Anda di halaman 1dari 15

1.

Identitas Buku
 Judul Buku : the Castle of the Carpathians
 Pengarang : Jules Verne
 Penerbit : Penerbit Qanita
 Jumlah Halaman : 248 Halaman
 Tahun Terbit : 2017
 Nomor Edisi : ISBN 978-602-402-074-3

2. Biografi penulis

Jules Gabriel Verne (8 Februari 1828 – 24 Maret 1905) adalah pemulis berkebangsaan
Prancis yang merintis genre fiksi-ilmiah. Beberapa novelnya yang terkenal di seluruh dunia
adalah Journey to the Center of the Earth (1864), Twenty Thousand Leagues Under the Sea
(1870) dan Around the World in Eighty Days (1873).
Verne menulis tentang perjalanan udara, bawah laut, serta luar angkasa, bahkan sebelum
pesawat terbang, kapal selam, dan pesawat luar angkasa diciptakan. Dia termasuk penulis yang
karya-karyanya paling banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa di dunia. Karya-
karyanya yang paling terkenal juga telah diadaptasi ke dalam film layar lebar, verne, dengan
H. G Wells, sering kali dijuluki sebagai “Bapaknya Fiksi-Ilmiah”.
The Castle of The Carpathians yang kali pertama diterbitkan tahun 1893 ini, dianggap
sebagai karya yang menginspirasi Bram Stoker untuk menulis karya populernya, Dracula.
3. Cover Buku

1894 1900

2001 2016 2017 VERSI INDONESIA

4. Sinopsis
Di Desa Werst yang terletak diantara di antara pegunungan Carpathians, Transilvania,
berdirilah sebuah kastel yang menurut penduduk setempat angker. Kastel tersebut tidak
berpenghuni, setelah pemiliknya yang terakhir, Baron Rodolphe de Gortz, dirumorkan tewas
dalam pengembaraannya. Namun terkadang ada asap yang membumbung dari kastel tersebut,
serta penampakan sesosok wanita pucat yang bergantayangan.
Seorang pengembara bernama Count Franz de Tĕlek tertarik dengan kisah-kisah mistis
seputar Kastel Carpathians. Dia mengolok olok para penduduk yang ketakutannya tak
berdasar, dan memutuskan untuk menyelidikinya sendiri. Tapi Count Franz sama sekali tidak
menyangka bahwa sosok yang menghantui kastel itu adalah wanita yang pernah dia cintai,
yang telah tewas bertahun-tahun lalu.
5. Tema
Tema yang diusung oleh Jules Verne yaitu misteri dan petualangan yang diberi sedikit bumbu
romantis
6. Unsur Intrinsik
 Tokoh dan Penokohan
A. Frik : bodoh, penghasut.
Bodoh : Hal 13 “Sebenarnya dia sama bodohnya seperti para pemujanya; tapi tetap
saja, kalaupun dia tidak memercayai kemampuan sihirnya sendiri, dia, toh, masih
memercayai legenda di negaranya”
Penghasut : Hal 13 “Dia pun mengaku-aku bahwa para vampir dan stryge selalu
mematuhinya”
B. Kepala Sekolah Magister Hermod : Pintar (menurut warga desa)
Pintar : Hal 43 “Tapi Magister Hermod hanya mampu mengajarkan apa yang dia
tahu-yaitu, sedikit membaca, sedikit menulis, dan sedikit menghitung. Ajarannya
tidak lebih daripada itu”

D. Sang Biro, Master Koltz : Bijaksana, tidak pelit

Bijaksana : hal 44 “Dia berfungsi sama seperti walikota, berkewajiban untuk


menengahi banyaknya perselisihan diantara para warga.”

Tidak pelit : hal 48 “Dia bukan orang yang pelit. Dia memang senang mencari uang,
tapi tidak menolak untuk mengeluarkan kalau diperlukan.”

