Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KERAJAAN MAJAPAHIT
GURU PEMBIMBING :
Ara Muswara, S.Pd

Disusun oleh :
1. Amelia Damayanti 7. Liona Oxa
2. Imelda Sri Astuti 8. Selvi Nur Agustin
3. Windi S 9. Via Aulia
4. Fazri Nurpadilah 10. Sentya
5. Febria Malika 11 Siti Salwa
6. Sindy Nurwahidah

SMK KESEHATAN
BHAKTI KENCANA SUKARAJA
2022
JL RAYA KARANGNUNGGAL
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan Makalah ini.
Dalam pembuatan tugas ini, banyak kesulitan yang kami alami terutama
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan sumber-sumber info yang masih terbilang
terbatas. Namun berkat bimbingan dan bantuan dari semua pihak akhirnya tugas ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini, khususnya para
rekan-rekan.Terimakasih juga tak lupa saya haturkan kepada Guru Mata Pelajaran yang
telah memberikan saya tugas ini. Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Tak ada gading yang tak retak. Begitu pula dengan tugas yang kami buat ini yang
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami memohon maaf apabila ada
kekurangan ataupun kesalahan. Kritik dan saran sangat diharapkan agar tugas ini menjadi
lebih baik serta berdaya guna dimasa yang akan datang.

Tasikmalaya, 18 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Tujuan............................................................................................ 1
C. Manfaat ......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 2
A. Kerajaan Majapahit........................................................................ 2
B. Masa Kejayaan Kerajaan Majapahit.............................................. 3
C. Kebudayaan Kerajaan Majapahit................................................... 4
D. Kehidupan Ekonomi Kerajaan Majapahit .................................... 6
E. Sistem Pemerintahan Kerajaan Majapahit................................... 7
F. Raja-raja yang pernah memimpin Kerajaan Majapahit................ 9
G. Jatuhnya Kerajaan Majapahit......................................................... 9
H. Peninggalan Kerjaan Singasari...................................................... 11
I. Silsilah Kerajaan Majapahit........................................................... 15
BAB III PENUTUP............................................................................................ 16
A. Kesimpulan.................................................................................... 16
B. Saran ............................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Majapahit adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur, Indonesia yang
pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga1550 M. Kerajaan ini mencapai puncak
kejayaannya menjadi kemaharajaan raya yang menguasai wilayah yang luas di Nusantara
pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350  hingga1389.
Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara
dan dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Menurut
Negarakertagama, kekuasaannya terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung, Malaya,
Kalimantan, hingga Indonesia timur, meskipun wilayah kekuasaannya masih
diperdebatkan.
 Hanya terdapat sedikit bukti fisik dari sisa-sisa Kerajaan Majapahit, dan
sejarahnya tidak jelas.Sumber utama yang digunakan oleh para sejarawan adalah
Pararaton ('Kitab Raja-raja') dalam bahasa Kawai dan Nagarakretagama dalam bahasa
Jawa Kuno. Pararaton terutama menceritakan Ken Arok (pendiri Kerajaan Singhasari)
namun juga memuat beberapa bagian pendek mengenai terbentuknya Majapahit.
Sementara itu, Nagarakertagama merupakan puisi  Jawa Kuno yang ditulis pada masa
keemasan Majapahit di bawah pemerintahan Hayam Wuruk. Setelah masa iCtu, hal yang
terjadi tidaklah jelas. Selain itu, terdapat beberapa prasasti dalam bahasa Jawa Kuno
maupun catatan sejarah dari Tiongkok dan negara-negara lain.

B. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
a) Untuk mengetahui Sejarah Kebudayaan Majapahit
b) Untuk mengetahui Sejarah Berdirinya Kerajaan Majapahit
c) Untuk mengetahui Struktur Pemerintahan Kerajaan Majapahit.
C.  Manfaat
            Manfaat pembuatan makalah ini yaitu untuk menambah pengetahuan kita tentang
sejarah Kebudayaan Majapahit.

