Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KERAJAAN MAJAPAHIT

DISUSUN
O
L
E
H

KELOMPOK 8

PAMILA
ANISA BELA
YEYEN

KELAS : X IPA 2

MADRASAH ALIYAH BAITULMAL PANCASILA


NANGA PINOH
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

    Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

    Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Nanga Pinoh, 23 Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................................. i
Daftar Isi....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Masalah...................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................. 2

2.1 Letak Geografis...................................................................................................... 2

2.2 Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Majapahit..................................................... 2

2.3 Berkembangnya Kerajaan Majapahit..................................................................... 2

2.4 Kehidupan Politik................................................................................................... 3

2.5 Kehidupan Ekonomi............................................................................................... 5

2.6 Kehidupan Sosial.................................................................................................... 6

2.7 Kehidupan Budaya................................................................................................. 7

2.8 Kehidupan Agama.................................................................................................. 8

2.9 Runtuhnya Kerajaan Majapahit.............................................................................. 8

BAB III PENUTUP...................................................................................................... 10

3.1 Kesimpulan............................................................................................................. 10

3.2 Saran....................................................................................................................... 11

Daftar Pustaka............................................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
Majapahit adalah sebuah kerajaan kuno di Indonesia yang berpusat di Jawa Timur
yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M oleh Raden Wijaya, tepatnya di
daerah Trowulan yang sekarang menjadi Mojokerto. Berdirinya Kerajaan Majapahit
merupakan kelanjutan dari Kerajaan Singosari yanng runtuh akibat serangan dari bangsa
Mongol. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya menjadi kemaharajaan raya yang
menguasai wilayah yang luas di Nusantara pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang
berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389.
Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai
Nusantara dan dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia.
Menurut Negarakertagama, kekuasaannya terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung
Malaya, Borneo, Kepulauan Sulu, Manila (Saludung), hingga Indonesia timur, meskipun
wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan.

1.2   Rumusan Masalah

1.      Dimanakah letak kerajaan majapahit ?


2.      Bagaimana sejarah berdirinya kerajaan majapahit ?
3.      Bagaimana kehidupan dalam berbagai bidang dalam kerajaan majapahit ?
4.      Faktor-faktor penyebab runtuhnya kerajaan majapahit ?

1.3   Tujuan Masalah

1.      Untuk mengetahui dimana letak Kerajaan Majapahit.


2.      Untuk mengetahui sejarah berdirinya Kerajaan Majapahit.
3.      Untuk mengetahui bagaimana kehidupan dalam berbagai bidang dalam Kerajaan
Majapahit.
4.      Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab runtuhnya Kerajaan Majapahit.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Letak Geografis
Secara geografis letak Kerajaan Majapahit sangat strategis karena adanya di daerah
lembah sungai yang luas, yaitu Sungai Brantas dan Bengawan Solo, serta anak sungainya
yang dapat dilayari sampai ke hulu, dengan pusat di hutan Tarik di Desa Trowulan
Mojokerto, Jawa Timur.
2.2 Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Majapahit
Pada saat terjadi serangan Jayakatwang, Raden Wijaya bertugas menghadang bagian
utara, ternyata serangan yang lebih besar justru dilancarkan dari selatan. Maka ketika Raden
Wijaya kembali ke istana, ia melihat istana Kerajaan Singasari hampir habis dilalap api dan
mendengar Kertanegara telah terbunuh bersama pembesar-pembesar lainnya. Akhirnya ia
melarikan diri bersama sisa-sisa tentaranya yang masih setia dan dibantu penduduk desa
Kugagu. Setelah merasa aman ia pergi ke Madura meminta perlindungan dari Arya Wiraraja.
Berkat bantuannya ia berhasil menduduki tahta, dengan menghadiahkan daerah tarik kepada
Raden Wijaya sebagai daerah kekuasaannya. Ketika tentara Mongol datang ke Jawa dengan
dipimpin Shih-Pi, Ike-Mise, dan Kau Hsing dengan tujuan menghukum Kertanegara, maka
Raden Wijaya memanfaatkan situasi itu untuk bekerja sama menyerang Jayakatwang. Setelah
Jayakatwang terbunuh, tentara Mongol berpesta pora merayakan kemenangannya.
Kesempatan itu pula dimanfaatkan oleh Raden Wijaya untuk berbalik melawan tentar
Mongol, sehingga tentara Mongol terusir dari Jawa dan pulang ke negerinya. Maka tahun
1293 Raden Wijaya naik tahta dan bergelar Sri Kertajasa Jayawardhana.