E. Dr Patak : pembohong, ceroboh, penakut

Pembohong : hal 67 “Sang dokter, ditekan dari seluruh penjuru, tidak tahu
bagaimana cara meloloskan diri. Ah! Betapa dia menyesal telah ceroboh membuat
janji palsu.”

Ceroboh : hal 67 “Sang dokter, ditekan dari seluruh penjuru, tidak tahu bagaimana
cara meloloskan diri. Ah! Betapa dia menyesal telah ceroboh membuat janji palsu.”

Penakut : hal 72 “Dan Dokter Patak? Yah, Dokter Patak telah berusaha untuk bisa
lari dari semua itu, tetapi tidak berhasil.”
F. Nicolas Deck : posesif, keras kepala, pantang menyerah
Posesif : hal 48 “Nic tidak akan mengizinkan siapa pun berusaha menyainginya,
bahkan hanya untuk memandang Miriota dengan terlalu dekat-dan memang tak
seorang pun yang berani mencoba-coba.”
Keras kepala : hal 71 “Dan tak seorang pun terkejut. Mereka sudah mengenal sifat
keras Nic Deck, kekeraskepalaannya, keteguhannya.”
Pantang menyerah : hal 80 “ ‘Tapi Nick kita sudah berjalan selama 6 jam dan kita
bahkan belum mencapai setengah perjalanan’, Kata Dokter Patak. ‘Itu
menunjukkan bahwa kita tidak boleh membuang-buang waktu’, kata Nick.”
G. Miriota : Pintar, Cerdas, percaya mitos, mudah khawatir
Pintar : hal 46 “Apakah dia berpendidikan? Ya; di sekolah Kepala Sekolah Hermod,
dia belajar membaca, menulis, menerjemahkan, dan melakukan semua itu dengan
baik dan benar.
Cerdas : hal 46 “Apakah dia pengelola yang baik? Jelas; karena dia merawat rumah
ayahnya dengan cara yang cerdas.”
Percaya mitos : hal 47 “Perlu diketahui bahwa Miriota dengan naifnya memercayai
semua cerita mitologi itu; tetapi dia tetaplah seorang gadis yang menarik dan
menyenangkan.”
Mudah khawatir : hal 107 “Betapa malam itu dihabiskan Miriota yang menderita
dengan kengerian dan air mata! Dia tidak bisa tidur.”
H. Jonas : baik hati, rendah hati dan suka membantu
Baik hati : hal 53 “siapa pemilik penginapan tersebut? Dia seorang yahudi bernama
Jonas, pria baik hati berusia sekitar 60-an”
Rendah hati dan suka membantu : hal 53-54 “Rendah hati dan suka membantu, dia
dengan rela meminjamkan sedikit uang kepada orang lain tanpa terlalu khawatir
akan keamanannya.
I. Baron Rodolphe de Gortz : misterius
Misterius : hal 149 “orang misterius itu, yang selalu berada di sana-meskipun tak
kasat mata dibalik lingkaran kursi khusus penonton-telah menimbulkan rasa gugup
berkepanjangan dalam diri La-Stilla”

K. Count Franz de Tĕlek : Tegas, pemberani, pemikiran logis


Pemikiran logis : hal 133 “dia tidak mempercayai penampakan makhluk gaib dan
menertawakan legenda tersebut”

Pemberani dan tegas : hal 140 “sang Count yang pemberani dan tegas merasa
senang dengan petualangan-petualangan itu”