1.
BAB II
PEMBAHASAN
A.  Sejarah Berdirinya Majapahit
            Pada saat terjadi serangan Jayakatwang, Raden Wijaya bertugas menghadang
bagian utara, ternyata serangan yang lebih besar justru dilancarkan dari selatan. Maka
ketika Raden Wijaya kembali ke Istana, ia melihat Istana Kerajaan Singasari hampir
habis dilalap api dan mendengar Kertanegara telah terbunuh bersama pembesar-
pembesar lainnya. Akhirnya ia melarikan diri bersama sisa-sisa tentaranya yang masih
setia dan dibantu penduduk desa Kugagu. Setelah merasa aman ia pergi ke Madura
meminta perlindungan dari Aryawiraraja. Berkat bantuannya ia berhasil menduduki
tahta, dengan menghadiahkan daerah tarik kepada Raden Wijaya sebagai daerah
kekuasaannya. Ketika tentara Mongol datang ke Jawa dengan dipimpin Shih-Pi, Ike-
Mise, dan Kau Hsing dengan tujuan menghukum Kertanegara, maka Raden Wijaya
memanfaatkan situasi itu untuk bekerja sama menyerang Jayakatwang. Setelah
Jayakatwang terbunuh, tentara Mongol berpesta pora merayakan kemenanganya.
Kesempatan itu pula dimanfaatkan oleh Raden Wijaya untuk berbalik melawan tentara
Mongol, sehingga tentara Mongol terusir dari Jawa dan pulang ke negrinya. Maka
tahun 1293 Raden Wijaya naik tahta dan bergelar Sri Kertajasa Jayawardhana.
Arca Harihara, dewa gabungan Siwa dan Wisnu sebagai penggambaran
Kertarajasa. Berlokasi semula di Candi Simping, Blitar, kini menjadi koleksi Museum
Nasional Republik Indonesia. Sebelum berdirinya Majapahit, Singhasari telah menjadi
kerajaan paling kuat di Jawa. Hal ini menjadi perhatian Kubilai Khan, penguasa
Dinasti Yuan di Tiongkok. Ia mengirim utusan yang bernama Meng Chi ke Singhasari
yang menuntut Uperi. Kertanagara, penguasa kerajaan Singhasari yang terakhir
menolak untuk membayar upeti dan mempermalukan utusan tersebut dengan merusak
wajahnya dan memotong telinganya. Kubilai Khan marah dan lalu memberangkatkan
ekspedisi besar ke Jawa tahun 1293. Ketika itu, Jayakatwang, adipati Kediri, sudah
menggulingkan dan membunuh Kertanegara. Atas saran Aria Wiraraja, Jayakatwang
memberikan pengampunan kepada Raden Wijaya, menantu Kertanegara, yang datang
menyerahkan diri. Kemudian, Wiraraja mengirim utusan ke Daha, yang membawa
surat berisi pernyataan, Raden Wijaya menyerah dan ingin mengabdi kepada
Jayakatwang. Jawaban dari surat diatas disambut dengan senang hati. Raden Wijaya
kemudian diberi hutan Tarik. Ia membuka hutan itu dan membangun desa baru. Desa
itu dinamai Majapahit, yang namanya diambil dari buah maja, dan rasa "pahit" dari
buah tersebut. Ketika pasukan Mongol tiba, Wijaya bersekutu dengan pasukan Mongol
untuk bertempur melawan Jayakatwang. Setelah berhasil menjatuhkan Jayakatwang,
Raden Wijaya berbalik menyerang sekutu Mongolnya sehingga memaksa mereka
menarik pulang kembali pasukannya secara kalang-kabut karena mereka berada di
negeri asing. Saat itu juga merupakan kesempatan terakhir mereka untuk menangkap
angin muson agar dapat pulang, atau mereka terpaksa harus menunggu enam bulan lagi
di pulau yang asing.
2.
Tanggal pasti yang digunakan sebagai tanggal kelahiran kerajaan Majapahit adalah
hari penobatan Raden Wijaya sebagai raja, yaitu tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215
saka yang bertepatan dengan tanggal 10 November 1293. Ia dinobatkan dengan nama
resmi Kertarajasa Jayawardhana. Kerajaan ini menghadapi masalah. Beberapa orang
terpercaya Kertarajasa, termasuk Ranggalawe, Sora, dan Nambi memberontak
melawannya, meskipun pemberontakan tersebut tidak berhasil. Pemberontakan
Ranggalawe ini didukung oleh Panji Mahajaya, Ra Arya Sidi, Ra Jaran Waha, Ra
Lintang, Ra Tosan, Ra Gelatik, dan Ra Tati. Semua ini tersebut disebutkan dalam
Pararaton. Slamet Muljana menduga bahwa mahapatih Halayudha lah yang melakukan
konspirasi untuk menjatuhkan semua orang tepercaya raja, agar ia dapat mencapai
posisi tertinggi dalam pemerintahan. Namun setelah kematian pemberontak terakhir
(Kuti), Halayudha ditangkap dan dipenjara, dan lalu dihukum mati. Wijaya meninggal
dunia pada tahun 1309.
            Putra dan penerus Wijaya adalah Jayanegara. Pararaton menyebutnya Kala
Gemet, yang berarti "penjahat lemah". Kira-kira pada suatu waktu dalam kurun
pemerintahan Jayanegara, seorang pendeta Italia,Oodrico da Pordenone  mengunjungi
keraton Majapahit di Jawa. Pada tahun 1328, Jayanegara dibunuh oleh tabibnya,
Tanca. Ibu tirinya yaitu Gayatri Rajapatni seharusnya menggantikannya, akan tetapi
Rajapatni memilih mengundurkan diri dari istana dan menjadi Bhiksuni. Rajapatni
menunjuk anak perempuannya Tribhuwana untuk menjadi ratu Majapahit. Pada tahun
1336, Tribhuwana menunjuk Gajah Mada sebagai Mahapatih, pada saat pelantikannya
Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa yang menunjukkan rencananya untuk
melebarkan kekuasaan Majapahit dan membangun sebuah kemaharajaan. Selama
kekuasaan Tribhuwana, kerajaan Majapahit berkembang menjadi lebih besar dan
terkenal di kepulauan Nusantara. Tribhuwana berkuasa di Majapahit sampai kematian
ibunya pada tahun 1350. Ia diteruskan oleh putranya, Hayam Wuruk.

