Anda di halaman 1dari 8

Bacalah kedua teks cerita sejarah di atas dengan seksama, kemudian kerjakan tugas-tugas

berikut !

Tabel Analisis Unsur Kebahasaan dalam Novel Sejarah

“ Raden Dewi Sartika, Pendidik Bangsa dari Pasundan “

No Kaidah Kebahasaan Kutipan Teks


1. Bahkan jauh sebelum sekarang, ketika usianya
belum sepuluh tahun, di Cicalengka, bukankah ia
sudah mulai mengajar teman-teman bermainnya?
1 Kalimat bermakna lampau 2. Selang beberapa hari kemudian, tepatnya pada 16
Januari 1904 Raden Ayu Rajapermas menjadi
saksi bagaimana sekolah untuk anak-anak
perempuan itu secara resmi dibuka.
2 Penggunaan konjungsi yang 1. Setelah benar-benar tidak ada yang perlu
menyatakan urutan waktu dikhawatirkan lagi. Uwi boleh mendirikan
sekolah dimana saja,“ Jelas Raden Dewi.
2. Untuk menjaga ada yang tersinggung atau merasa
dilangkahi, untuk sementara sekolah itu di
pendopo saja dulu. Kalau kemudian ternyata tidak
membahayakan, terserah mau pindah ke mana
pun.
3. Sehingga pada saat-saat terpuruk karena gagal
meyakinkan Kanjeng Dalem bahwa mendirikan
sekolah perempuan itu langkah cerdas, Raden
Ayu Rajapermas kemudian tampil sebagai
seorang ibu yang menguatkan langkah putrinya
itu.
4. Ia kemudian tampil bukan sebagai seorang ibu
tetapi merangkap ayah, yang akan memberi
jaminan keselamatan dari ancaman.
5. “Kanjeng Dalem merestui …” ujar Raden Dewi.
Bergetar ia bicara sehingga hampir
menenggelamkan suaranya.”
6. Ia kemudian mempererat pelukannya seraya
bertubi-tubi mencium jidat putrinya.
7. Tetapi sejurus kemudian ia termenung.
1. Raden Dewi tidak bisa menahan air mata. Ia
menunduk makin dalam dan membiarkan air
matanya jatuh ke pangkuannya. Seolah ingin
menjadi saksi di hadapan Kanjeng Dalem,
bagaimana bahagianya saat mendengar beliau
merestui untuk mendirikan sekolah perempuan
bagi anak-anak bumi putera. Terngiang kembali
kata-kata Kanjeng Dalem tadi.”
2. Kanjeng Dalam ini merupakan keberhasilan
ibunya, keberhasilan kedua saudara misannya
yang membantu mengajar, keberhasilan Gan Eni
Penggunaan kata kerja
3 dan Raden Ayu yang selalu mendorong untuk
material
terus belajar dan mengajar.
3. Mendengar Kanjeng memberi restu, Raden Ayu
Rajapermas tak kuasa menahan bahagia. Ia
kemudian mempererat pelukannya seraya bertubi-
tubi mencium jidat putrinya. Di antara
kegembiraan itu sesekali Raden Ayu Rajapermas
mengulang pertanyaan, khawatir ia salah dengar.
Tetapi ketika untuk kedua kalinya Raden Dewi
mengangguk, barulah Raden Ayu Rajapermas
merasa lega.