L. Rotzko : setia, patuh,

Setia dan patuh: hal 177 “terbiasa mematuhi tuannya dengan gaya militer, dia tahu
apa yang harus dilakukan kalau sang Count muda menghadapi bahaya
mengerikan.”
M. La-Stilla : tertutup
Tertutup : hal 145 “seringkali, karena tidak mampu menguasai hasratnya, Franz
mencoba untuk mengunjungi rumah sang biduanita; tetapi rumah La-Stilla selalu
tertutup secara menyedihkan baginya seperti halnya bagi begitu banyak pengagum
fanatiknya”
N. Orfanik : jenius, cerewet
Cerewet dan genius : hal 148 “dia sangat cerewet dan merupakan salah satu genius
tak terkenal yang dibenci dunia”
7. Sudut pandang : orang ketiga serba tahu, karena menggunakan penyebutan nama dari tokoh-
tokohnya serta penulis mengungkapkan apa yang ada dipikiran para tokoh
 hal 133 “dia tidak mempercayai penampakan makhluk gaib dan menertawakan legenda
tersebut”
 hal 140 “sang Count yang pemberani dan tegas merasa senang dengan petualangan-
petualangan itu”
 hal 71 “Dan tak seorang pun terkejut. Mereka sudah mengenal sifat keras Nic Deck,
kekeraskepalaannya, keteguhannya.”
8. Latar tempat :
 Desa Werst
Hal 41 “hal hal seperti itu pun sulit ditemui di Vulkan dan Werst”
 Penginapan King Mathias
Hal 56 “di penginapan tersebut, tepatnya pada tanggal 29 Mei hari ini, berkumpulah
orang orang terpandang dari Werst-Master Koltz, kepala sekolah hermotz. Nick deck
si pengawas hutan, selusin warga berkedudukan tinggi, dan juga Frik si penggembala,
yang tidak kalah pentingnya dari semua orang di sana.”
 Hutan Plesa
Hal 74-75 “mereka pun terpaksa menjauh perlahan ke arah kiri, dan memutuskan untuk
menyebrangi jalur yang lebih rendah di hutan plesa”
 Kastel Carpathians
Hal 195 “dia sudah berada di dalam kastel tempat Rodolphe menawan La-Stilla, dan
Franz akan mengorbankan hidupnya untuk menjemput kekasihnya”

9. Latar Waktu :

 Sore hari
Hal 09 “Waktu itu pukul empat sore. Matahari tenggelam di cakrawala”
 Pagi hari
Hal 70 “Keesokan paginya Nic Deck dan Dokter Patak bersiap-siap untuk pergi pada
pukul sembilan.”
 Senja hari
Hal 87 “Pada senja hari, detail kastel itu sulit diamati atau dibedakan.”
 Siang hari
Hal 78 “Sesekali, akan ada tanah lapang bersiram sinar matahari di tengah-tengah
hutan.”
 Malam hari
Hal 88 “Kalau malam segelap ini, tidak akan ada gangguan atmosfer seperti hujan atau
badai.”