B. Masa Kejayaan Kerajaan Majapahit


Bidadari Majapahit yang anggun, arca cetakan
emasapsara (bidadari surgawi) gaya khas Majapahit
menggambarkan dengan sempurna zaman kerajaan
Majapahit sebagai "zaman keemasan" nusantara. Hayam
Wuruk, juga disebut Rajasanagara, memerintah Majapahit
dari tahun 1350 hingga 1389. Pada masanya Majapahit
mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan
mahapatihnya, Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah
gmbr.Arca Emas Peninggalan Majapahit
Mada (1313-1364), Majapahit menguasai lebih banyak
wilayah. Menurut Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan
Majapahit meliputi Sumatra, Semenajung Malaya, Kalimantan Sulawesi, kepulauan
Nusa Tenggara, Maluku, Papua, Tumasik (Singapura) sebagian kepulauan Filipina.
Sumber ini menunjukkan batas terluas sekaligus puncak kejayaan Kemaharajaan
Majapahit. Namun demikian, batasan alam dan ekonomi menunjukkan bahwa daerah-
daerah kekuasaan tersebut tampaknya tidaklah berada di bawah kekuasaan terpusat
Majapahit, 3.
tetapi terhubungkan satu sama lain oleh perdagangan yang mungkin berupa
monopoli oleh raja. Majapahit juga memiliki hubungan dengan Campa, Kamboja,
Siam, Birma bagian selatan, dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke
Tiongkok. Selain melancarkan serangan dan ekspedisi militer, Majapahit juga
menempuh jalan diplomasi dan menjalin persekutuan. Kemungkinan karena didorong
alasan politik, Hayam Wuruk berhasrat mempersunting Citraresmi (Pitaloka), putri
Kerajaan Sunda sebagai Permaisurinya. Pihak Sunda menganggap lamaran ini sebagai
perjanjian persekutuan. Pada 1357 rombongan raja Sunda beserta keluarga dan
pengawalnya bertolak ke Majapahit mengantarkan sang putri untuk dinikahkan dengan
Hayam Wuruk. Akan tetapi Gajah Mada melihat hal ini sebagai peluang untuk
memaksa kerajaan Sunda takluk di bawah Majapahit. Pertarungan antara keluarga
kerajaan Sunda dengan tentara Majapahit di lapangan Bubat tidak terelakkan. Meski
dengan gagah berani memberikan perlawanan, keluarga kerajaan Sunda kewalahan dan
akhirnya dikalahkan. Hampir seluruh rombongan keluarga kerajaan Sunda dapat
dibinasakan secara kejam. Tradisi menyebutkan bahwa sang putri yang kecewa,
dengan hati remuk redam melakukan "bela pati", bunuh diri untuk membela
kehormatan negaranya. Kisah Pasunda Bubat menjadi tema utama dalam naskah
Kidung Sunda yang disusun pada zaman kemudian di Bali dan juga naskah Carita
Parahiyangan. Kisah ini disinggung dalam Pararaton tetapi sama sekali tidak
disebutkan dalam Nagarakretagama. Kakawin Nagarakretagama yang disusun pada
tahun 1365 menyebutkan budaya Keraton yang adiluhung, anggun, dan canggih,
dengan cita rasa seni dan sastra yang halus dan tinggi, serta sistem ritual keagamaan
yang rumit. Sang pujangga menggambarkan Majapahit sebagai pusat mandala raksasa
yang membentang dari Sumatra ke Papiua, mencakup Semenanjung Malaya dan
Maluku. Tradisi lokal di berbagai daerah di Nusantara masih mencatat kisah legenda
mengenai kekuasaan Majapahit. Administrasi pemerintahan langsung oleh kerajaan
Majapahit hanya mencakup wilayah Jawa Timur dan Bali, di luar daerah itu hanya
semacam pemerintahan otonomi luas, pembayaran upeti berkala, dan pengakuan
kedaulatan Majapahit atas mereka. Akan tetapi segala pemberontakan atau tantangan
bagi ketuanan Majapahit atas daerah itu dapat mengundang reaksi keras.Pada tahun
1377, beberapa tahun setelah kematian Gajah Mada, Majapahit melancarkan serangan
laut untuk menumpas pemberontakan di Palembang.
Meskipun penguasa Majapahit memperluas kekuasaannya pada berbagai pulau dan
kadang-kadang menyerang kerajaan tetangga, perhatian utama Majapahit nampaknya
adalah mendapatkan porsi terbesar dan mengendalikan perdagangan di kepulauan
Nusantara. Padasaat inilah pedagang muslim dan penyebar agama Islam mulai
memasuki kawasan ini.
C. Kebudayaan Kerajaan Majapahit
Gapura Bajang Ratu, gerbang masuk salah satu
kompleks bangunan penting di ibu kota Majapahit.
Bangunan ini masih tegak berdiri di Trowulan. "Dari
semua bangunan, tidak ada tiang yang luput dari
ukiran halus dan warna indah" [Dalam lingkunga) 4.
dikelilingi tembok] "terdapat pendopo anggun
beratap ijuk, indah bagai pemandangan dalam
lukisan... Kelopak bunga katangga gugur tertiup
angin dan bertaburan di atas atap. Atap itu bagaikan rambut gadis yang berhiaskan
bunga, menyenangkan hati siapa saja yang memandangnya". Nagarakretagama
menyebutkan budaya keraton yang adiluhung dan anggun, dengan cita rasa seni dan
sastra yang halus, serta sistem ritual keagamaan yang rumit. Peristiwa utama dalam
kalender tata negara digelar tiap hari pertama bulan Caitra (Maret-April) ketika semua
utusan dari semua wilayah taklukan Majapahit datang ke istana untuk membayar upeti
atau pajak. Kawasan Majapahit secara sederhana terbagi dalam tiga jenis: keraton
termasuk kawasan ibu kota dan sekitarnya; wilayah-wilayah di Jawa Timur dan Bali
yang secara langsung dikepalai oleh pejabat yang ditunjuk langsung oleh raja; serta
wilayah-wilayah taklukan di kepulauan Nusantara yang menikmati otonomi luas. Ibu
kota Majapahit di Trowulan merupakan kota besar dan terkenal dengan perayaan besar
keagamaan yang diselenggarakan setiap tahun. Agama Buddha, Siwa, dan Waisnawa
