Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

KERAJAAN MAJAPAHIT

Disusun Oleh Kelompok 2 :


1. Arya Adi N.
2. Ayu Wulandari
3. Berlian Ruspita S.
4. Crisya Ayu N.
5. Edo Karisma P.
6. Ega Arunita

X MIPA 2
SMA NEGERI 1 PARANG
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Alhamulillah Hirobbil Alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi
rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis mampu dan dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata pelajaran sejarah tentang Sejarah Kerajaan
Majapahit.
Penulisan makalah ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan, bimbingan dan arahan
dari berbagai pihak. Semoga budi baik mereka diterima Allah SWT sebagai amal ibadah dan
akan diberi balasan berupa pahala yang berlipat ganda. Dan penulis menyadari bahwa penulisan
makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca guna penyempurnaan makalah ini.
Penulis mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukan khususnya untuk teman-teman di sekolah dan masyarakat pada umumnya.

Parang Oktober 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................................. i


KATA PENGANTAR ................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 1
C. Tujuan Penelitian................................................................................................... 1
D. Manfaat Penelitian................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
I. Kajian Teori........................................................................................................... 2
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................................ 6
B. Saran ...................................................................................................................... 6

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan Hindu terbesar di Indonesia. Kerajaan Majapahit
berpusat di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Pada puncak kejayaannya Majapahit hampir
menguasai seluruh wilayah Indonesia. Berita mengenai keberadaan kerajaan Majapahit
disebutkan dalam kitab-kitab kuno seperti Pararaton, Negara Kertagama, dan Sundayana. Kita
Pararaton menjelaskan tentang silsilah raja-raja Singasari dan Majapahit. Kitab Negara
Kertagama menjelaskan keadaan kota Majapahit, daerah jarahan, dan perjalanan Hayam
Wuruk mengelilingi daerah kekuasaannya. Kitab Sundayana menjelaskan tentang perang
Bubat.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi geografis dan kehidupan politik kerajaan Majapahit?
2. Bagaimana masa pemerintahan pada tiap-tiap raja lerajaan Majapahit?
3. Apa yang menyebabkan mundurnya kerajaan Majapahit?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kondisi geografis dan kehidupan politik kerajaan Majapahit.
2. Untuk mengetahui masa pemerintahan pada tiap-tiap raja.
3. Untuk mengetahui apa yang menyebabkan mundurnya kerajaan Majapahit.

D. Manfaat Penelitian
Supaya dapat mengetahui masa pemerintahan pada tiap-tiap raja. Mengetahui kondisi
geografis dan kehidupan politik kerajaan Majapahit, serta dapat mengetahui apa yang
menyebabkan mundurnya kerajaan Majapahit.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kajian Teori
a) Kondisi Geografis

Kerajaan Majapahit mengembangkan sektor agraris dalam kegiatan perekonomiannya.


Sektor agraris kerajaan Majapahit tidak lepas dari keberadaan sungai Brantas. Sungai Brantas
memang memiliki peranan penting dalam perkembangan kerajaan Majapahit. Selain menunjang
kegiatan pertanian. Sungai Brantas menjadikan Majapahit berkembang sebagai kerajaan Maritim
terbesar di Indonesia. Sungai Brantas sarana transportasi dan jalur perdagangan yang penting bagi
perekonomian Majapahit. Sungai ini menghubungkan wilayah pedalaman dan pesisir Majapahit.

b) Kehidupan Politik dan Pemerintahan

setelah Kerajaan Singasari runtuh, Raden Wijaya (menantu Kertanegara) berhasil


menyelamatkan diri dari kejaran pasukan Kediri. Raden Wijaya melanjutkan perjalanan ke
Madura untuk meminta bantuan dan perlindungan kepada Arya Wiraraja, Bupati Sumenep. Atas
naihat Arya Wiraraja, Raden Wijaya menyerahkan diri kepada Jayakatwang dan kemudian
menghamba kepadanya. Raden Wijaya diperbolehkan membuka hutan Tarik yang terletak di
dekat sungai Brantas.