10. Latar Suasana


 Bingung
Hal 200 “Tetapi, ketika dia berusaha untuk menghimpun pikiran-pikirannya, rasanya
seolah-olah pikiran-pikirannya itu berlarian kemana-mana, seolah-olah dia sedang
berusaha memegang aliran air dengan tangannya
 Tegang
Hal 68 “Kengerian memuncak. Orang-orang di penginapan tidak berani menoleh pada
satu sama lain; mereka bahkan tidak berani berkata-kata.”
 Sedih
Hal 106 “Begitu berada di dalam kamarnya yang mungil, Miriota menangis. Dia
mencintai Nic Deck yang pemberani itu dengan sepenuh hati.”
 Takut
Hal 92 “Sesungguhnya, mereka berdua kini tampak sepertin mayat. Wajah mereka
pucat, pupil mata mereka seolah-olah telah lenyap dan kosong; pipi mereka berwarna
hijau keunguan, seperti lumut yang konon tumbuh di kepala orang-orang yang mati
dihukum gantung.”
11. Alur : Maju mundur / campuran
 Pengenalan Suasana “Di Desa Werst yang terletak di antara pegunungan Carpathians,
Transylvania, berdirilah sebuah kastel yang berisi mitos yang dipercayai penduduk
setempat. Kastel tersebut tidak berpenghuni, setelah pemiliknya yang terakhir.”
 Pengungkapan Peristiwa “Frik merasa kaget sekaligus dengan rasa ngeri ketika
melihat kabut keluar dari sebuah kastel, karena selama bertahun-tahun tidak ada
sekepul asap pun yang keluar dari cerobong kastel.”
 Menuju Konflik “Setelah para warga berunding akhirnya Dokter Patak ditemani oleh
Nic Deck untuk mencari tahu tentang kastel tersebut secara dekat. Nic Deck dan Dokter
Patak melewati banyak tantangan di dalam hutan. Seringkali di perjalanannya, Dokter
Patak meminta Nic Deck agar mengurungkan niatnya untuk pergi ke kastel, namun Nic
Deck menghiraukan permintaannya. Setelah sampai di depan kastel Nic Deck tidak
berhenti mendapat cobaan hingga pada akhirnya Nic Deck mengalami syok dan
pingsan, untuk kembali ke kastel dia harus di bopong oleh Dokter Patak. Setelah lama
membopong akhirnya mereka sampai di desa Werst dan disambut para warga.
Sesampai di desa para warga ingin tahu apa yang terjadi terhadap mereka selama
perjalanan tersebut. Dokter Patak mengatakan semua perjalanannya dengan suara
sangat hampa, membuat para pendengarnya merinding. Beberapa minggu setelah
peristiwa itu, penginapan Jonas yang sepi selama berminggu-minggu dikarenakan
kengerian yang terjadi sewaktu para warga berunding di penginapan tersebut didatangi
oleh dua pelancong yaitu Count Franz de Telek dan pembantunya, Rotzko yang ingin
menginap. Keesokan harinya Count muda menyadari akan keanehan yang terjadi di
Werst. Dia menanyakan keanehan yang telah terjadi di desa itu pada warga sekitar. Ada
satu hal yang sangat diketahui oleh Count muda yaitu sang pemilik kastel Baron de
Gortz. Dia teringat akan masa lalunya yang buruk tentang masa percintaannya dengan
La Stilla. Pada malam harinya, Count beristirahat dalam kenangan bersama La Stilla
kala itu. Saat Count hampir terlelap, Count mendengar suara nyanyian La Stilla dan
mencari sumber suara itu namun tidak menemukannya.”
 Konflik “Keesokan harinya, Count pergi ke kastel untuk mengetahui kebenaran dari
mitos-mitos yang dipercayai oleh masyarakat sekitar. Count dan Rotzko pergi bersama
menyusuri hutan dan akhirnya sampai di depan kastel. Sesampainya di kastel, Count
menatap kastel itu cukup lama hingga pembatunya mengajaknya untuk kembali karena
waktu sudah malam. Saat Count hendak kembali, ia melihat balkon kastel dan
menemukan siluet-siluet seperti La Stilla pada saat penampilan terakhirnya. Count
mengisyaratkan kepada Rotzko untuk kembali ke desa dan jika besok pagi dia tidak
kembali, maka Rotzko harus menghubungi polisi untuk menuju ke kastel tersebut.
Count mengintari kastel untuk mencari jalan masuk. Di perjalanannya, dia seperti
disorot oleh cahaya dan mengira itu adalah La Stilla. Count berpikir bahwa Baron
menyembunyikan La Stilla di dalam kastel tersebut, tak berapa lama ia mendengar
bunyi gerbang terbuka dan ia lari kesana dan memasuki kastel, gerbang kastel tiba-tiba
tertutup. Count meneruskan perjalanannya tanpa memperdulikan hal tersebut. Count
menyusuri kastel yang besar tersebut, banyak keanehan yang dialami oleh Count yang