(pemuja Wisnu) dipeluk oleh penduduk Majapahit, dan raja dianggap sekaligus titisan
Buddha, Siwa, maupun Wisnu. Nagarakertagama sama sekali tidak menyinggung
tentang Islam, akan tetapi sangat mungkin terdapat beberapa pegawai atau abdi istana
muslim saat itu. Walaupun batu bata telah digunakan dalam candi pada masa
sebelumnya, arsitek Majapahitlah yang paling ahli menggunakannya. Candi-candi
Majapahit berkualitas baik secara geometris dengan memanfaatkan getah tumbuhan
merambat dan gula merah sebagai perekat batu bata. Contoh candi Majapahit yang
masih dapat ditemui sekarang adalah Candi Tikus dan Gapura Bajang Ratu di
Trowulan, Mojokerto. Beberapa elemen arsitektur berasal dari masa Majapahit, antara
lain gerbang terbelah Candi Bentar, gapura paduraksa (kori agung) beratap tinggi, dan
pendopo berdasar struktur bata. Gaya bangunan seperti ini masih dapat ditemukan
dalam arsitektur Jawa dan Bali. Raja [Jawa] memiliki bawahan tujuh raja bermahkota.
[Dan] pulaunya berpenduduk banyak, merupakan pulau terbaik kedua yang pernah ada.
Raja pulau ini memiliki istana yang luar biasa mengagumkan. Karena sangat besar,
tangga dan bagian dalam ruangannya berlapis emas dan perak, bahkan atapnya pun
bersepuh emas. Kini Khan Agung dari China beberapa kali berperang melawan raja
ini; akan tetapi selalu gagal dan raja ini selalu berhasil mengalahkannya. Catatan yang
berasal dari sumber Italia mengenai Jawa pada era Majapahit didapatkan dari catatan
perjalanan Mattiussi, seorang pendeta Ordo Fransiskan dalam bukunya: "Perjalanan
Pendeta Odorico da Poedenone". Ia mengunjungi beberapa tempat di Nusantara:
Sumatera, Jawa, dan Banjarmasin di Kalimantan. Ia dikirim Paus untuk menjalankan
misi Katolik di Asia Tengah. Pada 1318 ia berangkat dari Padua, menyeberangi Laut 8
Hitam dan menembus Persia, terus hingga mencapai Kolkata, Madras, dan Srilanka.
Lalu menuju kepulauan Nikobar hingga mencapai Sumatera, lalu mengunjungi Jawa
dan Banjarmasin. Ia kembali ke Italia melalui jalan darat lewat Vietnam, China, terus
mengikuti Jalur Sultra menuju Eropa pada 1330. Di buku ini ia menyebut
7
kunjungannya di Jawa tanpa menjelaskan lebih rinci nama tempat yang ia kunjungi.
Disebutkan raja Jawa menguasai tujuh raja bawahan. Disebutkan juga di pulau ini
terdapat banyak cengkeh, kemukus, pala, dan berbagai rempah-rempah lainnya.
5.
Ia menyebutkan istana raja Jawa sangat mewah dan mengagumkan, penuh
bersepuh emas dan perak. Ia juga menyebutkan rajaMongol beberapa kali berusaha
menyerang Jawa, tetapi selalu gagal dan berhasil diusir kembali. Kerajaan Jawa yang
disebutkan di sini tak lain adalah Majapahit yang dikunjungi pada suatu waktu dalam
kurun 1318-1330 pada masa pemerintahan Jayanegara.
D. Kehidupan Ekonomi Masyarakat Kerajaan Majapahit
Majapahit merupakan negara agraris dan sekaligus negara perdagangan. Pajak dan
denda dibayarkan dalam uang tunai. Ekonomi Jawa telah sebagian mengenal mata
uang sejak abad ke-8 pada masa kerajaan Medaang yang menggunakan butiran dan
keping uang emas dan perak. Sekitar tahun 1300, pada masa pemerintahan raja
pertama Majapahit, sebuah perubahan moneter penting terjadi: keping uang dalam
negeri diganti dengan uang "kepeng" yaitu keping uang tembaga impor dari China.
Pada November 2008 sekitar 10.388 keping koin China kuno seberat sekitar 40
kilogram digali dari halaman belakang seorang penduduk di Sidoarjo. Badan
Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Timur memastikan bahwa koin tersebut
berasal dari era Majapahit.
Alasan penggunaan uang logam atau koin asing ini tidak disebutkan dalam catatan
sejarah, akan tetapi kebanyakan ahli menduga bahwa dengan semakin kompleksnya
ekonomi Jawa, maka diperlukan uang pecahan kecil atau uang receh dalam sistem
mata uang Majapahit agar dapat digunakan dalam aktivitas ekonomi sehari-hari di
pasar Majapahit. Peran ini tidak cocok dan tidak dapat dipenuhi oleh uang emas dan
perak yang mahal. Beberapa gambaran mengenai skala ekonomi dalam negeri Jawa
saat itu dikumpulkan dari berbagai data dan prasasti. Prasasti Canggu yang berangka
tahun 1358 menyebutkan sebanyak 78 titik perlintasan berupa tempat perahu
penyeberangan di dalam negeri (mandala Jawa) Prasasti dari masa Majapahit
menyebutkan berbagai macam pekerjaan dan spesialisasi karier, mulai dari pengrajin
emas dan perak, hingga penjual minuman, dan jagal atau tukang daging.
Meskipun banyak di antara pekerjaan-pekerjaan ini sudah ada sejak zaman
sebelumnya, namun proporsi populasi yang mencari pendapatan dan bermata pencarian
di luar pertanian semakin meningkat pada era Majapahit. Menurut catatan Wang Ta-
Yuan, pedagan Tiongkok, komoditas ekspor Jawa pada saat itu ialah lada, garam, kain
dan burung kakak tua, sedangkan komoditas impornya adalah mutiara, emas, perak,
sutra, barang keramik dan barang dari besi. Mata Uangnya dibuat dari campuran perak,
timah putih, timah hitam dan tembaga. Selain itu, catatan Odorico da Pordenone,
biarawan Katolik Roma dari Italia yang mengunjungi Jawa pada tahun 1312,
menyebutkan bahwa istana raja Jawa penuh dengan perhiasan emas, perak, dan
permata Kemakmuran Majapahit diduga karena dua faktor. Faktor pertama; lembah
sungai Brantas dan Bengawan Solo di dataran rendah Jawa Timur utara sangat cocok
untuk pertanian padi.

