KERAJAAN MAJAPAHIT
X MIPA 2
SMA NEGERI 1 PARANG
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Alhamulillah Hirobbil Alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi
rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis mampu dan dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata pelajaran sejarah tentang Sejarah Kerajaan
Majapahit.
Penulisan makalah ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan, bimbingan dan arahan
dari berbagai pihak. Semoga budi baik mereka diterima Allah SWT sebagai amal ibadah dan
akan diberi balasan berupa pahala yang berlipat ganda. Dan penulis menyadari bahwa penulisan
makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca guna penyempurnaan makalah ini.
Penulis mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukan khususnya untuk teman-teman di sekolah dan masyarakat pada umumnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan Hindu terbesar di Indonesia. Kerajaan Majapahit
berpusat di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Pada puncak kejayaannya Majapahit hampir
menguasai seluruh wilayah Indonesia. Berita mengenai keberadaan kerajaan Majapahit
disebutkan dalam kitab-kitab kuno seperti Pararaton, Negara Kertagama, dan Sundayana. Kita
Pararaton menjelaskan tentang silsilah raja-raja Singasari dan Majapahit. Kitab Negara
Kertagama menjelaskan keadaan kota Majapahit, daerah jarahan, dan perjalanan Hayam
Wuruk mengelilingi daerah kekuasaannya. Kitab Sundayana menjelaskan tentang perang
Bubat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi geografis dan kehidupan politik kerajaan Majapahit?
2. Bagaimana masa pemerintahan pada tiap-tiap raja lerajaan Majapahit?
3. Apa yang menyebabkan mundurnya kerajaan Majapahit?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kondisi geografis dan kehidupan politik kerajaan Majapahit.
2. Untuk mengetahui masa pemerintahan pada tiap-tiap raja.
3. Untuk mengetahui apa yang menyebabkan mundurnya kerajaan Majapahit.
D. Manfaat Penelitian
Supaya dapat mengetahui masa pemerintahan pada tiap-tiap raja. Mengetahui kondisi
geografis dan kehidupan politik kerajaan Majapahit, serta dapat mengetahui apa yang
menyebabkan mundurnya kerajaan Majapahit.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Teori
a) Kondisi Geografis
Kesempatan itu dimanfaatkan oleh Raden Wijaya untuk membalas dendam kepada
Jayakatwang. Ketika bertemu dengan perutusan tentara Tartar, Raden Wijaya bersedia tunduk
kepada kekuasaan Kubilai Khan dan membantu tentara Tartar untuk menghukum raja Jawa di
Kediri. Tentara Raden Wijaya dan pasukan Arya Wiraraja dari Madura lalu bergabung bersama
tentara Tartar untuk menghancurkan Kediri.
2
Dalam pertempuran itu tentara Kediri dapat dengan mudah ditaklukkan. Jayaktwang dan
Ardharaja dapat ditangkap dan di bawa ke benteng pertahanan tenrara Tartar di Hujung Galuh. Di
sana Jayakatwang dibunuh oleh pasukan Tartar. Hancurnya pasukan Kediri menandai tamatnya
irwayat Kerajaan Kediri yang dibangun kembali oleh Jayakatwang.
Pada waktu tentara Tartar hendak kembali ke pelabuhan karena tugasnya selesai, Raden
Wijaya berbalik menyerang. Lebih dari 3.000 tentara Tartar dapat dibinasakan oleh pasukan
Raden Wijaya dan sisanya kembali ke negerinya. Setelah berhasil mengusir tentara Tartar, Raden
Wijaya dinobatkan sebagai Raja Majapahit dengan gelar Sri Kertarajasa Jayawardhana pada
tahun 1293.
