Anda di halaman 1dari 14

KERAJAAN PADJAJARAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran


Sejarah Indonesia

Disusun oleh :
Kelompok 3
1. Ayuni
2. Chandra Kusuma Ardanie
3. Hani Safirah
4. Najwa Salsa Trinesya
5. Noval Lefrand
6. Sofie Aulia Rahma Putri

Kelas : X MIPA 1

SMA NEGERI 1 SUMBER


Jl. Sunan Malik Ibrahim No. 04 Sumber Kabupaten Cirebon
Tahun Pelajajaran
2019-2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga berkat karunia-

Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah “Kerajaan Pajajaran” Dalam penyusunan

teks laporan percobaan ini, kami tidak lupa mengucapkan terima kasih pada semua

pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas teks laporan percobaan ini

sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.

Dalam penyusunan teks laporan percobaan ini, penulis berharap semoga makalah

ini dapat bermanfaat dan memberikan wawasan yang lebih luas bagi pembacanya.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat kelebihan dan

kekurangannya sehingga kami mengharap kritik dan saran yang dapat memperbaiki

untuk penulisan makalah selanjutnya.

Terima kasih.

Cirebon, 25 November 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................…... i

DAFTAR ISI..............................................................................................................…...ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................…...1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................................…...1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................…...1

1.3Tujuan...................................................................................................................…...1

BAB II MASA-MASA KERAJAAN........................................................................…...2

2.1 Letak Geografis………………………………………………………………….…..2

2.2 Berdirinya Kerajaan.............................................................................................…...2

2.3 Masa kejayaan………………………………………………………….……………3

2.4 Masa Keruntuhan………………………………………………………….…………3

BAB III Raja-Raja yang berkuasa..............................................................................…...4

3.1 Sri Baduga Maharaja..............................................................................................................4

3.2 Surawisesa………………………………………………………………….………..4

3.3 Ratu Dewata…………………………………………………………………………4

3.4 Ratu Sakti………………………………………………………………………..…..4

3.5 Ratu Nilakendra……………………………………………………………………...5

3.6 Raga Mulya…………………………………………………………………….…….5

BAB IV KEHIDUPAN MASYARAKAT KERAJAAN PAJARAN………………..….6

4.1 Kehidupan Ekonomi.............................................................................................…...6

4.2 Kehidupan Sosial………………………………………………………………….....6

4.3 Kehidupan Budaya…………………………………………………………………..6


4.4 Kehidupan Agama…………………………………………………………...………6

BAB V PENINGGALAN-PENINGGALAN………………………………………...…7

5.1 Prasasti Cikapundung…………………………………………………………….….7

5.2 Prasasti Huludayeuh…………………………………………………………...…….7

5.3 Prasasti Pasir Datar……………………………………………………………..……7

5.4 Prasasti Perjanjian Sunda Portugis…………………………………………………..7

5.5 Prasasti Ulubelu…………………………………………………………………..….8

5.6 Prasasti Kebon Kopi II………………………………………………..……………..8

5.7 Prasasti Batutulis…………………………………………………………………….8

5.8 Situs Karang Mulyan………………………………………………………………...8

5.9 Komplek Makom Keramat…………………………………………………………..9

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..10
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia banyak sekali terdapat kerajaan, salah satunya yaitu Kerajaan
Padjajaran yang terletak di Jawa Barat. Diketahui kerajaan ini berdiri sesudah
runtuhnya Kerajaan Tarumanegara, hal ini dibuktikan dengan ditemukannya sebuah
candi di Desa Cangkuang dekat Leles yang keberadaan pastinya belum dapat
diketahui, akibat dari data-data yang kurang untuk mengungkapkannya secara
pasti.Kami membuat makalah ini untuk melengkapi tugas mata pelajaran Sejarah
Indonesia serta untuk menambah wawasan dan mengetahui seluk beluk tentang
Kerajaan Padjajaran.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian tersebut, rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Dimana Letak Geografis Kerajaan Padjajaran ?
2. Bagaimana Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Padjajaran ?
3. Siapa Saja Raja – Raja Yang pernah Berkuasa Serta Prestasi ?
4. Baggaimana Kehidupan Ekonomi, Sosial, Budaya dan Agama di Kerajaan
Padjajaran ?
5. Faktor Apa Saja Yang Menyebabkan Runtuhnya Kerajaan Padjajaran ?