6.
Pada masa jayanya Majapahit membangun berbagai infrastruktur irigasi, sebagian
dengan dukungan pemerintah. Faktor kedua; pelabuhan-pelabuhan Majapahit di pantai
utara Jawa mungkin sekali berperan penting sebagai pelabuhan pangkalan untuk
mendapatkan komoditas rempah-rempah Maluku. Pajak yang dikenakan pada
komoditas rempah-rempah yang melewati Jawa merupakan sumber pemasukan penting
bagi Majapahit. Nagarakretagama menyebutkan bahwa kemashuran penguasa
Wilwatikta telah menarik banyak pedagang asing, di antaranya pedagang dari India,
Khmer, Siam dan China. Pajak khusus dikenakan pada orang asing terutama yang
menetap semi-permanen di Jawa dan melakukan pekerjaan selain perdagangan
internasional. Majapahit memiliki pejabat sendiri untuk mengurusi pedagang dari India
dan Tiongkok yang menetap di ibu kota kerajaan maupun berbagai tempat lain di
wilayah Majapahit di Jawa.

E. Sistem Pemerintahan Kerajaan Majapahit


Arca dewi Parwati sebagai perwujudan anumerta Tribhuwanottunggadewi, ratu
Majapahit ibunda Hayam Wuruk. Majapahit memiliki struktur pemerintahan dan
susunan birokrasi yang teratur pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, dan tampaknya
struktur dan birokrasi tersebut tidak banyak berubah selama perkembangan sejarahnya.
Raja dianggap sebagai penjelmaan dewa di dunia dan ia memegang otoritas politik
tertinggi.
a. Aparat birokrasi
  Raja dibantu oleh sejumlah pejabat birokrasi dalam melaksanakan
pemerintahan, dengan para putra dan kerabat dekat raja memiliki kedudukan
tinggi. Perintah raja biasanya diturunkan kepada pejabat-pejabat di bawahnya,
antara lain yaitu:
 Rakryan Mahamantri Katrini, biasanya dijabat putra-putra raja
 Rakryan Mantri ri Pakira-kiran, dewan menteri yang melaksanakan
pemerintahan
  Dharmmadhyaksa, para pejabat hukum keagamaan
 Dharmma-upapatti, para pejabat keagamaan
Dalam Rakryan Mantri ri Pakira-kiran terdapat seorang pejabat yang
terpenting yaitu Rakryan Mapatih atau Patih Hamangkubhumi. Pejabat ini
dapat dikatakan sebagai perdana menteri yang bersama-sama raja dapat ikut
melaksanakan kebijaksanaan pemerintahan. Selain itu, terdapat pula semacam
dewan pertimbangan kerajaan yang anggotanya para sanak saudara raja, yang
disebut Bhattara Saptaprabhu.
7.
b.  Pembagian wilayah
Dalam pembentukannya, kerajaan Majapahit merupakan kelanjutan
Singhasari, terdiri atas beberapa kawasan tertentu di bagian timur dan bagian
tengah Jawa. Daerah ini diperintah oleh uparaja yang disebut Paduka Bhattara
yang bergelar Bhre atau "Bhatara i". Gelar ini adalah gelar tertinggi bangsawan
kerajaan. Biasanya posisi ini hanyalah untuk kerabat dekat raja. Tugas mereka
adalah untuk mengelola kerajaan mereka, memungut pajak, dan mengirimkan
upeti ke pusat, dan mengelola pertahanan di perbatasan daerah yang mereka
pimpin. Selama masa pemerintahan Hayam Wuruk (1350 s.d. 1389) ada 12
wilayah di Majapahit, yang dikelola oleh kerabat dekat raja. Hierarki dalam
pengklasifikasian wilayah di kerajaan Majapahit dikenal sebagai berikut:
1. Bhumi : kerajaan, diperintah oleh Raja
2. Nagara : diperintah oleh rajya (gubernur), atau natha (tuan), atau
bhre (pangeran atau bangsawan)
3. Watek : dikelola oleh wiyasa,
4. Kuwu : dikelola oleh lurah,
5. Wanua : dikelola oleh thani,
6. Kabuyutan : dusun kecil atau tempat sakral.
            Saat Majapahit memasuki era kemaharajaan Thalasokrasi saat
pemerintahan Gajah Mada, beberapa negara bagian di luar negeri juga termasuk
dalam lingkaran pengaruh Majapahit, sebagai hasilnya, konsep teritorial yang
lebih besar pun terbentuk:
1. Negara Agung, atau Negara Utama, inti kerajaan. Area awal Majapahit
atau Majapahit Lama selama masa pembentukannya sebelum memasuki era
kemaharajaan. Yang termasuk area ini adalah ibukota kerajaan dan wilayah
sekitarnya dimana raja secara efektif menjalankan pemerintahannya. Area
ini meliputi setengah bagian timur Jawa, dengan semua provinsinya yang
dikelola oleh para Bhre (bangsawan), yang merupakan kerabat dekat raja.
2.  Mancanegara, area yang melingkupi Negara Agung. Area ini secara
langsung dipengaruhi oleh kebudayaan Jawa, dan wajib membayar upeti
tahunan.Wilayah Mancanegara termasuk di dalamnya seluruh daerah Pulau
Jawa lainnya, Madura Bali dan juga Dharmasraya, Pagaruyung, Lampung
dan Palembang di Sumatra.
3. Nusantara, adalah area yang tidak mencerminkan kebudayaan Jawa, tetapi
termasuk ke dalam koloni dan mereka harus membayar upeti tahunan.
Termasuk dalam area ini adalah kerajaan kecil dan koloni di Maluku,
Kepulauan Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan dan Semenanjung
Malaya.
Ketiga kategori itu masuk ke dalam lingkaran pengaruh Kerajaan
Majapahit. Akan tetapi Majapahit juga mengenal lingkup keempat yang
didefinisikan sebagai hubungan diplomatik luar negeri:
8.
1. Mitreka Satata, yang secara harafiah berarti "mitra dengan tatanan
(aturan) yang sama". Hal itu menunjukkan negara independen luar
negeri yang dianggap setara oleh Majapahit, bukan sebagai bawahan
dalam kekuatan Majapahit. Menurut Negarakertagama pupuh 15,
bangsa asing adalah Syangkayodhyapura (Ayutthaya di Thailand),
Dharmmanagari (Kerajaan Nakhon Si Thammarat), Marutma, Rajapura
dan Sinhanagari (kerajaand i Myanmar),Kerajaan Champa,Kamboja
(Kamboja), dan Yawana (Annam).
2. Mitreka Satata dapat dianggap sebagai aliansi Majapahit, karena
kerajaan asing di luar negeri seperti China dan India tidak termasuk
dalam kategori ini meskipun Majapahit telah melakukan hubungan luar
negeri dengan kedua bangsa ini.
F. Raja-Raja Yang Pernah Memimpin Majapahit
1. Raden Wijaya (1293-1309)
2. Jayanegara (1309-1328)
3. Tribuana Tungga Dewi (1328-1350)
4. Hayam Wuruk (1350-1389)
5. Kusumawardani-Wikramawardhana (1389-1399)
6. Suhita (1399-1429)
7. Bhre Tumapel (Kertawijaya) (1447-1451)
8. Rajasawardhana (1456-1466)
9. Kartabumi (1466-1478)

