Disusun Oleh :
Rizki Ramadhan
Bintang Ricardo
Fandy Rahmatullah
Azizullah Yousufi
Zarif Haidari
KELAS X IPS 1
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada waktunya meskipun dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.Harapan kami semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman, juga
membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga
untuk kedepannya kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini dengan
lebih baik.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal
sampai akhir. Semoga Allah Yang Maha Kuasa senantiasa meridhai segala usaha
kita. Amin.
BAB 2 PEMBAHASAN................................................................................
2.1. Sejarah Kerajaan Majapahit Dan Bali....................................................
2.2. Kehidupan Sosial Dan Ekonomi Kerajaan Majapahit Dan Bali............
2.3. Yang Bertanggung Jawab Atas Banjir Di Ibukota.................................
2.4. Cara Mengatasi Banjir Di Ibukota..........................................................
BAB 3 PENUTUP..........................................................................................
3.1. Kesimpulan.............................................................................................
3.2. Saran.......................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
2. Mengetahui lokasi geografis dan sumber sejarah dari kerajaan Majapahit dan
Kerajaan Bali
3. Mengetahui keadaan masyarakat dan ekonomi dari kerajaan Majapahit dan
kerajaan Bali
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kerajaan Majapahit
Pada saat terjadi serangan Jayakatwang, Raden Wijaya bertugas menghadang
bagian utara, ternyata serangan yang lebih besar justru dilancarkan dari selatan. Maka
ketika Raden Wijaya kembali ke Istana, ia melihat Istana Kerajaan Singasari hampir
habis dilalap api dan mendengar Kertanegara telah terbunuh bersama pembesar-
pembesar lainnya. Akhirnya ia melarikan diri bersama sisa-sisa tentaranya yang masih
setia dan dibantu penduduk desa Kugagu. Setelah merasa aman ia pergi ke Madura
meminta perlindungan dari Aryawiraraja. Berkat bantuannya ia berhasil menduduki
tahta, dengan menghadiahkan daerah tarik kepada Raden Wijaya sebagai daerah
kekuasaannya. Ketika tentara Mongol datang ke Jawa dengan dipimpin Shih-Pi, Ike-
Mise, dan Kau Hsing dengan tujuan menghukum Kertanegara, maka Raden Wijaya
memanfaatkan situasi itu untuk bekerja sama menyerang Jayakatwang. Setelah
Jayakatwang terbunuh, tentara Mongol berpesta pora merayakan kemenanganya.
Kesempatan itu pula dimanfaatkan oleh Raden Wijaya untuk berbalik melawan
tentara Mongol, sehingga tentara Mongol terusir dari Jawa dan pulang ke negrinya.
Maka tahun 1293 Raden Wijaya naik tahta dan bergelar Sri Kertajasa Jayawardhana.
2. Kerajaan Bali
Dari prasasti-prasasti yang ditemui, Kerajaan Bali dipimpin oleh raja-raja dari
Dinasti Warmadewa. Raja yang paling terkenal bernama Dharmodhayana
Warmadewa yang memerintah sejak tahun 989. Dharmodhayana Warmadewa
memimpin kerajaan Bali bersama dengan permaisurinya yang bernama
Mahendradatha atau Gunapriyadharmaptani sampai tahun 1001.
Setelah Marakata wafat, tahta kerajaan diturunkan kepada adiknya yaitu Anak
Wungsu pada tahun 1049 hingga 1077. Pada masa pemerintahannya, Anak
Wungsu membuat 28 buah prasasti yang merupakan prasasti terbanyak
daripada raja-raja yang sempat memerintah sebelumnya. Namun, Anak
Wungsu sendiri tidak memiliki keturunan dan wafat yang kemudian
didharmakan di daerah Gunung Kawi. Pada tahun 1430, Kerajaan Bali
dipimpin oleh Raja Dalem Bedaulu, kemudian jatuh ke tangan Gajah Mada
dari Majapahit.
2.2 Faktor Penyebab Banjir Di Ibukota
Di tinjau dari letak geografis, kondisi topografi, iklim, faktor demografi, dan
khususnya Jakarta cukup besar. Banjir dapat setiap saat terjadi dan sulit di
perkirakaan intesitasnya, tempat, waktu baik pada daerah yang sudah ditangani
Peristiwa banjir tidak akan menjadi masalah sejauh banjir tidak menimbulkan
gangguan atau kerugian yang berart bagi kepentingan manusia. Fenoma banjir
disebabkan oleh tiga faktor yaiut kondisi alam, peristiwa alam, dan kegiatan
manusia.