Selanjutnya, Raden Wijaya menghimpun orang-orang Tumapel dan Madura menjadi


pasukan dalam rangka persiapan merebut kembali kekuasaan dari tangan Jayakatwang. Setelah
persiapan perebutan kekuasaan sudah selesai, datanglah bala tentara Tartar dari Cina-Mongol
yang dikirim oleh Kaisar Kubilai Khan untuk menghukum raja Jawa, yaitu Kertanegara yang
pernah menghina utusan Kubilai Khan. Tentara Tartar yang mendara di Tuban dan sedayu
(Sugalu) dipimpin oleh Panglima Shih-pi, Yi-Ko-mu-sa, dan Kau-hsing, belum mengetahui
bahwa Raja Kertanegara telah meninggal akibat serangan Jayakatwang. Akan tetapi, mereka
bersikeras untuk menghukum raja Jawa. Mereka lalu berangkat untuk menyerbu Jayakatwang.

Kesempatan itu dimanfaatkan oleh Raden Wijaya untuk membalas dendam kepada
Jayakatwang. Ketika bertemu dengan perutusan tentara Tartar, Raden Wijaya bersedia tunduk
kepada kekuasaan Kubilai Khan dan membantu tentara Tartar untuk menghukum raja Jawa di
Kediri. Tentara Raden Wijaya dan pasukan Arya Wiraraja dari Madura lalu bergabung bersama
tentara Tartar untuk menghancurkan Kediri.

2
Dalam pertempuran itu tentara Kediri dapat dengan mudah ditaklukkan. Jayaktwang dan
Ardharaja dapat ditangkap dan di bawa ke benteng pertahanan tenrara Tartar di Hujung Galuh. Di
sana Jayakatwang dibunuh oleh pasukan Tartar. Hancurnya pasukan Kediri menandai tamatnya
irwayat Kerajaan Kediri yang dibangun kembali oleh Jayakatwang.

Pada waktu tentara Tartar hendak kembali ke pelabuhan karena tugasnya selesai, Raden
Wijaya berbalik menyerang. Lebih dari 3.000 tentara Tartar dapat dibinasakan oleh pasukan
Raden Wijaya dan sisanya kembali ke negerinya. Setelah berhasil mengusir tentara Tartar, Raden
Wijaya dinobatkan sebagai Raja Majapahit dengan gelar Sri Kertarajasa Jayawardhana pada
tahun 1293.

1. Masa Pemerintahan Kartarajasa Jayawardhana (1293-1309 m)

Menurut prasasti gunung butak dan kitab Pararaton Raden Wijaya adalah menantu dari
Kartanegara. Raden Wijaya memperistri empat putri Kartanegara yaitu Dyah Dewi
Tribhuwaneswari (yang tertua) sebagai parameswari, Dyah Dewi Narendraduhita sebagai
mahadewi, dyah Dewi Prajnaparamita Jayendradewi, dan Dyah Dewi Gayatri (putri bungsu)
sebagai Rajaparni.

Akan tetapi perkawinan itu lebih berlatar belakang politis, yaitu agar tidak terjadi
perebutan kekuasaan di dalam anggota keturunan Kartanegara.

Raden Wijaya mempunyai tiga anak. Dari Tribuwangsari mempunyai putra bernama
Jayanegara, sedangkan dari Hayatri mempunyai dua Putri yaitu Sri Gitarja atau Tribuana dan
Dyah Wiyat atau Rajadewi Maharajasa.

Pada masa pemerintahannya, Raden Wijaya lebih mengutamakan konsolidasi kekuatan


dalam kerajaan. Orang-orang yang berjasa dalam perjuangan pembentukan Majapahit diberi
penghargaan misalnya Arya Wiraraja diberi kedudukan yang tinggi dan diberi kekuasaan atas
daerah tumalang dan Blambangan. Desa kudadu dijadikan daerah perdikan atau bebas pajak
karena membantu Raden Wijaya sewaktu meloloskan diri dari kerajaan pasukan Kediri. Wilayah
kekuasaan Majapahit belum luas, diperkirakan meliputi wilayah Kediri, Singosari dan Madura.

Pada tahun 1309, Raden Wijaya wafat dan dimakamkan di candi simping syiwa dan di
antanpura (dekat trowulan) sebagai Dhyani Budha. Arca perwujudanya berbentuk harihara (arca
perwujudan wisnu dan syiwa dalam satu arca).

2. Masa Pemerintahan Jaya Negara (1309 – 1328 m)

Pemberontakan penting yang pernah terjadi pada masa pemerintahan Jaya Negara antara
lain pemberontakan Runggalawe yang pecah pada tahun 1309. Lembu sura pada tahun 1311.
Gajah Biru yang kemudian disusul dengan Gajah Demung pada tahun 1313. Nambi yang
menjabat Rakyan patih Majapahit terjadi pada tahun 1316. Serta Kuti dan Semi pada tahun 1319.