2.3 Berkembangnya Kerajaan Majapahit


Hayam Wuruk, juga disebut Rajasanagara, memerintah Majapahit dari tahun
1350 hingga 1389. Pada masanya Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan
bantuan mahapatihnya, Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada (1313-1364),
Majapahit menguasai lebih banyak wilayah. Pada tahun 1377, beberapa tahun
setelah kematian Gajah Mada, Majapahit melancarkan serangan laut ke Palembang,
menyebabkan runtuhnya sisa-sisa kerajaan Sriwijaya.
Menurut Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan
Majapahit meliputi Sumatra, semenanjung Malaya, Borneo, Sulawesi, kepulauan
Nusa Tenggara, Maluku, Papua, dan sebagian kepulauan Filipina. Namun demikian,
batasan alam dan ekonomi menunjukkan bahwa daerah-daerah kekuasaan tersebut
tampaknya tidaklah berada di bawah kekuasaan terpusat Majapahit, tetapi
terhubungkan satu sama lain oleh perdagangan yang mungkin berupa monopoli oleh
raja. Majapahit juga memiliki hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma
bagian selatan, dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok.

2
Adapun raja-raja yang sempat memerintah di Kerajaan Majapahit antara lain:
1.      Raden Wijaya, bergelar Kertarajasa Jayawardhana (1293 - 1309)
2.      Kalagamet, bergelar Sri Jayanagara (1309 - 1328)
3.      Sri Gitarja, bergelar Tribhuwana Wijayatunggadewi (1328 - 1350)
4.      Hayam Wuruk, bergelar Sri Rajasanagara (1350 - 1389)
5.      Wikramawardhana (1389 - 1429)
6.      Suhita (1429 - 1447)
7.      Kertawijaya, bergelar Brawijaya I (1447 - 1451)
8.      Sri Rajasawardhana, bergelar Brawijaya II (1451 - 1453)
9.      Purwawisesa atau Girishawardhana, bergelar Brawijaya III (1456 - 1466)
10.  Bhre Pandansalas, atau Suraprabhawa, bergelar Brawijaya IV (1466 - 1468)
11.  Bhre Kertabumi, bergelar Brawijaya V (1468 - 1478)
12.  Girindrawardhana, bergelar Brawijaya VI (1478 - 1498)
13.  Hudhara, bergelar Brawijaya VII (1498-1518)

2.4 Kehidupan Politik


a.      Raden Wijaya (1293-1309 M)
Raden Wijaya memerintah kerajaan Majapahit dari tahun 1293-1309 M. Raden
Wijaya sempat memperistri ke empat putri Kertanegara, yaitu Tribhuwana, Narendraduhita,
prajnaparamita, dan Gayatri. Pada awal pemerintahannya terjadi pemberontakan-
pemberontakan yang dilakukan oleh teman-teman seperjuangan Raden Wijaya seperti, Sora,
Ranggalawe, dan Nambi. Pemberontakan-pemberontakan itu terjadi karena rasa tidak puas
atas jabatan-jabatan yang diberikan oleh raja. Akan tetapi, pemberontakan itu dapat
dipadamkan.

b.      Raja Jayanegara (1309-1328 M) 