Menurut prasasti gunung butak dan kitab Pararaton Raden Wijaya adalah menantu dari
Kartanegara. Raden Wijaya memperistri empat putri Kartanegara yaitu Dyah Dewi
Tribhuwaneswari (yang tertua) sebagai parameswari, Dyah Dewi Narendraduhita sebagai
mahadewi, dyah Dewi Prajnaparamita Jayendradewi, dan Dyah Dewi Gayatri (putri bungsu)
sebagai Rajaparni.
Akan tetapi perkawinan itu lebih berlatar belakang politis, yaitu agar tidak terjadi
perebutan kekuasaan di dalam anggota keturunan Kartanegara.
Raden Wijaya mempunyai tiga anak. Dari Tribuwangsari mempunyai putra bernama
Jayanegara, sedangkan dari Hayatri mempunyai dua Putri yaitu Sri Gitarja atau Tribuana dan
Dyah Wiyat atau Rajadewi Maharajasa.
Pada tahun 1309, Raden Wijaya wafat dan dimakamkan di candi simping syiwa dan di
antanpura (dekat trowulan) sebagai Dhyani Budha. Arca perwujudanya berbentuk harihara (arca
perwujudan wisnu dan syiwa dalam satu arca).
Pemberontakan penting yang pernah terjadi pada masa pemerintahan Jaya Negara antara
lain pemberontakan Runggalawe yang pecah pada tahun 1309. Lembu sura pada tahun 1311.
Gajah Biru yang kemudian disusul dengan Gajah Demung pada tahun 1313. Nambi yang
menjabat Rakyan patih Majapahit terjadi pada tahun 1316. Serta Kuti dan Semi pada tahun 1319.
Pada masa pemerintahan Trhuwana ini terjadi pemberontakan di daerah Besuki yang di
pimpin oleh Sadeng dan Keta pada tahun 1331. Pemberontakannya sangat membahayakan
keselamatan Majapahit oleh karena itu menteri pelaksana waktu itu yaitu Arya tadah yang sedang
sakit mengusulkan agar Gajah Mada diangkat sebagai panglima perang untuk menumpas
pemberontakan tersebut.
3
Setelah pemberontakan Sadeng dan Keta dapat dipadamkan. Gajah Mada diangkat
menjadi patih Mangkubumi Majapahit menggantikan Arya Tadah. Pada saat pelantikannya Gajah
Mada mengucap sumpah Tan Amukti Palapa.
Pada tahun 1350 Gayatri wafat dan dimakamkan di Bhalango (dekat tulungagung) karena
kematian ibunya. Tribuwana mengundurkan diri sebaga iraja selanjutnya. Tahta Kerajaan
diserahkan kepada putranya. Hayam Wuruk yang baru berusia 16 tahun.
Pad masa pemerintahan Hayam Wuruk, kerajaan Majapahit mengalami zaman keemasan.
Hayam Wuruk juga dikenal sebagai Raja yang dapat menciptakan kerukunan dan toleransi
beragama diantara rakyatnya. Kerukunan itu digambarkan oleh Mpu Tantular dalam kitab
Sutasoma. Dalam kitab tersebut teradapak kalimat “Bhineka Tunggal Ika” yang artinya
“walaupun berbeda-beda tetap satu”.
Dalam beberapa tahun saja dan untuk mewujudkan sumpah palapa, Gajah Mada dapat
memimpin pasukan kerajaan Majapahit menyerang dan menaklukkan daerah-daerah di nusantara.
Menurut buku Negara Kertagama, daerah-daerah yang mengakui kedaulatan Majapahit pada
waktu itu adalah sebagai berikut :
d) Daerah bagian timur meliputi : Nusa Penida, Bima, Dompo, Seram, Wuanin di Papua
barat, Lumak, Makasar, Selayar, dan Calyoa (kagean)
namun masih ada satu daerah di Jawa yang belum tunduk kepada Majapahit, yaitu
kerajaan Sunda di Jawa Barat. Kerajaan itu pernah diserang dua kali namun mengalami
kegagalan. Gajah Mada kemudian berusaha menundukkan secara diplomatis dan kekeluargaan.