G. Jatuhnya Majapahit
            Sesudah mencapai puncaknya pada abad ke-14, kekuasaan Majapahit
berangsur-angsur melemah. Setelah wafatnya Hayam Wuruk pada tahun 1389,
Majapahit memasuki masa kemunduran akibat konflik perebutan takhta. Pewaris
Hayam Wuruk adalah putri mahkota Kusumawardhani, yang menikahi sepupunya
sendiri, pangeran Wikramawardhana. Hayam Wuruk juga memiliki seorang putra dari
selirnya Wirabhumi yang juga menuntut haknya atas takhta. Perang saudara yang
disebut Perang Paregreg diperkirakan terjadi pada tahun 1405-1406, antara Wirabhumi
melawan Wikramawardhana. Perang ini akhirnya dimenangi Wikramawardhana,
semetara Wirabhumi ditangkap dan kemudian dipancung. Tampaknya perang saudara
ini melemahkan kendali Majapahit atas daerah-daerah taklukannya di seberang. Pada
kurun pemerintahan Wikramawardhana, serangkaian ekspedisi laut Dinasti Ming yang
dipimpin oleh laksamana Chaeng Ho, seorang jenderal muslim China, tiba di Jawa
beberapa kali antara kurun waktu 1405 sampai 1433. Sejak tahun 1430 ekspedisi
Cheng Ho ini telah menciptakan komunitas muslim China dan Arab di beberapa kota
pelabuhan pantai utara Jawa, seperti di Semarang, Demak, Tubah dan Ampel; maka
Islam pun mulai memiliki pijakan di pantai utara JawaWikramawardhana memerintah
hingga tahun 1426, dan diteruskan oleh putrinya, Ratu Suhita, yang memerintah pada
tahun 1426 sampai 1447.
9.
Ia adalah putri kedua Wikramawardhana dari seorang selir yang juga putri kedua
Wirabhumi. Pada 1447, Suhita mangkat dan pemerintahan dilanjutkan oleh
Kertawijaya, adik laki-lakinya. Ia memerintah hingga tahun 1451. Setelah Kertawijaya
wafat, Bhere Pamotan menjadi raja dengan gelar Rajasawardhana dan memerintah di
Kahuripan. Ia wafat pada tahun 1453 AD.
            Terjadi jeda waktu tiga tahun tanpa raja akibat krisis pewarisan takhta.
Girisawardhana, putra Kertawijaya, naik takhta pada 1456. Ia kemudian wafat pada
1466 dan digantikan oleh Singhawikramawardhana. Pada 1468 pangeran Kertabhumi
memberontak terhadap Singhawikramawardhana dan mengangkat dirinya sebagai raja
Majapahit. Ketika Majapahit didirikan, pedagang Muslim dan para penyebar agama
sudah mulai memasuki Nusantara. Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15,
pengaruh Majapahit di seluruh Nusantara mulai berkurang. Pada saat bersamaan,
sebuah kerajaan perdagangan baru yang berdasarkan Islam, yaitu Kesultanan Malaka,
mulai muncul di bagian barat Nusantara. Di bagian barat kemaharajaan yang mulai
runtuh ini, Majapahit tak kuasa lagi membendung kebangkitan Kesultanan Malaka
yang pada pertengahan abad ke-15 mulai menguasai Selat Malaka dan melebarkan
kekuasaannya ke Sumatera. Sementara itu beberapa jajahan dan daerah taklukan
Majapahit di daerah lainnya di Nusantara, satu per satu mulai melepaskan diri dari
kekuasaan Majapahit. Sebuah tampilan model kapal Majapahit di Museum Negara
Malaysia, Kuala Lumpur Malaysia Singhawikramawardhana memindahkan ibu kota
kerajaan lebih jauh ke pedalaman di Daha (bekas ibu kota Kerajaan Kediri) dan terus