Raden Wijaya wafat meninggalkan seorang putra yang bernama Kala Gemet. Putra ini
diangkat menjadi raja Majapahit dengan gelar Sri Jayanegara (Raja Jayanegara) pada tahun
1309 M. Masa pemerintahan Jayanegara penuh dengan pemberontakan dan juga dikenal
sebagai suatu masa yang suram dalam sejarah Kerajaan Majapahit. Pemberontakan-
pemberontakan itu datang dari Juru Demung (1313 M), Gajah Biru (1314 M), Nambi (1316
M), dan Kuti (1319 M).
Pemberontakan Kuti merupakan pemberontakan yang paling berbahaya dan hampir
meruntuhkan Kerajaan Majapahit. Raja Jayanegara terpaksa mengungsi ke Desa Bedander
(tempat ini belum dapat ditentukan dimana letaknya) yang diikuti oleh sejumlah pasukan
Bhayangkara (pengawal pribadi raja) dibawah pimpinan Gajah Mada. Setelah beberapa hari
menetap di Desa Bedander maka Gajah Mada kembali ke Majapahit untuk meninjau suasana.
Setelah diketahui keadaan rakyat dan para bangsawan istana tidak setuju dan bahkan sangat
benci kepada Kuti, Gajah Mada akhirnya merencanakan suatu siasat untuk melakukan
serangan terhadap Kuti. Berkat ketangkasan dan siasat jitu dari Gajah Mada, Kuti dan
kawannya dapat dilenyapkan.
Raja Jayanegara dapat kembali lagi ke istana dan menduduki tahta Kerajaan
Majapahit. Sebagai penghargaan atas jasa Gajah Mada, maka ia langsung diangkat menjadi

3
Patih di Kahuripan (1319-1321 M), tidak lama kemudian diangkat menjadi Patih di Kediri
(1322-1330 M).

c.       Raja Tribhuwanatunggadewi (1328-1350 M)


Raja Jayanegara meninggal tanpa meninggalkan seorang putra mahkota. Tahta
Kerajaan Majapahit jatuh ke tangan Gayatri, putri Raja Kertanegara yang masih hidup.
Namun, karena ia sudah menjadi seorang pertapa, tahta kerajaan diserahkan kepada putrinya
yang bernama Tribhuwanatunggadewi.
Pada masa pemerintahannya, meletus pemberontakan Sadeng (1331 M). Nama
Sadeng sendiri adalah nama sebuah daerah yang terletak di Jawa Timur. Pemberontakan
Sadeng dapat dipadamkan oleh Gajah mada dan Adityawarman. Karena jasa dan
kecakapannya, Gajah Mada diangkat menjadi Patih Amangkubhumi Majapahit menggantikan
Arya Tadah. Saat upacara pelantikan, Gajah Mada mengucapkan sumpahnya yang terkenal
dengan nama sumpah Palapa (Tan Amukti Palapa) yang menyatakan bahwa Gajah Mada
tidak akan hidup mewah sebelum Nusantara berhasil disatukan dibawah panji Kerajaan
Majapahit. Sejak saat itu, Gajah Mada menjadi pejabat pemerintahan tertinggi sesudah raja.
Ia mempunyai wewenang untuk menetapkan politik pemerintahan Majapahit.

d.      Raja Hayam Wuruk (1350-1389 M)


Raja Hayam Wuruk yang terlahir dari pernikahan Tribhuwanatunggadewi dengan
Cakradara (Kertawardhana) adalah seorang raja yang mempunyai pandangan luas. Kebijakan
politik Hayam Wuruk banyak memiliki kesamaan dengan politik Gajah Mada, yaitu mencita-
citakan persatuan Nusantara dibawah panji Kerajaan Majapahit.
Pada masa pemerintahannya, Gajah Mada tetap merupakan salah satu tiang utama
kerajaan Majapahit dalam mencapai kejayaannya. Bahkan Kerajaan Majapahit dapat disebut
sebagai Kerajaan nasional setelah Kerajaan Sriwijaya.
Selama hidupnya, Patih gajah Mada menjalankan politik persatuan nusantara. Cita-
citanya dijalankan dengan begitu tegas, sehingga menimbulkan Peristiwa Sunda yang terjadi
tahun 1351 M. Peristiwa itu, berawal dari usaha Raja Hayam Wuruk untuk meminang putri
dari Pajajaran, Dyah Pitaloka. Lamaran itu diterima oleh Sri Baduga. Raja Sri baduga beserta
putri dan pengikutnya pergi ke Majapahit, dan beristirahat di Lapangan Bubat dekat pintu
gerbang Majapahit. Selanjutnya, timbul perselisihan paham antara Gajah Mada dan pimpinan
laskar pajajaran. Gajah Mada ingin menggunakan kesempatan ini agar Pajajaran mau
mengakui kedaulatan Majapahit, yakni dengan menjadikan putri Dyah Pitaloka sebagai selir
Raja Hayam Wuruk dan bukan sebagai permaisuri. Hal ini tidak dapat diterima oleh Pajajaran
karena dianggap merendahkan derajat. Akhirnya, pecah pertempuran yang mengakibatkan
terbunuhnya Sri Baduga dengan putrinya dan seluruh pengikutnya di Lapangan Bubat. Akibat
peristiwa itu politik Gajah Mada menemui kegagalan, karena dengan adanya Peristiwa Bubat
belum berarti Pajajaran sudah menjadi wilayah Kerajaan Majapahit. Bahkan Kerajaan
Pajajaran terus berkembang secara terpisah dari Majapahit.
Ketika Gajah Mada wafat tahun 1364 M, Raja Hayam Wuruk kehilangan orang yang
sangat diandalkan dalam memerintah kerajaan. Oleh karena itu, Raja Hayam Wuruk
mengadakan sidang Dewan Sapta Prabu untuk memutuskan pengganti Patih Gajah Mada.