Pada tahun 1357 Hayam Wuruk bermaksud meminang putri Sri Baduga yang bernama Dyah
Pitaloka (Citrasmi) untuk dijadikan permaisurinya. Pada awalnya Hayam Wuruk bersedia
menjemput calon istrinya. Akan tetapi Gajah Mada menghendaki agar Dyah Pitaloka diantarkan
sendiri oleh Raja Pajajaran sebagai tanda tunduk Raja Sunda kepada Majapahit. Maksud ini
ditolak oleh Sri Baduga sehingga terjadilah pertempuran sengit yang tidak seimbang. Sri Baduga
beserta pengikutnya terbunuh. Sedangkan Dyah Pitaloka kemudian bunuh diri. Peristiwa itu
kemudia disebut dengan perang Bubat.
Setelah Gajah mada wafat pada tahun 1364, Raja Hayam Wuruk mengadakan sidang
dewan sapta prabu untuk mencari pengganti Gajah Mada, akan tetapi tidak ada yang benar-benar
cakap dan kuat untuk menggantikan kedudukan patih Gajah Mada. Akhirnya diputuskan untuk
membentuk Dewan Mentri yang terdiri dari empat orang. Akan tetapi hal itu tidak berlangsung
lama karena pemimpin dewan Mentri digantikan oleh Gajah Enggon dan Gajah Mungkur.
4
Akhirnya Hayam Wuruk mengangkat Gajah Mungkur sebagai pemimpin tunggal eksekutif
kerajaan.
Pada tahun 1389, Raja Hayam Wuruk mangkat dan dimakamkan di candi Ngetos, dekat
Berbek, Nganjuk. Raja Hayam Wuruk meninggalkan seorang putri bernama Kusumawardhani
yang kemudian dinikahkan dengan Wikramawardhana.
perihal kesuraman zaman Majapahit dapat diketahui dengan ditemukannya relief baru di
Candi Sawentar II di Desa Swentar Kecamatan Kanigoro, Blitar yang menggunakan angka tahun
Candrasengkala (gambar simbol). Relief tersebut berbunyi Nagaraja anabut Surya, yaitu
menggambarkan naga bermahkota sedang menelan matahari, simbol kerajaan Majapahit. Jika
ditafsirkan, kalimat itu mengisyaratkan angka tahun 1318 m atau 1396 m.
a) Terjadinya perang saudara, yaitu perang Paregreg yang sangat melemahkan Majapahit.
b) Tidak ada pembentukan kader kepemimpinan karena selama berkuasa Gajah Mada tidak
memberi kesempatan kepada generasi muda untuk tampil ke depan.
c) Banyak kerajaan bawahan yang melepaskan diri dan menjadi negara bebas setelah
Majapahit mengalami kekacauan. Kondisi itu terjad iseiring dengan makin lemahnya
angkatan perang Majapahit.
d) Masuk dan berkembangnya agama Islam di Jawa Timur yang menyebabkan kekuatan
dalam masyarakat tidak mendukung pemerintahan Majapahit yang beragama Hindu-
Budha.
e) Kemunduran di bidang perdagnanan karena Mnajapahit sudah tidak mampu melindungi
pusat-pusat perdangan.
5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dengan penelitian yang tela hdilakukan, maka dapat diberikan kesimpulan
bahwa kehidupan tiap-tiap raja itu berbeda, dan mundurnya kerajaan Majapahit itu karena apa
saja.
B. Saran
1. Memberikan pelajaran (edukasi) karena kita dapat belajar dari peristiwa masa lalu dan
berupaya untuk meraih kehidupan yang lebih baik.
2. Memberikan ilmu (inspirasi) karena tindakan kepahlawanan dan peristiwa amsa lalu dapat
memberikan inspirasi pada perjuangan masa kini.
3. Memberikan kesenangan (rekreatif) karena kita bisa terpesona oleh kisa yang baik.