Anda di halaman 1dari 2

Rancangan Novel

 Judul : Mengintai Gembong Narkoba

 Tokoh dan karakter :

Nana : cepat tanggap, cerdik,

Arman : cerdik, misterius , matrealistis

Lena : kurang peduli

Hana : tenang, tegas

 Alur : maju

 Latar :

a. waktu : pagi

b. Tempat : pasar dan di jalan

c. Suasana : menegangkan

 Tema : tersirat

 Ringkasan gambaran :

Semburat merah jingga mulai terlihat di ufuk timur. Semilir angin yang menari - nari ria
mencoba membelah lapak - lapak para pedagang itu. Udara yang dingin pun rasanya tak mau
kalah, ia menusuk ke setiap jengkal pori -pori jaket hingga ke tubuh. Ada juga seruan orang -
orang pasar yang menandakan dimulainya aktivitas masyarakat. Meski matahari mulai
mengintip tapi pasar tersebut belum menampakan keramaian yang sesungguhnya . Hanya terlihat
beberapa pedagang yang mulai membuka lapak dan menata keranjang dagangannya.

Salah satu pedagang tersebut adalah Nana. Seorang gadis belia berusia tujuh belas tahun.
Seperti biasa, pagi harinya dimulai dengan membuat kue-kue untuk dijualnya di pasar. Sembari
bersiul riang , tangannya yang lincah menata kue - kue tersebut hingga terlihat apik dipandang.

Banyak orang yang iba terhadap Nana karena tak seharusnya ia bekerja di usianya yang
menginjak remaja itu . Namun tak ada yang tahu tujuan Nana bekerja termasuk kakanya sendiri ,
Lena. Ia malah mengira Nana sedang belajar di sebuah SMA favorit di Banyumas. Pantas saja ia
tak mengetahui keberadaan adiknya , karena Nana sendiri memang menetap sendirian di
kontrakan dan ia pun jarang sekali berkomunikasi dengan kakanya itu.
Matahari mulai meninggi pembeli kue - kue Nana pun berdatangan . Ia melayaninya dengan
lesung pipit menghiasi wajahnya . Namun tak ada yang tahu dengan ekor matanya , ia sedang
mengawasi seseorang didepannya. Dialah Arman , seorang pedagang sendal jepit yang
sebenarnya bos besar gembong narkoba . Ia sudah melakukan pekerjaan ini selama dua minggu
berturu t- turut.

Tiba - tiba teleponnya berdering. Layar hpnya menunjukan nama ka Hana . Ka Hana sendiri
adalah mentornya di MATA , sebuah lembaga intelijen di Indonesia. Namun itu bukanlah sebuah
panggilan hanya pesan singkat yang berisi kue telah di beli. Keringat dingin mulai mengucur
deras di pelipisnya . Akhirnya saat yang ditunggu - tunggu pun tiba. Didepannya Arman mulai
tersenyum sambil lekas menutup dagangannya. Dengan tetap tersenyum Arman tetap melangkah
keluar dari keramaian pasar . Tanpa disadari dia telah diikuti oleh Nana.

Nana sendiri pun telah mengubah penampilannya menjadi seorang gadis remaja yang modis.
Hanya saja Arman tak sebodoh itu , dengan mudahnya ia mengenali wajah Nana meski hanya
sekilas saja melihatnya. Walau begitu ia tetap tenang sambil terus berjalan menuju gang sepi.
Disanalah kliennya telah menunggu. Koper berisi jutaan dolar terus terngiang di otaknya.

Nana terus berjalan mengikuti Arman sesekali ia berhenti dan menjaga jarak dari Arman. Di
tempat lain, raut wajah Hana yang tegas dan sikapnya yang tenang tak sesuai dengan hatinya. Ia
sedang menunggu dengan harap - harap cemas , karena banyak muridnya yang tewas dalam
kasus ini.

Nana juga memikirkan kemungkinan kedua , dirinya bisa saja dijebak oleh Arman . Selagi ia
berjalan tiba - tiba ada seseorang yang akan memukul tengkuknya , dengan cepat ia menghindar
ke arah samping , namun tetap saja Nana tidak bisa melakukannya dengan sempurna , sehingga
ia jatuh tersungkur . Pertarungan pun dimulai. Kemampuan bela diri Nana tak bisa dianggap
enteng. Hal ini terbukti dengan Arman yang tidak bisa melumpuhkan Nana dengan cepat.

Nana kembali jatuh tersungkur terkena pukulan Arman , dengan cepat ia berusaha berdiri, tapi
Arman juga tak mau kalah , kini Nana lebih siap , sehingga ia bisa menangkis pukulan Arman .
Namun bukan itu yang menjadi perhatian Nana melainkan tangan kiri Arman yang memegang
jarum suntik , yang ia perkirakan adalah Narkoba jenis baru APTX 4869 yang membuat siapa
saja yang mengkonsumsinya akan berada pada adrenalin tertinggi dan liar.

Nana pun sudah pasrah karena kondisinya sekarang terjepit, akibat berusaha menangkis pukulan
Arman , namun tiba- tiba terlintas kata - kata Hana yang diucapkannya dengan tegas, "apapun
yang terjadi kemablilah dengan selamat , janganlah kamu menjadi korban walau pada akhirnya
" . Dengan cepat ia langsung bersalto menghindari suntikan Arman . Arman yang terkejut
dengan gerakan Nana tak sempat bergerak sehingga meneyebabkan posisi dirinya terjepit. Tak
ada pilihan lain suntikan itu kini berbalik menuju dirinya . Suntikan itu berbaur dengan
kengerian dari raut wajah Arman. Akhirnya tugas Nana selesai dan ia mampu mempertahankan
janjinya kepada Hana.

Anda mungkin juga menyukai