memerintah di sana hingga digantikan oleh putranya Ranawijaya pada tahun 1474.
Pada 1478 Ranawijaya mengalahkan Kertabhumi dan mempersatukan kembali
Majapahit menjadi satu kerajaan. Ranawijaya memerintah pada kurun waktu 1474
hingga 1519 dengan gelar Girindrawardhana. Meskipun demikian kekuatan Majapahit
telah melemah akibat konflik dinasti ini dan mulai bangkitnya kekuatan kerajaan-
kerajaan Islam di pantai utara Jawa. Waktu berakhirnya Kemaharajaan Majapahit
berkisar pada kurun waktu tahun 1478 (tahun 1400 saka, berakhirnya abad dianggap
sebagai waktu lazim pergantian dinasti dan berakhirnya suatu pemerintahan) hingga
tahun 1527. Dalam tradisi Jawa ada sebuah Kronogram atau candasengkala yang
berbunyi sirna ilang kretaning bumi. Sengkala ini konon adalah tahun berakhirnya
Majapahit dan harus dibaca sebagai 0041, yaitu tahun 1400 Saka, atau 1478 Masehi.
Arti sengkala ini adalah “sirna hilanglah kemakmuran bumi”. Namun demikian yang
sebenarnya digambarkan oleh candrasengkala tersebut adalah gugurnya Bhre
Kertabumi, raja ke-11 Majapahit, oleh Girindrawardhana. prasasti Jiyu dan Petak,
Ranawijaya mengaku bahwa ia telah mengalahkan Kertabhumi dan memindahkan ibu
kota ke Daha (Kediri). Peristiwa ini memicu perang antara Daha dengan Kesultanan
Demak, karena penguasa Demak adalah keturunan Kertabhumi.
            Peperangan ini dimenangi Demak pada tahun 1527. Sejumlah besar abdi istana,
seniman, pendeta, dan anggota keluarga kerajaan mengungsi ke pulau Bali.
Pengungsian ini kemungkinan besar untuk menghindari pembalasan dan hukuman dari
Demak akibat selama ini mereka mendukung Ranawijaya melawan Kertabhumi.
Dengan jatuhnya Daha yang dihancurkan oleh Demak pada tahun 1527, kekuatan
kerajaan Islam pada awal abad ke-16 akhirnya mengalahkan sisa kerajaan Majapahit.
10.
Demak dibawah pemerintahan Raden (kemudian menjadi Sultan) Patah (Fatah), diakui
sebagai penerus kerajaan Majapahit. Menurut Babad Tanah Jawi dan tradisi Demak,
legitimasi Raden Patah karena ia adalah putra raja Majapahit Brawijaya V dengan
seorang putri China.
Catatan sejarah dari Tiongkok, Portugis (Tome Pires), dan Italia (Pigafetta)
mengindikasikan bahwa telah terjadi perpindahan kekuasaan Majapahit dari tangan
penguasa Hindu ke tangan Adipati Unus, penguasa dari Kesultanan Demak, antara
tahun 1518 dan 1521 M.
Demak memastikan posisinya sebagai kekuatan regional dan menjadi kerajaan
Islam pertama yang berdiri di tanah Jawa. Saat itu setelah keruntuhan Majapahit, sisa
kerajaan Hindu yang masih bertahan di Jawa hanya tinggal kerajaan Blambangan di
ujung timur, serta Kerajaan Sunda yang beribukota di Pajajaran di bagian barat.
Perlahan-lahan Islam mulai menyebar seiring mundurnya masyarakat Hindu ke
pegunungan dan ke Bali. Beberapa kantung masyarakat Hindu Tengger hingga kini
masih bertahan di pegunungan Tengger, kawasan Bromo dan Semeru.
H. Peninggalan Kerajaan Majapahit yang Tersebar di Indonesia

1. Celengan Majapahit

Celengan ini ditemukan di trowulan, Jawa


Timur dan dipergunakan sekitar abad 14-15.
Sekarang merupakan koleksi Museum Gajah,
Jakarta.
2. Arca Emas

11.