1.3 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui :
1. Letak Geografis Kerajaan Padjajaran
2. Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Padjajaran
3. Untuk Mengetahui Raja Raja Yang Telah Berkuasa Pada Masanya
4. Untuk Mengetahui Kehidupan Ekonomi, Sosial, Budaya Dan Agama di
Kerajaan Padjajaran
5. Serta Faktor Yang Menyebabkan Runtuhnya Kerajaan Padjajara
BAB II
MASA-MASA KERAJAAN
2.1 Letak Geografis
Kerajaan Pajajaran adalah nama lain dari Kerajaan Sunda saat kerajaan ini beribukota di
kota Pajajaran atau Pakuan Pajajaran (Bogor) di Jawa Barat yang terletak di
Parahyangan (Sunda). Kata Pakuan sendiri berasal dari kata Pakuwuan yang berarti
kota.

2.2 Berdirinya Kerajaan

Beberapa catatan menyebutkan bahwa kerajaan ini didirikan tahun 923 oleh Sri
Jayabhupati, seperti yang disebutkan dalam Prasasti Sanghyang Tapak (1030 M) di
kampung Pangcalikan dan Bantarmuncang, tepi Sungai Cicatih, Cibadak, Suka
Bumi.Akhir tahun 1400-an Majapahit kian melemah. Pemberontakan, saling berebut
kekuasaan di antara saudara berkali-kali terjadi. Pada masa kejatuhan Prabu Kertabumi
(Brawijaya V) itulah mengalir pula pengungsi dari kerabat Kerajaan Majapahit ke
ibukota Kerajaan Galuh di Kawali, Kuningan, Jawa Barat.
Raden Baribin, salah seorang saudara Prabu Kertabumi termasuk di antaranya, ia
dinikahkan dengan Ratna Ayu Kirana salah seorang putri Raja Dewa Niskala. Sang
Raja juga menikah dengan salah satu keluarga pengungsi yang ada dalam rombongan
Raden Barinbin. Pernikahan Dewa Niskala itu mengundang kemarahan Raja
Susuktunggal dari Kerajaan Sunda. Dewa Niskala dianggap telah melanggar aturan
yang seharusnya ditaati. “Peristiwa Bubat” yang menyebutkan bahwa orang Sunda-
Galuh dilarang menikah dengan keturunan dari Majapahit.
Nyaris terjadi peperangan di antara dua raja yang sebenarnya adalah besan.
Kemudian dewan penasehat berhasil mendamaikan keduanya dengan keputusan bahwa
dua raja itu harus turun dari tahta dan menyerahkan tahta kepada putera mahkota yang
ditunjuk. Dewa Niskala menunjuk Jayadewata, anaknya, sebagai penerus kekuasaan.
Prabu Susuktunggal pun menunjuk nama yang sama. Akhirnya Jayadewata menyatukan
dua kerajaan itu. Jayadewata yang kemudian bergelar Sri Baduga Maharaja mulai
memerintah di Pakuan Pajajaran pada tahun 1482. Awal “berdirinya” Pajajaran dihitung
pada tahun Sri Baduga Maharaha berkuasa, yakni tahun 1482.

2.3 Masa kejayaan kerajaan


Masa kejayaan terjadi pada saat Sri Baduga Maharaja menduduki singgasana raja.
Berbagai pembangunan fisik dilakukan untuk memudahkan kehidupan kerajaan dan
rakyat.Karena masih berstatus sebagai ‘kerajaan baru’, Sri Baduga Maharaja banyak
melakukan pembangunan fisik untuk memudahkan kehidupan negara dan rakyat.
Pertahanan negara diperkuat. Kegiatan administrasi pemerintahan dirapikan.
memperkuat bidang keagamaan. Dan perbaikan dalam kehidupan masyarakat kerajaan
lainnya yang nanti akan dibahas di bagian prestasi raja-raja.