mengakibatkan Count terjebak dalam kastel tersebut. Hingga akhirnya Count
menyusuri lorong dan diujungnya tertutup oleh dinding batu bata, terdapat celah sempit
di dasar dinding itu. Ia mulai menarik batu bata itu satu per satu, ketika terdengar suara
gesekan logam di balik dinding tersebut, Count berhenti. Suara itu tidak berhenti,
seberkas cahaya mulai menyapu celah di dinding bata itu. Count mengintip melalui
celah itu. Dia melihat kapel tua. Dari pintu kapel, seseorang baru saja masuk, ia adalah
Orfanik. Beberapa menit setelah itu, seseorang yang lain memasuki kapel, ia adalah
Baron Rodolphe de Gortz. Mereka mulai bercakap-cakap tentang keadaan desa yang
selama ini mereka mata-matai, dengan alat buatan Orfanik tentu saja hal itu mudah
dilakukannya. Mereka pun membahas tentang dua orang yang mencoba memasuki
kastel. Pada akhir percakapan mereka, mereka membahas rencana untuk meledakkan
kastel. Semua yang didengar Count telah memberikan penjelasan tentang segala hal
yang telah terjadi. Setelah kedua orang tersebut meninggalkan kapel, Count
membuntuti mereka. Tumpukan batu bata itu dengan mudah dilepas dari dinding.
Tujuan Count adalah menemukan pintu yang telah digunakan Baron dan Orfanik untuk
keluar. Di perjalanannya, Count menemukan sebuah ruangan di lantai teratas menara
utama kastel tersebut. Dari lubang kuncinya, seberkas cahaya keluar, Count memasang
telinga tapi tak medengar apa pun dari ruangan itu. Count membuka pintu itu dengan
pelan. Count melihat sebuah kursi berlengan dengan sandaran tinggi yang setengah
terhalang oleh tirai. Ketika Count masuk ke ruangan itu, ia melihat kursi tersebut sudah
ditempati seseorang. Orang itu nampak tertidur dengan tangan kanan di atas sebuah
kotak. Dia adalah Baron Rodolphe de Gortz. Saat Count ingin menyerang Baron, tiba-
tiba muncul sosok La Stilla. Count terpaku hingga menjatuhkan pisaunya. La Stilla
berdiri di podium, Ia nampak persis seperti penampilan terakhirnya, La Stilla sama
sekali tidak menunjukkan tanda-tanda ingin memanggil sang Count. La Stilla mulai
menyanyi, Ia menyanyikan lagu yang berakhir tragis saat itu. Count melompat ke arah
La Stilla, dia akan membawanya pergi dari ruangan ini, dari kastel ini. Namun Count
mendapati dirinya bertatap muka dengan sang Baron, yang baru saja berdiri. Baron
memungut pisau yang tadi dibiarkan jatuh begitu saja oleh Count, lalu menghambur ke
arah La Stila. Count segera melompat ke arah Baron dan menangkal serangan yang
ditujukan pada La Stilla. Dia terlambat, pisau menancap ke jantung La Stilla.
Bersamaan dengan serangan itu, muncul suara pecahan kaca, dan bersamaan dengan
serpih-serpihnya yang berhamburan di seluruh penjuru ruangan, La Stilla menghilang.
Count sama sekali tidak mengerti, bisa saja Ia menerjang Baron, tetapi Dia kehilangan
kekuatannya, dan jatuh pingsan. Baron menghiraukan sang Count, ia mengambil kotak
di meja, menghambur dari ruangan itu dan bertujuan untuk meninggalkan kastel. Tiba-
tiba terdengar suara tembakan, Rotzko-lah yang baru mengarahkan senjatanya pada
Baron. Sang Baron tidak terluka, tetapi peluru itu baru saja menghancurkan kotak yang
dipeluknya. Sang Baron lari dan menghilang di balik pintu. Nyaris bersamaan, ledaan
hebat mengguncang seanter Plesa. Benteng-benteng, tirai, menara utama, kapel,
semuanya menjadi puing-puing yang berserakan. Dalam percakapan sewaktu di kapel,
ledakan itu seharusnya dilaksanakan setelah Baron pergi. Namun,sang Baron tidak
punya waktu untuk kabur, Ia tewas. Count ditemukan dibawah salah satu pilar yang
telah melindungnya dari reruntuhan, Ia hanya pingsan.
o Penyelesaiaan Setelah empat hari, Orfanik ditangkap oleh polisi, tidak sulit baginya
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang menyebabkan bencana
tersebut. Setelah dipaksa Rotzko, Orfanik menyatakan bahwa La Stilla telah
meninggal, kejadian-kejadian yang disaksikan oleh sang Count hanyalah rekayasa yang
dibuatnya. Beberpa bulan kemudian, sang Count pulih kembali. Dan hanya dialah yang
mengetahui apa yang terjadi pada malam terakhir di kastel Carpathian.