1. Ungkapan Kanjeng Dalam itu bagi Raden Dewi


Penggunaan kalimat tidak
4 merupakan hadiah terindah dari setiap gerak
langsung
langkah memperjuangkan cita-citanya itu.
1. Ya, kalau Uwi yakin dengan rencana itu, semoga
saja Gusti Allah mengabulkan. Kita coba
membuat sekolah seperti yang Uwi inginkan.
Untuk menjaga ada yang tersinggung atau merasa
dilangkahi, untuk sementara sekolah itu di
pendopo saja dulu.
2. Sambil memeluk menenangkan, Raden Ayu
Penggunaan kata kerja
5 Rajapermas bertubi-tubi bertanya khawatir putri
mental
satu-satunya itu mengalami ancaman yang
membahayakannya.
3. Sungguh kejadian yang membanggakan
sekaligusmengharukan. Berkali-kali Raden Ayu
Rajapermas mengucap syukur, sebab
kekhawatiran yang sebelumnya mengganggu
pikirannya itu tidak terbukti.
6 Penggunaan dialog 1. “Ya, kalau Uwi yakin dengan rencana itu,
semogasaja Gusti Allah mengabulkan. Kita coba
membuat sekolah seperti yang Uwi inginkan.
Untuk menjaga ada yang tersinggung atau merasa
dilangkahi, untuk sementara sekolah itu di
pendopo saja dulu. Kalau kemudian ternyata tidak
membahayakan, terserah mau pindah ke mana
pun.”
2. “Kanjeng Dalem merestui …” ujar Raden Dewi
3. “Dimana sekolah itu akan dibangun ?”
4. “Kanjeng Dalem meminta untuk sementara di
pendopo khawatir terjadi apa-apa. Pendopo
berada dalam pengawasan dan kekuasaan
Kanjeng Dalem, sehingga kalau ada apa-apa akan
cepat di atasi. Setelah benar- benar tidak ada yang
perlu dikhawatirkan lagi. Uwi boleh mendirikan
sekolah dimana saja.” jelas Raden Dewi.
5. “Kenapa mamih melamun ?” Raden Dewi
mengagetkan Raden Ayu Rajapermas.
6. “Tidak, Uwi. Mamih tidak melamun. Mamih
sedang membayangkan bagaimana kamu berdiri
di depan kelas, mengajar. Dan sekarang mengajar
di tempat yang direstui Kanjeng Dalem,“ jelas
Raden Ayu Rajapermas
7. “Kamu jangan lupa bersyukur atas anugrah dan
kepercayaan besar ini, Uwi ,” ujar Raden Ayu
Rajapermas, sore setelah putrinya selesai
mengajar.
8. “Tentu saja, Mamih. Bukankah Mamih yang
selalu mengingatkan, saat berjalan di jalandatar
jangan pernah kita terlena, sebab siapa tahu di
depan akan menghadapi jalanan menanjak
demikian pula saat berjalan naik, jangan pernah
putus asa sebab pasti akan bertemu
jalananmenurun atau datar,“ jawab Raden Dewi
dengan mata berbinar. Semangatnya untuk
mengajarsemakin menggebu-gebu.
7 Penggunaan kata sifat 1. Sambil menyeka air mata ketika keluar dari
Ruang Kerja Kanjeng Dalem, yang terus
terbayang adalah wajah ibunya , Raden Ayu
Rajapermas. Perempuan kuat itu pernah
menyangsikan langkahnya. Tetapi Raden Dewi
berhasil menunjukkan keberanian, keteguhan hati
dan keikhlasannya untuk mengangkat derajat
anak-anak gadis agar kelak tidak hanya
menggantungkan diri kepada seorang laki-laki
yang jadi suaminya. Raden Dewi telah berhasil
meyakinkan ibundanya bahwa keberaniannya itu
bukan untuk disombongkan, keteguhan hati bukan
untuk menjadikannya takabur tetapi keikhlasan
semata untuk menolong.
2. Sekolah itu diberi nama Sakola Istri atau Sekolah
Perempuan. Bertempat di salah satu ruangan di
Paseban Wetan Pendopo Dalem Kabupaten
Bandung, Sakola Istri secara resmi dibuka. Di luar
dugaan begitu sekolah tersebut dibuka secara
resmi, anak-anak perempuan yang didaftarkan
berjumlah 60 orang atau 6 kali lipat dari jumlah
murid yang sebelumnya belajar di halaman
belakang kediaman Raden Ayu Rajapermas di
Simpangsteg.

