Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH FIELD STUDY

CANDI JEDONG

Disusun oleh :

1. Muhammad Daffa Aqila (22013010271)


2. I Made Pratama S.P (22012010373)
3. Shefina Auliya P (22013010356)
4. Lofani Filaruddin (22013010355)
5. Dwi Septiajayanti (22082010042)

Mata Kuliah Umum :


PANCASILA G821

UPN “Veteran” Jawa Timur


Jln, Raya Rungkut Madya, Gunung Anyar. 60294
Surabaya – Jawa Timur
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadiran Tuhan yang Maha Esa telah
memberikan rahmat dan karunianya, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas untuk Mata Kuliah Umum Pancasila G821 dengan judul Study
Field Candi Jedong. Kami menyampaikan ucapan terimakasih terhadap pihak yang
telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Hal tersebut
dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan kami. Sehingga kami
mengharapkan segala bentuk saran dan masukan kritik dari berbagai pihak. Serta kami
berharap dengan dibuatnya makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan
dunia Pendidikan.

Sabtu. 03 Desember 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................................1

C. Tujuan............................................................................................................................1

D. Manfaat..........................................................................................................................1

BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
A. Sejarah singkat Kerajaan Majapahit......................................................................3

B. Candi Jedong................................................................................................................5

BAB III...........................................................................................................................10
PENUTUP......................................................................................................................10
A. Kesimpulan.................................................................................................................10

B. Saran............................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Candi adalah sebuah bangunan budaya. Semua elemen yang terdapat
dalam sebuah candi, mulai dari ornamen, relief, tokoh-tokoh, hingga arca
memiliki maksud, tujuan dan simbol-simbol tertentu. Candi merupakan sebuah
bangunan suci serta peninggalan budaya dari masa Hindu dan Budha yang
menggambarkan konsep kosmologi (ilmu tentang struktur dan sejarah alam
semesta) dan replika dari Gunung Mahameru tempat pada dewa (Sri, 2010).
Di Indonesia banyak ditemykan situs situs peninggalan sejarah. Salah
satu peninggalan sejarah dari masa Hidu dan Budha yaitu Candi jedong. Candi
Jedong merupakan peninggalan dari Kerajaan Mataram Kuno – Majapahit.
Peradapan Majapahit bukanlah sebuah legenda, keberadaanya nyata disertai
bukti-bukti otentik Arkeologis yang tertinggal dari zamannya. Setiap
peninggalan kebesaran Majapahit mengandung nilai historis dan ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu dengan berbagai peninggalannya perlu dilestarikan
agar pesan yang termuat dapat diteruskan penerus bangsa. Bangsa yang besar
adalah Bangsa yang menghargai dan melindungi budaya sendiri. Tidak ada yang
mampu menyelamatkan selain dari kita sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Candi jedong ?
2. Dimana lokasi Candi jedong ?
3. Bagaimana sejarah tentang Candi jedong ?

C. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Umum Pancasila G821
2. Untuk mengetahui keberadaan lokasi Candi Jedong
3. Untuk mengetahui sejarah Candi jedong

D. Manfaat
Penulisan makalah ini di harapkan bisa memberikan manfaat bagi :
1. Penulis :

1
 Memenuhi tugas Mata Kuliah Umum Pancasila G821
 Menambah wawasan Mahasiswa
 Serta menumbuhkan rasa kepedulian terhadap budaya Indonesia
2. Pembaca :
 Melalui makalah ini di harapakan bisa menambah wawasan
masyarakat mengenai sejarah peninggalan dari Kerajaan Majapahit
yaitu Candi Jedong.
 Menumbuhkan rasa kebanggaan dan kepedulian tentang peninggalan
sejarah di Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah singkat Kerajaan Majapahit