4
Namun, tidak ada satu orangpun yang sanggup menggantikan Patih Gajah Mada. Kemudian
diangkatlah empat orang menteri dibawah pimpinan Punala Tanding. Hal itu tidak
berlangsung lama, keempat orang menteri tersebut digantikan oleh dua orang menteri, yaitu
Gajah Enggon dan gajah Manguri. Akhirnya, Hayam Wuruk memutuskan untuk mengangkat
Gajah Enggon sebagai Patih Mangkubumi menggantikan posisi Gajah Mada.
Keadaan Kerajaan Majapahit bertambah suram dengan wafatnya
Tribhuwanatunggadewi (ibunda Hayam Wuruk) tahun 1379 M. Kerajaan Majapahit semakin
kehilangan pembantu-pembantu yang cakap. Kemunduran Kerajaan Majapahit semakin jelas
setelah wafatnya Raja Hayam Wuruk tahun 1389 M. Berakhirlah masa kejayaan Majapahit.

e.       Wikrama Wardhana (1389-1429 M)


Raja Hayam Wuruk digantikan oleh putrinya yang bernama Kusuma Wardhani. Putri
ini menikah dengan Wikrama Wardhana. Tetapi Hayam Wuruk juga mempunyai seorang
putra (yang lahir dari selir) bernama Wirabhumi. Wirabhumi diberi kekuasaan diujung timur
Pulau Jawa, yaitu di daerah Blambangan sekarang.
Pada mulanya antara Wikrama dan Wirabhumi terjalin suatu hubungan yang baik.
Tetapi pada tahun 1400 M, Kusuma Wardhani wafat, sementara Wikrama Wardhana
mempunyai maksud untuk menjadi bhiksu. Hal ini menyebabkan kekosongan dalam
pemerintahan Majapahit. Wirabhumi memenfaatkan kesempatan ini untuk merebut
kekuasaan di majapahit, sehingga menimbulkan Perang Paregreg antara tahun 1401-1406 M.
Dalam perang ini Wirabhumi dapat dibunuh. Meskipun Perang Paregreg telah berakhir,
keadaan Kerajaan Majapahit semakin melemah. Satu persatu daerah kekuasaan melepaskan
diri dari kekuasaan pemerintahan pusat. Seiring dengan itu, muncul kekuassaan kerajaan-
kerajaan Islam di pesisir.
Suatu tradisi lisan yang terkenal di Pulau Jawa menyatakan bahwa Kerajaan
Majapahit hancur akibat serangan dari pasukan-pasukan Islam dibawah pimpinan Raden
Patah (Demak). Pada waktu itu disebutkan bahwa raja yang memerintah di Majapahit adalah
Brawijaya V yang merupakan raja terakhir dari Kerajaan Majapahit, karena setelah wafatnya
Kerajaan Majapahit mengalami keruntuhan (sekitar awal abad ke-16 M).

