DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………………… 1
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………….. 2
MATERI……………………………………………………………………………………………………………………. 3
PENUTUP………………………………………………………………………………………………………………….. 4
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang Kerajaan Pajajaran.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal
jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah
hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi
untuk pembaca.
MATERI
Sejarah Kerajaan Pajajaran merupakan kerajaan Hindu yang berdiri pada tahun 923 oleh Sri
Jayabhupati. Kerajaan yang letaknya di wilayah Pakuan (Bogor), Jawa Barat ini juga dikenal
dengan Kerajaan Pakuan. Berawal dari melemahnya Kerajaan Majapahit pada masa
pemerintahan Brawijaya V. Kemudian beberapa anggota kerajaan maupun rakyat mengungsi ke
Kerajaan Galuh, Kuningan, Jawa Barat, pada masa pemerintahan Raja Dewa Niskala.
Pada saat itu, Dewa Niskala memperistri dari salah satu pengungsi anggota kerajaan. Namun,
pernikahan keduanya tidak disetujui oleh Raja Susuktunggal karena terdapat peraturan bahwa
keturunan Sunda-Galuh dengan keturunan Majapahit dilarang menikah. Kemudian terjadilah
peperangan antara Dewa Niskala dengan Susuktunggal.
Dewan Penasehat kedua kerajaan tersebut menyarankan untuk berdamai supaya peperangan
tidak berlanjut. Jalan perdamaian yang disarankan yaitu Raja Susuktunggal dan Raja Dewa
Niskala harus turun tahta dan menggantikannya dengan pemimpin baru. Ditunjuklah
Jayadewata atau Prabu Siliwangi, putra dari Dewa Niskala dan menantu Susuktunggal.
Jayadewata yang mendapat gelar Sri Baduga Maharaja menyatukan kembali kedua kerajaan
tersebut dan terbentuklah Kerajaan Pajajaran.
Kejayaan Pajajaran
Masa kejayaan Kerajaan Pajajaran ketika pemerintahan Sri Baduga Maharaja. Kejayaan
Pajajaran dibuktikan dengan adanya telaga yang besar yakni Maharena Wijaya. Kemudian
banguna jalan yang menghubungkan antara ibu kota Pakuan dengan Winagiri. Pertahanan ibu
kota juga diteguhkan dengan memberikan desa perdikan kepada semua pendeta dan
pengikutnya supaya memantapkan kegiatan agama. Serta membuat Kabinihajian (kaputren),
kesatriaan (asrama prajurit), pagelaran (formasi tempur), pamingtonan (tempat pertunjukan),
memperkuat angkatan perang, mengatur upeti dari raja-raja bawahan dan menyusun undang-
undang kerajaan.
Kemunduran Pajajaran
Runtuhnya Kerajaan Pajajaran disebabkan oleh serangan dari Kasultanan Banten. Selain itu,
Maulana Yusuf telah memboyong Palangka Sriman Sriwacana (singgasana raja) dari Kerajaan
Pajajaran ke Kraton Surosowan. Hal ini menandakan bahwa tidak akan ada raja lagi di Kerajaan
Pajajaran karena singgasana raja telah dipindahkan. Akhirnya, Kerajaan Pajajaran runtuh pada
tahun 1579 dan Maulana Yusuf naik tahta sebagai penguasa Kerajaan Sunda.
Seharusnya, Pakuan berasal dari bahasa Jawa Kuno, pakwwan, yang kemudian dieja pakwan.
Umumnya, orang Sunda menyebutnya dengan nama Pakuan sehingga lebih dikenal dengan
sebutan tersebut.
Pakwan berarti kemah atau istana, sehingga Pakuan Pajajaran berarti istana yang berjajar.
Menurut kisah Bujangga Malik, letak Kerajaan Pajajaran dibatasi oleh Sungai Cimapali atau yang
sekarang bernama Kali Pemali.
Bagian barat dari kerajaan ini adalah Selat Sunda, bagian utara dibatasi Pantai Utara Jawa
sampai Brebes, dan bagian selatan dibatasi oleh Laut Selatan atau Samudera Hindia.
Untuk menyejahterakan kerajaan dan rakyatnya, Prabu Siliwangi memberikan perhatian lebih
pada pemuka agama. Selain itu, Prabu Siliwangi juga membuat ulang sistem pemungutan upeti.
Prabu Siliwangi juga memperkuat kekuatan armada perang. Dia juga membangun dan
memperkuat sistem pertahanan Ibu Kota dengan membuat parit pertahanan sehingga tidak
mudah diserang Kerajaan lain.
Hal ini disebabkan pemerintahan Kerajaan Pajajaran merupakan kelanjutan dari kerajaan-
kerajaan tersebut.
Menurut Prasasti Sanghyang Tapak, Raja Sri Jayabhupati mendirikan sebuah kerajaan pada
923 M di Pakuan Pajajaran.
Setelah Sri Jayabhupati, takhta kemudian jatuh ke tangan Rahyang Niskala Wastu Kancana
dengan pusat kerajaan berada di Kawali.
PENUTUP
KESIMPULAN