12. Gaya bahasa : di dalam novel ini banyak ditemukan bahasa dari hungaria, dan juga
menggunakan banyak bahasa ilmiah serta novel ini menggunakan berbagai macam majas

o Hiperbola : mata La Stilla, yang terpancang pada sang Count, menatap sang
Count sampai ke kedalaman jiwanya (hal 233)
o Personifikasi : kegelapan berangsur merayap dari dataran dan menyelimuti
segalanya. (hal 88)
o Simile : bulan sabit tipis bagaikan kepingan perak, menghilang nyaris
bersamaan dengan tenggelamnya matahari. (hal 88)
o Sinisme : pada umumnya, penggambala merupakan sosok yang liar, bodoh,
dan tak peduli (hal 14)
o Retorika : Orang yang telah membawa kabur La Stilla-La Stilla yang masih
hidup dan gila karenanya? Tidakkah Franz bersedia membunuhnya? (hal 232)
o Sarkasme : “Apa! Seorang dokter di Werst, padahal desa itu masih
memercayai hal-hal mistis?” (hlm. 49)
13. Amanat : Jagalah ucapan (, jangan terlalu percaya mitos, jangan gunakan ilmu
pengetahuan di jalan yang salah, jangan gegabah dalam mengambil keputusan, ikhlaskan
yang telah tiada meninggalkan kita (

14. Unsur Ekstrinsik :


 Nilai budaya : nilai dalam novel yang berhubungan dengan adat istiadat,
kebudayaan, serta kebiasaan suatu masyarakat.
o Menggunakan kata dari bahasa Hungaria
Domba – domba itu milik hakim Werst, Biro Koltz (hal 14)
o Menggunakan kata dari bahasa Italia
Voglio morire. “arti : Aku ingin mati”
o Gaya hidup masyarakat dulu
bahkan para kaum gipsi pun demikian – beberapa dari mereka hidup dengan
makmur alih-alih hidup berpindah – pindah dan berkemah di desa – desa. (hal 42)
 Nilai sosial : nilai dalam novel yang berhubungan dengan masalah sosial
o Masyarakat lebih menghormat orang berpangkat atau terpandang
Posisi terpandang tersebut membuat Master Koltz hidup dengan nyaman. (hal 44)
 Nilai moral : nilai dalam novel yang berhubungan dengan budi pekerti, dan tingkah
laku terhadap sesamanya
o Akibat sering berbohong atas kebodohannya
namun tak seorang pun mendengarkannya, dan orang – orang selalu menyuruhnya
diam ketika kebodohannya itu sudah melampaui batas. (hal 247)
 Nilai estetika : nilai dalam novel yang berhubungan dengan keindahan baik dari
segi bahasa, penyampaian cerita, pelukisan alam, keistimewaan tokoh dan
lingkungan sekitar tokoh.
o Penggambaran tentang keindahan di Werst

Waktu itu pukul empat sore. Matahari tenggelam di cakrawala. Beberapa gunung,
yang dasarnya bermandikan kabut, tampak sangat jelas di sebelah timur.

15. Kelebihan & kekurangan


 Kelebihan : Penjelasan mengenai sesuatu sangat detail, penggunaan bahasa yang
indah, cerita yang disajikan bersifat imajinatif, deskripsi tentang keindahan alam
terasa begitu hidup seakan pembaca sedang melihatnya sendiri.
 Kekurangan : Bahasa yang digunakan terkadang sulit dimengerti, nama tokoh yang
sulit diingat, terdapat banyak istilah asing,