2.5 Kehidupan Ekonomi


Majapahit merupakan negara agraris dan juga sebagai negara maritim. Kedudukan
sebagai negara agraris tampak dari letaknya di pedalaman dan dekat aliran sungai.
Kedudukan sebagai negara maritim tampak dari kesanggupan angkatan laut kerajaan itu
untuk menanamkan pengaruh Mjapahit diseluruh Nusantara. Dengan demikian, kehidupan
ekonomi masyarakt Majapahit menitikberatkan pada bidang pertanian dan pelayaran.
Udara di Jawa panas sepanjang tahun. Panen padi dua kali dalam setahun, butir
berasnya amat halus. Terdapat pula wijen putih, kacang hijau, rempah-rempah dll. Buah-
buahan banyak jenisnya, antara lain pisang, kelapa, delima, pepaya, durian, dan semangka.
Sayur mayur berlimpah macamnya. Jenis binatang juga banyak.
Untuk membantu pengairan pertanian yang teratur, pemerintah Majapahit
membangun dua buah bendungan, yaitu Bendungan Jiwu untuk persawahan dan Bendungan
Trailokyapur untuk mengari daerah hilir.

5
Majapahit memiliki mata uang sendiri yang bernama gobog merupakan uang logam
yang terbuat dari campuran perak, timah hitam, timaah putih, dan tembaga. Bentuknya koin
dengan lubang ditengahnya. Dalam transaksi perdagangan, selain menggunakan mata uang
gobog, penduduk Majapahit juga menggunakan uang kepeng dari berbagai dinasti. Menurut
catatan Wang Ta-yuan pedagang dari Tiongkok, komoditas ekspor Jawa pada saat itu ialah
lada, garam, kain, dan burung kakak tua. Sedangkan komoditas impornya adalah mutiara,
emas, perak, sutra, barang keramik, dan barang dari besi.

2.6 Kehidupan Sosial


Pola tata masyarakat Majapahit dibedakan atas lapisan-lapisan masyarakat (strata) yang
perbedaannya lebih bersifat statis. Walaupun di Majapahit terdapat empat kasta seperti India,
yang lebih dikenal dengan catur warna, tetapi hanya bersifat teoritis dalam literatur istana.
Pola ini dibedakan atas empat golongan masyarakat, yaitu brahmana, ksatria, waisya,
dan sudra. Namun terdapat pula golongan yang berada diluar lapisan ini, yaitu Candala,
Mleccha, dan Tuccha, yang merupakan golongan terbawah dari lapisan masyarakat
Majapahit.
Brahmana (kaum pendeta) mempunyai kwajiban menjalankan enam dharma, yaitu :
mengajar, belajar, melakukan persajian untuk diri sendiri dan orang lain, membagi dan
menerima derma (sedekah) untuk mencapai kesempurnaan hidup, dan bersatu dengan
Brahman (Tuhan). Mereka juga mempunyai pengaruh didalam pemerintahan, yang berada
pada bidang keagamaan dan dikepalai oleh dua orang pendeta dari agama Siwa
(Saiwadharmadhyaksa) dan agama Buddha (Buddhadarmadyaksa). Saiwadyaksa mengepalai
tempat suci (pahyangan) dan tempat pemukiman empu (kalagyan). Buddhadarmadyaksa
mengepalai tempat sembahyang (kuti) dan bihara (wihara).  Menteri berhaji mengepalai para
ulama (keresyan) dan para pertapa (tapaswi). Semua rohaniawan menghambakan hidupnya
kepada raja yang disebut sebagai wikuhaji. Para rohaniawan biasanya tinggal disekitar
bangunan agama, yaitu: mandala, dharma, sima,wihara, dsb.
Kaum Ksatria merupakan keturunan dari pewaris tahta (raja) kerajaan terdahulu, yang
mempunyai tugas memerintah tampuk pemerintah. Keluarga raja dapat dikatakaan
merupakan keturunan dari Kerajaan Singasari-Majapahit yang dapat dilihat dari silsilah
keluarganya dan keluarga-keluarga kerabat raja tersebar ke seluruh pelosok negeri, karena
mereka melakukan sistem poligami secara meluas yang disebut sebagai wargahaji atau semua
anggota keluarga raja masing-masing diberi nama atas gelar, umur, dan fungsi mereka
didalam masyarakat. Pemberian nama pribadi dan nama gelar terhadap para putri dan putra
raja didasarkan atas nama daerah kerajaan yang akan mereka kuasai sebagai wakil raja.
Waisya merupakan masyarakat yang menekuni bidang pertanian dan perdagangan.
Mereka bekerja sebagai pedagang, peminjam uang, penggara sawah, dan beternak.
Kemudian kasta yang paling rendah dalam catur warna adalah kaum sudra yang
mempunyai kewajiban untuk mengabdi kepada kasta yang lebih tinggi, terutama pada
golongan brahmana.
Golongan terbawah yang tidak termasuk dalam catur warna dan sering disebut sebagai
pancama (warna kelima) yaitu:

6
         Candala merupakan anak dari perkawinan campuran antara laki-laki (golongan sudra)
dengan wanita (dari ketiga golongan lainnya: brahmana, ksatria dan waisya).sehingga sang
anak mempunyai status lebih rendah dari ayahnya

         Mleccha adalah semua bangsa diluar Arya tanpa memandang bahassa dan warna kulit,
yaitu para pedagang-pedagang asing (Cina, India, Champa, Siam, dll.) yang tidak menganut
agama Hindu.

         Tuccha ialah golongan yang merugikan masyarakat, salah satu contohnya adalah para
penjahat. Ketika mereka diketahui melakukan tatayi, maka raja dapat menjatuhi hukuman
mati kepada pelakunya. Perbuatan tatayi adalah membakar rumah orang, meracuni sesama,
mengamuk, merusak, dan memfitnah kehormatan perempuan.

Dari aspek kedudukan dalam masyarakat Majapahit, wanita mempunyaai status yang
lebih rendah dari lelaki. Hal ini terlihat pada kewajiban mereka untuk melayani dan
menyenangkan hati para suami mereka saja. Wanita tidak boleh ikut campur dalam urusan
apapun, selain mengurusi daapur rumah tangga mereka. Dalam undang-undang Majapahit
pun para wanita yang sudah menikah tidak boleh bercakap-cakap dengan lelaki lain, dan
sebaliknya. Hal ini bertujuan untuk menghindari pergaulan bebas antara kaum pria dan
wanita.

2.7 Kehidupan Budaya


Nagarakertagama menyebutkan budaya keraton yang adiluhung dan anggun, dengan
cita rasa seni dan sastra yang halus, serta sistem ritual keagamaan yang rumit. Peristiwa
utama dalam kalender tata negara digelar tiap hari pertama bulan Caitra (Maret-April) ketika
semua utusan dari semua wilayah taklukan Majapahit datang ke istana untuk membayar upeti
atau pajak. Kawasan Majapahit secara sederhana terbagi dalam tiga jenis: keraton termasuk
kawasan ibukota dan sekitarnya; wilayah-wilayah di Jawa Timur dan Bali yang secara
langsung dikepalai oleh pejabat yang ditunjuk langsung oleh raja; serta wilayah-wilayah
taklukan di kepulauan Nusantara yang menikmati otonomi luas.
Perkembangan budaya di Kerajaan Majapahit dapat diketahui dari peninggalan-
peninggalan berikut;
1)      Candi
Candi peninggalan Kerajaan Majapahit antara lain Candi Panataran (Blitar), Candi
Tegalwangi dan Surawana (Pare, Kediri), Candi Sawentar (Blitar), Candi Sumberjati (Blitar),
Candi Tikus (Trowulan), dan bangunan-bangunan purba lainnya, terutama yang terdapat di
daerah Trowulan.

2)      Sastra
Hasil sastra zaman Majapahit dapat kita bedakan menjadi,
Sastra zaman Majapahit awal, hasil sastra pada zaman ini adalah: Kitab Negarakartagama
karangan Mpu Prapanca (1365 M), Kitab Sutasoma dan Kitab Arjunawiwaha karangan Mpu
Tantular, Kitab Kunjarakarna tidak diketahui pengarangnya.

7
Sastra zaman Majapahit akhir, hasil sastra pada zaman Majapahit akhir ditulis dalam
bahasa Jawa Tengah, diantaranya ada yang ditulis dalam bentuk tembang (kidung) dan
gancaran (prosa). Hasil sastra terpenting antara lain:
         Kitab Pararaton, menceritakan riwayat raja-raja Singhasari dan Majapahit
         Kitab Sundayana, menceritakan Peristiwa Bubat
         Kitab Sorandaka, mencerikatan Pemberontakan Sora
         Kitab Ranggalawe, menceritakan pemberontakan Ranggalawe
         Panjiwijayakrama, menguraikan riwayat Raden Wijaya sampai menjadi raja
         Kitab Usana Jawa, tentang penaklukan Pulau Bali oleh Gajah Mada dan Aryadamar,
pemindahan keraton Majapahit ke Gelgel, dan penumpasan raja raksasa Maya Denawa
         Kitab Usana Bali, tentang kekacauan di Pulau bali akibat keganasan Maya Denawa yang
akhirnya dibunuh oleh dewa.
         Selain kitab-kitab tersebut, masih ada kitab-kitab sastra lainnya seperti Paman Cangah,
Tantu Pagelaran, Calon Arang, Korawasrama, Babhuksah, Tantri Kamandaka, dan
Pancatantra