Sejarah Kerajaan masa Hindu-Budha di daerah Jawa Timur dapat dibagi
menjadi 3 periode. Periode pertama adalah raja-raja dari kerajaan Kediri yang
memerintah sejak abad ke 10 M hingga tahun 1222 M. Periode kedua
dilanjutkan oleh pemerintahan raja-raja dari masa Singosari yang memerintah
dari tahun 1222 M hingga tahun 1293 M. Periode ketiga adalah masa
pemerintahan raja-raja Majapahit yang berlangsung dari tahun 1293 M hingga
awal abad ke 6 M.
Pendiri kerajaan Majapahit adalah Raden Wijaya. Ia merupakan raja
pertama Majapahit dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana. Pada awalnya, pusat
pemerintahan kerajaan Majapahit berada di daerah Tarik. Karena di wilayah
tersebut banyak ditemui pohon maja yang buahnya terasa pahit, maka kerajaan
Raden Wijaya kemudian dinamakan Majapahit. Raden Wijaya memerintah dari
tahun 1293 M hingga 1309 M.
Tampuk pemerintahan kemudian digantikan oleh Kaligemet yang
merupakan putra Raden Wijaya dengan Parameswari. Pada saat itu, usia
Kaligemet masih relatif muda. la kemudian bergelar Jayanegara. Pada masa
pemerintahannya, banyak terjadi pemberontakan. Pada akhirnya, pada tahun
1328 M Jayanegara terbunuh oleh tabib pribadinya yang bernama Tanca. Roda
kekuasaan kemudian diambil alih oleh Raja Patni, yaitu istri Raden Wijaya yang
merupakan salah satu putri Raja Kertanegara dari Singosari. Bersama patihnya
yang bernama Gajah Mada, ia berhasil menegakkan kembali wibawa Majapahit
dengan menumpas pemberontakan yang banyak terjadi. Raja Patni kemudian
mengundurkan diri sebagai raja dan menjadi pendeta Budha. Tampuk
pemerintahan kemudian diserahkan kepada anaknya yang bernama Tribhuana
Wijaya Tunggadewi. Dalam menjalankan pemerintahannya, ia dibantu oleh
patih Gajah Mada Majapahit kemudian tumbuh menjadi negara yang besar dan
termashur, baik di kepulauan nusantara maupun luar negeri.
Pada tahun 1350 M. Tribhuana Tunggadewi kemudian mengundurkan
diri. Kekuasaan Tampuk kemudian dilanjutkan oleh anaknya yang bernama

3
Hayam Wuruk. Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, Majapahit mencapai
masa keemasan hingga patih Gajah Mada meninggal pada tahun 1365 M.
Terlebih ketika Hayam Wuruk meninggal pada tahun 1389 M, negara Majapahit
mengalami kegoncangan akibat konflik saudara yang saling berebut kekuasaan.
Pengganti Hayam Wuruk adalah putrinya yang bernama
Kusumawardhani yang menikah dengan Wikramawardhana. Sementara itu.
Wirabhumi, yaitu putra Hayam Wuruk dari selir menuntut juga tahta kerajaan
Untuk mengatasi konflik tersebut. Majapahit kemudian dibagi menjadi dua
bagian, yaitu: wilayah timur dikuasai oleh Wirabbumi dan wilayah barat
diperintah oleh Wikramawardhana bersama Kusumawardhani. Namun
ketegangan di antara keduanya masih berlanjut hingga kemudian terjadi perang
saudara yang disebut dengan "Paragreg" yang berlangsung dari tahun 1403 M
hingga 1406 M. Perang tersebut dimenangkan oleh Wikramawardhana yang
kemudian menyatukan kembali wilayah Majapahit. la kemudian memerintah
hingga tahun 1429 M
Wikramawardhana kemudian digantikan oleh putrinya yang bernama
Suhita yang memerintah dari tahun 1429 M hingga 1447 M. Suhita adalah anak
kedua. Waramawardhana dari selir. Selir tersebut merupakan putri Wirabhumi
Diharapkan dengan diangkatnya Suhita menjadi raja akan meredakan
persengketaan. Ketika Suhita wafat, tampak kekuasaan kemudian digantikan
alek Kertawijaya yang merupakan putra Wikramawardhana Pemerintahannya
berlangsung singkat hingga tahun 1451 M Sepeninggalnya Kertawijaya. Bes
Pamotan kemudian menjadi raja dengan gelar Sri Raja Sawardhana dan
berkedudukan di Kahuripan Masa pemerintahannya sangat singkat hingga tahun
1453 M Kemudian selama tiga tahun Majapahit mengalami "Interregnum" yang
mengakibatkan lemahnya pemerintahan baik di pusat maupun di daerah. Pada
tahun 1456 M., Bhre Wengker kemudian tampil memegang pemerintahan. la
adalah putra Raja Kertawijaya. Pada tahun 1466 M, ia meninggal dan kemudian
digantikan oleh Bhre Pandan Salas yang bergelar Singhawikramawardhana.
Namun pada tahun 1468 M. Kertabumi menyatakan dirinya sebagai penguasa
Majapahit yang memerintah di Tumapel, sedangkan Singhawikramawardhana
kemudian menyingkir ke Daha. Pemerintahan Singhawikramawardhana

4
digantikan oleh putranya yang bernama Rana Wijaya yang memerintah dari
tahun 1447 M hingga 1519 M. Pada tahun 1478 M. ia mengadakan serangan
terhadap Kertabumi dan berhasil mempersatukan kembali kerajaan Majapahit
yang terpecah-pecah karena perang saudara. Rana Wijaya bergelar
Grindrawardhana.
Kondisi kerajaan Majapahit yang telah rapuh dari dalam dan disertai
munculnya perkembangan baru pengaruh Islam di daerah pesisir utara Jawa,
pada akhirnya menyebabkan kekuasaan Majapahit tidak dapat dipertahankan
lagi.