2.4 Runtuhnya Kerajaan Pajajaran


Penerus tahta Pajajaran tidak ada yang bisa menandingi kemasyhuran Sri Baduga
Maharaja. Catatan keruntuhan Pajajaran terjadi pada 1579 Masehi akibat serangan dari
Kesultanan Banten, anak kerajaan dari Kerajaan Demak di Jawa Tengah. Ditandai
dengan pemboyongan Palangka Sriman Sriwacana (singgasana raja) dari Pakuan
Pajajaran ke Keraton Surosowan di Banten oleh Maulana Yusuf.Pemboyongan
singgasana batu tersebut adalah aksi simbolis terhadap tradisi politik masa itu agar
Pakuan Pajajaran tidak bisa menobatkan raja baru. Maulana Yusuf ditasbihkan sebagai
penguasa sah Sunda karena dirinya masih memiliki darah Sunda dan merupakan
canggah dari Sri Baduga Maharaja.Berakhirnya masa kerajaan ini adalah akhir dari
kekuasaan Hindu di Parahyangan dan awal dari masa dinasti Islam.
BAB III
RAJA-RAJA YANG BERKUASA

3.1 Sri Baduga Maharaja (1482 – 1521), bertahta di Pakuan (Bogor sekarang)
Memerintah Kerajaan Sunda Galuh selama 39 tahun (1482-1521). Pada masa inilah
Pakuan Pajajaran di Bogor mencapai puncak perkembanganny Di Tatar Pasundan, Sri
Baduga ini lebih dikenal dengan nama Prabu Siliwangi. Sri Baduka membuat talaga
besar yang bernama Maharena Wijaya, membuat jalan yang menuju ke ibukota Pakuan
dan Wanagiri. Ia memperteguh (pertahanan) ibu kota, memberikan desa perdikan
kepada semua pendeta dan pengikutnya untuk menggairahkan kegiatan agama yang
menjadi penuntun kehidupan rakyat. Kemudian membuat Kabinihajian (kaputren),
kesatriaan (asrama prajurit), pagelaran (bermacam-macam formasi tempur),
pamingtonan (tempat pertunjukan), memperkuat angkatan perang, mengatur
pemungutan upeti dari raja-raja bawahan dan menyusun undang-undang kerajaan.

3.2 Surawisesa (1521 – 1535), bertahta di Pakuan


Selama 14 tahun memerintah ia melakukan 15 kali pertempuran Di antara raja-raja
zaman Pajajaran, hanya dia dan ayahnya yang menjadi bahan kisah tradisional, baik
babad maupun pantun. Dengan dukungan 1000 orang pasukan belamati yang setia
kepadanyalah, ia masih mampu mempertahankan daerah inti kerajaannya.

3.3 Ratu Dewata (1535 – 1543), bertahta di Pakuan


Berbeda dengan Surawisesa yang dikenal sebagai panglima perang yang perwira,
perkasa dan pemberani, Ratu Dewata sangat alim dan taat kepada agama. Ia melakukan
upacara sunatan (adat khitan pra-Islam) dan melakukan tapa pwah-susu, hanya makan
buah-buahan dan minum susu.

