Anda di halaman 1dari 4

Batu Menangis

Pada zaman dahulu di sebuah desa terpencil yang terletak di Kalimantan Barat,hiduplah
sepasang suami-istri. Sang suami bernama Awang dan sang istri bernama Sari. Setelah beberapa
lama menikah, akhirnya Sari mengandung. Kemudian, saat yang ditunggu pun tiba. Sari
melahirkan buah hati mereka. Namun, hal aneh terjadi. Ketika bayi yang dinamai Putri ini lahir,
angina bertiup kencang dan langit menjadi gelap. Proses kelahiran inilah yang kelak
mempengaruhi sifat Putri.

Setelah tumbuh menjadi seorang gadis yang berparas cantik, lambat laun Putri menjadi gadis
yang manja dan pemalas. Kerjanya setiap hari hanya bersolek. Ia tak pernah membantu Ibunya
mengurus pekerjaan rumah. Setiap permintaannya harus dituruti, tanpa peduli dengan keadaan
orangtuanya.

Suatu ketika, Putri diajak Ibunya pergi ke pasar untuk membeli beberapa keperluan. Jaraknya
cukup jauh sehingga untuk mencapainya harus berjalan melalui beberapa desa. Sepanjang
perjalanan, Putri bersolek sambil berjalan melenggak-lenggok bak bidadari, membiarkan Ibunya
kerepotan membawa keranjang sendirian. Di tengah perjalanan, banyak pemuda
memperhatikannya. Mereka mengagumi kecantikan Putri. Seorang pemuda menghampirinya lalu
bertanya kepadanya,

“Hai gadis cantik. Boleh aku berkenalan denganmu?” kata pemuda itu dengan ramah.

“Tentu saja,” Sahut Putri.

“Namaku Jafar,” ucap pemuda itu memperkenalkan diri.

“Kemanakah engkau akan pergi?”

“Aku hanya berjalan-jalan saja melihat pemandangan desa.”

“Oh ya? Berjalan seorang diri atau bersama Ibu itu? Siapakah dia?”

“Oh, dia bukan siapa-siapa. Ia cuma pembantuku.” Sahut Putri.

Putri terus mengulangi perkataannya itu setiap kali ada pemuda yang menanyakan tentang siapa
perempuan yang bersama dia.

Jawaban yang dilontarkan Putri membuat hati Ibunya sangat sedih. Tapi, sang Ibu masih kuat
menahan rasa sedihnya. Begitulah yang terjadi terus-menerus selama dalam perjalanan menuju
ke pasar. Akhirnya, sang Ibu berhenti, lalu duduk di pinggir jalan. Ia mengeluh,
“Ya Tuhan, betapa teganya anakku berkata seperti itu kepada orang-orang. Apa ia tak
memikirkan perasaanku bahwa aku adalah Ibu kandungnya. Sakit, Tuhan, sakit sekali hatiku.
Aku tak tahan lagi. Berilah pelajaran yang setimpal kepadanya..”

Beberapa saat kemudian, tiba-tiba langit menjadi mendung. Petir menyambar-nyambar dan suara
guntur bergemuruh memekakkan telinga. Hujan deras pun turun. Pelan-pelan, Putri berubah
menjadi batu. Putri pun mulai panik.

“Ibu...! Ibu...! apa yang terjadi dengan kakiku, Bu” Tanya Putri sambil berteriak.

“Ibu, tolong aku. Apa yang terjadi dengan kakiku? Ibu maafkan aku. Aku janji akan menjadi
anak yang baik, Bu.” teriak Putri ketakutan.

Gadis itu terus menangis dan menangis. Namun, apa boleh buat. Nasi sudah menjadi bubur.
Hukuman itu tidak dapat lagi dihindari. Perlahan-lahan, seluruh tubuh Putri berubah menjadi
batu. Walaupun begitu, orang masih bisa melihatnya menitikkan air mata. Karenanya batu itu
diberi nama “Batu Menangis”.
Tema : Ketaatan

Nilai- nilai yang terdapat dalam cerita rakyat Batu Menangis :

1. Nilai Moral

 “... ia tak pernah membantu Ibunya mengurus pekerjaan rumah.” (Halaman 4)


 “Setiap permintaannya harus dituruti, tanpa peduli dengan keadaan orang tuanya.”
(Halaman 4)
 “Putri membiarkan Ibunya kerepotan membawa belanjaan sendirian.”
(Halaman 8)

2. Nilai Religius

 “Ya Tuhan, betapa teganya anakku berkata seperti itu. Aku tak tahan lagi. Berilah
pelajaran kepadanya.” (Halaman 19)
 “Ibunya tidak menduga bahwa keluhannya didengar oleh Tuhan.” (Halaman 21)

3. Nilai Sosial

 “Oh dia bukan siapa-siapa. Perempuan itu cuma pembantuku.” (Halaman 15)
UJIAN PRAKTIK BAHASA INDONESIA

RINGKASAN CERITA RAKYAT DAN NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG

DALAM CERITA RAKYAT

Nama : Salsa Anggun R

Kelas : XII MIPA 1

SMA NEGERI 113 JAKARTA

2017/2018

Anda mungkin juga menyukai