16. kesimpulan & saran

 Kesimpulan : Deskripsi tentang keindahan alam terasa begitu hidup seakan


pembaca sedang melihatnya sendiri. Kepiawaian Verne dalam menyusun narasi
dengan menyertakan “kisah lucu” juga semakin memberi nilai lebih pada novel,
yang menjadikan pembaca tidak merasa bosan saat membaca. Verne yang seorang
“Bapak Fiksi Ilmiah” seakan membuat pernyataan bahwa munculnya legenda dan
tahayul adalah sebagai akibat dari kebodohan menyikapi fenomena alamiah.
Kebodohan masyarakat Werst terhadap teknologi menjadikan mereka dapat dengan
mudah dikelabui. Keyakinan terhadap tahayul menjadikan individu tidak produktif.
 Saran : Seharusnya novel ini memberikan lebih banyak pengertian arti dari istilah-
istilah asing, dan plot misteri yang disusun secara apik membuat para pembaca
terkadang salah menangkap maksud dari cerita dalam novel tersebut.

 Pengenalan Suasana “Di Desa Werst yang terletak di antara pegunungan Carpathians,
Transylvania, berdirilah sebuah kastel yang berisi mitos yang dipercayai penduduk
setempat. Kastel tersebut tidak berpenghuni, setelah pemiliknya yang terakhir.”
 Pengungkapan Peristiwa “Frik si pengembala merasa kaget sekaligus ngeri ketika
melihat kabut keluar dari sebuah kastel, karena selama bertahun-tahun tidak ada
sekepul asap pun yang keluar dari cerobong kastel.”
 Menuju Konflik “Setelah para warga berunding, akhirnya Dokter Patak ditemani oleh
Nic Deck pergi untuk mencari tahu tentang kastel tersebut secara dekat. Nic Deck dan
Dokter Patak melewati banyak tantangan di dalam hutan. Seringkali di perjalanannya,
Dokter Patak meminta Nic Deck agar mengurungkan niatnya untuk pergi ke kastel,
namun Nic Deck menghiraukan permintaannya. Setelah sampai di depan kastel, Nic
Deck tidak berhenti mendapat cobaan hingga pada akhirnya Nic Deck mengalami syok
dan pingsan, bahkan untuk kembali ke kastel dia harus dibopong oleh Dokter Patak.
Sesampai di desa para warga ingin tahu apa yang terjadi terhadap mereka selama
perjalanan. Dokter Patak mengatakan semua perjalanannya dengan suara sangat
hampa, membuat para pendengarnya merinding. Sejak saat itu, tak ada satu pun warga
Werst yang berani keluar rumah, bahkan untuk pergi berladang. Beberapa minggu
setelah peristiwa itu,penginapan didatangi oleh dua pelancong yaitu Count Franz de
Telek dan pembantunya, Rotzko yang ingin menginap. Keesokan harinya Count muda
menyadari akan keanehan yang terjadi di Werst. Dia menanyakan keanehan yang telah
terjadi di desa itu pada warga sekitar. Ada satu fakta yang sangat diketahui oleh Count
muda yaitu sang pemilik kastel, Baron de Gortz. Dia teringat akan masa lalunya yang
buruk tentang masa percintaannya dengan La Stilla. Pada malam harinya, saat Count
hampir terlelap, ia mendengar suara nyanyian La Stilla dan mencari sumber suara itu
namun tidak menemukannya.”
 Konflik “Keesokan harinya, Count pergi ke kastel untuk mengetahui kebenaran dari
mitos-mitos yang dipercayai oleh masyarakat sekitar. Count dan Rotzko pergi bersama
menyusuri hutan. Sesampainya di kastel, Count menatap kastel itu cukup lama hingga
pembatunya mengajaknya untuk kembali karena waktu sudah malam. Saat Count
hendak kembali, ia melihat balkon kastel dan menemukan siluet-siluet seperti La Stilla
pada saat penampilan terakhirnya. Count memutuskan untuk pergi ke dalam kastel itu
dan menyelamatkan La Stilla yang menurutnya disembunyikan oleh Baron de Gortz.