B. Candi Jedong
Candi Jedong terletak di Desa Watonmas Jedong, Kecamatan Ngoro,
Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur atau berjarak 30 km ke arah timur Kota
Mojokerto . menurut informasi Candi jedong dari abad ke-14 dan lokasinya
tepat di lereng utara Gunung Penanggungann serta sekitar 2 km sebelah selatan
dari Kawasan Industri Ngoro.
Candi Jedong berada di sebelah barat jalan. Area candi berupa taman
yang terbentang luas di setiap sisi-sisinya yang dibatasi pagar besi. Tidak ada
tempat khusus untuk parkir di dalamnya meski hanya motor atau sepeda ontel.
Pengunjung bisa memarkir kendaraan di sepanjang area jalan yang tidak begitu
lebar yang pasti bergelombang. Halaman rumah penduduk bahkan sering
dimanfaatkan sebagai tempat parkir walau hanya beberapa rumah saja yang
masih memiliki halaman depan rumahnya.

5
gambar 1.area luar candi
Sampai saat ini masih jarang wisatawan ataupun penikmat wisata sejarah
yang berkunjung ke tempat ini. Padahal usianya bisa dibilang lebih tua dari
candi-candi yang ada di daerah Trowulan. Sehingga tempat ini masih terkesan
tenang dan sejuk.

gambar 2. Pintu masuk Candi Jedong


Gerbang Pintu Masuk langsung berada di tepi jalan. Jalan desa lebih
tinggi dari area Candi. Sehingga kita harus menuruni tangga dari pintu gerbang
menuju lokasi. Setiap pengunjung yang memasuki area Candi Jedong tidak
bertiket alias free, gratis. Meski demikian setiap pengunjung harus lapor dan
mengisi buku tamu yang disediakan di kantor pusat informaasi.

6
gambar 3. Gapura Candi Jedong I daria arah selatan

gambar 4. papan informasi


Dari pintu masuk, disebelah kanan terlihat Candi Jedong I yang
posisinya berada di bawah pagar. Di bawahnya terhampar luas halaman Candi
Jedong I dan II. Di sebelah kiri jalan masuk (tengah) menuju ruang Administrasi
tampak papan informasi yang memberikan gambaran sekilas tentang Wotanmas
Jedong. Tidak jauh dari papan itu terdapat kantor pusat informasi dan lapor bagi
para pengunjung. Pemandangan lurus dari pintu masuk menuju ruang
Administrasi. Setiap wisatawan atau pengunjung harus lapor dan mengisi buku
tamu di Kantor pusat informasi ini.

7
gambar 5. kantor informasi
Dari Kantor informasi kita bisa melihat pemandangan Gapura Candi
Jedong tepat di utara sebelah timur. Untuk mencapai kesana kita harus menuruni
tangga lagi. Dari kantor pusat informasi berjalan lurus ke arah utara melalui
tangga turun menuju Gapura Candi Jedong.

gambar 6. Gapura Candi jedong I


Candi ini merupakan simbul kejayaan kerajaan Majapahit. Daya tarik
Desa Wotanmas Jedong adalah dua bangunan tua yang berbentuk Gapuro

8
Paduraksa. Kedua bangunan inilah yang biasanya di sebut dengan candi Jedong,
yang dulunya ada tiga. Candi Gapuro Jedong I ini masyarakat juga menyebutnya
Candi Lanang (laki). Gapura ini merupakan pintu masuk dan keluar dari
Kerajaan Majapahit. Daerah ini menjadi tempat peristirahatan para raja
Majapahit dan Singosari bersama permaisurinya. Candi Jedong (prasasti
Tulangan) atau Gapura 1 berbentuk paduraksa yaitu gapura yang bagian atapnya
menjadi satu, ukuran panjang 12,51 meter, lebar 5,19 meter dan tinggi 9,75,
bahan dari batu andesit. Gapura ini terdiri dari 3 baglan yaitu kaki, tubuh dan
atap, pintu keluar menghadap arah barat -timur. Terdapat dinding tembok yang
tersusun dari bata tersisa sedikit menempel di sisi kanan dan kiri Gapura. Pada
bagian kakinya polos tanpa hiasan tetapi terdapat tangga masuk pintu. Pada
bagian tubuhnya candi juga polos. Sedangkan atapnya di hiasi dengan Kala yang
menempel pada masing-masing sisinya dan Gapura kecil yang menempel
berderet pada tingkatan atas. Sedangkan pada tiap-tiap sudutnya di hiasi motif
gunung (antefix). Pada bagian pintu, ambang pintu gapura 1, terdapat angka
tahun dalam bentuk Candra Sangkala yang berbunyi Brahmana Nora Kaya-
bhumi. Yang berarti angka tahun 1307 Saka atau 1385 M. Ambang pintu gapura
ini berfungsi sebagai pintu masuk ke Desa Perdikan.

