D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
NABILA GERINA PUTRI
Kelas
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah “Kerajaan Majapahit” ini dapat
diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalwat dan salam semoga terlimpahkan
kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita
selaku umatnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Berdirinya Kerajaan Majapahit................................................ 3
B. Sistem Pemerintahan Kerajaan Majapahit............................................ 4
C. Kebudayaan Kerajaan Majapahit.......................................................... 8
D. Kehidupan Ekonomi Kerajaan Majapahit............................................. 9
E. Aliran Kepercayaan Kerajaan Majapahit.............................................. 11
F. Masa Kejayaan Kerajaan Majapahit..................................................... 13
G. Surutnya Kerajaan Majapahit............................................................... 14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 18
B. Saran..................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kerajaan Majapahit adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa
Timur, Indonesia, yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M.
Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya menjadi kemaharajaan raya yang
menguasai wilayah yang luas di Nusantara pada masa kekuasaan Hayam
Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389. Kerajaan Majapahit
adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan
dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia.
Menurut Negarakertagama, kekuasaannya terbentang di Jawa, Sumatra,
Semenanjung Malaya, Kalimantan, hingga Indonesia timur, meskipun
wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan.
Hanya terdapat sedikit bukti fisik dari sisa-sisa Kerajaan Majapahit, dan
sejarahnya tidak jelas. Sumber utama yang digunakan oleh para sejarawan
adalah Pararaton ('Kitab Raja-raja') dalam bahasa Kawi dan Nagarakretagama
dalam bahasa Jawa Kuno. Pararaton terutama menceritakan Ken Arok
(pendiri Kerajaan Singhasari) namun juga memuat beberapa bagian pendek
mengenai terbentuknya Majapahit. Sementara itu, Nagarakertagama
merupakan puisi Jawa Kuno yang ditulis pada masa keemasan Majapahit di
bawah pemerintahan Hayam Wuruk. Kakawin Nagarakretagama pada tahun
2008 diakui sebagai bagian dalam Daftar Ingatan Dunia (Memory of the
World Programme) oleh UNESCO. Setelah masa itu, hal yang terjadi
tidaklah jelas. Selain itu, terdapat beberapa prasasti dalam bahasa Jawa Kuno
maupun catatan sejarah dari Tiongkok dan negara-negara lain.
Keakuratan semua naskah berbahasa Jawa tersebut dipertentangkan.
Tidak dapat disangkal bahwa sumber-sumber itu memuat unsur non-historis
dan mitos. Beberapa sarjana seperti C.C. Berg menganggap semua naskah
tersebut bukan catatan masa lalu, tetapi memiliki arti supernatural dalam hal
dapat mengetahui masa depan. Namun, banyak pula sarjana yang
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam
makalah ini adalah:
1. Bagaimanakah sejarah kerajaan Majapahit?
2. Bagaimanakah sistem pemerintahan kerajaan Majapahit?
3. Bagaimanakah kebudayaan kerajaan Majapahit?
4. Bagaimanakah kehidupan ekonomi kerajaan Majapahit?
5. Bagaimanakah kepercayaan keagamaan kerajaan Majapahit?
6. Kapan masa kejayaan kerajaan Majapahit?
7. Bagaimana proses surutnya kerajaan Majapahit?
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
militernya di sini; akan tetapi, tantangan apa pun yang terlihat mengancam
ketuanan Majapahit atas wilayah itu akan menuai reaksi keras. Termasuk
dalam area ini adalah kerajaan kecil dan koloni di Maluku, Kepulauan Nusa
Tenggara, Sulawesi, Kalimantan, dan Semenanjung Malaya. Ketiga kategori
itu masuk ke dalam lingkaran pengaruh Kerajaan Majapahit. Akan tetapi
Majapahit juga mengenal lingkup keempat yang didefinisikan sebagai
hubungan diplomatik luar negeri.
Mitreka Satata, yang secara harafiah berarti "mitra dengan tatanan
(aturan) yang sama". Hal itu menunjukkan negara independen luar negeri
yang dianggap setara oleh Majapahit, bukan sebagai bawahan dalam kekuatan
Majapahit. Menurut Negarakertagama pupuh 15, bangsa asing adalah
Syangkayodhyapura (Ayutthaya di Thailand), Dharmmanagari (Kerajaan
Nakhon Si Thammarat), Marutma, Rajapura dan Sinhanagari (kerajaan di
Myanmar), Kerajaan Champa, Kamboja (Kamboja), dan Yawana (Annam).