Count mengintari kastel untuk mencari jalan masuk. Tak berapa lama ia mendengar
bunyi gerbang terbuka dan ia lari kesana dan memasuki kastel, Count menyusuri kastel
yang besar tersebut, banyak keanehan yang dialami oleh Count yang mengakibatkan
Count terjebak dalam kastel tersebut. Saat Count mencoba mengintip di balik celah
bebatuan, dia melihat kapel tua dan Orfanik yang beru saja masuk. Beberapa menit
setelah itu, Baron Rodolphe de Gortz datang. Mereka mulai bercakap-cakap tentang
keadaan desa yang selama ini mereka mata-matai, dengan alat buatan Orfanik. Pada
akhir percakapan mereka, mereka membahas rencana untuk meledakkan kastel. Semua
yang didengar Count telah memberikan penjelasan tentang segala hal yang terjadi.
Setelah kedua orang tersebut meninggalkan kapel, Count membuntuti mereka. Di
perjalanannya, Count menemukan sebuah ruangan di lantai teratas menara utama
kastel. Ketika Count masuk ke ruangan itu, ia melihat Baron de Gortz yang nampak
tertidur dengan tangan kanan di atas sebuah kotak. Saat Count ingin menyerang Baron,
tiba-tiba muncul sosok La Stilla. Count terpaku hingga menjatuhkan pisaunya. La Stilla
berdiri di podium, Ia nampak persis seperti penampilan terakhirnya, La Stilla sama
sekali tidak menunjukkan tanda-tanda ingin memanggil sang Count. La Stilla mulai
menyanyi, Ia menyanyikan lagu yang berakhir tragis saat itu. Count melompat ke arah
La Stilla, dia akan membawanya pergi dari kastel ini. Namun Count mendapati dirinya
bertatap muka dengan sang Baron, yang baru saja berdiri. Baron memungut pisau yang
tadi dibiarkan jatuh begitu saja oleh Count, lalu menghambur ke arah La Stila. Count
segera melompat ke arah Baron dan menangkal serangan yang ditujukan pada La Stilla.
Dia terlambat, pisau menancap ke jantung La Stilla. Bersamaan dengan serangan itu,
muncul suara pecahan kaca, dan bersamaan dengan serpih-serpihnya yang
berhamburan di seluruh penjuru ruangan, La Stilla menghilang. Count sama sekali
tidak mengerti, bisa saja Ia menerjang Baron, tetapi Dia kehilangan kekuatannya, dan
jatuh pingsan. Baron menghiraukan sang Count, ia mengambil kotak di meja,
menghambur dari ruangan itu dan bertujuan untuk meninggalkan kastel. Tiba-tiba
terdengar suara tembakan, Rotzko-lah yang baru mengarahkan senjatanya pada Baron.
Sang Baron tidak terluka, tetapi peluru itu baru saja menghancurkan kotak yang
dipeluknya. Sang Baron lari dan menghilang di balik pintu. Nyaris bersamaan, ledakan
hebat mengguncang seantero Plesa. Benteng-benteng, tirai, menara utama, kapel,
semuanya menjadi puing-puing yang berserakan. Dalam percakapan sewaktu di kapel,
ledakan itu seharusnya dilaksanakan setelah Baron pergi. Namun,sang Baron tidak
punya waktu untuk kabur, Ia tewas. Count ditemukan dibawah salah satu pilar yang
telah melindungnya dari reruntuhan, Ia hanya pingsan.
o Penyelesaiaan Setelah empat hari, Orfanik ditangkap oleh polisi, tidak sulit baginya
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang menyebabkan bencana
tersebut. Setelah dipaksa Rotzko, Orfanik menyatakan bahwa La Stilla telah
meninggal, kejadian-kejadian yang disaksikan oleh sang Count hanyalah rekayasa yang
dibuatnya. Beberapa bulan kemudian, sang Count pulih kembali. Namun ia kehilangan
akal sehatnya. Padahal hanya dialah yang mengetahui apa yang terjadi pada malam
terakhir di kastel Carpathian.

Anda mungkin juga menyukai