Disusun oleh :
Kelompok 3
1. Ayuni
2. Chandra Kusuma Ardanie
3. Hani Safirah
4. Najwa Salsa Trinesya
5. Noval Lefrand
6. Sofie Aulia Rahma Putri
Kelas : X MIPA 1
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga berkat karunia-
teks laporan percobaan ini, kami tidak lupa mengucapkan terima kasih pada semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas teks laporan percobaan ini
Dalam penyusunan teks laporan percobaan ini, penulis berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat dan memberikan wawasan yang lebih luas bagi pembacanya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat kelebihan dan
kekurangannya sehingga kami mengharap kritik dan saran yang dapat memperbaiki
Terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................…...ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................…...1
1.3Tujuan...................................................................................................................…...1
3.2 Surawisesa………………………………………………………………….………..4
BAB V PENINGGALAN-PENINGGALAN………………………………………...…7
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..10
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui :
1. Letak Geografis Kerajaan Padjajaran
2. Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Padjajaran
3. Untuk Mengetahui Raja Raja Yang Telah Berkuasa Pada Masanya
4. Untuk Mengetahui Kehidupan Ekonomi, Sosial, Budaya Dan Agama di
Kerajaan Padjajaran
5. Serta Faktor Yang Menyebabkan Runtuhnya Kerajaan Padjajara
BAB II
MASA-MASA KERAJAAN
2.1 Letak Geografis
Kerajaan Pajajaran adalah nama lain dari Kerajaan Sunda saat kerajaan ini beribukota di
kota Pajajaran atau Pakuan Pajajaran (Bogor) di Jawa Barat yang terletak di
Parahyangan (Sunda). Kata Pakuan sendiri berasal dari kata Pakuwuan yang berarti
kota.
Beberapa catatan menyebutkan bahwa kerajaan ini didirikan tahun 923 oleh Sri
Jayabhupati, seperti yang disebutkan dalam Prasasti Sanghyang Tapak (1030 M) di
kampung Pangcalikan dan Bantarmuncang, tepi Sungai Cicatih, Cibadak, Suka
Bumi.Akhir tahun 1400-an Majapahit kian melemah. Pemberontakan, saling berebut
kekuasaan di antara saudara berkali-kali terjadi. Pada masa kejatuhan Prabu Kertabumi
(Brawijaya V) itulah mengalir pula pengungsi dari kerabat Kerajaan Majapahit ke
ibukota Kerajaan Galuh di Kawali, Kuningan, Jawa Barat.
Raden Baribin, salah seorang saudara Prabu Kertabumi termasuk di antaranya, ia
dinikahkan dengan Ratna Ayu Kirana salah seorang putri Raja Dewa Niskala. Sang
Raja juga menikah dengan salah satu keluarga pengungsi yang ada dalam rombongan
Raden Barinbin. Pernikahan Dewa Niskala itu mengundang kemarahan Raja
Susuktunggal dari Kerajaan Sunda. Dewa Niskala dianggap telah melanggar aturan
yang seharusnya ditaati. “Peristiwa Bubat” yang menyebutkan bahwa orang Sunda-
Galuh dilarang menikah dengan keturunan dari Majapahit.
Nyaris terjadi peperangan di antara dua raja yang sebenarnya adalah besan.
Kemudian dewan penasehat berhasil mendamaikan keduanya dengan keputusan bahwa
dua raja itu harus turun dari tahta dan menyerahkan tahta kepada putera mahkota yang
ditunjuk. Dewa Niskala menunjuk Jayadewata, anaknya, sebagai penerus kekuasaan.
Prabu Susuktunggal pun menunjuk nama yang sama. Akhirnya Jayadewata menyatukan
dua kerajaan itu. Jayadewata yang kemudian bergelar Sri Baduga Maharaja mulai
memerintah di Pakuan Pajajaran pada tahun 1482. Awal “berdirinya” Pajajaran dihitung
pada tahun Sri Baduga Maharaha berkuasa, yakni tahun 1482.
3.1 Sri Baduga Maharaja (1482 – 1521), bertahta di Pakuan (Bogor sekarang)
Memerintah Kerajaan Sunda Galuh selama 39 tahun (1482-1521). Pada masa inilah
Pakuan Pajajaran di Bogor mencapai puncak perkembanganny Di Tatar Pasundan, Sri
Baduga ini lebih dikenal dengan nama Prabu Siliwangi. Sri Baduka membuat talaga
besar yang bernama Maharena Wijaya, membuat jalan yang menuju ke ibukota Pakuan
dan Wanagiri. Ia memperteguh (pertahanan) ibu kota, memberikan desa perdikan
kepada semua pendeta dan pengikutnya untuk menggairahkan kegiatan agama yang
menjadi penuntun kehidupan rakyat. Kemudian membuat Kabinihajian (kaputren),
kesatriaan (asrama prajurit), pagelaran (bermacam-macam formasi tempur),
pamingtonan (tempat pertunjukan), memperkuat angkatan perang, mengatur
pemungutan upeti dari raja-raja bawahan dan menyusun undang-undang kerajaan.
3.6 Raga Mulya (1567 – 1579), dikenal sebagai Prabu Surya Kencana, memerintah
dari Pandeglang.
Dalam naskah Wangsakerta disebut juga sebagai Prabu Suryakancana, sedangkan
dalam Carita Parahiyangan dikenal dengan nama Nusya Mulya. Prabu Suryakancana
tidak berkedudukan di Pajajaran, tetapi di Pulasari, Pandeglang. Oleh karena itu, ia
dikenal pula sebagai Pucuk Umun (Panembahan) Pulasari berakhirlah zaman Pajajaran
(1482 - 1579). Itu ditandai dengan diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana, tempat
duduk kala seorang raja dinobatkan, dari Pakuan ke Surasowan di Banten oleh pasukan
Maulana Yusuf.
BAB IV
KEHIDUPAN MASYARAKAT KERJAAN PAJAJARAN