Mitreka Satata dapat dianggap sebagai aliansi Majapahit, karena kerajaan
asing di luar negeri seperti China dan India tidak termasuk dalam kategori ini
meskipun Majapahit telah melakukan hubungan luar negeri dengan kedua
bangsa ini.
Pola kesatuan politik khas sejarah Asia Tenggara purba seperti ini
kemudian diidentifikasi oleh sejarahwan modern sebagai "mandala", yaitu
kesatuan yang politik ditentukan oleh pusat atau inti kekuasaannya daripada
perbatasannya, dan dapat tersusun atas beberapa unit politik bawahan tanpa
integrasi administratif lebih lanjut. Daerah-daerah bawahan yang termasuk
dalam lingkup mandala Majapahit, yaitu wilayah Mancanegara dan
Nusantara, umumnya memiliki pemimpin asli penguasa daerah tersebut yang
menikmati kebebasan internal cukup luas. Wilayah-wilayah bawahan ini
meskipun sedikit-banyak dipengaruhi Majapahit, tetap menjalankan sistem
pemerintahannya sendiri tanpa terintegrasi lebih lanjut oleh kekuasaan pusat
di ibu kota Majapahit. Pola kekuasaan mandala ini juga ditemukan dalam
kerajaan-kerajaan sebelumnya, seperti Sriwijaya dan Angkor, serta mandala-
mandala tetangga Majapahit yang sezaman; Ayutthaya dan Champa.
8
keping koin China kuno seberat sekitar 40 kilogram digali dari halaman
belakang seorang penduduk di Sidoarjo.
Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Timur memastikan
bahwa koin tersebut berasal dari era Majapahit. Alasan penggunaan uang
logam atau koin asing ini tidak disebutkan dalam catatan sejarah, akan tetapi
kebanyakan ahli menduga bahwa dengan semakin kompleksnya ekonomi
Jawa, maka diperlukan uang pecahan kecil atau uang receh dalam sistem
mata uang Majapahit agar dapat digunakan dalam aktivitas ekonomi sehari-
hari di pasar Majapahit. Peran ini tidak cocok dan tidak dapat dipenuhi oleh
uang emas dan perak yang mahal.
Beberapa gambaran mengenai skala ekonomi dalam negeri Jawa saat itu
dikumpulkan dari berbagai data dan prasasti. Prasasti Canggu yang berangka
tahun 1358 menyebutkan sebanyak 78 titik perlintasan berupa tempat perahu
penyeberangan di dalam negeri (mandala Jawa). Prasasti dari masa Majapahit
menyebutkan berbagai macam pekerjaan dan spesialisasi karier, mulai dari
pengrajin emas dan perak, hingga penjual minuman, dan jagal atau tukang
daging. Meskipun banyak di antara pekerjaan-pekerjaan ini sudah ada sejak
zaman sebelumnya, namun proporsi populasi yang mencari pendapatan dan
bermata pencarian di luar pertanian semakin meningkat pada era Majapahit.
Menurut catatan Wang Ta-Yuan, pedagang Tiongkok, komoditas ekspor
Jawa pada saat itu ialah lada, garam, kain, dan burung kakak tua, sedangkan
komoditas impornya adalah mutiara, emas, perak, sutra, barang keramik, dan
barang dari besi. Mata uangnya dibuat dari campuran perak, timah putih,
timah hitam, dan tembaga. Selain itu, catatan Odorico da Pordenone,
biarawan Katolik Roma dari Italia yang mengunjungi Jawa pada tahun 1321,
menyebutkan bahwa istana raja Jawa penuh dengan perhiasan emas, perak,
dan permata.