3.4 Ratu Sakti (1543 – 1551), bertahta di Pakuan


Raja Pajajaran keempat adalah Ratu Sakti. Untuk mengatasi keadaan yang
ditinggalkan Ratu Dewata yang bertindak serba alim, ia bersikap keras bahkan akhirnya
kejam dan lalim. Dengan pendek Carita Parahiyangan melukiskan raja ini. Banyak
rakyat dihukum mati tanpa diteliti lebih dahulu salah tidaknya. Harta benda rakyat
dirampas untuk kepentingan keraton tanpa rasa malu sama sekali. Kemudian raja ini
melakukan pelanggaran yang sama dengan Dewa Niskala yaitu mengawini "estri
larangan ti kaluaran"
3.5 Ratu Nilakendra (1551-1567),
Situasi kenegaraan telah tidak menentu dan frustasi telah melanda segala lapisan
masyarakat. Carita Parahiyangan memberitakan sikap petani "Wong huma darpa
mamangan, tan igar yan tan pepelakan" (Petani menjadi serakah akan makanan, tidak
merasa senang bila tidak bertanam sesuatu). Ini merupakan berita tidak langsung, bahwa
kelaparan telah berjangkit. Nilakendra malah memperindah keraton, membangun taman
dengan jalur-jalur berbatu ("dibalay") mengapit gerbang larangan. Kemudian
membangun "rumah keramat" (bale bobot) sebanyak 17 baris yang ditulisi bermacam-
macam kisah dengan emas. ia lalu meninggalkan Pakuan karena serangan Hasanudin
dan anaknya, Maulana Yusuf

3.6 Raga Mulya (1567 – 1579), dikenal sebagai Prabu Surya Kencana, memerintah
dari Pandeglang.
Dalam naskah Wangsakerta disebut juga sebagai Prabu Suryakancana, sedangkan
dalam Carita Parahiyangan dikenal dengan nama Nusya Mulya. Prabu Suryakancana
tidak berkedudukan di Pajajaran, tetapi di Pulasari, Pandeglang. Oleh karena itu, ia
dikenal pula sebagai Pucuk Umun (Panembahan) Pulasari berakhirlah zaman Pajajaran
(1482 - 1579). Itu ditandai dengan diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana, tempat
duduk kala seorang raja dinobatkan, dari Pakuan ke Surasowan di Banten oleh pasukan
Maulana Yusuf.
BAB IV
KEHIDUPAN MASYARAKAT KERJAAN PAJAJARAN

4.1 Kehidupan Ekonomi


Mata pencaharian utama masyarakat adalah pertanian. Selain itu kegiatan
perdagangan dan pelayaran juga dikembangkan. Pakuan Pajajaran memiliki enam
pelabuhan penting, yaitu Pelabuhan Banten, Pontang, Cigede, Tamgara, Sunda Kelapa,
dan Cimanuk (sekarang Pamanukan).

4.2 Kehidupan Sosial


Dalam keseharian masyarakat Pakuan Pajajaran, penduduk digolongkan
menurut pekerjaannya. Ada golongan seniman yang terdiri pemain musik gamelan,
penari, dan badut. Lalu golongan petani dan golongan pedagang – yaitu mereka yang
bermata pencaharian sebagai petani dan pedagangan.Serta  ada pula golongan penjahat,
yakni mereka yang memiliki profesi di bidang kejahatan seperti perampok, pencuri,
pembunuh, dan sebagainya.

4.3 Kehidupan Budaya


Praktik hidup keseharian sangan kental dengan ritual keagamaan Hindu.
Peninggalan yang masih dapat disaksikan hingga kini adalah kitab Cerita Parahyangan
dan kitab Sangyang Siksakanda serta kitab cerita Kidung Sundayana. Adapula berbagai
prasasti yang ditemukan tersebar di berbagai wilayah kekuasaan kerajaan.