2.8 Kehidupan Agama


Pada masa kerajaan Majapahit berkembang agama Hindu Syiwa dan Buddha. Kedua
umat beragama itu memiliki toleransi yang besar sehingga tercipta kerukunan umat beragama
yang baik. Raja Hayam Wuruk beragama Syiwa, sedangkan Gajah Mada beragama Buddha.
Namun, mereka dapat bekerja sama dengan baik.
Rakyat ikut meneladaninya, bahkan Empu Tantular menyatakan bahwa kedua agama
itu merupakan satu kesatuan yang disebut Syiwa-Buddha. Hal itu ditegaskan lagi dalam Kitab
Sutosoma dengan kalimat Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa artinya
walaupun beraneka ragam, teta dalam satu kesatuan, tidak ada agama yang mendua.

2.9 Runtuhnya Kerajaan Majapahit


Kemunduran Majapahit berawal sejak wafatnya Gajah Mada pada tahun 1364. Hayam
Wuruk tidak dapat memperoleh ganti yang secakap Gajah Mada. Jabatan-jabatan yang
dipegang Gajah Mada (semasa hidupnya, Gajah Mada memegang begitu banyak jabatan)
diberikan kepada tiga orang. Setelah Hayam Wuruk meninggal pada tahun 1389, Majapahit
benar-benar mengalami kemunduran.
Masa sesudah Prabu Hayam Wuruk dan Gajah Mada merupakan masa kemunduran
Kerajaan Majapahit. Beberapa hal yang menyebabkan kemunduran Majapahit adalah sebagai
berikut.
         Tidak ada tokoh pengganti yang cakap dan berwibawa sesudah wafatnya Hayam Wuruk
(1389) dan Gajah Mada (1364).
         Perang Paregreg (1401-1406) antara Bhre Wirabhumi dan Wikramawardhana telah
melemahkan Majapahit secara keseluruhan.
         Banyak negeri bawahan Majapahit yang mencoba melepaskan diri.
         Armada Cina dibawah pimpinan Laksamana Ceng-ho sering membuat kekacauan di
wilayah laut Majapahit.

8
         Berkembangnya agama Islam di pesisir pantai utara Pulau Jawa telah mengurangi
dukungan terhadap Kerajaan Majapahit.
         Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15, pengaruh Majapahit di seluruh Nusantara
mulai berkurang. Pada saat bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan baru yang berdasarkan
Islam, yaitu Kesultanan Malaka.
         kekuatan Majapahit telah melemah akibat konflik dinasti ini dan mulai bangkitnya
kekuatan kerajaan-kerajaan Islam di pantai utara Jawa.
Waktu berakhirnya Kemaharajaan Majapahit berkisar pada kurun waktu tahun 1478 (tahun
1400 saka, berakhirnya abad dianggap sebagai waktu lazim pergantian dinasti dan
berakhirnya suatu pemerintahan) hingga tahun 1527. Dalam tradisi Jawa ada sebuah
kronogram atau candrasengkala yang berbunyi sirna ilang kretaning bumi. Sengkala ini
konon adalah tahun berakhirnya Majapahit dan harus dibaca sebagai 0041, yaitu tahun 1400
Saka, atau 1478 Masehi. Arti sengkala ini adalah “sirna hilanglah kemakmuran bumi”.
Namun demikian yang sebenarnya digambarkan oleh candrasengkala tersebut adalah
gugurnya Bhre Kertabumi, raja ke-11 Majapahit, oleh Girindrawardhana.