Kemakmuran Majapahit diduga karena dua faktor. Faktor pertama;
lembah sungai Brantas dan Bengawan Solo di dataran rendah Jawa Timur
utara sangat cocok untuk pertanian padi. Pada masa jayanya Majapahit
membangun berbagai infrastruktur irigasi, sebagian dengan dukungan
11
Walaupun batu bata telah digunakan dalam candi pada masa sebelumnya,
arsitek Majapahitlah yang paling ahli menggunakannya. Candi-candi
Majapahit berkualitas baik secara geometris dengan memanfaatkan getah
tumbuhan merambat dan gula merah sebagai perekat batu bata. Contoh candi
Majapahit yang masih dapat ditemui sekarang adalah Candi Tikus dan
Gapura Bajang Ratu di Trowulan, Mojokerto. Beberapa elemen arsitektur
berasal dari masa Majapahit, antara lain gerbang terbelah candi bentar, gapura
paduraksa (kori agung) beratap tinggi, dan pendopo berdasar struktur bata.
Gaya bangunan seperti ini masih dapat ditemukan dalam arsitektur Jawa dan
Bali.
Catatan yang berasal dari sumber Italia mengenai Jawa pada era
Majapahit didapatkan dari catatan perjalanan Mattiussi, seorang pendeta Ordo
Fransiskan dalam bukunya: "Perjalanan Pendeta Odorico da Pordenone". Ia
mengunjungi beberapa tempat di Nusantara: Sumatera, Jawa, dan
Banjarmasin di Kalimantan. Ia dikirim Paus untuk menjalankan misi Katolik
di Asia Tengah. Pada 1318 ia berangkat dari Padua, menyeberangi Laut
Hitam dan menembus Persia, terus hingga mencapai Kolkata, Madras, dan
Srilanka. Lalu menuju kepulauan Nikobar hingga mencapai Sumatera, lalu
mengunjungi Jawa dan Banjarmasin. Ia kembali ke Italia melalui jalan darat
lewat Vietnam, China, terus mengikuti Jalur Sutra menuju Eropa pada 1330.
Di buku ini ia menyebut kunjungannya di Jawa tanpa menjelaskan lebih
rinci nama tempat yang ia kunjungi. Disebutkan raja Jawa menguasai tujuh
raja bawahan. Disebutkan juga di pulau ini terdapat banyak cengkeh,
kemukus, pala, dan berbagai rempah-rempah lainnya. Ia menyebutkan istana
raja Jawa sangat mewah dan mengagumkan, penuh bersepuh emas dan perak.
Ia juga menyebutkan raja Mongol beberapa kali berusaha menyerang Jawa,
tetapi selalu gagal dan berhasil diusir kembali. Kerajaan Jawa yang
disebutkan di sini tak lain adalah Majapahit yang dikunjungi pada suatu
waktu dalam kurun 1318-1330 pada masa pemerintahan Jayanegara.
13
Kisah Pasunda Bubat menjadi tema utama dalam naskah Kidung Sunda yang
disusun pada zaman kemudian di Bali dan juga naskah Carita Parahiyangan.
Kisah ini disinggung dalam Pararaton tetapi sama sekali tidak disebutkan
dalam Nagarakretagama.
Kakawin Nagarakretagama yang disusun pada tahun 1365 menyebutkan
budaya keraton yang adiluhung, anggun, dan canggih, dengan cita rasa seni
dan sastra yang halus dan tinggi, serta sistem ritual keagamaan yang rumit.
Sang pujangga menggambarkan Majapahit sebagai pusat mandala raksasa
yang membentang dari Sumatera ke Papua, mencakup Semenanjung Malaya
dan Maluku. Tradisi lokal di berbagai daerah di Nusantara masih mencatat
kisah legenda mengenai kekuasaan Majapahit. Administrasi pemerintahan
langsung oleh kerajaan Majapahit hanya mencakup wilayah Jawa Timur dan
Bali, di luar daerah itu hanya semacam pemerintahan otonomi luas,
pembayaran upeti berkala, dan pengakuan kedaulatan Majapahit atas mereka.
Akan tetapi segala pemberontakan atau tantangan bagi ketuanan Majapahit
atas daerah itu dapat mengundang reaksi keras.