4.4 Kehidupan Agama


Karena agama adalah bagian penting dari kehidupan manusia, desa-desa
perdikan dibagikan kepada para pendeta dan murid-muridnya. Tanah perdikan adalah
tanah yang tidak dipungut pajak.Sehingga para pendeta dan muridnya dapat dengan
leluasa memimpin ritual keagamaan tanpa perlu memikirkan masalah duniawi.
BAB V
PENINGGALAN-PENINGGALAN

5.1 Prasasti Cikapundung


Prasasti Cikapundung ditemukan oleh warga di sekitar Sungai Cikapundung,
Bandung pada tanggal 8 Oktober 2010. Dalam Batu Prasasti ini memiliki tulisan Sunda
kuno yang menurut perkiraan berasal dari abad ke-14. Pada prasasti tersebut juga
terdapat beberapa gambar seperti telapak tangan, wajah, telapak kaki dan juga 2 baris
huruf Sunda kuno dengan tulisan ” unggal jagat jalmah hendap” dengan arti semua
manusia di dunia ini bisa mengalami sesuatu apapun. Seorang peneliti utama dari Balai
Arkeologi Bandung yakni Lufti Yondri berkata jika prasasti tersebut adalah Prasasti
Cikapundung.

5.2 Prasasti Huludayeuh


Prasasti Huludayeuh berada di bagian tengah sawah di Kampung Huludayeuh, Desa
Cikalahang, Kecamatan Dukupuntang, Cirebon. Prasasti ini sudah sejak lama diketahui
oleh masyarakat sekitar akan tetapi untuk para arkeologi dan juga ahli sejarah baru
mengetahui keberadaan prasasti tersebut di bulan September 1991. Isi dari prasasti
tersebut terdiri dari sebelas baris tulisan beraksa serta bahasa Sunda kuno. Akan tetapi
batu prasasti tersebut ditemukan dalam keadaan yang sudah tidak utuh dan membuat
beberapa aksara juga ikut hilang. Permukaan batu prasasti tersebut juga sudah agak
rusak dan beberapa tulisan sudah aus sehingga beberapa isi dari prasasti tersebut tidak
bisa terbaca. Secara garis besar, prasasti ini menceritakan tentang Sri Maharaja Ratu
Haji di Pakwan Sya Sang Ratu Dewata yang berhubungan dengan beberapa usaha untuk
membuat makmur negerinya.

5.3 Prasasti Pasir Datar


Prasasti ini ditemukan pada sebuah perkebunan kopi yang terletak di Pasir Datar,
Cisande, Sukabumi di tahun 1872 dan sekarang sudah disimpan pada Museum Nasional
Jakarta. Prasasti ini terbuat dari material batu alah yang masih belum ditranskripsikan
hingga saat ini sebab isinya sendiri belum bisa diartikan.

5.4 Prasasti Perjanjian Sunda Portugis


Prasasti Perjanjian Sunda Portugis merupakan prasasti dengan bentuk tugu batu
yang berhasil ditemukan tahun 1918 di Jakarta. Prasasti ini menjadi tanda dari
perjanjian Kerajaan Sunda dengan Kerajaan Portugis yang dibuat oleh utusan dagang
Kerajaan Portugis dari Malaka dan di pimpin Enrique Leme yang membawa beberapa
barang untuk diberikan pada Raja Samian [Sanghyang] yakni Sang Hyang Surawisesa
seorang pangeran yang menjadi pimpinan utusan Raja Sunda.
5.5 Prasasti Ulubelu
Prasasti ini merupakan peninggalan Kerajaan Sunda atau Pajajaran dari abad ke-15
M yang berhasil ditemukan di Ulubelu, Desa Rebangpunggung, Kotaagung, Lampung
tahun 1936. Walau ditemukan di Lampung, Sumatera Selatan, akan tetapi para
sejarawan menduga jika aksara yang dipergunakan pada prasasti ini merupakan aksara
Sunda kuno yang merupakan peninggalan dari Kerajaan Pajajaran tersebut. Anggapan
ini juga dipekruat dengan wilayah dari Kerajaan Sunda yang juga meliputi wilayah
Lampung. Sesudah kerajaan Pajajaran runtuh oleh Kesultanan Banten, kekuasaan
Sumatera Selatan tersebut dilanjutkan Kesultanan Banten. Isi dari prasasti ini adalah
mantra tentang permohonan pertolongan yang ditujukan pada para Dewa utama yakni
Batara Guru [Siwa], Wisnu dan juga Brahma serta Dewa penguasa tanah, air dan juga
pohon supaya keselamatan dari segala musuh bisa didapatkan.

