerita novel ini adalah alur maju. "Saat itu
cuaca di pagi hari sangat dingin di awal musim semi, dan kami sedang
duduk bersebelahan di depan perapian di kamar tua kami di Baker Street
setelah sarapan."
Abstraksi :
SAAT itu musim semi 1887. Temanku, Mr. Sherlock Holmes, belum
pulih benar dari kelelahannya akibat kerja keras. Keseluruhan masalah
yang ber- bubungan dengan Perusahaan Belanda-Sumatra dan juga kasus-
kasus besar Baron Maupertuis masih hangat dalam ingatan banyak orang.
Namun berhu- bung kasus-kasus itu terlalu erat kaitannya dengan dunia
politik dan keuangan, maka tak cocoklah untuk dimasukkan dalam serial
kisah yang kutuliskan. Tapi, kasus-kasus itu telah membuka kesempatan
bagi temanku untuk menangani sebuah masalah lain yang unik dan rumit,
dan sempat pula dia mendemonstrasikan sebuah jurus baru di antara
jurus-jurus lainnya yang selama ini dipakai- nya untuk melawan
kejahatan.
Orientasi :
Ketika mengamati catatan-catatanku, aku membaca bahwa pada tanggal
14 April aku menerima telegram dari Lyons yang mengabarkan bahwa
Holmes sedang terbaring sakit di Hotel Dulong. Dua puluh empat jam
kemudian, aku sudah berada di sampingnya dan aku merasa lega karena
sakitnya tak terlalu mengkhawatirkan. Walaupun selama ini dia kujuluki
si Tulang Baja, toh akhirnya dia jatuh sakit juga karena kecapekan setelah
mengadakan penyelidikan nonstop selama dua bulan penuh, dengan jam
kerja tak kurang dari lima belas jam seharinya. Memang benar,
penyelidikannya sukses besar dan menjadi buah bibir di seluruh benua
Eropa, dan banyak orang mengirim telegram ucapan selamat kepadanya,
tapi dia malah terserang depresi berat. Bahkan ketika dia tahu bahwa
kesuksesannya itu sangat luar biasa, karena sebelumnya polisi dari tiga
negara telah gagal menangani kasus itu, dan bahwa dia telah
membuktikan diri lebih cerdik dari penjahat yang pa- ling cerdik di Eropa
sekalipun, hal ini pun tak cukup membangkitkan sarafnya yang melemah.
Komplikasi :
Pada malam kedatangan kami, setelah makan malam kami duduk di
ruang senjata Pak Kolonel. Holmes duduk sambil melemaskan kaki di
sofa, sementara aku dan Hayter melihat-lihat beberapa koleksi senjatanya.
"Aneh, ya. Yang dicuri kok barang-barang ma- cam begitu!" teriakku.
"Oh, para pencuri itu jelas hanya membawa lari apa yang mereka bisa
ambil secepatnya."
Resolusi :
Tolong! Tolong! Ada pembunuhan!" Aku bergidik ketika menyadari
bahwa itu suara temanku. Bagaikan orang gila, aku berlari keluar dari
kamar itu menuju ke dekat tangga. Teriakan minta tolong yang sudah
berubah menjadi teriakan-teriakan tak menentu itu berasal dari kamar
yang tadi kami masuki. Aku berlari masuk sampai ke ruang pakaian di
sebelahnya. Mr.Cunningham dan putranya sedang membungkuk di atas
tubuh Sherlock Holmes. Cunningham muda mencekik leher temanku
dengan kedua tangannya, sedangkan ayahnya nampak memelintir salah
satu pergelangan tangannya. Dalam sekejap, kami bertiga berusaha
melerai mereka, dan Holmes lalu berusaha berdiri dengan terhuyung-
huyung. Wajahnya sangat pucat dan kelelahan. "Tangkap mereka,
Inspektur," katanya dengan terengah-engah.
"Atas tuduhan apa?"
Atas tuduhan membunuh kusir mereka, William Kirwan." Pak Inspektur
menatap sekeliling dengan bingung. "Oh, ayolah, Mr. Holmes," katanya
pada akhirnya. "Saya yakin Anda tak bersungguh-sungguh dengan..."
"Huh, coba lihat wajah mereka!" teriak Holmes dengan ketus. Tak pernah
sebelumnya aku melihat ekspresi
"Saya tak bisa bertindak lain, Mr. Cunningham," katanya. "Semoga ini
merupakan suatu kekeliruan yang tak masuk akal, tapi Anda bisa
melihat... Eh, Anda mau apa? Letakkan!" Secepat kilat tangan- nya
menyambar sesuatu, yang ternyata sebuah pis- toi yang baru saja hendak
ditembakkan oleh Cunningham muda. Pistol itu lalu terjatuh ke lantai.
Simpan pistol itu," kata Holmes sambil dengan cepat menginjaknya.
"Anda akan membutuhkannya di persidangan. "
Koda :
Mereka berdua menyadari bahwa saya telah tahu rahasia mereka, dan
posisi mereka yang berubah begitu drastis itu membuat mereka nekat.