gambar 7. Gapura Candi Jedong II


Dari Gapura I menuju ke arah utara kita akan temukan Gapura Candi Jedong II.
Gapura ini posisinya berada di sebelah utara tepatnya di bawah dari Gapuro
Candi Jedong I. Candi Jedong II (Prasasti Kambang Sri) atau Gapura II dengan
aksara dan bahasa Jawa Kuno. Isinya memuat Raja Rakai Layang Dyah

9
Tulodong, yang memerintah Mataram Kuno. Prasasti ini memberi petunjuk,
bahwa Jedong pada masa ini, bernama Kambang Sri. Candi ini lebih kecil dari
Candi Jedong I. Hiasan kala pada Candi Jedong II hanya terdapat di atas pintu
timur dan barat, sedang sisi utara dan selatan polos. Pada candi ini tidak di
temukan adanya angka tahun pada ambang pintu. Tetapi di temukan batu bekas
bagunan dengan angka tahun 1378 Saka atau 1456 M. Ukuran panjang 6,86 m,
lebar 3,40 m, tinggi 7,19 m. Bahan batu Andesit dan Bata. Keadaan pada
bagunan Gapura II juga masih baik, hanya bagian atapnya saja sudah banyak
yang hilang walaupun keadaannya masih lebih baru dari pada atap Gapura 1.
Candi Gapuro Jedong II ini masyarakat juga menyebutnya Candi Wadon (bini).
Tempat ini juga biasanya digunakan untuk acara-acara tertentu. Ruwat
Desa merupakan salah satu aktifitas rutin yang dilakukan warga desa setiap
Ruwah menjelang puasa Ramadhan

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Candi adalah sebuah bangunan budaya. Semua elemen yang terdapat
dalam sebuah candi, mulai dari ornamen, relief, tokoh-tokoh, hingga arca
memiliki maksud, tujuan dan simbol-simbol tertentu. Salah satu peninggalan
sejarah dari masa Hidu dan Budha yaitu Candi jedong. Candi Jedong
merupakan peninggalan dari Kerajaan Mataram Kuno – Majapahit. Candi
Jedong terletak di Desa Watonmas Jedong, Kecamatan Ngoro, Kabupaten
Mojokerto, Jawa Timur atau berjarak 30 km ke arah timur Kota Mojokerto .
menurut informasi Candi jedong dari abad ke-14 dan lokasinya tepat di lereng
utara Gunung Penanggungann serta sekitar 2 km sebelah selatan dari Kawasan
Industri Ngoro.
Melalui kunjungan ke Candi Jedong kami mendapatkan banyak wawasan
pengetahuan dari mulai sejarah Kerajaan Majapahit hingga sejarah Candi
jedong. Dengan adanya kunjungan ini di harapkan baik kita dan masyarakat
dapat menumbuhkan rasa kepedulian terhadap budaya-budaya di Indonesia, agar

10
tetap terjaga maka harus dilestarikan supaya pesan yang termuat dapat
diteruskan penerus bangsa.

B. Saran
Seharusnya kegiatan kunjungan ini lebih baik diberi pengarahan dan
bimbingan baik pada saat kegiatan kunjungan maupun dalam punyusunan
laporan. Serta sebaiknya dalam pembuatan buku panduan wisata, dalam isinya
disertakan gambaran atau cerita singkat tentang tempat-tempat wisata yamg
akan dikunjungi. 

11
DAFTAR PUSTAKA

Utami, Sri Wahyuni. (2017). Wisata Sejarah Mojokerto, Surabaya: CV.Cipta Media
Edukasi.

Nugroho, Wicaksono Dwi. (2016). Mengenal Kepurbakalaan Majapahit Di Daerah


Trowulan, Jakarta: Balai Pustaka

https://idsejarah.net/2017/05/candi-jedong.html

12

Anda mungkin juga menyukai