5.6 Prasasti Kebon Kopi II


Prasasti yang memiliki nama lain Prasasti Pasir Muara merupakan peninggalan dari
Kerajaan Sunda Galuh yang ditemukan tidak jauh dari Prasasti Kebon Kopi I yang
adalah peninggalan dari Kerajaan Tarumanegara. Namun prasasti ini hilang karena
dicuri pada sekitar tahun 1940-an. Seorang pakar bernama F.D.K Bosch pernah
mempelajari prasasti tersebut dan menuliskan jika dalam prasasti terdapat tulisan bahasa
Melayu kuno yang menceritakan tentang seorang Raja Sunda menduduki tahtanya
kembali dan menafsirkan angka tahun kejadian bertarikh 932 Masehi. Prasasti ini
ditemukan di Kampung Pasir Muara, Desa Ciaruteun Ilir, Cibungbulang, Bogor,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat abad ke-19 saat tengah dilaksanakan penebangan hutan
untuk dibuat lahan kebun kopi dan prasasti ini ada di sekitar 1 km dari batu prasasti
Kebonkopi I yakni Prasasti Tapak Gajah. Baca Artikel terkait lainnya.

5.7 Prasasti Batutulis


Prasasti Batutulis diteliti tahun 1806 yakni dengan pembuatan cetakan tangan
Universitas Leiden di Belanda. Pembacaan pertama dilakukan oleh Friederich pada
tahun 1853 dan hingga tahun 1921 sudah terhitung 4 orang ahli yang juga meneliti isi
dari Prasasti Batutulis tersebut, akan tetapi Cornelis Marinus Pleyte menjadi satu-
satunya orang yang lebih mengulas tentang lokasi dari Pakuan, sedangkan peneliti lain
lebih fokus dalam megnartikan isi dari Prasasti.  Penelitian dari Pleyte itu
dipublikasikan pada tahun 1911 dan di dalam tulisannya yakni Het Jaartal op en Batoe-
Toelis nabij Buitenzorg dan jika diartikan menjadi angkat tahun pada Batutulis dekat
Bogor.

5.8 Situs Karangmulyan


Situs ini merupakan suatu situs purbakala sangat bersejarah yang terletak di
Cijeungjing, Ciamis, Jawa barat yang lebih tepatnya di desa Karangmulyan.
Berdasarkan hasil penyelidikan tim arkeologi dari Balar yang dikomandoi oleh Dr Toni
Jubiantoro di tahun 1997, dikemukakan bahwa  situs Karangmulyan merupakan
peninggalan kerajaan Galuh yang pertama. Di areal ditemukannya situs, ditarik
kesimpulan bahwa pernah berlangsung kehidupan mulai dari abad ke 9. Hal ini
diketahui karena saat penggalian ditemukan keramik Dinasti Ming.

5.9 Komplek Makom Keramat


Komplek Makom Keramat juga termasuk peninggalan dari kerajaan Pajajaran.
Pada makam ini dapat ditemukan makam dari ratu Galuh Mangkualam yang merupakan
istri kedua dari Sri Baduga Maharaja yang juga dikenal dengan nama prabu Siliwangi,
yakni salah seorang raja dari kerajaan Pajajaran. Makam ini terletak di Kebun Raya
Bogor, Kelurahn Paledang, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat.
DAFTAR PUSTAKA
http://ramita21.blogspot.com/2012/10/latar-belakang-kerajaan-pajajaran-10-16.html?
m=1
https://www.romadecade.org/kerajaan-pajajaran/#!
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pakuan_Pajajaran
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ratu_Nilakendra
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Raga_Mulya
https://id.rodovid.org/wk/Orang:599621
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sri_Baduga_Maharaja
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Surawisesa
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ratu_Dewata

Anda mungkin juga menyukai