Menurut prasasti Jiyu dan Petak, Ranawijaya mengaku bahwa ia telah mengalahkan
Kertabhumi dan memindahkan ibu kota ke Daha (Kediri). Peristiwa ini memicu perang antara
Daha dengan Kesultanan Demak, karena penguasa Demak adalah keturunan Kertabhumi.
Peperangan ini dimenangi Demak pada tahun 1527. Sejumlah besar abdi istana, seniman,
pendeta, dan anggota keluarga kerajaan mengungsi ke pulau Bali. Pengungsian ini
kemungkinan besar untuk menghindari pembalasan dan hukuman dari Demak akibat selama
ini mereka mendukung Ranawijaya melawan Kertabhumi. Dengan jatuhnya Daha yang
dihancurkan oleh Demak pada tahun 1527, kekuatan kerajaan Islam pada awal abad ke-16
akhirnya mengalahkan sisa kerajaan Majapahit.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
          Kerajaan Majapahit adalah Kerajaan bercorak Hidhu terakhir terbesar di Pulau jawa.
Kerajaan Majapahit didirikan pada tahun 1293 di Hutan Tarik, Mojokerto
Adapun raja-raja yang sempat memerintah di Kerajaan Majapahit antara lain:
1.      Raden Wijaya, bergelar Kertarajasa Jayawardhana (1293 - 1309)
2.      Kalagamet, bergelar Sri Jayanagara (1309 - 1328)
3.      Sri Gitarja, bergelar Tribhuwana Wijayatunggadewi (1328 - 1350)
4.      Hayam Wuruk, bergelar Sri Rajasanagara (1350 - 1389)
5.      Wikramawardhana (1389 - 1429)
6.      Suhita (1429 - 1447)
7.      Kertawijaya, bergelar Brawijaya I (1447 - 1451)
8.      Sri Rajasawardhana, bergelar Brawijaya II (1451 - 1453)
9.      Purwawisesa atau Girishawardhana, bergelar Brawijaya III (1456 - 1466)
10.  Bhre Pandansalas, atau Suraprabhawa, bergelar Brawijaya IV (1466 - 1468)
11.  Bhre Kertabumi, bergelar Brawijaya V (1468 - 1478)
12.  Girindrawardhana, bergelar Brawijaya VI (1478 - 1498)
13.  Hudhara, bergelar Brawijaya VII (1498-1518)

Beberapa hal yang menyebabkan kemunduran Majapahit adalah sebagai berikut.


         Tidak ada tokoh pengganti yang cakap dan berwibawa sesudah wafatnya Hayam Wuruk
(1389) dan Gajah Mada (1364).
         Perang Paregreg (1401-1406) antara Bhre Wirabhumi dan Wikramawardhana telah
melemahkan Majapahit secara keseluruhan.
         Banyak negeri bawahan Majapahit yang mencoba melepaskan diri.
         Armada Cina dibawah pimpinan Laksamana Ceng-ho sering membuat kekacauan di
wilayah laut Majapahit.
         Berkembangnya agama Islam di pesisir pantai utara Pulau Jawa telah mengurangi
dukungan terhadap Kerajaan Majapahit.
         Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15, pengaruh Majapahit di seluruh Nusantara
mulai berkurang. Pada saat bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan baru yang berdasarkan
Islam, yaitu Kesultanan Malaka.
         kekuatan Majapahit telah melemah akibat konflik dinasti ini dan mulai bangkitnya
kekuatan kerajaan-kerajaan Islam di pantai utara Jawa.

Waktu berakhirnya Kemaharajaan Majapahit berkisar pada kurun waktu tahun 1478
(tahun 1400 saka, berakhirnya abad dianggap sebagai waktu lazim pergantian dinasti dan
berakhirnya suatu pemerintahan) hingga tahun 1527.

10
3.2 Saran
Semoga apa yang dijelaskan didalam makalah kami dapat dipahami dan dipelajari
oleh pembaca. Selain itu, dengan makalah ini semoga kita dapat mengetahui sejarah-sejarah
kerajaan Hindhu-Budha terutama Kerajaan Majapahit.

                                                      

11
DAFTAR PUSTAKA

ayha-samsuel.blogspot.com/2013/10/makalah-kerajaan-majapahit.html.

Badrika, I Wayan. 2006. Sejarah Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

12

Anda mungkin juga menyukai