2. Peristiwa alam yang bersifat dinamis yang dapat menjadi penyebab banjir
seperti curah hujan yang tinggi, pecahnya bendungan sungai, peluapan air
pemukiman liar di daerah bantaran sungai, penggunaan alih fungsi resapan air
untuk pemukiman, tata kota yang kurang baik, buangan sampah yang
(http://dwiiastuti.blogspot.com/2010/03/makalah-penyebab-banjir-di-
daerah.html).
Tidak konsistenan pemerintah terbukti karena tidak ada real action dari
yang tidak ramah lingkungan yang tidak berifkir tempat penampungan air dan
sanitasi yang baik. Semakin tahun semakin meningkat intensitas banjir. Konsep
hijau harus diterapkan setiap kebijakan pemerintah hal ini tertuang dalam UU RI
sanksinya cukup tegas. Akan tetapi hal itu dianggap lalu. Dan masyarakatpun
seakan menikmati dengan adanya banjir menganggap banjir adalah hal biasa,
bagaimana tidak pola fikir ( MIndset ) yang menganggap banjir adalah hal biasa
dan dinikmati. Membuang sampah di sungai adalah hal biasa dan kesadaran
Jika semua orang berfikir satu orang saja yagn membuang sampah
pernah dapat teratasi secara tuntas. Terutama terjadi dikota-kota besar yang
Sebagai negara yang diapit dua benua dan dua samudra, Indonesia memiliki
dua musim yaitu kemarau dan penghujan. Pada awalnya keseimbangan itu
terjadi, dimana lahan terbuka hijau tumbuh subur di tanah Nusantara. Ketika
kemarau tidak terjadi kekeringan dan ketika musim penghujan, daerah resapan
air masih mampu menampung debit air yang turun ketika hujan. Namun,
fenomena itu kini telah musnah, dan hanya kenangan. Pendirian gedung-gedung
dan sanitasi yang tidak memadai menjadi alasan yang kuat banjir terus datang
setiap tahunnya.
Data State of the World’s Forests 2007 dan The UN Food & Agriculture
kehormatan†bagi Indonesia sebagai negara dengan daya rusak hutan tercepat
di dunia. Dari total luas hutan di Indonesia yang mencapai 180 juta hektar,
jangka pendek selalu mendominasi setiap tindakan dan kebijakan yang dibuat.
Alhasil, kerugian jangka panjang pun hanya menunggu waktu saja. Kondisi ini
Bila ingin mencari cara menanggulangi banjir, yang harus kita lihat terlebih
dahulu adalah mengapa banjir bisa datang. Banjir bisa terjadi sebenarnya karena
ulah manusia sendiri. Lihat saja, di kota-kota besar, sungai yang sebenarnya
sebagai jantung kota. Bisa kita hitung sendiri, kira-kira berapakah perbandingan
antara hutan kota dengan gedung-gedung bertingkat. Mana yang lebih banyak.
Ibarat rumah, kota-kota yang rawan banjir tersebut adalah rumah yang tidak
memiliki atap dan jendela. Saat badai menyerang, otomatis tidak ada
kota-kota yang rawan banjir. Tentunya tidak. Itu sebabnya, kita dan pemerintah harus
mencari cara menanggulangi banjir meskipun sebenarnya cara tersebut sudah ada.
adalah tempat aliran air, jangan sampai fungsinya berubah menjadi tempat
sampah.
di dekat sungai adalah para pendatang yang datang ke kota besar hanya
sungai dan melarang orang-orang tanpa tujuan tidak jelas datang ke kota
3. Menanam pohon dan pohon-pohon yang tersisa tidak ditebangi lagi. Pohon
adalah salah satu penopang kehidupan di suatu kota. Bayangkan, bila sebuah
kota tidak memiliki pohon sama sekali. Apa yang akan terjadi? Pohon selain
saat hujan melalui akar-akarnya. Bila sudah tidak ada lagi pohon, bisa
(http://www.anneahira.com/cara-menanggulangi-banjir.htm). Cara
menanggulangi banjir tersebut bisa dilakukan saat ini juga. Bila tidak
banjir. Bagaimanapun, hal itu adalah tanggung jawab bersama. Mari kita
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
daerah Jakarta Selatan maka kesimpulan yang dapat ditarik oleh penulis adalah
sebagai berikut :
1. Daerah Jakarta Selatan ini terjadi banjir disebabkan oleh pemukiman padat
penduduk, saluran air yang diperkecil, alih fungsi lahan, tidak ada resapan air,
dan pembuangan sampah yang liar.
2. Karena daerah ini sering di datangi banjir, maka warga yang menjadi korban
daerah banjir.
tempatnya.
3.2 Saran
yang mungkin dapat berguna bagi penanganan banjir di Daerah Jakarta Selatan.
penyuluhan tentang kegiatan yang dapat mengurangi resiko banjir, tindakan saat
terjadi banjir dan setelah banjir kepada seluruh warga Kebagusan Jakarta Selatan.