Arca ini menggambarkan Bidadari


Banyak terakota Majapahit
ditemukan di wilayah
yang anggun
majapahit, namun yang menarik adalah
terakota yang dipercaya menggambarkan
wujud asli dari Gajah Mada.

3. Terakota Wajah

4. Surya Majapahit

Surya Majapahit adalah lambang yang


umumnya dapat ditemui di reruntuhan
Majapahit, sehingga Surya Majapahit mungkin
merupakan simbol kerajaan Majapahit.

5. Arca Pertapa Hindu

Arca yang menggambarkan pertapa Hindu dari


masa Majapahit akhir ini sekarang merupakan
koleksi Museum für Indische Kunst, Berlin-
Dahlem, Jerman.
6. Uang Gobog Majapahit

Benda yang zaman dahulu ini pernah


digunakan sebagai salah satu mata uang
Kerajaan Majapahit ini terbuat dari tembaga.

12.

7. Candi Tikus
Candi peninggalan kerajaan Majapahit yang
pertama yaitu Candi Tikus. Candi ini berada
komplek Trowulan di desa Temon, kecamatan
Trowulan, kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

8. Candi Sukuh

. Candi peninggalan kerajaan Majapahit


selanjutnya yaitu Candi Sukuh. Candi ini
berada di desa Berjo, kecamatan Ngargoyoso,
kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.Candi
yang diperkirakan dibangun pada tahun 1437
masehi.

9. Candi Brahu

. Candi ini terletak di Trowulan, tepatnya


terletak di desa Bejijong, kecamatan Trowulan,
kabupaten Mojokerto, Jawa
Timur.Nama “Brahu” diperkirakan berasal
dari kata “Wanaru” atau “Warahu”, nama ini
didapatkan dari sebutan bangunan suci yang
disebutkan dalam Prasasti Alasantan, dimana
prasasti tersebut ditemukan tidak jauh dari
Candi ini.
13.

10. Candi Cetho

. Candi ini berada di dusun Ceto, desa


Gumeng, kecamatan Jenawi, kabupaten
Karanganyar. Selain itu, komplek Candi ini
juga sering digunakan oleh warga setempat dan
peziarah yang beragama Hindu sebagai tempat
pemujaan.

11. Candi Wringin Branjang

Candi Wringin Branjang berada di desa


Gadungan, kecamatan Gandusari, kabupaten
Blitar, Jawa Timur. Bentuk dari Candi ini
sangat sederhana, dimana Candi ini tidak
memiliki kaki Candi, hanya memiliki badan
dan atap Candi.
12. Candi Pari

Candi peninggalan kerajaan Majapahit


selanjutnya adalah Candi Pari yang berada di
desa Candi Pari, kecamatan Porong, kabupaten
Sidoarjo, Jawa Timur. Sedangkan tahun
didirikannya Candi yaitu pada tahun 1371
masehi.

13. Candi Surawana


Candi Surawana (Surowono) adalah
Candi bercorak Hindu yang juga merupakan
Candi peninggalan kerajaan Majapahit ini
terletak di desa Canggu, kecamatan Pare,
kabupaten Kediri.Diperkirakan Candi yang
memiliki nama sebenarnya yaitu
Wishnubhawanapura ini dibangun pada abad
ke 14 masehi.

14.
14. Candi Jabung

Candi yang berada di desa Jabung, kecamatan


Paiton, kabupaten Probolinggo, Jawa Timur ini
merupakan Candi peninggalan kerajaan
Majapahit bercorak Hindu.

15. Gapura Wringin Lawang

Gapura Wringin Lawang adalah gapura


peninggalan kerajaan Majapahit yang dibangun
pada abad ke 14 masehi. Gapura ini terletak di
desa Jatipasar, kecamatan Trowulan, kabupaten
Mojokerto, Jawa Timur.

I. Silsilah Kerajaan Majapahit

15.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
            Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah  pada masanya Majapahit mencapai
puncak kejayaannya dengan bantuan mahapatihnya, Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah
Mada (1313-1364), Majapahit menguasai lebih banyak wilayah. Menurut Kakawin
Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan Majapahit meliputi Sumatra,
Semenajung Malaya, Kalimantan Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua,
Tumasik (Singapura) sebagian kepulauan Filipina. Sumber ini menunjukkan batas terluas
sekaligus puncak kejayaan Kemaharajaan Majapahit.
B. Saran
              Makalah ini tentulah masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu saya sangat
membutuhkan kontribusi kritik dan saran dari pembaca agar dijadikan sebagai intropeksi
bagi makalah ini untuk menjadi lebih baik lagi. Terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah terlibat untuk mendukung dan membantu agar makalah ini dapat terselesaikan.

16.

DAFTAR PUSTAKA
http://nesaci.com/sejarah-lengkap-kerajaan-majapahit/
http://id.wikepedia.org/wiki/majapahit
https://www.google.com/amp/s/waktuku.com/peninggalan-kerajaan-majapahit/amp/

17.

Anda mungkin juga menyukai