"Setelah itu, saya sempat berbicara sejenak dengan Mr. Cunningham
untuk menanyakan motif pembunuhan itu. Dia langsung mengaku,
walaupun anaknya berusaha menyangkal dengan sikap ke setanan. Kalau
saja si Alec itu bersenjata, pasti akan ada nyawa yang tercabut. Semangat
Mr. Cunningham terbang ketika dia menyadari bahwa kasusnya tergolong
berat, maka tanpa banyak cincong dia menceritakan semuanya. Rupanya
ulah mereka di rumah Mr. Acton dipergoki oleh William, yang memang
dengan sengaja mengekor. Dia lalu mengancam akan menyebarluaskan
kejadian itu. Ternyata Mister Alec adalah seseorang yang sangat
berbahaya untuk permainan semacam itu. Dengan kecerdikannya, dia lalu
merencanakan untuk menghabisi nyawa orang yang ingin memeras nya
itu. Maka William pun diumpaninya lalu ditembak, dan kecurigaan jatuh
pada pencuri yang memang sedang ramai dibicarakan di daerah itu. Kalau
saja mereka tak meninggalkan jejak berupa robekan kertas di genggaman
tangan korban dan lebih saksama dalam hal-hal kecil, kemungkinan besar
mereka tak akan pernah dicurigai."
"Dan surat itu?" aku bertanya. Sherlock Holmes meletakkan surat yang
telah ditambal itu di hadapan kami.
"Persis seperti yang saya duga," katanya. "Tentu saja kita masih belum
tahu bagaimana hubungan Alec Cunningham, William Kirwan, dan
Annie Morrison. Yang jelas, perangkapnya telah dipasang dengan sangat
jitu. Nah, coba lihat kemiripan hu ruf p dan ekor huruf g itu. Menarik,
kan? Huruf i tanpa titik yang ditulis oleh orang yang lebih tua juga
merupakan ciri khusus. Watson, rencana is tirahat kita di desa yang
tenang ternyata membawa hasil. Maka besok pagi, dengan penuh
semangat, sebaiknya kita kembali ke Baker Street."
6. Sudut pandang
Novel ini menggunakan sudut pandang orang pertama. Penulis memilih
menceritakan kisah petualangan yang ada dinovel ini melalui sudut
pandang Dr. Watson, sahabat baik Sherlock Holmes. Sepanjang novel ini
penulis menggunakan kata "aku" yang mana merupakan penuturan dari
sudut pandang Dr. Watson.
"dari ekspresi wajahnya, aku tahu bahwa dia sedang mencium sesuatu,
tapi aku tak bisa menduga ke arah mana pikirannya berjalan."
7. Amanat
Janganlah mendendam, biarkan Tuhan menjadi hakim yang
Maha Adil atas segala perbuatan manusia.
Unsur Ekstrinsik
1. Latar belakang pengarang
IR ARTHUR CONAN DOYLE dilahirkan pada tahun 1859. Dia
mendapat gelar dokter dari Universitas Edinburgh dan membuka praktek
di Southsea, Inggris, pada tahun1882. Dia pernah menulis dua novel yang
tak pernah diterbitkan, dan juga kisah-kisah lainnya. Pada tahun 1886, dia
menciptakan tokoh Sherlock Holmes yang sangat ahli dalam mengambil
kesimpulan. Dia mendapat ilham tentang kemampuan Sherlock Holmes
ini dari Dr. Joseph Bell, salah satu bekas dosennya. Kisah Holmes yang
pertama, yang berjudul A Study in Scarlet, diterima oleh publik dengan
baik. Tapi baru mulai tahun 1891, ketika Conan. mengetengahkan kisah
petualangan Holmes dalam bentuk serial, nama penulis dan detektif
temuannya itu menjadi terkenal dimana-mana.
Sir Conan Doyle adalah penganut Katolik yang begitu-begitu saja, tapi
dia adalah seorang dokter yang amat berdedikasi pada profesinya. Selama
hidupnya, dia tertarik pada masalah-masalah spiritualisme. Akhirnya dia
percaya bahwa orang mati bisa berhubungan dengan orang yang masih
hidup. Dia lalu menghabiskan masa tuanya dengan menulis dan memberi
ceramah tentang adanya roh-roh halus di dunia ini. Dia juga menyelidiki
tentang dukun-dukun yang bisa berhubungan dengan roh-roh halus.
Kegiatannya ini mengundang perhatian banyak orang, namun ada juga
yang mengejek. Karya-karyanya yang lain tidak menokohkan Holmes
antara lain The White Company (1889), beberapa roman sejarah, dan
sebuah novel fiksi ilmiah The Lost World (1911). Sir Arthur Conan
Doyle meninggal pada tahun 1930.
2. Nilai Nilai yang Terkandung
Nilai agama: Selalu ingat kepada Tuhan atas apa yang telah kita
lakukan, maaka kita tahu apa yang benar dan apa yang salah.
Nilai moral: Harusnya kita sadar, tindakan mana yang baik dan
mana yang benar, menahan emosi ntuk tidak berbuat negative bisa
kita lakukan jika kita meiliki kesadaran