Pemberontakan Kuti hampir membawa keruntuhan bagi Majapahit karena berhasil


menduduki ibukota Majapahit. Jaya Negara terpaksa melarikan diri ke desa Bandunde rdan hanya
diikuti oleh sejumlah pasukan Bhayangkara (pengawal pribadi raja). Yang dipimpin oleh Gajah
Mada. Berkat kecakapan Gajah Mada, pemberontakan akhirnya dapat di tumpas.

3. Masa Pemerintahan Tribhuwana Tungga Dewi

Pada masa pemerintahan Trhuwana ini terjadi pemberontakan di daerah Besuki yang di
pimpin oleh Sadeng dan Keta pada tahun 1331. Pemberontakannya sangat membahayakan
keselamatan Majapahit oleh karena itu menteri pelaksana waktu itu yaitu Arya tadah yang sedang
sakit mengusulkan agar Gajah Mada diangkat sebagai panglima perang untuk menumpas
pemberontakan tersebut.
3
Setelah pemberontakan Sadeng dan Keta dapat dipadamkan. Gajah Mada diangkat
menjadi patih Mangkubumi Majapahit menggantikan Arya Tadah. Pada saat pelantikannya Gajah
Mada mengucap sumpah Tan Amukti Palapa.

Pada tahun 1350 Gayatri wafat dan dimakamkan di Bhalango (dekat tulungagung) karena
kematian ibunya. Tribuwana mengundurkan diri sebaga iraja selanjutnya. Tahta Kerajaan
diserahkan kepada putranya. Hayam Wuruk yang baru berusia 16 tahun.

4. Masa Pemerintahan Hayam Wuruk

Pad masa pemerintahan Hayam Wuruk, kerajaan Majapahit mengalami zaman keemasan.
Hayam Wuruk juga dikenal sebagai Raja yang dapat menciptakan kerukunan dan toleransi
beragama diantara rakyatnya. Kerukunan itu digambarkan oleh Mpu Tantular dalam kitab
Sutasoma. Dalam kitab tersebut teradapak kalimat “Bhineka Tunggal Ika” yang artinya
“walaupun berbeda-beda tetap satu”.

Dalam beberapa tahun saja dan untuk mewujudkan sumpah palapa, Gajah Mada dapat
memimpin pasukan kerajaan Majapahit menyerang dan menaklukkan daerah-daerah di nusantara.
Menurut buku Negara Kertagama, daerah-daerah yang mengakui kedaulatan Majapahit pada
waktu itu adalah sebagai berikut :

a) Daerah Melayu meliputi : Jambi, Minangkabau, Si’ak, Kampar, Rokan, Mandailing,


Tamiang, Deriak, Karitang, Padanglawas, dan Lampung.

b) Daerah Malaka meliputi : Pahang, Langkasuka, Trengganu, Tumasik, Daerah sungai


pattani, dan Kuala Lumpur.

c) Daerah Jawa meliputi : Daha (Kediri), Jagaraga, Kahuripan (Jenggala),


Tantungpura, Pajang, Kembangjenar, Matahun, Wirabhumi,
Keling, Kalingapura, Pandan satas, Paguhan, Wengker,
Kabaran, Tumapel, Singosari, Singapura, Pamotan,
Mataram, Lasem, Pakembangan, dan Pawwanawwan.
Daerah Pasundan (jawa Barat) ternyata tidak dimasukkan
sebagai bagian wilayah kekuasaan Majapahit.

d) Daerah bagian timur meliputi : Nusa Penida, Bima, Dompo, Seram, Wuanin di Papua
barat, Lumak, Makasar, Selayar, dan Calyoa (kagean)

namun masih ada satu daerah di Jawa yang belum tunduk kepada Majapahit, yaitu
kerajaan Sunda di Jawa Barat. Kerajaan itu pernah diserang dua kali namun mengalami
kegagalan. Gajah Mada kemudian berusaha menundukkan secara diplomatis dan kekeluargaan.
Pada tahun 1357 Hayam Wuruk bermaksud meminang putri Sri Baduga yang bernama Dyah
Pitaloka (Citrasmi) untuk dijadikan permaisurinya. Pada awalnya Hayam Wuruk bersedia
menjemput calon istrinya. Akan tetapi Gajah Mada menghendaki agar Dyah Pitaloka diantarkan
sendiri oleh Raja Pajajaran sebagai tanda tunduk Raja Sunda kepada Majapahit. Maksud ini
ditolak oleh Sri Baduga sehingga terjadilah pertempuran sengit yang tidak seimbang. Sri Baduga
beserta pengikutnya terbunuh. Sedangkan Dyah Pitaloka kemudian bunuh diri. Peristiwa itu
kemudia disebut dengan perang Bubat.