Pada tahun 1377, beberapa tahun setelah kematian Gajah Mada,
Majapahit melancarkan serangan laut untuk menumpas pemberontakan di
Palembang. Meskipun penguasa Majapahit memperluas kekuasaannya pada
berbagai pulau dan kadang-kadang menyerang kerajaan tetangga, perhatian
utama Majapahit nampaknya adalah mendapatkan porsi terbesar dan
mengendalikan perdagangan di kepulauan Nusantara. Pada saat inilah
pedagang muslim dan penyebar agama Islam mulai memasuki kawasan ini.
Hal ini diperkuat oleh prasasti Jiyu dan Petak, Ranawijaya mengaku
bahwa ia telah mengalahkan Kertabhumi dan memindahkan ibu kota ke
Daha (Kediri). Peristiwa ini memicu perang antara Ranawijaya dengan
Kesultanan Demak, karena penguasa Demak adalah keturunan Kertabhumi.
Sebenarnya perang ini sudah mulai mereda ketika Patih Udara melakukan
kudeta ke Girindrawardhana dan mengakui kekuasan Demak bahkan
menikahi anak termuda Raden Patah, tetapi peperangan berkecamuk kembali
ketika Prabu Udara meminta bantuan Portugis. Sehingga pada tahun 1518,
Demak melakukan serangan ke Daha yang mengakhiri sejarah Majapahit dan
ke Malaka. Sejumlah besar abdi istana, seniman, pendeta, dan anggota
keluarga kerajaan mengungsi ke pulau Bali. Pengungsian ini kemungkinan
besar untuk menghindari pembalasan dan hukuman dari Demak akibat selama
ini mereka mendukung Ranawijaya melawan Kertabhumi.
Dengan jatuhnya Daha yang dihancurkan oleh Demak pada tahun 1518,
kekuatan kerajaan Islam pada awal abad ke-16 akhirnya mengalahkan sisa
kerajaan Majapahit. Demak di bawah pemerintahan Raden (kemudian
menjadi Sultan) Patah (Fatah), diakui sebagai penerus kerajaan Majapahit.
Menurut Babad Tanah Jawi dan tradisi Demak, legitimasi Raden Patah karena
ia adalah putra raja Majapahit Brawijaya V dengan seorang putri China.
Catatan sejarah dari Tiongkok, Portugis (Tome Pires), dan Italia (Pigafetta)
mengindikasikan bahwa telah terjadi perpindahan kekuasaan Majapahit dari
tangan penguasa Hindu ke tangan Adipati Unus, penguasa dari Kesultanan
Demak, antara tahun 1518 dan 1521 M.
Demak memastikan posisinya sebagai kekuatan regional dan menjadi
kerajaan Islam pertama yang berdiri di tanah Jawa. Saat itu setelah
keruntuhan Majapahit, sisa kerajaan Hindu yang masih bertahan di Jawa
hanya tinggal kerajaan Blambangan di ujung timur, serta Kerajaan Sunda
yang beribukota di Pajajaran di bagian barat. Perlahan-lahan Islam mulai
menyebar seiring mundurnya masyarakat Hindu ke pegunungan dan ke Bali.
Beberapa kantung masyarakat Hindu Tengger hingga kini masih bertahan di
pegunungan Tengger, kawasan Bromo dan Semeru.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Majapahit memiliki struktur pemerintahan dan susunan birokrasi yang
teratur pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, dan tampaknya struktur dan
birokrasi tersebut tidak banyak berubah selama perkembangan sejarahnya.
Raja dianggap sebagai penjelmaan dewa di dunia dan ia memegang otoritas
politik tertinggi.
Majapahit merupakan negara agraris dan sekaligus negara perdagangan.
Pajak dan denda dibayarkan dalam uang tunai. Ekonomi Jawa telah sebagian
mengenal mata uang sejak abad ke-8 pada masa kerajaan Medang yang
menggunakan butiran dan keping uang emas dan perak. Sekitar tahun 1300,
pada masa pemerintahan raja pertama Majapahit, sebuah perubahan moneter
penting terjadi: keping uang dalam negeri diganti dengan uang "kepeng" yaitu
keping uang tembaga impor dari China.
I. Saran
Saran untuk para siswa agar jangan melupakan sejarah bangsa kita, dan
berusaha menjaga dan melestarikan peninggalan sejarah yang ada di
Indonesia.
19
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Majapahit
20