Tabel Analisis Unsur Kebahasaan dalam Novel Sejarah


Tjoet Nyak Dhien ‘The Queen of Aceh Battle’

No Kaidah Kebahasaan Kutipan Teks


1. Alkisah, pada 11 Desember 1906, Bupati
Sumedang, Pangeran Aria Suriaatmaja
kedatangan tiga orang tamu.
2. Keberadaan Aceh dewasa ini, tidak luput dari
peran besar pada syuhada yang telah berjuang
tempo dulu.
3. Sewaktu Tjoet Nyak Dhien di belantara hutan
Aceh sebelum dibuang ke Sumedang, dia sering
membakar semangat bangsanya untuk terus
melawan penjajah, mempertahankan negeri Aceh
tercintanya,
4. Dua tahun kemudian, Tjoet Nyak Dhien
1 Kalimat bermakna lampau
menerima pinangan Teuku Umar sebagai isteri
ketiga sebagai bagian dari strategi perang. Teuku
Umarpun gugur dalam serbuan mendadak yang
dilakukan Belanda di Meulaboh, 11 Februari
1899.
5. Bertahun-tahun kemudian, segala energi dan
pemikiran Tjoet Nyak Dhien dicurahkan kepada
perang mengusir penjajah.
6. Untuk mengenang jasa Tjoet Njak Dhien,
pemerintah telah menerbitkan Keppres No.106
Tahun 1964 tanggal 2 Mei 1964 dan menetapkan
Tjoet Njak Dhien sebagai Pahlawan Nasional.
2 Penggunaan konjungsi yang 1. Seorang perempuan tua renta dengan indera
menyatakan urutan waktu penglihatan yang telah rabun serta menderita sakit
tulang, yang belakangan setelah wafatnya baru
diketahui bahwa beliau adalah Tjoet Nyak Dhien.
2. Bahkan hingga Indonesia merdeka baru dikenali
setelah dilakukan penelitian berdasarkan data dari
pemerintah Belanda.
3. Tindakannya itu kembali membuat pihak Kolonial
Hindia Belanda berang sehingga beliau akhirnya
dibuang ke Sumedang, Jawa Barat, pada 11
Desember 1906.
1. Bupati Sumedang tidak menempatkan mereka di
penjara, melainkan dititipkan pada satu rumah
tokoh agama setempat H. Ilyas.
2. Selama hidup dalam pengasingan di Sumedang
Penggunaan kata kerja itu, Tjoet Nyak Dhien tidak pernah keluar rumah,
3
material kegiatannya hanya berzikir atau mengajar mengaji
ibu-ibu dan anak-anak setempat.
3. Bersama ayah dan suaminya, setiap hari, setiap
waktu dihabiskan untuk berperang dan berperang
melawan kaphe-kaphe
1. Zentgraaff mengatakan, para wanitalah yang
merupakan de leidster van het verzet (pemimpin
perlawanan) terhadap Kolonial Hindia Belanda
Penggunaan kalimat tidak dalam perang besar itu. Pengakuan Zentgraaff
4
langsung berlandaskan penelitian, karena memang Tjoet
Nyak Dhien memiliki peran besar dalam dinamika
perang Aceh-Kolonial Hindia Belanda ketika itu.
2. Perlawanan mengatakan yang benar harus dibela.
5 Penggunaan kata kerja 1. Pemerintah Kolonial Hindia Belanda tidak
mental mengungkap siapa perempuan tua ini, sampai ia
wafat pada 6 November 1908.
2. beliau mengungkapkan : “Rakyatku, sekalian
mukmin orang-orang Aceh. Lihatlah, saksikan
dengan matamu masjid kita dibakar. Tempat
ibadah kita dibinasakan. Mereka menentang
Allah. Camkanlah itu, jangan pernah lupakan dan
jangan pernah memaafkan para kaphe (kafir)
pemerintah colonial Hindia Belanda!” (Szekely
Lulofs, 1951:59).
3. Perjuangan Tjoet Njak Dhien menimbulkan rasa
takjub para pakar sejarah asing hingga banyak
buku yang melukiskan kehebatan pejuang wanita
ini. Zentgraaff mengatakan, para wanitalah yang
merupakan de leidster van het verzet (pemimpin
perlawanan) terhadap Kolonial Hindia Belanda
dalam perang besar itu. Pengakuan Zentgraaff
berlandaskan penelitian, karena memang Tjoet
Nyak Dhien memiliki peran besar dalam dinamika
perang Aceh-Kolonial Hindia Belanda ketika itu.
4. Belakangan, beberapa universitas di dunia telah
mempelajari teori-teori perlawanan. Kita
berharap, mereka tidak melupakan Tjoet Nyak
Dhien.
6 Penggunaan dialog
7 Penggunaan kata sifat

Anda mungkin juga menyukai