Setelah Gajah mada wafat pada tahun 1364, Raja Hayam Wuruk mengadakan sidang
dewan sapta prabu untuk mencari pengganti Gajah Mada, akan tetapi tidak ada yang benar-benar
cakap dan kuat untuk menggantikan kedudukan patih Gajah Mada. Akhirnya diputuskan untuk
membentuk Dewan Mentri yang terdiri dari empat orang. Akan tetapi hal itu tidak berlangsung
lama karena pemimpin dewan Mentri digantikan oleh Gajah Enggon dan Gajah Mungkur.

4
Akhirnya Hayam Wuruk mengangkat Gajah Mungkur sebagai pemimpin tunggal eksekutif
kerajaan.

Pada tahun 1389, Raja Hayam Wuruk mangkat dan dimakamkan di candi Ngetos, dekat
Berbek, Nganjuk. Raja Hayam Wuruk meninggalkan seorang putri bernama Kusumawardhani
yang kemudian dinikahkan dengan Wikramawardhana.

Berdasarkan sumber-sumber sejarah yang ditemukan dapat disimpulkan bahwa Majapahit


menganut sistem pemerintahan bersifat desentralisasi. Berdasarkan sumber Negarakertagama,
Raja Hayam Wuruk pernah melakukan perjalanan ke daerah Lamajang (Lumajang) dalam rangka
melakukan konsolidasi politik. Dalam hubungan luar negri, kerajaan Majapahit berusaha
mengembangkan politik bertetangga baik (mitreka satata) dengan kerajaan-kerajaan di
mancanegara.

c) Kemunduran Kerajaan Majapahit

perihal kesuraman zaman Majapahit dapat diketahui dengan ditemukannya relief baru di
Candi Sawentar II di Desa Swentar Kecamatan Kanigoro, Blitar yang menggunakan angka tahun
Candrasengkala (gambar simbol). Relief tersebut berbunyi Nagaraja anabut Surya, yaitu
menggambarkan naga bermahkota sedang menelan matahari, simbol kerajaan Majapahit. Jika
ditafsirkan, kalimat itu mengisyaratkan angka tahun 1318 m atau 1396 m.

faktor-faktor yang menyebabkan keruntuhan Majapahit adala hsebagai berikut :

a) Terjadinya perang saudara, yaitu perang Paregreg yang sangat melemahkan Majapahit.
b) Tidak ada pembentukan kader kepemimpinan karena selama berkuasa Gajah Mada tidak
memberi kesempatan kepada generasi muda untuk tampil ke depan.
c) Banyak kerajaan bawahan yang melepaskan diri dan menjadi negara bebas setelah
Majapahit mengalami kekacauan. Kondisi itu terjad iseiring dengan makin lemahnya
angkatan perang Majapahit.
d) Masuk dan berkembangnya agama Islam di Jawa Timur yang menyebabkan kekuatan
dalam masyarakat tidak mendukung pemerintahan Majapahit yang beragama Hindu-
Budha.
e) Kemunduran di bidang perdagnanan karena Mnajapahit sudah tidak mampu melindungi
pusat-pusat perdangan.

5
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan dengan penelitian yang tela hdilakukan, maka dapat diberikan kesimpulan
bahwa kehidupan tiap-tiap raja itu berbeda, dan mundurnya kerajaan Majapahit itu karena apa
saja.

B. Saran

Dalam mempelajari sejarah ada beberapa manfaat yang didapatkan yakni :

1. Memberikan pelajaran (edukasi) karena kita dapat belajar dari peristiwa masa lalu dan
berupaya untuk meraih kehidupan yang lebih baik.
2. Memberikan ilmu (inspirasi) karena tindakan kepahlawanan dan peristiwa amsa lalu dapat
memberikan inspirasi pada perjuangan masa kini.
3. Memberikan kesenangan (rekreatif) karena kita bisa terpesona oleh kisa yang baik.

Anda mungkin juga menyukai